Peneliti :
2
ABSTRAK PENELITIAN
Pemilikan konsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah di kalangan siswa
seringkali dijumpai dalam matapelajaran fisika di tingkat SMA. Konsepsi yang tidak
sesuai dengan konsepsi ilmiah dikenal dengan istilah miskonsepsi. Miskonsepsi
menghambat asimilasi pengetahuan baru di benak para peserta didik. Miskonsepsi sulit
untuk disembuhkan karena peserta didik tidak menyadari adanya kekeliruan konsepsi di
benak mereka. Perlu pendekatan dan strategi khusus untuk meremediasi keadaan
miskonsepsi. Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk remediasi
miskonsepsi adalah pendekatan pengubahan konsepsi (conceptual change approach).
Sedangkan strategi yang sering digunakan dalam aktivitas conceptual change adalah
strategi konflik kognitif. Implementasi pendekatan pengubahan konsepsi dengan
strategi konflik kognitif biasanya dilaksanakan dalam dua modus pembelajaran, yaitu
modus pembelajaran tatap muka di kelas dengan menggunakan Conceptual Change
Oriented Instruction (CCOI) dan modus pembelajaran melalui teks menggunakan
Conceptual Change Text (CCText). Selain modus pembelajaran tatap muka dikelas dan
modus teks, dalam pembelajaran fisika dikenal satu modus pembelajaran lagi yaitu
modus kegiatan laboratorium (praktikum). Sejauh ini aktivitas laboratorium telah
banyak digunakan untuk kepentingan penanaman pemahaman konsep dan pembekalan
berbagai keterampilan sains baik keterampilan berpikir maupun keterampilan proses
sains. Kegiatan laboratorium perannya dapat diperluas untuk aktivitas conceptual
change. Untuk implementasi aktivitas lab yang diorientasikan pada conceptual change
diperlukan suatu model aktivitas lab yang sesuai. Dipandang tepat jika kemudian diberi
istilah model conceptual change lab (CCLab). Kelebihan dari aktivitas laboratorium
dibanding dengan aktivitas pembelajaran tatap muka di kelas dan aktivitas membaca
teks adalah dalam hal luasnya kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dalam rangka konstruksi konsepsi ilmiah di benak.nya. Melalui aktivitas eksplorasi
laboratorium, siswa dapat difasilitasi untuk menemukan kekeliruan konsepsi yang
dimilikinya, sekaligus menemukan konsepsi ilmiah yang sesuai dengan konsepsi para
ilmuwan untuk menggantinya. Untuk membangun model CCLab akan lebih tepat jika
dilakukan melalui riset pengembangan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk
menghasilkan produk model CCLab yang valid dan teruji lengkap dengan perangkat
pendukungnya. Untuk menguji keandalan produk model CCLab yang dihasilkan dalam
memfasilitasi konstruksi dan rekonstruksi konsepsi di kalangan peserta didik maka
selanjutnya produk model CCLab akan diuji coba penggunaannya dalam pembelajaran
fisika di tingkat SMA. Metode ujicoba yang akan digunakan adalah metode eksperimen
dengan subyek para peserta didik pada salah satu SMA di Jawa Barat. Untuk koleksi
data yang dibutuhkan akan digunakan instrumen tes konsepsi dalam format four tier
test. Keandalan produk model CCLab yang dihasilkan akan ditinjau dari berbagai aspek
pengubahan konsepsi, diantaranya: remediasi miskonsepsi, kemajuan konsepsi peserta
didik, level conceptual change dan konsistensi konsepsi ilmiah peserta didik.
3
DAFTARA ISI
Halaman
Lembar Pengesahan .........................................................................................2
Abstrak Penelitian...........................................................................................3
Daftar Isi...........................................................................................................4
Bab I. Pendahuluan...........................................................................................5
Bab II. Roadmap Penelitian............................................................................14
Bab III. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir Penelitian ...........................17
Bab IV. Metodologi Penelitian//.....................................................................31
Bab V. Jadwal penelitian................................................................................42
Daftar Pustaka.................................................................................................43
Pembiayaan.....................................................................................................45
Lampiran-Lampiran........................................................................................46
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
Dalam mata pelajaran fisika banyak sekali materi yang mengandung fenomena
mikroskopis, seperti materi tentang kalor, teori kinetik gas, rangkaian listrik arus
searah, magnet, dan lain-lain. Kuantitas fisik makroskopik ini terkait erat dengan
fenomena mikroskopis, yaitu pergerakan elektron, atau kation atau molekul dalam
bahan serta reaksi-reaksi kimia yang terjadi antar spesies tersebut. Meskipun fenomena
ini tidak dapat langsung diobservasi, tetapi para peserta didik harus memahami
mekanisme fisis dari fenomena mikroskopis ini karena erat kaitannya dengan fenomena
makroskopis yang dapat diamati. Kegagalan dalam memahami fenomena mikro akan
menghambat pada pemahaman yang baik terhadap fenomena makronya. Kegagalan ini
juga yang akhirnya banyak menimbulkan miskonsepsi di benak para peserta didik.
Hasil studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa masih
cukup banyak peserta didik di SMA yang memiliki miskonsepsi pada berbagai konsep
fisika. Beberapa peneliti lain juga telah menemukan miskonsepsi dalam beberapa
konsep fisika, seperti: Kucukozer dan Kocakulah (2007) menemukan miskonsepsi
pada peserta didik sekolah menengah terkait konsep fungsi baterai dalam rangkaian
liatrik arus searah. Suhandi et al. (2017) menemukan miskonsepsi pada peserta didik
sekolah menengah terkait konsep perubahan wujud zat. Aydin (2012) menemukan
miskonsepsi pada siswa sekolah menengah terkait konsep optik geometri. Dan Sahin et
al (2010) menemukan miskonsepsi pada siswa sekolah menengah terkait konsep fluida
statis.
Miskonsepsi tidak boleh dibiarkan tetap tertanam di benak peserta didik, karena
sifatnya resisten terhadap masuknya konsep-konsep ilmiah dan peserta didik akan
menolak menerima ide-ide baru (Hynd et al., 2015) dan mereka adalah hambatan bagi
siswa dalam belajar dan memahami beberapa konsep dalam sains. Dalam fisika satu
konsep dengan yang lain biasanya saling berhubungan, misalnya konsep tekanan
berkaitan erat dengan konsep gaya, sehingga jika siswa memiliki konsepsi yang salah
tentang konsep gaya, maka ia akan sulit memahami konsep tekanan dalam kedalaman.
Kesalahpahaman adalah situasi yang sulit diubah, karena biasanya melekat di benak
siswa dan mereka tidak sadar bahwa konsepsi yang mereka miliki tidak sesuai dengan
konsepsi ilmiah. Diperlukan pendekatan dan strategi khusus untuk melaksanakan
remediasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Pendekatan yang sering digunakan
adalah pendekatan perubahan konseptual (CCA), sedangkan salah satu strategi yang
6
cukup banyak digunakan adalah strategi konflik kognitif. Pendekatan dan strategi ini
dibuat berdasarkan teori konstruktivis. Menurut teori konstruktivis, siswa akan
membangun konsepsi terkait dengan konsep melalui dua cara, yaitu cara asimilasi dan
akomodasi (Cakir, 2008). Para peneliti yang telah menggunakan CCA dengan strategi
konflik kognitif dalam pengajaran perbaikan fisika termasuk: Baser (2006), Kang et al.
(2010), dan Madu & Orji (2015). Pengajaran secara khusus dilakukan dengan tujuan
memulihkan kesalahpahaman yang terjadi pada siswa yang dikenal sebagai remedial
teaching.
Implementasi pengajaran remedial yang berorientasi pada pengubahan
konseptual biasanya dilakukan melalui modus pembelajaran tatap muka di kelas dan
modus teks. Untuk pengajaran remedial dengan modus pembelajaran tatap muka di
kelas, sering digunkan model pembelajaran berorientasi perubahan konsepsi (model
conceptual change oriented instruction = CCOI), sedangkan untuk pengajaran
remedial dengan mode teks sering digunakan teks perubahan konseptual (Conceptual
Change Text = CCText). Model CCOI dan CCText dikembangkan berdasarkan empat
kondisi yang diperlukan untuk perubahan konsepsi, yaitu ketidakpuasan
(dissatisfaction), mudah dipahami (intelligible), masuk akal (plausible), dan berguna
(fruitful) (Hewson & Lemberger, 2000). Salah satu model CCOI yang sering digunakan
untuk pengajaran remedial dengan modus pembelajaran tatap muka di kelas adalah
enam-tahap conceptual change model (CCM) yang dirumuskan oleh Stepans, yang
terdiri atas enam tahap proses pembelajaran sebagai berikut: 1) Fase pengungkapan
konsepsi peserta didik, 2) Fase pengungkapan keyakinan konsepsi peserta didik, 3)
Fase konfrotasi keyakinan konsepsi, 4) Fase akomodasi konsepsi baru, 5) Penguatan
penguatan konsepsi, dan 6) Fase perluasan konsepsi (Stepans et al., 1999). Sedangkan
bagian-bagian dari CCText yang sering digunakan mencakup: 1) bagian 1. Teks
pengungkapan konsepsi awal peserta didik, 2) bagian 2. Teks konfrontasi konsepsi, 3)
bagian3. Teks eksplanasi ilmiah, 4) bagian 4. Teks pernyataan perubahan konsepsi dan
5) bagian 5. teks pengungkapan konsepsi akhir peserta didik.
Dalam matapelajaran fisika terdapat satu modus lagi aktivitas yang dapat
digunakan untuk dalam pembelajaran, yaitu modus kegiatan laboratorium (praktikum).
Dalam pembelajaran fisika kegiatan praktikum memiliki peran dalam menanamkan
pemahaman konten fisika yang utuh dan membekalkan berbagai keterampilan, baik
7
keterampilan proses sains maupun keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOT skills).
Untuk penanaman pemahaman konsep dan keterampilan proses sains dikenal model
praktikum berbasis inkuiri (inquiry lab) sedangkan untuk membekalkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dikenal model praktikum berorientasi pemecahan masalah
(problem solving lab) dan model praktikum berorientasi pembekalan keterampilan
berpikir tinggi (HOT Lab).
Kegiatan praktikum juga berpotensi digunakan untuk kegiatan yang dapat
memfasilitasi proses perubahan konsepsi (conceptual change) di kalangan peserta
didik, karena melalui kegiatan laboratorium juga dapat diimplementasikan empat
kondisi untuk terjadinya perubahan konsepsi, yakni: dissatisfaction, intelligible,
plausible, and fruitful. Keunggulan dari modus kegiatan laboratorium adalah para
peserta didik dapat difasilitasi untuk mengkonstruksi dan mengubah konsepsi yang
dimilikinya melalui kegiatan eksplorasi secara mendalam oleh mereka sendiri. Jadi
pandangan konstruktivisme dapat benar-benar diterapkan.
Sebagaimana dua modus pembelajaran fisika yang digunakan untuk
pengubahan konsepsi yaitu modus pembelajaran tatap muka di kelas dan modus teks
yang masing-masing diberi istilah CCOI dan CCText, maka untuk modus kegitan
laboratorium berorientasi pengubahan konsepsi juga perlu diberi istilah. Ada
pemikiran bahwa istilah yang tepat untuk itu adalah CCLab yang merupakan
kependekan dari conceptual change laboratory, yang berarti kegiatan praktikum yang
berorientasi pengubahan konsepsi peserta didik. Untuk implementasi modus kegiatan
laboratorium dalam proses pengubahan konsepsi diperlukan sintaks atau tahapan
kegiatan laboratorium yang mendukung. Melalui penelitian ini sintaks atau tahapan
model CCLab beserta model lembar kerja peserta didik (LKPD) nya akan
dikembangkan.
Karena dalam pembelajaran fisika, kegiatan laboratorium merupakan salah satu
kegiatan yang penting, maka model CCLab yang dapat memfasilitasi remediasi
miskonsepsi yang terjadi di kalangan peserta didik dapat dijadikan alternatif yang
dapat dipertimbangkan. Pengembangan model CCLab ini relevan dengan Renstra
Penelitian UPI 2016-2020 (tahun 2019) yang mencakup beberapa program, di
antaranya adalah: 1) Pengembangan arah kebijakan penelitian universitas; 2)
Pengembangan inovasi pembelajaran berbasis penelitian; 3) Peningkatan sarana dan
8
sumber belajar yang berorientasi penelitian; 4) Penyediaan dukungan fasilitas
penelitian, publikasi internasional, dan pemerolehan HKI; dan 5) Pengembangan arah
kebijakan dan program pengabdian kepada masyarakat berbasis inovasi dan hasil-hasil
penelitian untuk pemberdayaan masyarakat. Pengembangan model CCLab ini
merupakan perwujudan dari renstra penelitian nomor 2 yaitu “pengembangan inovasi
pembelajaran berbasis penelitian”. Karena hasil-hasilnya dapat dipublikasikan dan
didaftarkan di HKI maka kegiatan penelitian ini juga menunjang pada realisasi renstra
nomor 4. Karena UPI merupakan perguruan tinggi yang bergerak dalam bidang
pendidikan, maka riset-riset yang menghasilkan produk yang dapat menunjang pada
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan di berbagai level formal tentu akan
menjadi target keunggulan.
Berdasarkan paparan di atas, melalui penelitian ini direncanakan akan
dilakukan riset pengembangan model aktivitas laboratorium (praktikum) yang
diorientasikan pada perubahan konsepsi peserta didik ke arah pemilikan konsepsi
ilmiah, yang diberi judul “Pengembangan model Conceptual Change Laboratory
(CCLab) untuk konstruksi dan rekonstruksi peserta didik SMA dalam mata pelajaran
Fisika”. Karena sepengetahuan peneliti hingga saat ini belum muncul dan dikenal
istilah model CCLab di kalangan para pendidik mata pelajaran fisika khususnya dan
para pendidik bidang sains umumnya, maka model CCLab yang dikembangkan dapat
diklaim sebagai produk baru dan original dari kegiatan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah model conceptual change
laboratory (CCLab) yang dikembangkan memiliki efektivitas yang tinggi dalam
memfasilitasi terjadinya perubahan konsepsi para peserta didik SMA ke arah konsepsi
yang ilmiah?
Agar permasalahan penelitian ini lehih fokus dan spesifik, maka selanjutnya
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimanakan karakteristik model CCLab yang dikembangkan untuk memfasilitasi
terjadinya perubahan konsepsi di kalangan peserta didik?
9
2. Apakah penerapan produk model CCLab dalam pembelajaran fisika memiliki
efektivitas yang tinggi dalam memfasilitasi terjadinya remediasi miskonsepsi di
kalangan para peserta didik SMA?
3. Apakah penerapan produk model CCLab dalam pembelajaran fisika memiliki
efektivitas yang tinggi dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai
kemajuan konsepsi tipe berprogres dengan baik?
4. Apakah penerapan produk model CCLab dalam pembelajaran fisika memiliki
efektivitas yang tinggi dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai
perubahan konsepsi tipe konstruksi dan rekonstruksi?
5. Apakah penerapan produk model CCLab dalam pembelajaran fisika memiliki
efektivitas yang tinggi dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai
kekonsistenan konsepsi ilmiah?
6. Bagaimana tanggapan para peserta didik terhadap penerapan produk model CCLab
dalam pembelajaran Fisika di tingkat SMA?
C. Tujuan Penelitian
Tuijuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian pengembangan ini adalah:
1. Menghasilkan produk model CClab lengkap dengan ciri karakteristiknya beserta
sintaks dan perangkatnya yang valid dan teruji dalam memfasilitasi terjadinya
perubahan konsepsi di kalangan para peserta didik SMA?
2. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan produk model CCLab
dalam memfasilitasi terjadinya remediasi miskonsepsi di kalangan para peserta
didik SMA.
3. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan produk model CCLab
dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai kemajuan konsepsi tipe
berprogres dengan baik.
4. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan produk model CCLab
dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai perubahan konsepsi tipe
konstruksi dan rekonstruksi.
5. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan produk model CCLab
dalam memfasilitasi para peserta didik SMA mencapai kekonsistenan konsepsi
ilmiah.
10
6. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan para peserta didik terhadap penerapan
produk model CCLab dalam pembelajaran Fisika di tingkat SMA?
D. Manfaat Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya terhadap perbaikan kualitas proses dan hasil pembejaran fisika di tingkat
SMA, baik dari sisi teoretis maupun sisi praktis.
1. Manfaat teoretis
Produk conceptual change laboratory yang dihasilkan beserta teori-teori dan
konsep-konsep yang digunakan dalam proses pengembangannya dapat memperkaya
khasanah model-model aktivitas laboratorium yang telah dikembangkan sebelumnya
untuk pembelajaran Fisika yang berorientasi pada pengubahan konsepsi peserta didik.
2. Manfaat Praktis
Produk model conceptual change laboratory yang dikembangkan dapat
digunakan secara langsung oleh para guru mata pelajaran Fisika dalam pelaksanaan
pembelajaran Fisika di SMA yang berorientasi pada pengubahan konsepsi peserta
didik.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami setiap istilah dan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, dilakukan pendefinisian secara operasional terhadap
istilah dan variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
1. Pengembangan didefinisikan sebagai kegiatan riset dan pengembangan (R & D)
yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk yang valid dan teruji. Proses
pengembangannya dilakukan dengan tahapan “rancang-buat-validasi-ujicoba
implementasi” secara iterasi hingga diperoleh produk yang valid dan teruji.
2. Conceptual change laboratory yang disingkat sebagai CCLab didefinisikan
sebagai pola aktivitas dan konten kegiatan laboratorium yang dikonstruksi secara
khusus dengan orientasi pada pengubahan konsepsi peserta didik menuju konsepsi
ilmiah. Pola aktivitas kegiatan laboratorium yang diorientasikan pada perubahan
konsepsi peserta didik tersebut dikonstruksi dengan berlandaskan pada empat
kondisi untuk terjadinya pengubahan konsepsi peserta didik, yaitu: 1.
11
Dissatisfaction, 2. intelligible, 3. plausible, dan 4. fruitful. Untuk panduan
implementasinya, model CCLab yang dikembangkan juga akan dilengkapi dengan
berbagai perangkat pendukung seperti lembar kerja peserta didik (LKPD), alat dan
bahan praktikum serta berbagai instrumen evaluasi.
3. Perubahan konsepsi (Conceptual Change) didefinisikan sebagai konstruksi dan
rekonstruksi konsepsi ke arah konsepsi ilmiah yang diindikasikan oleh tiga ukuran
perubahan konsepsi yaitu remediasi miskonsepsi, kemajuan konsepsi dan level
perubahan konsepsi. Remediasi miskonsepsi, kemajuan konsepsi dan level
perubahan konsepsi ditentukan berdasarkan data keadaan konsepsi siswa yang
diidentifikasi melalui tes konsepsi dalam format four tier test.
4. Kekonsistenan konsepsi didefinisikan sebagai keajegan konsepsi ilmiah yang telah
diakomodasi peserta didik melalui aktivitas CCLab. Keajegan konsepsi ilmiah
ditentukan berdasarkan keadaan konsepsi siswa yang diidentifikasi oleh tiga soal
tes konsepsi yang berbeda tetapi ketiganya mengukur konsep yang sama.
F. Luaran Penelitian
Luaran yang ditargetkan dari kegiatan penelitian ini adalah berupa model
conceptual change laboratory (CCLab) lengkap dengan perangkatnya, seperti lembar
kerja peserta didik (LKPD), peralatan praktikum dan instrumen evaluasi. Luaran lain
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah berupa publikasi ilmiah baik artikel yang
disampaikan dalam forum ilmiah maupun yang diterbitkan pada jurnal internasional
bereputasi, serta pemerolehan HKI untuk produk model CCLab yang dihasilkan. Target
capaian penelitian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Capaian Indikator Capaian
12
D. Urgensi Penelitian
Penelitian ini urgen untuk dilakukan mengingat: (1) miskonsepsi peserta didik
terhadap konsep-konsep fisika masih sering dijumpai di kalangan para peserta didik
SMA; (2) Dalam proses remediasi miskonsepsi yang terjadi pada para siswa SMA
perlu digunakan strategi dan pendekatan yang melibatkan secara aktif para siswa yang
mengalami miskonsepsi tersebut; (3) Modus aktivitas laboratorium belum banyak
digunakan dalam proses remediasi miskonsepsi yang terjadi pada para peserta didik di
level SMA; (4) Dibutuhkan model kegiatan laboratorium yang diorientasikan pada
perubahan konsepsi peserta didik mengarah pada pemilikan konsepsi ilmiah dan 5) Jika
model kegiatan laboratorium berorientasi perubahan konsepsi ini dapat terwujud maka
guru fisika memiliki banyak pilihan modus pembelajaran untuk keperluan remediasi
miskonsepsi yang terjadi pada para peserta didik.
13
BAB II. ROADMAP PENELITIAN
14
Penelitian yang akan dilakukan tercakup dalam pengembangan dan pemanfaatan
kegiatan laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran fisika.
Tersedia ragam pilihan modus untuk kegiatan pembelajaran fisika di SMA yang
berorientasi pada perubahan konsepsi.
15
Dari Gambar 2.2. Tampak bahwa penelitian yang akan dilakukan ini berada pada jalur
penerapan model-model kegiatan laboratorium hasil pengembangan dalam
pembelajaran fisika di tingkat SMA dan pengembangan model-model kegaiatan
laboratorium baru untuk keperluan pembelajaran fisika yang lebih luas lagi seperti
keperluan pengubahan konsepsi yang keliru. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari
rangkaian penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan fokus pengembangan model-
model aktivitas laboratorium untuk kepentingan pembelajaran fisika di SMA.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan peneliti meliputi pengembangan
dan penggunaan berbagai model kegiatan laboratotium inovatif dalam pembelajaran
fisika di tingkat SMA, seperti: pengembangan dan penggunaan model contextual
laboratory (CTLab), model higher order thinking laboratory (HOTLab), dan model
virtual higher order thinking laboratory (Virtual-HOTLab). Beberapa hasil riset
tersebut telah dipublikasikan pada berbagai proceeding dan jurnal internasional
terindeks scopus yang dapat dilihat pada curiculum vitae peneliti.
16
BAB III. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN
17
Jika konsepsi peserta didik sama dengan konsepsi fisikawan yang
disederhanakan, maka konsepsi peserta didik tersebut tidak dapat dikatakan salah.
Tetapi kalau konsepsi peserta didik sungguh-sungguh tidak sesuai dengan konsepsi
para fisikawan, maka peserta didik tersebut dikatakan mengalami kekeliruan konsepsi
atau sering disebut mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi didefinisikan sebagai suatu
interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima karena
tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang disepakati para ilmuwan. Miskonsepsi juga
dapat diartikan sebagai keadaan yang memiliki pengertian yang tidak akurat terhadap
suatu konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang keliru,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang
tidak benar (Suhandi & Samsudin, 2018).
Miskonsepsi sulit untuk diubah, karena biasanya sudah melekat kuat di benak
para peserta didik. Bahkan para peserta didik sendiri tidak menyadari akan miskonsepsi
yang dimilikinya. Perlu strategi khusus untuk mengobati keadaan miskonsepsi hingga
dapat sembuh dan berubah menjadi konsepsi ilmiah. Peserta didik meyakini kebenaran
akan konsepsi yang mereka miliki, sekalipun konsepsi tersebut tidak sesuai dengan
konsepsi ilmiah (Hynd et al., 2015). Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk meremediasi miskonsepsi yang terjadi pada diri peserta didik adalah pendekatan
pengubahan konsepsi (conceptual change approach).
18
baru untuk mengganti konsepsi lama yang dimiliki. Jika konsepsi baru lebih masuk
akal bagi peserta didik, maka akomodasi konsepsi baru akan terjadi.
Hynd et al. (1997) telah menunjukkan bahwa perubahan konsepsi berlangsung
secara sedikit demi sedikit dan bertahap. Perubahan konsepsi bukanlah proses cepat
dan sederhana dimana siswa akan menghabiskan beberapa waktu dalam keadaan
konsepsi yang tidak stabil, berosilasi antara konsepsi lama yang mereka miliki dengan
konsepsi ilmiah baru yang diterima (Grayson, 2004).
Duit dan Treagust (2003) melakukan penelitian tentang perubahan konsepsi
dalam 3 dekade terakhir dan menemukan bahwa model perubahan konsepsi yang paling
terkenal dalam pendidikan sains adalah yang diajukan oleh Posner, Strike, Hewson and
Gertzog. Menurut model ini konflik konsepsi diperlukan untuk memulai perubahan
konsepsi: Jika peserta didik tidak puas dengan konsepsi yang dimilikinya selama ini
dan konsepsi penggantian yang diterima dapat dipahami, masuk akal dan berguna,
proses akomodasi konsepsi baru akan terjadi (Duit & Treagust, 2003)
Pandangan klasik tentang perubahan konsepsi memegang perspektif
konstruktivis individual dan menganggap bahwa belajar menrupakan aktivitas individu
di mana peserta didik secara aktif menemukan dan membangun pengetahuan untuk
dirinya sendiri. Pandangan yang lebih baru tentang perubahan konsepsi menganjurkan
untuk memandang proses belajar sains dari dua perspektif konstruktivisme, yakni
perspektif konstruktivisme individu dan perspektif konstruktivisme sosial (Driver,
Asoko, Leach, Mortimer, & Scott, 1994). Konstruktivisme sosial memandang bahwa
peserta didik perlu dilibatkan dalam praktik sains melalui interaksi sosial dan dukungan
dari orang-orang yang lebih berpengalaman seperti guru. Menurut perspektif
konstruktivisme individu, peserta didik harus secara aktif melibatkan diri mereka dalam
pencarian makna pribadi dan konstruksi pengetahuan.
Lee dan Kwon mengembangkan model proses konflik kognitif untuk
menciptakan kondisi konflik kognitif, dengan cara menghadapkan peserta didik pada
situasi anomali yang tidak sesuai dengan persepsinya dalam pembelajaran sains (seperti
dikutip dalam Lee et. al, 2003). Model ini memiliki tiga tahap: pendahuluan, konflik
dan resolusi. Tahap awal merupakan proses di mana seorang peserta didik yang telah
memiliki keyakinan akan kebenaran konsepsi yang dimilikinya, menerima situasi yang
bertentangan dengan konsepsinya. Pada tahap kedua, konflik kognitif terjadi ketika
19
peserta didik merasakan situasi yang tidak normal, mengekspresikan minat atau
kecemasan tentang penyelesaian konflik kognitif yang dialaminya, dan terlibat dalam
penilaian kognitif dari situasi yang dihadapinya. Pada tahap akhir, peserta didik akan
menyelesaikan atau mengabaikan konflik kognitif yang terjadi di benaknya.
20
sumber data dengan cara yang dapat mendorong peserta didik untuk mengkonfrontasi
prakonsepsi yang dimilikinya, bekerja untuk mengakomodasi konsepsi baru dan
mengembangkan keterampilan metakognitif (Stepans, 2011).
Modus teks juga telah banyak digunakan untuk pengajaran remedial yang
berorientasi pengubahan konsepsi. Teks perubahan konsepsi (conceptual change text)
atau CCText, merupakan strategi perubahan konsepsi yang dapat digunakan untuk
meremediasi miskonsepsi yang dialami peserta didik melalui aktivitas membaca
(Guzzetti et.al, 1993; Hynd, McWhorter, Phares & Suttles, 1994; Chambers & Andre,
1997; Kim & Van Dunsen, 1998). CCText merupakan teks yang mengidentifikasi dan
menganalisis, sekaigus mengkonfrontasi miskonsepsi yang dimiliki peserta didik dalam
pikiran mereka. Kelebihan dari modus teks dibanding modus tatap muka adalah dalam
hal penggunaan waktu. Salah satu kendala yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan
kegiatan pengajaran remedial adalah keterbatasan waktu yang tersedia jika dilakukan
secara tatap muka di kelas.
Teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata
organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Terdapat berbagai
jenis teks yang biasa digunakan dalam bahan bacaan, antara lain: teks deskripsi, teks
diskusi, teks eksplanasi, teks eksposisi, teks narasi, teks negosiasi, teks prosedural dan
lain-lain. Teks yang dikonstruksi untuk kepentingan pengubahan konsepsi dikenal
sebagai teks pengubahan konsepsi atau conceptual change text (disingkat CCText).
Karena CCText merupakan tipe teks yang sengaja dikembangkan untuk pengajaran
remedial yang berorientasi remediasi miskonsepsi yang dialami para peserta didik,
maka dalam strukturnya harus mengandung empat kondisi untuk terjadi perubahan
konsepsi dan enam tahap model pengubahan konsepsi (CCM). Sebagai sebuah teks,
CCText dapat dibangun dari perpaduan jenis-jenis teks yang ada, seperti teks
eksplanasi, teks diskusi dan teks prosedural.
Beberapa peneliti telah menguji keefektifan penggunaan CCText dalam
pengajaran remedial Fisika, seperti: Suhandi et al. (2017) menguji kefektifan CCText
dalam pengajaran remedial konsep mendidih, Aydin (2012) menguji potensi CCText
dalam pembelajaran materi optik geometri, Sahin et al. (2010) menguji keefektifan
penggunaan CCText dalam pembelajaran materi tekanan fluida. Semua temuan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan teks perubahan konsepsi dalam
21
pembelajaran fisika dapat meningkatkan akuisisi peserta didik terhadap konsepsi ilmiah
dan alat yang efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.
Karena peran dan orientasi dari kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika
dapat berbeda-beda, maka desain isi dan aktivitas kegiatan praktikum juga akan
berbeda-beda. Desain kegiatan praktikum untuk tujuan memverifikasi informasi akan
berbeda dengan desain kegiatan praktikum untuk tujuan kegiatan penemuan dalam
pembelajaran Fisika, demikian juga dengan desain kegiatan praktikum untuk tujuan
pembekalan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Karena desain kegiatan dan orientasinya berbeda-beda, maka kompetensi yang
dapat dibangun oleh setiap desain praktikum juga akan berbeda-beda. Beberapa
22
kompetensi hasil pembelajaran Fisika yang dapat dibangun melalui kegiatan praktikum
antara lain: (Suhandi & Utari, 2018)
(1) membangkitkan dan mempertahankan minat, sikap, kepuasan, keterbukaan dan
rasa ingin tahu dalam sains;
(2) mengembangkan pemikiran kreatif dan kemampuan pemecahan masalah;
(3) mempromosikan aspek pemikiran ilmiah dan metode ilmiah (misalnya:
merumuskan hipotesis dan membuat asumsi);
(4) mengembangkan pemahaman konseptual dan kemampuan intelektual;
(5) mengembangkan kemampuan bereksperimen (misalnya: merancang dan
melaksanakan penyelidikan, melakukan pengamatan dan pengukuran, perekaman
data, serta menganalisis dan menafsirkan hasil pengukuran);
(6) menumbuhkan keterampilan inkuiri sains yang dapat ditransfer dalam pemecahan
masalah bidang lain;
(7) membantu siswa menghargai dan meniru peran para ilmuwan; dan
(8) membantu siswa memahami sifat tentatif dari teori dan model ilmiah.
23
1. Remediasi Miskonsepsi
Remediasi miskonsepsi didefinisikan sebagai penyembuhan miskonsepsi
melalui penerapan suatu strategi pembelajaran yang relevan. Seorang peserta didik
yang mengalami miskonsepsi dapat diremediasi sehingga konsepsi yang dimilikinya
menjadi konsepsi yang ilmiah yaitu konsepsi yang sesuai dengan pandangan para
ilmuwan. Untuk mengidentifikasi terjadinya remediasi miskonsepsi setelah dilakukan
suatu treatmen yang berorientasi pengubahan konsepsi, maka perlu dilakukan
identifikasi keadaan konsepsi peserta didik pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan
pengajaran remedial. Bagan alur remediasi miskonsepsi ditunjukan pada Gambar 3.1.
Tidak
Miskonsepsi
Teremediasi
Miskonsepsi Treatment
Konsepsi
Teremediasi Ilmiah
Untuk identifikasi keadaan konsepsi peserta didik pada saat sebelum dan sesudah
dilakukan treatment, dapat digunakan tes konsepsi seperti yang telah dipaparkan pada
bagian buku ini sebelumnya.
24
konsepsi ilmiah, akan tetapi ketika dihadapkan pada persoalan konsepsi serupa dalam
bentuk lain tampak konsepsinya tidak ilmiah lagi. Jika itu terjadi, maka dapat dikatakan
bahwa peserta didik tersebut tidak memiliki kekonsistenan atau keajegan konsepsi
ilmiah. Untuk memastikan bahwa konsepsi ilmiah sudah benar-benar dimiliki para
peserta didik secara ajeg, maka dapat dilakukan dengan cara menghadapkan pada tiga
persoalan konsepsi serupa dalam bentuk yang berbeda. Berdasarkan hasil identifikasi
konsepsi peserta didik dengan tiga persoalan serupa tersebut, selanjutnya dapat dibuat
pengkategorian kekonsistenan konsepsi ilmiah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.
25
menentukan tindakan lebih lanjut atas kecenderungan perkembangan konsepsi yang
ditemui; dan 3) memantau progres konsepsi peserta didik selama proses pembelajaran.
Berdasarkan kecenderungan kemajuan konsepsi dari keadaan sebelum
pembelajaran, ke keadaan dalam proses pembelajaran, lalu ke keadaan setelah
pembelajaran, maka terdapat tipe-tipe conceptual progression yang dapat digunakan
untuk menggambarkan kemajuan konsepsi yang terjadi pada diri peserta didik, seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.3.
26
konsepsi yang terjadi juga akan bervariasi. Sehubungan dengan hal tersebut untuk
melabeli bentuk-bentuk perubahan konsepsi yang terjadi dari keadaan sebelum
pembelajaran ke setelah pembelajaran, diperkenalkan istilah level of conceptual change
yang bisa diterjemahkan sebagai tingkat perubahan konsepsi.
Tingkat perubahan konsepsi merupakan tingkatan yang menggambarkan
bentuk perubahan konsepsi yang terjadi pada peserta didik dari keadaan awal sebelum
proses pembelajaran ke keadaan akhir setelah pembelajaran. Tingkat perubahan
konsepsi dibagi menjadi beberapa kategori, sebagai berikut: 1) memiliki konsepsi
ilmiah sejak awal (KISA), 2) statis (ST), 3) disorientasi (DO), 4) revisi (rekonstruksi)
(RK) dan 5) konstruksi (KT). Konsepsi ilmiah sejak awal merupakan tingkat
perubahan konsepsi dimana peserta didik menunjukkan pemilikan konsepsi ilmiah baik
pada saat sebelum maupun pada setelah pelaksanaan pembelajaran. Statis merupakan
tingkat perubahan konsepsi dimana peserta didik menunjukkan pemilikan konsepsi
yang tetap (tidak berubah) antara sebelum dan sesudah pembelajaran, misalnya tetap
miskonsepsi atau tetap tidak memiliki konsepsi. Disorientasi merupakan tingkat
perubahan konsepsi dimana konsepsi peserta didik berubah kearah yang lebih tidak
ilmiah antara sebelum dan sesudah pembelajaran, misalnya dari berubah dari keadaan
konsepsi ilmiah menjadi keadaan miskonsepsi. Revisi atau rekonstruksi merupakan
tingkat perubahan konsepsi dimana konsepsi peserta didik berubah keadaan
miskonsepsi ke keadaan konsepsi ilmiah dari sebelum ke setelah pembelajaran.
Sedangkan konstruksi merupakan tingkat perubahan konsepsi dimana konsepsi
peserta didik berubah dari keadaan tidak memiliki konsepsi ke keadaan konsepsi
ilmiah dari sebelum ke setelah pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat perubahan konsepsi yang dicapai peserta didik,
maka terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi keadaan konsepsi para peserta didik
pada saat sebelum dan saat sesudah pembelajaran, yang biasanya dilakukan dengan
cara memberikan tes konsepsi kepada para peserta didik. Berdasarkan perubahan
konsepsi peserta didik dari saat sebelum ke sesudah pembelajaran, selanjutnya dapat
ditentukan tingkat perubahan konsepsi seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.
27
Tabel 3.4. Pedoman penentuan tingkat perubahan konsepsi
28
Menurut standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran
fisika tingkat SMA, setelah mengikuti pembelajaran fisika
para peserta didik memiliki pemahaman yang utuh tentang
fisika. Ini menyiratkan peserta didik harus terbebas dari
kekeliruan konsepsi atau yang sering disebut keadaan
miskonsepsiu
Bila
Perlu dikembangkan
Settingnya
29
H. Studi Pendahuluan yang Telah Dilakukan Tentang Pengembangan Kegiatan
Laboratorium
Studi pendahuluan yang telah dilakukan adalah berupa analisis kebutuhan
model CCLab melalui studi kebijakan pemerintah dari berbagai peraturan menteri
terkait, studi lapangan (field study) dan studi literatur. Studi literatur berupa kajian
tentang konsepsi dan model mental; pendekatan pengubahan konsepsi (conceptual
change approarch); strategi konflik kognitif; Conceptual change models (CCM);
Conceptual change text (CCText); dan model-model praktikum fisika. Need assessment
yang telah dilakukan berupa pengumpulan informasi melalui survey keadaan konsepsi
peserta didik SMA, studi dokumentasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dikembangkan para guru fisika SMA, observasi pelaksanaan pembelajaran fisika untuk
mengamati penanaman pemahaman konsep, dan observasi kegiatan laboratorium yang
diselenggarakan di SMA.
Penelitian lain yang sejenis dengan penelitian yang diusulkan yang telah
dilakukan tim peneliti antara lain pengembangan contextual laboratory (Contextual
Lab), pengembangan inquiry laboratory (Inquiry Lab), pengembangan problem solving
laboratory (Problem Solving Lab), dan pengembangan higher order thinking skill
laboratory (HOTS Lab). Pengembangan model CCLab merupakan perluasan peran dari
kegiatan laboratorium untuk kepentingan remediasi miskonsepsi.
30
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan model CCLab untuk
panduan aktivitas kegiatan laboratorium berorientasi pengubahan konsepsi peserta
didik SMA. Pengembangan ini dilandasi oleh adanya kebutuhan akan model CCLab
sebagai alternatif modus untuk pembelajaran fisika berorientasi pengubahan konsepsi
peserta didik. Proses pengembangan ini dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan
antara lain tahapan studi pendahuluan untuk melakukan analisis kebutuhan; kemudian
tahap studi literatur untuk menentukan isi dan tahapan model CCLab yang tepat sesuai
kebutuhan; lalu tahap perancangan model CCLab yang difokuskan pada perancangan
tahapan kegiatan, konten pada setiap tahap, serta aktivitas-aktivitas pada setiap tahapan
yang diwujudkan dalam rancangan lembar kerja peserta didik (LKPD), serta instrumen
evaluasi yang mendukung pada pencapaian kemajuan konsepsi tipe berprogres dengan
baik; dan tahap konstruksi LKPD CCLab berdasarkan rancangan yang telah dibuat,
tahap validasi ahli, dan tahap uji implementasi CCLab yang dikembangkan dalam
kegiatan laboratorium fisika di tingkat SMA. Sesuai dengan fokus dan tahapan
penelitian yang dilakukan maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode research and development (R & D) yang dirumuskan oleh Borg & Gall (2003)
yang meliputi tahapan: analisis kebutuhan, pengembangan produk (perancangan,
pembuatan, dan validasi produk), uji coba lapangan dari produk yang dihasilkan, dan
penyempurnaan produk atas dasar hasil uji coba lapangan. Bagan alur penelitian
ditunjukkan pada Gambar 4.1.
31
Analisis Pengembangan Uji coba Revisi produk
Kebutuhan (Need produk (product lapangan (Product
Assesment) development) (field testing) revision)
Studi kebijakan
pemerintah Perancangan
Uji penggunaan Revisi produk
tentang standar CCLab
produk CCLab CCLab
isi, standar Pembuatan
dalam skala berdasarkan
proses dan Tahapan model
terbatas rekomentasi hasil
standar CCLab dan
uji implementasi
kompetensi LKPD sesuai
pada kurikulum hasil rancangan
2013 tingkat Validasi ahli Gambaran Produk CCLab
SMA untuk (expert efektivitas yang valid dan
Matapelajaran judgement) produk CCLab teruji
Fisika produk CCLab dalam
Identifikasi Uji coba lapangan meremediasi
keadaan penggunaan miskonsepsi,
konsepsi peserta CCLab dalam memfasilitasi
didik SMA skala terbatas pencapaian
Studi literatur Revisi produk kemajuan
modus-modus CCLab konsepsi
pembelajaran berdasarkan dalam tipe
fisika hasil validasi berprogres
berorientasi ahli dengan baik
remediasi Perancangan dan memfasilitasi
miskonsepsi validasi pencapaian
Studi literatur instrumen level
penggunaan penelitian conceptual
modus kegiatan change
laboratorium konstruksi dan
untuk rekonstruksi
pembelajaran
fisika
berorientasi
perubahan
konsepsi
Gambar 4.1. Model pengembangan produk CCLab yang digunakan dalam penelitian
32
1. Tahap Studi Pendahuluan (Analisis Kebutuhan)
Tahap ini dilakukan dengan metode survey, dengan tujuan melakukan analisis
kebutuhan untuk pengembangan model CClab dengan kegiatan mencakup: 1) studi
kebijakan untuk mendapatkan gambaran tentang tuntutan ideal standar isi, standar
proses dan standar kompetensi pembelajaran fisika menurut kurikulum 2013 melalui
studi dokumentasi peraturan-peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan dan
dokumen lain yang relevan; 2) studi lapangan untuk mengidentifikasi keadaan konsepsi
fisika para siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran reguler dengan gurunya dan
untuk mendapatkan gambaran praktik-praktik pembelajaran fisika yang
diselenggarakan guru, dengan cara observasi pelaksanaan perbelajaran dan studi
dokumentasi SAP dan silabus perkuliahan yang dibuat guru; dan 3) studi literatur untuk
mendapatkan gambaran tentang model-model, metode-metode dan pendekatan-
pendekatan pembelajaran fisika yang berorientasi pengubahan konsepsi yang terjadi
pada para siswa. Fokus kegiatan pada tahap analisis kebutuhan ini adalah pengumpulan
informasi-informasi yang berkaitan tuntutan ideal kompetensi hasil pembelajaran fisika
yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013 dan kenyataan di lapangan terkait keadaan
konsepsi para siswa dan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dari
kedua informasi ini dapat diidentifikasi masalah yang dialami oleh para siswa dalam
hal pencapaian penguasaan konsep. Selain itu kegiatan ini juga difokuskan pada
pengumpulan berbagai informasi dan hasil-hasil penelitian relevan untuk menentukan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rangka pengubahan konsepsi para siswa yang
mengalami masalah.
33
pada perancangan tahapan (sintaks) dan isi model CCLab. Tahapan (sintaks) model
CCLab akan dirancang dengan berdasarkan pada empat kondisi untuk terjadi
perubahan konsepsi dan dipadukan pendekatan conceptual change dan strategi konflik
kognitif. Perancangan aktivitas kegiatan CCLab akan difokuskan pada perancangan
lembar kerja peserta didik (LKPD) yang dapat memfasilitasi terjadinya pengubahan
konsepsi melalui kegiatan praktikum. Sedangkan rancangan konten untuk kegiatan
CCLab adalah konten-konten fisika yang mengandung fenomena mikroskopis yang
sering dipahami secara keliru oleh para siswa.
Tahap pembuatan produk model CCLab difokuskan pada realisasi rancangan
produk model CCLab beserta LKPDnya yang telah dibuat. Jumlah LKPD yang dibuat
disesuaikan dengan jumlah konsep yang akan ditinjau. Di samping itu juga dilakukan
pembuatan perangkat pendukung aktivitas laboratorium lainnya untuk menunjang
kelancaran kegiatan laboratorium yang akan dilaksanakan.
Tahap validasi produk model CCLab difokuskan pada penilaian untuk
mendapatkan saran perbaikan produk model CClab yang telah dibuat dari para ahli.
Obyek penilaian meliputi berbagai aspek, baik aspek sintaks, konten maupun
aktivitasnya, serta LKPD, terutatama kesesuaian dengan tujuan kegiatan yaitu
pengubahan konsepsi peserta didik. Validasi produk akan dilakukan oleh minimal tiga
orang validator ahli yang berasal dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program studi pendidikan Fisika. Validasi juga dilakukan terhadap instrumen
penelitian.
O1 X O1, O2
Disini O1 adalah tes konsepsi, O2 adalah identifikasi sikap peserta didik terhadap
penggunaan CCLab dan X adalah perlakuan berupa aktivitas model CCLab.
35
Prosedur Output Lokasi Indikator capaian
C. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam keseluruhan
kegiatan penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada Tabel 4.1. Jenis instrumen
dan teknik pengumpulan data dikembangkan mengacu pada desain penelitian dan
pengembangan.
36
Tabel 4.1. Jenis data, sumber data dan bentuk instrumen yang akan digunakan
37
Tabel 4.2. Kategori konsepsi peserta didik berdasarkan data
hasil four-tier test
Tier 1 Tier 2 Tier 3 Tier 4 Keadaan Konsepsi
Benar Yakin Benar Yakin Konsepsi ilmiah
Benar Yakin Benar TidakYakin Tidak memiliki Konsepsi
Benar Tidak Yakin Benar Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Benar Yakin Salah Yakin Miskonsepsi
Benar Yakin Salah Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Benar Tidak Yakin Salah Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Yakin Benar Yakin Miskonsepsi
Salah Yakin Benar TidakYakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Tidak Yakin Benar Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Yakin Salah Yakin Miskonsepsi
Salah Yakin Salah Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Tidak Yakin Salah Yakin Tidak memiliki Konsepsi
Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Tidak memiliki Konsepsi
38
Tabel 4.3. Kriteria efektivitas penggunaan CCLab dalam meremediasi
Miskonsepsi para peserta didik SMA
Rendah N<50%
Rendah N<50%
39
Tabel 4.5. Kriteria efektivitas penggunaan CCLab dalam memfasilitasi
pencapaian kemajuan konsepsi tipe berprogres dengan baik
Rendah N<50%
Data respon atau tanggapan peserta didik terhadap penggunaan model CCLab
yang dikembangkan dijaring melalui penyebaran skala sikap. Data ini kemudian diolah
melalui perhitungan persentase jumlah responden yang memberikan persetujuan atau
pertidaksetujuan terhadap setiap butir pernyataan yang diajukan. Tanggapan
persetujuan yang diberikan peserta didik dinyatakan dalam tanggapan SS (sangat
setuju) dan S (setuju), sedangkan respon pertidaksetujuan dinyatakan dalam tanggapan
TS (Tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Proses perhitungan tersebut dilakukan
dengan menggunakan Persamaan 4.1.
(3.2) (4.1)
Keterangan:
PTR (%) : Persentase responden terhadap suatu tanggapan
JR : Jumlah responden pada suatu tanggapan
JSR : Jumlah seluruh responden
40
Tabel 4.6.Kriteria Jumlah Responden terhadap suatu tanggapan (sikap)
41
BAB V. JADWAL PENELITIAN
Tahun 2019
No. Jenis kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
42
DAFTAR PUSTAKA
Abak, A., Eryilmaz, A., Yilmaz, S., Yilmaz, M. (2001). Effect of Bridging Analogies
on Students’ misconceptions about gravity and inertia . Hacettepe Üniversitesi
Eğitim Fakültesi Dergisi 20: 1-8.
Aydin, S. (2012). Remediation of misconceptions about geometric optics using
conceptual change texts, Journal of Education Research and Behavioral
Sciences Vol. 1(1), pp. 001-012.
Barke, H. D., Hazari, A., Yitbarek, S. (2009). Misconceptions in Chemistry, Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Baser, M. (2006). Fostering conceptual change by cognitive conflict based instruction
on students, understanding of heat and temperature concepts, Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology Education Volume 2, Number 2, p.
96-114.
Borg, W. R., Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction. 4th Ed. New
York & London: Longman, Inc
Cakir, M. (2008). Constructivist Approaches to Learning in Science and Their
Implications for Science Pedagogy: A Literature Review. International
Journal of Environmental & Science EducationVol. 3, No. 4, 193-206.
Cetin, G., Ertepinar, H., Geban, O. (2015). Effect of conceptual change text based
instruction on ecology, attitudes toward biology and environment. Educational
Research Educations, Vol 10(3), p. 259-273.
Driver, R., Asoko, H., Leach, J., Mortimer, E., & Scott, P. (1994). Constructing
Scientific Knowledge in the classroom. Educational Researcher, 23(7), 5-12.
Duit, R., & Treagust, D.F. (2003). Conceptual change: A powerful framework for
improving science teaching and learning. International Journal of Science
Education, 25(6), 671-688.
Grayson, D.J. (2004). Concept substitution: A teaching strategy for helping students
disentangle related physics concepts. American Journal of Physics, 72(8),
1126-1133.
Gurel, D. K., Eryılmaz, A., McDermott, L. C. (2015). A Review and Comparison of
Diagnostic Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 11(5),
989-1008.
Hewson, P. W., & Lemberger, J. (2000). Status as the hallmark of conceptual learning.
In: R. Millar, J. Leach & J. Osborne (Eds.), Improvingscience education: The
contribution of research (pp. 110-125). Buckingham: Open University Press.
Ho, K. and Chin, C. (2009). Using discrepant events with questioning and
argumentation to target students’ science misconceptions. International
Science Education Conference, Singapore, 24-26 November 2009.
Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G. (1997). Preservice elementary school teachers’
conceptual change about projectile motion: Refutation text, demonstration,
affective factors, and relevance. Science Education, 81, 1-27.
Hynd, C. R., McNish, M. M., Qian, G., Keith, M., Lay, K. (2015). Learning
counterintuitive physics concept: the effect of text and educational
environment. Retrieved from curry.virginia.edu/go/clic/nrrc/phys_r16.html.
43
Kang, H., Scharmann, L. C., Kang, S., Noh, T. (2010). Cognitive conflict and
situational interest as factors influencing conceptual change, International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 5, No. 4, p.383-405.
Kirbulut, Z. D. and Geban, O. (2014). Using Three-Tier Diagnostic Test to Assess
Students’ Misconceptions of States of Matter. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2014, 10(5), 509-521.
Kucukozer, H., & Kocakulah, S. (2007). Secondary school students’ misconceptions
about simple electric circuits. Journal of Turkish Science Education, 4 (1),
101-115.
Lee, G., Kwon, J., Park, S., Kim, J., Kwon, H., & Park, H. (2003). Development of an
instrument for measuring cognitive conflict in secondary-level science classes.
Journal of Research in Science Teaching, 40(6), 583-603.
Madu, B. C., and Orji, E. (2015). Effects of Cognitive Conflict Instructional Strategy
on Students’ Conceptual Change in Temperature and Heat, SAGE Open July-
September 2015: 1–9.
Riduwan. (2012). Dasar-dasar statistik. Bandung: Alfabeta
Sahin, C., Cepni, S. (2011). Development of a Two Tiered Test for etermining
Differentiation in Conceptual Structure related to “Floating-Sinking,
Buoyancy and Pressure” Concepts. Journal of Turkish Science Education,
Volume 8, Issue 1, p. 111-118.
Sahin, C., Ipek, H., Cepni, S. (2010). Computer supported conceptual change text:
Fluid pressure, Procedia Social and Behavioral Sciences 2, 922–927.
Stepans, J., Saigo, B., & Ebert, C. (1999). Changing the classroom from within:
Partnership, collegiality, and constructivism (2nd Ed). Montgomery, AL:
Saiwood.
Suhandi, A., Hermita, N., Samsudin, A., Maftuh, B., Costu, B., (2017). Effectiveness of
Visual Multimedia Supported Conceptual Change Texts on Overcoming
Students’ Misconception About Boiling Concept, The Turkish Online Journal
of Educational Technology, Special Issue for INTE 2017.
Suhandi, A., Samsudin, A. (2018). Miskonsepsi dalam Fisika, Identifikasi dan
Remediasi, SPs UPI, Indonesia.
Suhandi, A., Utari, S. (2018). Model-Model Praktikum Fisika, SPs UPI, Indonesia.
Suhandi, A. Wibowo, F. C. (2012). Pendekatan Multirepresentasi Dalam
Pembelajaran Usaha-Energi Dan Dampak Terhadap Pemahaman Konsep
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 8, 1 - 7.
Stepans, S. (1994). Targeting students’ science misconceptions: Using the conceptual
change model. Idea Factory. Inc. Riverview, FL: U.S.A.
Stepans, S. (2011, 3rd ed.). Targeting students’ science misconceptions: Using the
conceptual change model. Sticlound, MN. Saiwood Publications.
44
LAMPIRAN 1. PEMBIAYAAN
Komponen yang harus dibiayai dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi : Honorarium
tim peneliti, Pembelian bahan habis, Pengadaan peralatan penelitian, biaya perjalanan +
akomodasi, dan pengeluaran lain-lain, dengan rincian masing-masing sebagai berikut :
5. Lain-Lain
No Uraian Kegiatan Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)
1 Penulisan dan Penggandaan Laporan 5 200.000,- 1.000.000,-
2 Pendaftaran Seminar Internasional 1 2.000.000,- 2.000.000,-
3 Publikasi ilmiah 1 9.000.000,- 9. 000.000,-
Total 12.000.000,-
46
Prodi Pendidikan Fisika FPMIPA/SPs UPI memiliki fasilitas laboratorium
Pembelajaran Fisika, sambungan internet dan laboratorium komputer yang akan
menjadi pusat kegiatan penelitian yang diusulkan, terutama yang terkait pengembangan
model CCLab.
47
Riwayat Hidup Ketua Peneliti
Nama dan Gelar : Dr. Andi Suhandi, M. Si.
NIP : 196908171994031003
Pangkat/Gol/Jabatan : Pembina Utama Muda/IV-c/Lektor Kepala
Program Studi : Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Tempat/ Tanggal Lahir : Kuningan, 17 Agustus 1969
Alamat Rumah : Desa Keresek RT 04/04 Kecamatan Cibatu
Kab. Garut 44185
Tlp/HP/e-mail : 0262-467625/08157014263/a_bakrie@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
No Universitas Kota/Negara Tahun Jurusan
Lulus
1 IKIP Bandung Bandung/Indonesia 1993 Pendidikan Fisika
Riwayat Pekerjaan:
No Jabatan Tahun
1995 -
1. Dosen (Tetap) Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Sekarang
Dosen (Tetap) Sekolah Pascasarjana UPI 2006 -
2.
Sekarang
48
Driven Levels of Inquiry
Based Instruction (QD-
LOIBI) Berorientasi
Pembekalan Scientific
Explanation, dan
Communication Skills
Serta Peningkatan
Attituide Toward Physics
Penelitian Pascasar Pengembangan Bahan Ketua 30.000.000,- 2016
Bidang Ilmu jana Ajar Berbasis Conceptual
Pascasarjana UPI Change Approach
Menggunakan Multi
Modus Visualisasi untuk
Meningkatkan
Pemahaman Materi
Kelistrikan dan
Kemagnetan Mahasiswa
Calon Guru pada
Perkuliahan Fisika Dasar
Volume/
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
Nomor/Tahun
1 Grid Analysis Display System Journal of Volume 15, Issue
(GrADS) and Multi Modus TURKISH SCIENCE 1, March 2018
Visualization in Earth Science EDUCATION
Learning Mastery and Spiritual (Terindeks Scopus)
Aspect to Enhance Concept
2 Effectiveness of the use of Journal of Physics: Conf. 1013 (2018)
question-driven levels of inquiry Series. (Terindeks 012026
49
based instruction (QD-LOIBI) Scopus)
assisted visual multimedia
supported teaching material on
enhancing scientific
explanation ability senior high
school students
3 Simulation and optimization Journal of Physics: Conf. 1013 (2018)
performance of Series (Terindeks 012179
GaAs/GaAs0.5Sb0.5/GaSb Scopus)
mechanically stacked tandem solar
Cells
4 Embedding spiritual value through Journal of Physics: Conf. 1013 (2018)
science learning Series (Terindeks 012083
Scopus)
5 Virtual Microscopic Simulation Asia-Pacific Forum on Volume 18, Issue
(VMS) to promote students’ Science Learning and 2, Article 12
conceptual change: A case study of Teaching. (Dec., 2017)
heat transfer (Terindeks Scopus)
50
Physics Teaching Materials (Terindeks Scopus)
15 Fields Conceptual Change International Journal of Volume-3, Issue-
Inventory: A Diagnostic Test Industrial Electronics 12, Dec.-2015
Instrument on The Electric Field and Electrical
Engineering.
and Magnetic Field to Diagnose
Student’s Conception
51
Nomor
No Judul/ Tema HKI Tahun Jenis Pendaftaran/
Sertifikat
1 Visual Multimedia Supported 2018 e-book EC00201800416
Conceptual Change Text
(VMMSCCText) Of Static
Electricity (Neutral Object)
Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang ada pada biodata ini adalah benar, dan
saya bersedia menjadi ketua tim penelitian bidang ilmu sekolah pascasarjana UPI.
52
A. Identitas Diri
3 Jabatan Struktural -
4 NIP 198310072008121004
5 NIDN 0007108302
Statistika Dasar
13 Mata Kuliah yang Diampu Matematika Fisika II
Evaluasi Pembelajaran Fisika
Fisika Dasar II
B. Riwayat Pendidikan
No Nama Pendidikan Tahun Lulus
C. Data Penelitian
53
Sumber
Skema Judul Jabatan Besar Dana Tahun
Dana
Pengembangan MBI2
Hibah DRISTEK Berorientasi Karakter untuk Rp
Anggota 2017
PTUPT DIKTI Mengembangkan Keterampilan 125.000.000
Abad 21
Pengembangan Multimodus
Teaching Berbasis Cognitive
Conflict Dalam Pembelajaran
Berorientasi Pengubahan
RISTEK Rp
Hibah PPT Konseptual Untuk Ketua 2017
DIKTI 225.000.000
Mengoptimalkan Pemahaman
Konsep Dasar Fisika Siswa
Sma/Smp Di Bandung Raya
Pengembangan Multimodus
Teaching Berbasis Cognitive
Conflict Dalam Pembelajaran
Berorientasi Pengubahan
Hibah Rp
DIKTI Konseptual Untuk Ketua 2016
Bersaing 67.500.000
Mengoptimalkan Pemahaman
Konsep Dasar Fisika Siswa
Sma/Smp Di Bandung Raya
Optimasi Pengembangan
Simulasi Komputer dalam Model
Pembelajaran Kooperatif untuk Rp
Hibah PUPT DIKTI Anggota 2016
Meminimalisir Miskonsepsi 75.000.000
Fisika Siswa SMA di Kota
Bandung (Tahun II)
Pengembangan Multimodus
Teaching Berbasis Cognitive
Conflict Dalam Pembelajaran
Berorientasi Pengubahan
Hibah Rp
DIKTI Konseptual Untuk Ketua 2015
Doktor 36.500.000
Mengoptimalkan Pemahaman
Konsep Fisika Dasar Mahasiswa
Calon Guru
Pengembangan Simulasi
Komputer dalam Model
Hibah Pembelajaran Kooperatif untuk Rp
DIKTI Anggota 2014
Bersaing Meminimalisir Miskonsepsi 40.000.000
Fisika Siswa SMA di Kota
Bandung (Tahun II)
54
Perancangan dan Penerapan
"ASSAF" Berbantuan CRI
Penelitian
terhadap Capaian Pemahaman Rp
Pembinaan UPI Ketua 2013
Konsep Potensial dan Medan 15.000.000
Dosen Muda
Listrik serta Identifikasi
Miskonsepsi Siswa
Pengembangan Simulasi
Komputer dalam Model
Hibah Pembelajaran Kooperatif untuk Rp.
DIKTI Anggota 2013
Bersaing Meminimalisir Miskonsepsi 70.000.000
Fisika Siswa SMA di Kota
Bandung
PERANCANGAN DAN
PENERAPAN "ASSAF"
Penelitian BERBANTUAN CRI
Rp
Pembinaan UPI TERHADAP CAPAIAN Ketua 2012
10.000.000
Dosen Muda PEMAHAMAN KONSEP
CAHAYA DAN IDENTIFIKASI
MISKONSEPSI SISWA
D. Data Publikasi
Jurnal
Penulis
Nama Kota/
Penulis Afiliasi kedua, Judul Artikel Edisi Bulan Tahun ISSN
Jurnal Negara
dst
Pengembangan
"CELS" dalam
Endi Eksperimen
Jurnal
Suhendi, Fisika Dasar Volume Semaran
Pendidikan 1693-1246
Achmad Ridwan untuk 8, g,
Penulis Fisika 1 2012 (Akreditasi
Samsudin Efendi, Mengembangkan Nomor Indonesi
Indonesia B)
dan Andi Performance 1 a
(JPFI)
Suhandi Skills dan
Motivasi Belajar
Siswa
Andi Author Dadi Effect of Journal Volume 11 2011 2161-6221 Illinois,
Suhandi Rusdiana, Deposition Materials 1, USA
Yuyu Temperature on Science and Number
Rachmat the Physical Engineering 6
Tayubi, Characteristic of
and GaN Thin Films
Achmad Deposited by
Samsudin Spincoating
Technique on a
55
Sapphire
Substrate Using
Gallium-Amine
Gel and Nitrogen
Gas
Penggunaan
Multimedia
Interaktif (MMI)
Optika Geometri Jurnal Volume Bandung
A. Rusli
Achmad untuk Penelitian II ,
Author dan Andi 6 2008 1978-7987
Samsudin Meningkatkan Pendidikan Nomor Indonesi
Suhandi
Penguasaan IPA 1 a
Konsep dan
Sikap Belajar
Siswa
Prosiding
Penuli
Nama
s Judul Bul Tah ISB
Penulis Afiliasi Seminar/Konf Kota/Negara
kedua, Artikel an un N
erensi
dst
PENERAPA
N “ASSAF”
BERBANT
UAN CRI
TERHADAP
CAPAIAN
Jurusan Ridwa PEMAHAM
Pendidi n AN
Seminar
Achmad kan Efendi, KONSEP Tanggerang/
Nasional 2 2014
Samsudin Fisika Andi POTENSIA Indonesia
STKIP Surya
FPMIP Suhand L DAN
A UPI i MEDAN
LISTRIK
SERTA
IDENTIFIK
ASI
MISKONSE
PSI SISWA
Achmad Pemaka Jemi IMPLEMEN SEMINAR 10 2012 978- SEMARANG/
Samsudin lah Hariya TASI NASIONAL 602- INDONESIA
di, "ASSAF" FISIKA III DI 9783
Judhist TERHADAP JURUSAN 5-2-
ira CAPAIAN FISIKA 0
Aria PEMAHAM FMIPA
Utama, AN UNNES
56
Andi
KONSEP
Suhand
CAHAYA
i
Efektivitas
Model
Pembelajara
n
Multimedia
Interaktif
Andi
(MMI) 978-
Suhand Seminar
Tutorial 602-
Achmad Pemaka i dan Nasional Yogyakarta,
Gerak Lurus 10 2011 9945
Samsudin lah Fitria Pendidikan Indonesia
dalam 6-1-
Miftas Sains 2011
Meningkatka 4
ani
n
Keterampila
n Generik
Sains dan
Penguasaan
Konsep
Efektivitas
Pembelajara
n Fisika
dengan
Menggunaka Seminar
978-
n MEdia Nasional
Winny 979-
Achmad Pemaka Animasi Penelitian, Yogyakarta,
Liliaw 5 2011 9931
Samsudin lah Komputer Pendidikan, Indonesia
ati 4-5-
terhadap dan Penerapan
0
Peningkatan MIPA
Keterampila
n Berpikir
Kritis Siswa
SMA
Achmad Speaker - The 4th 7 2011 Bandung, Indonesia
Samsudin Implementati International
on of Open Conference on
Lesson in Lesson Study
Heat
Instruction
Reviewed by
Pedagogical
Content
Knowledge
(PCK) in
One of
Junior High
57
School of
Sumedang
Regency
Online
Lesson
Study (OLS)
Seminar
sebagai
Nasional
Wahana
Himpunan
Achma Membangun
Fisika
Andi Pemaka d Leraning Semarang,
Indonesia 2 2010
Suhandi lah Samsu Community Indonesia
(HFI) Cabang
din dan
DIY & Jateng
Meningkatka
Universitas
n Kualitas
Diponegoro
Guru Sains
SMP di Jawa
Barat
Profil
Kemampuan Seminar
Generik Nasional Sains
Heni Sains Fisika dan
Achmad Pemaka
Rusnay dalam Pendidikan 6 2010 Salatiga, Indonesia
Samsudin lah
ati Kegiatan Sains V
Eksperimen Universitas
Fisika Dasar Satya Wacana
I
Pembelajara
n Fisika
dengan Seminar
Menggunaka Nasional
Achmad Pemaka n Media Penelitian, Yogyakarta,
- 5 2010
Samsudin lah Interaktif Pendidikan Indonesia
Java Applet dan Penerapan
pada Konsep MIPA UNY
Optika
Geometri
Kegiatan
Eksperimen
978-
Achma Fisika Dasar
Heni Seminar 602-
Pemaka d I untuk Semarang,
Rusnayat Nasional 10 2010 9783
lah Samsu Mengemban Indonesia
i Fisika Unnes 5-0-
din gkan
6
Generic
Skills Fisika
Achmad Pemaka Heni The 3rd 8 2010 978- Bandung, Indonesia
Samsudin lah Rusnay Implementati International 602-
58
on of Open
Lesson in
Instructional
ati, Oscilation
Hera that
Novia, Reviewed by Conference on 8171
dan Pedagogical Lesson Study -14-
Endi Content (ICLS) 2010 1
Suhend Knowledge
i (PCK) in
SMP N 1
Surian
Sumedang
ICT Based
Media
Building
Lesson
Study
Learning
Communitie
The 3rd 978-
Achma s For
Dandhi International 602-
Present d Science
Kusward Seminar on 11 2009 8171 Bandung, Indonesia
er Samsu Teachers In
hana Science -14-
din The
Education 1
Framework
Of
Improving
The Quality
Of Basic
Education
West Java
Using
Instructional
Model of
Interactive
Multimedia
A.
Geometrical The 2nd 978-
Rusli
Optics to International 979-
Achmad Present dan
Enhance Seminar on 10 2008 9854 Bandung, Indonesia
Samsudin er Andi
Concept Science 6-4-
Suhand
Mastery and Education 2
i
to Improve
The
Learning
Attitude of
Student
59
E. Data Penghargaan
Nama Penghargaan Kategori Lembaga Tahun
Dosen dengan Skor > 80 Versi Angket FPMIPA Universitas
Excellent 2014
Universitas Semester Genap 2012/2013 Pendidikan Indonesia
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Pengusul,
60
Lampiran 4. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Penelitian
61