Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. FISIKA SMA


BERORIENTASI
LABORATORIUM
FMIPA

SKOR NILAI :

“PENGMBANGAN PEMBELAJARAN FISIKA DALAM LABORATORIUM”

Nama : Windi Fadhila Lubis


Nim : 4182121018
Dosen Pengampu : Dra. Ida Wahyuni,M.Pd
Mata Kuliah : Fisika SMA Broientasi Laboratoium

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan izinnya
lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Critikal Journal Review ini. Adapun
penulisan Critikal Journal Review ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Fisika
SMA Berorientasi Laboratorium”.
Critical Book Review ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi
kekurangan Critikal Journal Review ini guna penyusunan Critikal Journal Review
selanjutnya.
Semoga penulisan Critikal Journal Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 3 Oktober 2020

Windi Fadhila Lubis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................…………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….ii
BAB I…………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN……………………………………………………....1
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR…………………………………...1
B. Tujuan Penulisan CJR…………………………………………...1
C. Manfaat CJR……………………………………………………..1
D. Identitas Journal………………………………………………….1

BAB II RINGKASAN ISI JOURNAL…………………………………..3


A. Pendahuluan……………………………………………………...3
B. Deskripsi Isi………………………………………………………4

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………….13


A. Kelebihan isi Journal…………………………………………….13
B. Kekurangan Journal……………………………………………...14

BAB IV PENUTUP……………………………………………………...15
A. Kesimpulan………………………………………………………15
B. Saran…………………………………………………………......15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR


Critical Journal Review bertujuan untuk mengkaji sebuah jurnal atau artikel
informasi mengenai materi profesi pendidikan yang telah dibaca yang berguna untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari isi jurnal tersebut. Selain itu, penulis
membuat Critical Journal Report ini untuk memepermudah pembaca dalam memilih
referensi terkhusus dalam materi penerapan pembelajaran fisika berbasis
laboratorium.

B. Tujuan Penulisan CJR


1. Penyelesaian tugas mata kuliah “Fisika SMA Berorientasi Laboratorium”
2. Menambah wawasan tentang materi penerapan pengembangan fisika
berbasis laboratorium
3. Meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis, ketelitian,pemahaman
dalam mencari informasi yang ada dalam jurnal tersebut
4. Menguatkan potensi dalam mengkritik isi jurnal tersebut

C. Manfaat CJR
1. Mengetahui informasi yang ada dalam jurnal tersebut.
2. Mampu menilai kekurangan dan kelebihan jurnal tersebut.
3. Menambah pengetahuan tentang Pengembangan Pembelajaran Fisika
Berbasis Laboratorium.
4. Melatih mahasiswa untuk gemar membaca.

D. Identifikasi Journal
Journal I
1. Judul Jurnal : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis
Media Laboratorium Virtual Pada Materi Dualisme Gelombang Partikel Di
Sma Tut Wuri Handayani Makassar
2. Nama Journal : Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
3. Edisi Terbit : 2013

4
4. Pengarang : Yusuf Subaer
5. Kota terbit : Semarang
6. Penerbit : FMIPA UNNES
Journal II
1. Judul Jurnal : Analisis Sarana Prasarana Dan Pemanfaatan
Laboratorium Fisika Sma Negeri Di Kota Medan
2. Nama Journal : Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan
3. Edisi Terbit : 2018
4. Pengarang : Muhammad Ardi Satrio dan Sabani
5. Kota terbit : Medan
6. Penerbit : Universitas Negeri Medan
7. ISSN : 2461-1247
Journal III
1. Judul Jurnal : Pengembangan Peragkat Perkuliahan Eksperimen Fisika
Untuk Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Calon Guru Dalam
Mendesain Kegiatan Praktikum Fisika Di SMA
2. Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
3. Edisi Terbit : 2014
4. Pengarang : H.S Wattimena, A. Suhandi, A. Setiawan
5. Kota Terbit : Ambon
6. Penerbit : Universitas Pendidikan Indonesia

5
BAB II
RINGKASAN ISI JOURNAL

A. Pendahuluan
Hakikat sains adalah proses penemuan, produk dan sikap, dimana lebih menekankan
pembelajaran pada proses, siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun
pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman dan gagasan
mengenai gejala-gejala alam yakni pembelajaran fisika, dimana siswa harusnya dilibatkan
penuh pada proses belajar mengajar agar mereka dapat lebih mendalami pengetahuan dan
gejala alam. Beberapa materi pokok dalam pembelajaran.
Fisika adalah bagian dari Sains yang lahir dan berkembang berdasarkan pengamatan
tentang fakta-fakta di alam dan menghasilkan konsep, prinsip, teori dan hukum hukum fisika.
Oleh sebab itu, bentuk pembelajaran fisika yang utama adalah melalui observasi dan
eksperimen, dengan menerapkan metode ilmiah (scientific method), merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis ilmiah.
Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah tersebut dikenal dengan
pendekatan ilmiah, yang paling tidak terdiri dari langkah-langkah : merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan penyelidikan, sampai menarik kesimpulan. Dasar dari
pembelajaran fisika adalah pengamatan (observasi), dan sarana yang paling utama siswa
belajar fisika adalah laboratorium fisika sekolah dan lingkungan alam sekitarnya yang dapat
diamati atau dibawa ke ruang kelas sebagai objek telaah dalam belajar fisika berupa
kebendaan: zat, massa, energi dan perubahannya, serta objek fenomena alam lainnya.
B. Ringkasan Isi Journal
Journal I
PENDAHULUAN

6
Salah satu permasalahan penting dalam pembelajaran Fisika adalah rendahnya
kualitas pembelajaran peserta didik. Kualitas proses dan hasil belajar Fisika ditentukan oleh
banyak faktor, salah satunya ketersediaan sarana laboratorium untuk pelaksanaan
eksperimen. Kegiatan eksperimen merupakan hal yang penting dalam pembelajaran Fisika,
karena aspek produk, proses, dan sikap peserta didik dapat lebih dikembangkan. Samsudin,
et. al., (2012) menyatakan en) dapat melatih sikap ilmiah peserta didik dalam memahami
konsep pelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan laboratorium
adalah sumber daya yang mencakup bahan dan peralatan, ruang dan perabot, serta teknisi.
Selain itu, tidak semua percobaan dapat dilakukan bukan hanya karena tidak ada alatnya,
tetapi karakteristik percobaan itu sendiri yang melibatkan proses dan konsepkonsep
abstrak,sehingga diperlukan sebuah alternatif agar kegiatan percobaan termasuk pada konsep-
konsep abstrak tetap dapat dilakukan Peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami
konsep Fisika terutama yang berkaitan dengan praktikum. Jika peralatan laboratorium tidak
memadai maka salah satu solusinya adalah memanfaatkan media pembelajaran berupa
laboratorium virtual. Menurut Cengiz (2010) penggunaan laboratorium virtual dapat
mengatasi beberapa masalah yang dihadapi terkait peralatan laboratorium yang kurang
memadai dan memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Laboratorium virtual merupakan salah satu media pembelajaran yang berhubungan
dengan TIK. TIK memiliki peran penting sebagai salah satu sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam memperoleh pengetahuan secara efektif
dan efisien (Maliza, et. al., 2011). Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu
berupa fisik maupun nonfisik yang digunakan sebagai perantara antara guru dan peserta didik
dalam memahami materi pelajaransecara lebih efektif dan efisien. Menurut Gundogdu,
Silman dan Ozan (2011) melalui media komputer, materi pelajaran dapat lebih cepat diterima
peserta didik secara utuh serta menarik minat mereka untuk belajar lebih lanjut. Penggunaan
media komputer dalam pembelajaran, guru memainkan peran penting sebagai fasilitator
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Mahanta & Sarma
(2012) Laboratorium Virtual (Lab-Vir) memanfaatkan komputer untuk mensimulasikan
sesuatu yang rumit,perangkat percobaan yang mahal atau mengganti percobaan di lingkungan
berbahaya. Menurut Martı´nez, et. al., (2011) Lab-Vir memungkinkan peserta didik
memvisualisasikan dan berinteraksi dengan fenomena yang akan mereka alami jika
melakukan percobaan di laboratorium nyata. Selanjutnya, Dobrzański & Honysz (2011); Tatli
& Ayas, (2012) bahwa Lab-Vir sebagai faktor pendukung untuk memperkaya pengalaman
dan memotivasi peserta didik untuk melakukan percobaan secara interaktif dan

7
mengembangkan aktivitas keterampilan bereksperimen. Sehingga, Lab-Vir dapat
didefiniskan sebagai serangkaian program komputer yang dapat memvisualisasikan fenomena
yang abstrak atau percobaan yang rumit dilakukan di laboratorium nyata, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan
dalam pemecahan masalah.
Dualisme gelombang partikel merupakan materi Fisika yang abstrak dan sulit
diadakan percobaanya secara nyata, sehingga dirancang Lab-Vir untuk mensimulasikan
percobaan secara virtual. Materi tersebut diawali dengan penjelasan tentang radiasi benda
hitam (Hukum Pergeseran Wien), selanjutnya efek fotolistrik, dan efek Compton. Salah satu
ilmuan yang menjelaskan teori radasi benda hitam yaitu WilhemWien. Peneliti menjelaskan
konsep Fisika yang abstrak dengan mengembangkan perangkat media pembelajaran pada
materi dualisme gelombang partikel sebagai solusi terbatasnya fasilitas laboratorium.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah-masalah berikut: 1) Bagaimanakah
karakteristik media laboratorium virtual pada materi dualisme gelombang partikel?; 2)
Bagaimanakah karakteristik perangkat pembelajaran berbasis media laboratorium virtual
pada materi dualisme gelombang partikel?; 3) Bagaimanakah aktivitas peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual?; serta 4)
Bagaimanakah persepsi peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan media
laboratorium virtual?
METODE
Penelitian ini menggunakan model fourD meliputi tahap pendefinisian, perencanaaan,
pengembangan, dan penyebaran. Tetapi dalam hal ini, penelitian hanya dilakukan sampai
tahap pengembangan. Tujuan tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran meliputi analisis awal, peserta didik, tugas, konsep, dan
spesifikasi tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan tahap perencanaaan adalah untuk
menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran berbasis media Lab-Vir meliputi
langkahlangkah pemilihan media, format, dan rancangan awal. Tahap pengembangan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar
dan revisi setelah dilakukan uji coba.Sebelum dilakukan tahap uji coba terbatas di kelas
sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan simulasi pembelajaran di kelas XII TJK 1 SMK
Handayani Makassar yang berjumlah 12 orang. Simulasi dimaksudkan untuk melatih
pengamat dalam mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar
berjumlah 14 orang pada tahun ajaran 2012/2013.

8
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi perangkat
pembelajaran, kuesioner evaluasi ahli media, evaluasi ahli materi, instrumen aktivitas peserta
didik, dan angket persepsi peserta didik terhadap pembelajaran Fisika berbasis media Lab-
Vir. Data yang diperoleh dari penilaian ahli, dianalisis dengan melakukan coding, kemudian
dideskripsikan secara kualitatif dan penggambaran data secara kontinum untuk mengetahui
kategori penilaian. Selanjutnya menghitung validitas konten CVR (Content Validity Ratio)
dan CVI (Content Validity Index). Penilaian valid jika CVR atau CVI berada pada kisaran
nilai 0 s.d 1. Jika pernyataan valid, dilanjutkan analisis releabilitas. Nilai reliabilitas yang
diperoleh dikonsultasikan dengan nilai reliabilitas tabel. Instrumen dikatakan reliabel jika
diperoleh reliabilitas hitung lebih besar daripada reliabilitas tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap perancangan, pemilihan dan penggunaan media berupa penggambaran keadaan
yang bersifat abstrak, sesuai dengan tujuan, konsep, kondisi lingkungan dan fasilitas serta
waktu yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran. Berbagai software yang digunakan
dalam pembuatan media Lab-Vir ini yaitu AutoPlay Media Studio 7.5 untuk menampilkan
autorun.exe sebagai tampilan awal saat CD dimasukkan ke komputer Software yang dominan
digunakan adalah Lectora untuk pengaturan tampilan program Lab-Vir dan Camtesia V8
untuk pembuatan video tutorial. Pengembangan Lab-Vir ini dapat menyelesaikan
permasalahan belajar yang dialami oleh peserta didik dan permasalahan biaya dalam
pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan praktikum di sekolah.
Program Lab-Vir yang dibuat, berisi materi yang dilengkapi dengan gambar, animasi, dan
simulasi interaktif. Kelengkapan tersebut membantu peserta didik memahami konsep
dualisme gelombang partikel dengan baik. Pada percobaan virtual radiasi benda hitam,
blackbox sebagai aksesoris benda hitam terdiri dari sebuah logam platina yang dipanasi oleh
filamen yang dihubungkan dengan power supply. Selanjutnya, logam platina dipanaskan
dengan cara mengubah tegangan power supply. Termokopel digital digunakan untuk
mengukur suhu logam platina. Radiasi terpancar dari logam platina melalui jendela kaca
kuarsa pada blackbox, radiasi tersebut ditangkap oleh detektor silikon spectrophotometer
sehingga tergambar kurva hubungan antara panjang gelombang dengan fluks yang terbentuk.
Berdasarkan rangkaian percobaan virtual radiasi benda hitam dan perubahan nilai besaran-
besaran, maka dapat diketahui prinsip hukum pergeseran Wien dan hubungan besaran-
besaran dalam hukum pergesaran Wien.
Percobaan virtual efek fotolistrik diawali dengan memilih jenis logam yang diradiasi
oleh foton. Selanjutnya menggeser scroll boxesspektrum untuk mengubah panjang

9
gelombang foton. Intensitas foton dan tegangan power supply dapat diatur dengan menginput
nilainya secara langsung ataupun menggeser scroll boxes. Selanjutnya, perubahan arus listrik
pada rangkaian dapat terlihat pada ammeter. Berdasarkan perubahan frekuensi dan intensitas
foton maka dapat diketahui hubungan antara frekuensi, panjang gelombang dengan kuat arus,
tegangan penghenti dengan kuat arus listrik, energi foton dari setiap perubahan frekuensi
foton, energi kinetik elektron dan fungsi kerja logam. Pada prinsipnya, Lab-Vir efek
Compton merupakan gambaran peristiwa tumbukan antara foton yang berasal dari x-ray tube
dengan elektron bebas pada permukaan logam emas. Foton terpancar dari x-ray tube
kemudian bertumbukan dengan elektron bebas pada permukaan logam emas. Akibat
tumbukan tersebut, elektron akan terpental, begitupun dengan foton. Perubahan besaran
setelah tumbukan, teramati melalui detektor yang melingkupi rangkaian efek Compton.
Berbagai fasilitas dapat digunakan dalam percobaan vitual ini, seperti perubahan sudut datang
dan panjang gelombang foton untuk mengetahui hubungan antara panjang gelombang foton
yang datang dengan sudut elektron setelah tumbukan, panjang gelombang foton sebelum dan
setelah tumbukan, pergeseran panjang gelombang foton, dan energi kinetik elektron.
Pada pengembangan perangkat pembelajaran, RPP dilengkapi dengan daftar
spesifikasi. Hal ini penting sebagai pedoman guru dalam memberikan penilaian. LKPD
dilengkapi dengan materi pengantar untuk memberikan pengetahuan dasar kepada peserta
didik sebelum melakukan percobaan virtual. BBPD menguraikan materi dualisme gelombang
partikel secara runtun, disertai dengan tinjauan iptek, gambaran percobaan vitual, contoh
soal, dan evaluasi. Instrumen aktivitas peserta didik menguraikan aktivitas yang mungkin
selama proses pembelajaran. Validasi ahli dilakukan oleh dua orang ahli media sekaligus
sebagai ahli materi yang merupakan dosen Fisikadi Universitas Negeri Makassar. Selain itu
dilakukan validasi praktisi oleh seorang guru Fisika di SMA Tut Wuri Handayani Makassar.
Berdasarkan penilaian perangkat pembelajaran oleh validator, diperoleh hasil valid dan
reliabel untuk setiap pernyataan yang diberikan, hal ini mengindikasikan bahwa media Lab-
Vir, RPP, BBPD, LKPD, instrumen aktivitas, dan angket persepsi peserta didik dapat
digunakan. Perangkat pembelajaran tersebut selanjutnya dapat diterapkan dalam
pembelajaran di kelas, karena untuk meningkatkan pembelajaran Fisika di kelas maka
diperlukan perangkat pembelajaran yang berkualitas seperti RPP, modul dan lembar kerja
peserta didik (Chodijah, Fauzi dan Wulan, 2012). Berdasarkan penilaian pengamat dari setiap
pertemuan diperoleh bahwa aktivitas peserta didik di atas 80% yang menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis media Lab-Vir memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
beraktivitas. Menurut Tatli & Ayas (2012) Lab-Vir sebagai faktor pendukung untuk

10
memperkaya pengalaman nyata dan memotivasi peserta didik untuk melakukan percobaan
berupa mengontrol bahan dan peralatan, mengumpulkan data, melakukan percobaan secara
interaktif, dan untuk mempersiapkan laporan percobaan serta mengembangkan keterampilan
bereksperimen. Pembelajaran berbasis media Lab-Vir memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga sangat memungkinkan mereka untuk selalu
beraktivitas, bukan hanya mendengarkan dan mencatat sebagaimana yang diungkapkan oleh
Cengiz (2010) bahwa Lab-Vir disertai dengan perangkat pembelajaran yang tepat dapat
melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh persepsi peserta didik terhadap
pembelajaran Fisika berbasis media Lab-Vir di atas 90% yang menunjukkan bahwa peserta
didik sangat setuju terhadap pembelajaran yang dilakukan. Persepsi peserta didik setelah
belajar dengan menggunakan media Lab-Virmenunjukkan hasil yang sangat setuju, tidak ada
peserta didik yang memberikan penilaian tidak setuju dari setiap kriteria yang diajukan.
Peserta didik tertarik dengan tampilan simulasi media pembelajaran, mudah dalam
menjalankan simulasi interaktif, mudah memahami materi pelajaran, serta senang belajar
dengan bantuan media Lab-Vir. Hal ini sesuai dengan penelitian Yulianti, Khanafiyah dan
Sugiyanto (2012) bahwa penerapan pembelajaran berbasis Lab-Vir dapat meningkatkan
kemampuan afektif peserta didik yang menggambarkan perasaan, minat, dan sikap terhadap
proses pengajaran.
Selanjutnya, Daesang, Dong-Joong dan Woo-Hyung (2013) bahwa persepsi peserta
didik berdampak terhadap kinerja. Semakin baik persepsi mereka terhadap pembelajaran,
maka semakin baik pula kinerja mereka. Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan
persepsi peserta didik sehingga mereka termotivasi dalam belajar. Meskipun hasil penelitian
ini menunjukkan persepsi dan aktivitas peserta didik dalam katagori sangat setuju dan baik,
mencakup aktivitas memperhatikan demonstrasi, mencari konsep, melakukan perhitungan,
mengkatagorikan, menjelaskan, mempresentasikan, dan mengkreasikan proses. Tidak diklaim
bahwa percobaan virtual lebih efektif dibandingkan dengan percobaan di laboratorium nyata.
Sebaliknya, percobaan virtual dilakukan dengan alasan keterbatasan alat, pertimbangan
waktu, materi pelajaran yang abstak, maupun pertimbangan bahaya yang dapat ditimbulkan
jika dilakukan percobaan nyata di laboratorium seperti efek radiasi bagi kesehatan.
Journal II
PENDAHULUAN
Salah satu cara membuat siswa berpartisipasi sehingga dapat mendukung proses
belajar siswa dengan metode praktikum memberi kesempatan pada siswa untuk menetukan
11
sendiri suatu fakta yang ingin diketahui. Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa, dimana siswa mencari data dan menemukan hubungan antar variabel.
Pelaksanaan praktikum juga bermanfaat dalam pembentukan keterampilan proses yang
dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan fisika kontekstual (Sani, 2012). Hal ini
sejalan dengan kurikulum 2013 dimana menurut Permendikbud No. 22 tahun 2016 sasaran
pembelajaran itu mencakup tiga ranah,salah satunya keterampilan yang diperoleh dari
aktivitas mengamati, menanya, mencoba menalar, menyaji dan mencipta serta digunakannya
pendekatan ilmiah yang diperkuat dengan menerapkan pembalajaran berbasis penelitian.
Kegiatan praktikum sangatlah membantu proses belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Erniwati dkk (2014) yang menyimpulkan penggunaan
praktikum dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa. Demikian pula dengan penelitian
dari Samsudin (2012) juga menyimpulkan bahwa praktikum meningkatkan motivasi belajar
pada siswa. Sedangkan menurut Yanti dkk (2016), sarana prasarana yang memadai
mendukung praktikum untuk siswa menggali informasi. Keberadaan laboratorium juga sangat
penrting dalam kegiatan praktikum yang dilakukan, karena laboratorium berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dalam menemukan fakta, konsep dan proses
belajar ilmiah. Penggunaan laboratorium yang intensif dapat menciptakan proses sains siswa
sehingga dapat meningkatkan proses belajar siswa. Laboratorium selain berperan dalam
pembelajaran, juga berperan sebagai sumber belajar karena di laboratorium yang baik
menyediakan buku, media pembelajaran dan fasilitas lainnya seperti yang tertulis di
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 mengenai standar sarana prasarana dalam laboratorium
fisika.
Masih banyaknya kendala merupakan faktor yang membuat praktikum kurang bisa
diterapkan. Menurut Dewi dkk (2013) kendala dalam pelaksanaan praktikum dipengaruhi
beberapa faktor yaitu: fasilitas laboratorium yang kurang dimanfaatkan dengan maksimal;
dukungan sekolah yang terbatas, pengelolaan laboratorium yang kurang, faktor guru yang
guru kurang melakukan persiapan; pelaksanaan praktikum tidak dibantu oleh laboran ataupun
teknisi laboratorium, dan lain-lain. Demikian pula menurut Rahman dkk (2015) kurangnya
fasilitas laboratorium sertaminimnya sarana dan prasaranapendukung kegiatan laboratorium,
sertakurangnya kesiapan guru dan laborandalam menguasai teknik-teknik dasar laboratorium
menjadi kendala dalam praktikum.
METODE
Jenis penelitian ini adalah survey explorative yakni dengan melakukan observasi dan
eksplorasi (penggalian). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA Negeri kota

12
Medan yang memiliki laboratorium fisika dan terdiri dari 21 sekolah. Sampel dalam
penelitian ini terdiri dari 5 sekolah yaitu SMA Negeri 7 Medan, SMA Negeri 11 Medan,
SMA Negeri 12 Medan, SMA Negeri 13 Medan, SMA Negeri 15 Medan. Pengambilan data
menggunakan observasi langsung, pembagian survei, wawancara, dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa penghambat yang menyebabkan belum optimalnya pengembangan
laboratorium fisika antara lain adalah sebagai berikut:
1. Alokasi waktu yang tidak cukup Ketersediaan waktu untuk melaksanakan praktikum
menjadi faktor yang paling banyak mengahambat berdasarkan hasil wawancara pada guru.
Waktu yang tersedia untuk praktikum hanyalah dua jam pelajaran.
2. Ketersediaan alat dan bahan yang masih belum lengkap Secara keseluruhan mendapatkan
persentase dengan kategori sesuai, namun masih terdapatnya alat dan bahan yang tidak
lengkap dan juga dalam kondisi rusak dan tidak tersedia.Hal ini terjadi karena alat dan bahan
tersebut yang jarang bahkan tidak pernah digunakan hanya disimpan di dalam lemari dalam
jangka waktu yang lama, sehingga apabila ada guru yang ingin mengadakan kegiatan
praktikum dengan alat atau bahan tersebut tidak dapat digunakan.Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Dewi dkk (2013) dimana salah satu kendala dalam pemanfaatan
laboratorium yakni ketersediaan alat dan bahan yang rusak dan kurang lengkap.
3. Masih adanya guru yang tidak menguasai cara menggunakan alat Hasil data wawancara
dan survei terbuka dari salah satu responden guru, bahwa masih adanya guru yang tidak
menguasai cara menggunakan alat untuk praktikum menyebabkan guru enggan untuk
melakukan praktikum.
4. Ketiadaan laboran Laboratorium SMA Negeri se-Kota Medan secara keseluruhan tidak
mempunyai laboran khusus yang mengelola laboratorium.Hal ini juga menjadi faktor utama
terkendalanya pemanfaatan laboratorium. Guru juga merasa kelelahan apabila melaksanakan
kegiatan praktikum karena tidak adanya laboran yang membantu menyiapkan alat dan
bahan.Selain itu tidak adanya laboran khusus yang mengelola laboratorium membuat
laboratorium tidak terawat dengan baik.Hal ini sesuai dengan Katili dkk (2013) dengan
mengatakan bahwa ketiadaan laboran kendala besar dalam pemanfaatan laboratorium.
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Laboratorium fisika di SMA Negeri se-Kota Medan tergolong dalam kategori yang sesuai
dengan Permendiknas No.24 Tahun 2007 yaitu pada perabot, alat peraga, serta alat dan bahan
praktikum, sedangkan pada peralatan P3K dan jam dinding berkategori tidak sesuai.

13
2. Pemanfaatan laboratorium fisika di kelas XI Mia SMA Negeri se-Kota Medan tergolong
dalam kategori baik dengan rata-rata 70,5% (survei guru) dan 67,57% (survei siswa).
3. Faktor penyebab terhambatnya pemanfaatan laboratorium fisika di sekolah antara lain ialah
alokasi waktu yang tidak cukup, ketersediaan alat dan bahan yang masih belum lengkap,
masih adanya guru yang belum terampil menggunakan alat, dan ketiadaan laboran.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran yang diberikan dari
penelitian ini ialah: 1. Kepada kepala sekolah dan pemerintah hendaknya memberikan
perhatian lebih terhadap kondisi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan
pemanfaatan laboratorium yang ada di sekolah, dan juga menyediakan laboran khusus selain
guru untuk menangani pengelolaan laboratorium di sekolah. 2. Diharapkan kepada guru-guru
di sekolah untuk memanfaatkan laboratorium yang ada secara lebih optimal dan kreatif dalam
memberikan alternatif praktikum dengan alat dan bahan yang tersedia di laboratorium. 3.
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan ilmu yang berkaitan
dengan masalah pemanfaatan laboratorium sekolah.

Journal III
PENDAHULUAN
Eksperimen Fisika merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang diterapkan dalam
kurikulum program studi Pendidikan Fisika salah satu LPTK di provinsi Maluku. Kompe-
tensi mahasiswa yang diharapkan dari mata kuliah tersebut adalah “agar mahasiswa dapat
menghayati berbagai konsep dan prinsip fisika lanjut dengan melakukan berbagai eksperimen
fisika dan mampu mengembangkan kreativitas dalam merancang percobaan, termasuk mem-
buat alat bantu pengajaran fisika SMA”.
Sebagai calon guru fisika di sekolah menengah, mahasiswa pada program studi
tersebut dituntut untuk memiliki wawasan yang luas tentang kemampuan mengelola pembe-
lajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidi-kan guru sains pada LPTK di Indonesia, yaitu
untuk menghasilkan calon guru sains yang berwawasan luas tentang kependidikan, serta
memiliki kemampuan atau keterampilan dalam merancang, melaksanakan, dan mengelola
kegiatan pembelajaran (Ditjen Dikti, 2008). Terkait hal dimaksud, maka aktivitas pembela-
jaran yang dilakukan calon guru fisika dalam perkuliahan eksperimen fisika sudah tentu ha-
rus mendukung kinerjanya saat menjadi guru fisika di sekolah. Mengacu pada kompetensi
mahasiswa yang telah ditetapkan program stu-di, maka dapat disebutkan bahwa mahasiswa
mungkin dapat menghayati konsep dasar fisika berdasarkan pengetahuan teoretis; namun se-

14
cara eksplisit belum memunculkan kreativitas mereka dalam mengembangkan desain keg-
iatan praktikum fisika sekolah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan, mengacu pada desain penelitian dan pengembangan (Re-
search and Development) menurut Gall et al.(2003) yaitu: (1) Studi pendahuluan; (2) Peran-
cangan program; (3) Pengembangan program; dan (4) Validasi program.
Metode yang digunakan dalam peneli-tian ini adalah pre-experimental dengan desain
one group pretest-posttest (Creswell, 2007) seperti pada Gambar 2. Sebelum dilakukan
pembelajaran melalui program perkuliahan yang dirancang (X1), mahasiswa diberikan tes
keterampilan berpikir kreatif dalam bereksperimen (O). Setelah pembelajaran berakhir, dapat
diketahui keterlaksanaan penggunaan perang-kat melalui hasil observasi dan peningkatan
kreativitas mahasiswa melalui tes keterampilan berpikir kreatif dalam bereksperimen (O).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh pada studi penda-huluan dianggap bermanfaat sehingga informa-
sinya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelusuran literatur tambahan, untuk
mendukung pengembangan perangkat perku-liahan yang direncanakan. Proses ini dikaitkan
juga dengan pola pengembangan pembelaja-ran kreatif, yang diadaptasikan dari Sternberg
dan William (1996); dan penyesuaian terhadap penggunaan teori belajar yang dapat diterap-
kan, serta hasil-hasil penelitian untuk meleng-kapi proses perancangan program. Sesuai hasil
analisis, maka dibuat empat tahapan pembelajaran yang disusun berdasarkan struk-tur
pembelajaran formal, meliputi tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan kegiatan penutup.
Secara umum terjadi peningkatan untuk ketiga indikator pemahaman mahasiswa den-
gan <g> sebesar 0,65 pada kriteria sedang. Meskipun demikian masih terdapat kekeliruan
sejumlah mahasiswa terhadap pencapaian beberapa IKDB untuk memahami konsep-konsep
dasar fisika. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa aktivitas mahasiswa dalam kegiatan
inti belum dilakukan secara tepat, karena pe-milihan materi kuliah yang berbeda dengan
pengalaman belajar mereka sebelum pengem-bangan program. Temuan ini mendukung hasil
penelitian Trna dan Novak (2010) yang menun-jukkan bahwa prestasi peserta didik akan me-
ningkat bila didukung dengan aktivitas secara berimbang, dan pemilihan materi praktikum
yang sesuai.

BAB III
PEMBAHASAN

15
A. Kelebihan Isi Journal
 Kohensi dan Koherensi

Pada ketiga jurnal tersebut keterkaitan antar materi itu ada, setiap metode dan
pengantar jurnal saling berkaitan, misalnya pada abstrak jurnal pertama dengan abstrak
jurnal kedua itu saling berkaitan dengan penelitian dimana materi pertama membahas
tentang pendahuluan, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta
kesimpulan dan saran dari penelitian itu sendiri.
 Kemuktahiran Isi Buku
Penggunaan bahasa dalam ketiga jurnal tersebut sesuai dengan intelektual
peserta didik. Dimana bahasa yang digunakan dapat menjelaskan konsep dan
pembahasan sampai contoh yang sesuai dengan peserta didik.
 Keterkaitan Antara Isi Jurnal Dengan Bidang Ilmu

Pada jurnal tersebut keterkaitan antara isi jurnal dengan bidang ilmu itu
saling terkait, karna pada isi jurnal ada yang menjelaskan tentang pengamatan di
laboratorium terhadap suatu materi pembelajaran fisika.

B. Kekurangan Isi Journal


 Dari aspek ruang lingkup isi
Jurnal tentang penerapan pemblajaran di sekolah, sudah sangat baik
dikarenakan pemaparan terhadap materi disampaikan dengan sumber-sumber yang
berdasarkan data yang konkrtit dari para ahli, dan isi dari jurnal yang di review ini sangat
padat akan informasi mengenai penrapan pembelajaran fisika berorientasi laboratorium di
sekolah. Adapun kekurangannya adalah ada pada jurnal ketiga pemaparan materinya kurang
menyeluruh dibandingkan pada jurnal pertama dan kedua. Dan pada jurnal pertama tidak
ada saran dari peneliti yang membangun.

 Dari aspek tata bahasa,

Pada jurnal ketiga penjabaran materi tentang penerapan pembelajaran fisika


berorientasi laboratorium tersebut sudah baik bahasa yang digunakan sangat baku. Hal ini
memudahkan pembaca membacanya, walaupun terdapat kata yang tidak lengkap hurufnya.

BAB IV

16
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium, pembelajaran bermakna akan diperoleh
siswa apabila semua siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan
keterampilan manual dan ketrampilan intelektual yang berhubungan dengan pelajaran fisika.
Salah satu cara membuat siswa berpartisipasi sehingga dapat mendukung proses belajar siswa
dengan metode praktikum memberi kesempatan pada siswa untuk menetukan sendiri suatu
fakta yang ingin diketahui. Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa, dimana siswa mencari data dan menemukan hubungan antar variabel. Pelaksanaan
praktikum juga bermanfaat dalam pembentukan keterampilan proses yang dibutuhkan siswa
untuk menyelesaikan permasalahan fisika kontekstual.
Melalui pembelajaran fisika berbasis kegiatan laboratorium, kompetensi dasar siswa
melalui kegiatan berfikir bersikap dan berbuat secara terencana. Ketika siswa berusaha
menja-wab permasalahan guru baik secara mandiri maupun berkelompok, kemampuan
berfikrnya berkembang, dan ketika melakukan pengamatan gejala dalam kegiatan demontrasi
dan eksperimen juga akan terbangun sikap dan psikomotor yang dalam pembelajaran
ekspositori konvensional terabaikan. Sehingga dapat dipastikan bahwa dalam pembelajaran
fisika melalui optimalisasi pengamatan gejala dalam kegiatan laboratorium, akan membangun
kompetensi ilmiah siswa secara baik secara lengkap baik untuk aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.

4.2 Saran
Saran yang diberikan dari penelitian ini ialah kepada kepala sekolah dan pemerintah
hendaknya memberikan perhatian lebih terhadap kondisi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam meningkatkan pemanfaatan laboratorium yang ada di sekolah, dan juga
menyediakan laboran khusus selain guru untuk menangani pengelolaan laboratorium di
sekolah. Diharapkan kepada guru-guru di sekolah untuk memanfaatkan laboratorium yang
ada secara lebih optimal dan kreatif dalam memberikan alternatif praktikum dengan alat dan
bahan yang tersedia di laboratorium. Dan juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
kajian untuk pengembangan ilmu yang berkaitan dengan masalah pemanfaatan laboratorium
sekolah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Subaer, Yusuf . 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Media


Laboratorium Virtual Pada Materi Dualisme Gelombang Partikel Di Sma Tut Wuri
Handayani Makassar. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Satrio, Muhammad Ardi dan Sabani . 2018. Analisis Sarana Prasarana Dan Pemanfaatan
Laboratorium Fisika Sma Negeri Di Kota Medan. Jurnal Ikatan Alumni Fisika
Universitas Negeri Medan. ISSN : 2461-1247 vol 4 (4)
Wattimena, H.S, dkk. 2014. Pengembangan Peragkat Perkuliahan Eksperimen Fisika Untuk
Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Calon Guru Dalam Mendesain Kegiatan
Praktikum Fisika Di SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai