LAPORAN PENELITIAN
HIBAH BERSAING
Oleh:
DRA. HELMA, M.SI
DR. YERIZON, M.SI
Dibiayai Oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian
Tahun Hibah Bersaing Anggaran 2011 Nomor:
028/SP2H/PL/E5.2/DITLITABMAS/IV/2011 Tanggal 14 April 2011
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
Helma , Yerizon
Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA UNP
Helma , Yerizon
Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA UNP
Apabila seorang guru mempunyai penalaran yang kurang baik, maka pelajaran
digunakan oleh siswa. Tentulah hal ini berakibat kepada rendahnya pemahaman dan
adalah agar siswa mampu mempelajari dan menguasai matematika. Lebih lanjut lagi,
Banyak cara untuk mencapai kecakapan tersebut. Salah satu cara untuk
dan penalaran calon guru terhadap matematika. Untuk itu, mahasiswa calon guru
harus dilatih untuk dapat memiliki pemahaman dan penalaran matematis selama
mengikuti perkuliahan. Mata kuliah dasar yang dapat menunjang tujuan tersebut,
salah satunya, adalah mata kuliah Kalkulus. Untuk itu, dikembangkan bahan ajar
Kalkulus yang dapat menfasilitasi sehingga tercapai tujuan tersebut. Salah satu cara
oleh seseorang merupakan hasil interaksi dengan orang lain dan hasil konstruksi-
konstruksi mental tersebut adalah: aksi (action), proses (process), objek (object), dan
skema (schema) yang disingkat dengan APOS. Istilah konstruksi dan rekonstruksi
yang dimaksudkan di sini mirip dengan istilah akomodasi dan asimilasi dari Piaget
dengan dua cara. Pertama, analisis teoritik mempostulatkan konstruksi mental tertentu
tiga sampai lima orang, untuk mengerjakan semua tugas-tugas perkulihan seperti
praktikum, diskusi kelas, pekerjaan rumah, dan latihan-latihan soal secara bersama-
sama.
mencoba untuk melakukan refleksi pada apa yang mereka kerjakan melalui
mendukung maksud ini adalah silklus pembelajaran ACE, yaitu: activities, class
discussion, dan exercise. Dengan disain ini, perkuliahan dibagi menjadi beberapa sesi
dan setiap sesi dilaksanakan selama seminggu. Dalam seminggu itu kegiatannya
meliputi kegiatan di laboratorium komputer dan kegiatan di ruang kelas. Pekerjaan
mental APOS. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan dibatasi pada
bahan ajar untuk mata kuliah dasar, yaitu Kalkulus. Dengan demikian, secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dari bahan ajar Kalkulus yang
dikembangkan.
kesimpulan bahwa bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS yang
Halama
n
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. i
vi
DAFTAR TABEL
Halama
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halama
viii
BAB I
PENDAHULUAN
mandiri. Begitu pula halnya dalam perkuliahan di Jurusan Matematika FMIPA UNP.
mahasiswa memiliki ketiga aspek tersebut diperlukan logika berpikir atau sering
Program Studi Matematika, dan Program Studi Pendidikan Matematika. Pada Program
Dengan demikian, pada program studi tersebut semua mahasiswa merupakan calon
Apabila seorang guru mempunyai penalaran yang kurang baik, maka pelajaran
digunakan oleh siswa. Tentulah hal ini berakibat kepada rendahnya pemahaman dan
Seorang guru, selain mempunyai penalaran yang baik, juga dituntut memiliki
membantu siswanya memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap mata pelajaran
yang disampaikan. Agar mempunyai kompetensi paedagogik, maka sebagai calon guru
matematika, mahasiswa harus memiliki keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa.
connections); dan (5) pembentukan sifat positif terhadap matematika (positive attitudes
towards mathematics).
Banyak cara untuk mencapai kecakapan tersebut. Salah satu cara untuk
dan penalaran calon guru terhadap matematika. Untuk itu, mahasiswa calon guru harus
dilatih untuk dapat memiliki pemahaman dan penalaran matematis selama mengikuti
perkuliahan.
Mata kuliah dasar yang dapat menunjang tujuan tersebut, salah satunya, adalah
mata kuliah Kalkulus. Tujuan yang akan dicapai setelah mahasiswa mempelajari
Pada Jurusan Matematika FMIPA UNP, mata kuliah Kalkulus merupakan mata
kuliah yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa pada Tahun Pertama. Banyak metode
dalam memahami materi Kalkulus. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh oleh
mahasiswa. Mahasiswa yang mendapat nilai A dan B kurang dari 50 % dari jumlah
FMIPA UNP, tetapi hal ini merupakan masalah yang umum. Cipra dan Peterson
(Capetta, 2007) mengemukakan bahwa tingkat drop out pada Kalkulus sangat tinggi,
hal ini disebabkan karena lemahnya skill dan pemahaman mahasiswa. Bahkan menurut
Selden dan Mason (Capetta, 2007), mahasiswa terbaik dalam Kalkulus pun belum
pemahaman mahasiswa terhadap Kalkulus ini, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
dengan cara menggunakan rumus atau trik tertentu untuk menyelesaikan permasalahan
dan disajikan dalam bentuk solusi akhir. Keuntungan cara ini adalah dapat membantu
mahasiswa untuk menyelesaikan soal rutin atau ujian. Di sisi lain, kelemahan cara ini
masalah.
Selanjutnya, dari faktor sumber bacaan yang digunakan, Glass (1992) juga
suatu topik melalui pendekatan melalui ilustrasi secara grafik. Padahal, mahasiswa
Jika ditelaah dari faktor materi Kalkulus, Tall (1992) mengemukakan materi
Kalkulus sulit dipahami oleh mahasiswa. Kesulitan tersebut antara lain dalam
memahami istilah bahasa seperti “menuju ke”, “mendekati”, “sekecil yang dapat
diambil”, “lintasan dari hingga ke tak hingga”, apa yang terjadi di tak hingga. Selain
bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep limit, turunan, dan
prasyarat yang dibutuhkan untuk memahami materi tersebut, seperti konsep bilangan
real, penyederhanaan dalam aljabar, menggambar grafik, teori fungsi, dan kekontinuan
kesalahan tersebut diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Ubuz (2001), yaitu (1)
turunan di suatu titik menghasilkan fungsi dari sebuah turunan, (2) persamaan garis
singgung adalah fungsi turunan, (3) turunan di suatu titik adalah persamaan garis
singgung, dan (4) turunan di suatu titik adalah nilai dari persamaan garis singgung di
titik tersebut.
Hal ini ditujukan agar mahasiswa calon guru mempunyai bekal pemahaman dan
antara mereka), (2) belajar melaksanakan (learning to do) yaitu belajar melaksanakan
proses matematika (sesuai dengan kemampuan dasar matematika jenjang sekolah yang
bersangkutan), (3) belajar menjadi diri sendiri (learning to be) yaitu belajar memahami
dan menghargai produk dan proses matematika dengan cara menunjukkan sikap kerja
keras, ulet, disiplin, jujur, mempunyai motif berprestasi dan disposisi matematik, (4)
orang lain, bekerja sama, menghargai dan memahami pendapat yang berbeda, serta
matematika, yaitu: (1) dari pandangan kelas sebagai kumpulan individu ke arah kelas
sebagai masyarakat belajar, (2) dari pandangan dosen sebagai pengajar ke arah dosen
sebagai pendidik, motivator, fasilitator, dan manajer belajar, (3) dari penekanan pada
Untuk itu perlu dicarikan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membuat
melalui penemuan kembali (reinvention). Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah Teori APOS (action – process – object - schema) yang dikembangkan oleh
matematika yang diperoleh mahasiswa merupakan hasil konstruksi mental dari aksi-
aksi yang dilakukan dan pemahaman tersebut akan semakin mantap dengan interaksi
mahasiswa tersebut dengan orang lain. Interaksi antar mahasiswa bertujuan untuk
Siklus pembelajaran dalam teori APOS adalah ADL yaitu: (A) aktivitas di
laboratorium komputer, (D) diskusi kelas, dan (L) latihan. Pada aktivitas di
instruksi yang dibuat dengan menggunakan Software ISETL mengenai konsep yang
akan dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan intuisi kepada mahasiswa
tentang konsep-konsep matematika yang akan dipelajari. Pada kegiatan diskusi kelas
mahasiswa diberi kesempatan untuk mengemukakan berbagai cara yang mungkin dan
efisien dari yang ditemukan oleh temannya. mahasiswa lainnya, adu argumentasi
dalam diskusi kelas merupakan latihan yang sangat berharga dalam usaha
B. Identifikasi Masalah
Kalkulus
mengembangkan penalaran
C. Rumusan Masalah
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya bahan ajar
sangat bermanfaat dan bermakna bagi pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
diberikan. Agar mendapatkan bahan ajar yang berkualitas perlu diperhatikan kaidah-
perwadahan materi, yaitu bentuk akhir materi yang disusun. Penentuan aspek
Perwadahan materi adalah bentuk akhir bahan ajar yang sampai ke tangan
mahasiswa. Wadah tersebut dapat berupa buku ajar atau dalam bentuk
1. Tujuan. Tujuan adalah apa yang hendak dicapai oleh dosen dan mahasiswa dari
bahan ajar secara keseluruhan. Tujuan itu harus dinyatakan dengan konkrit.
3. Latihan dan evaluasi. Latihan disajikan dalam bentuk tugas-tugas yang harus
tertentu.
terkandung dalam suatu bahan ajar, maka disusun bahan ajar tersebut. Menurut Pannen
dan Purwanto (1994), pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu
1. Menulis sendiri
3. Penataan informasi
Pada penelitian ini akan digunakan ketiga cara tersebut yaitu menulis, mengemas
kembali informasi yang terdapat pada sumber bacaan Kalkulus dan menata semua
informasi tersebut.
B. Pemahaman dan Penalaran Matematis
1. Pemahaman Matematis
daerah kognitif. Menurut Bloom dan kawan-kawan (Ruseffendi, 2006) ranah kognitif
dibagi ke dalam enam aspek yang terurut menurut kesukarannya. Aspek-aspek tersebut
bila diurutkan mulai dari yang paling mudah kepada yang paling sukar, yaitu
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
kemampuan berpikir tingkat rendah, namun lebih tinggi dari pada pemahaman
mekanikal.
dilakukannya).
Sementara itu, Ruseffendi (2006) membagi pemahaman atas tiga jenis, yaitu
dalam bentuk simbol, dan sebaliknya, menghitung panjang sisi ketiga suatu
segitiga siku-siku jika panjang dua sisi lainnya diketahui, menghitung
matematis terdiri dari beberapa tahapan dan tingkatan. Semua itu membutuhkan proses
2. Penalaran Matematis
Copi (Irwan, 2011) menyatakan bahwa bernalar merupakan jenis khusus dari
berpikir yang berkenaan dengan pengambilan kesimpulan yang ditarik dari premis-
premis. Selanjutnya, Gie (Irwan, 2011) menyatakan bahwa penalaran adalah proses
pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan dari pernyataan lain yang diketahui. Pernyataan yang diketahui itu sering
kesimpulan.
melibatkan suatu variasi cara berpikir dalam memahami ide, merumuskan ide,
menemukan relasi antara ide-ide, menggambarkan konklusi tentang ide-ide dan relasi
antara ide-ide (Jones, 1999: dalam Irwan, 2011). Penalaran matematis terjadi ketika
matematis adalah:
yang dibelajarkan.
logis matematika untuk anak-anak. Ide tersebut kemudian dikembangkan untuk konsep
matematika yang lebih luas, terutama untuk membentuk perkembangan berpikir logis
bagi mahasiswa.
Menurut Dubinsky dan McDonald (2001), teori APOS ini sangat berguna untuk
atau kegagalan individu yang berkaitan dengan konstruksi mental yang telah terbentuk
untuk suatu konsep matematika. Misalkan ada dua individu yang kelihatannya sama-
sama menguasai suatu konsep matematika, dengan teori APOS dapat dideteksi lebih
lanjut siapa yang penguasaan konsep matematikanya lebih baik. Jika seseorang dapat
menjelaskan lebih lanjut konsep tersebut, maka ia berada pada tingkat yang lebih baik
daripada yang satunya. Disamping itu, jika konstruksi mental APOS untuk suatu
konsep matematika telah dikonstruksi oleh individu dengan baik, maka dapat dipakai
untuk membuat prediksi yang mantap dari individu tersebut akan berhasil
oleh seseorang merupakan hasil interaksi dengan orang lain dan hasil konstruksi-
konstruksi mental tersebut adalah: aksi (action), proses (process), objek (object), dan
skema (schema) yang disingkat dengan APOS. Istilah konstruksi dan rekonstruksi
yang dimaksudkan di sini mirip dengan istilah akomodasi dan asimilasi dari Piaget
1. Aksi (Action)
Aksi adalah suatu transformasi yang diterima oleh individu sebagai hal yang
eksternal yang memberikan rincian yang tepat mengenai langkah-langkah apa yang
harus diambil. Sebagai contoh, mahasiswa yang tidak dapat menapsirkan situasi
sebagai fungsi kecuali jika ia mempunyai formula untuk menghitung nilai fungsinya,
2. Proses (Process)
When an action is repeated, and the individual reects upon it, it may be
interiorized into a process. That is, an internal construction is made
that performs the same action, but now, not necessarily directed by
external stimuli (Asiala et al., 1997).
maka action diinteriorisasi menjadi process, yaitu konstruksi internal dibuat dengan
melakukan action yang sama, tetapi sekarang tidak diarahkan oleh stimulus dari luar.
Individu yang sudah mengkonstruksi process konsep dapat menguraikan atau bahkan
Berbeda dengan action, process dirasakan oleh individu sebagai hal yang internal dan
dibawah kontrol individu tersebut. Dalam kasus fungsi, proces konsep memungkinkan
individu untuk memaknai fungsi sebagai menerima satu atau lebih nilai variabel bebas
(input), melakukan satu atau lebih operasi pada input dan mengembalikan hasil itu
sebagai output, atau nilai dari variabel terikat. Sebagai contoh, untuk memahami
fungsi seperti sin(x) seseorang memerlukan proses konsep dari fungsi karena tidak ada
3. Objek (Object)
Ketika individu berrefleksi pada operasi yang diterapkan pada process tertentu,
(baik action maupun process) dapat bertindak padanya, dan benar-benar dapat
object. Dalam kasus ini dikatakan bahwa process telah di-encapsulasi menjadi object.
Dalam kasus fungsi, process fungsi telah di-encapsulasi menjadi object, ketika
4. Skema (Schema)
cara. Process dan object dihubungkan dengan fakta bahwa process bertindak pada
object. Kumpulan dari action, process, object, dan schema lainnya yang terhubung
secara padu dan diorganisasi secara terstruktur dalam pikiran individu disebut schema.
Schema ini yang dapat diandalkan dalam menghadapi persoalan dalam bidang
adalah seperti perbedaan dalam bidang biologi antara organ dengan sel. Keduanya
pengetahuan yang ia hubungkan secara sadar maupun tidak sadar dengan konsep
matematika tertentu. Seorang individu dapat mempunyai schema untuk fungsi, schema
untuk turunan, dan lain-lain. Schema sendiri dapat diperlakukan sebagai object dan
termuat dalam organisasi schema pada tingkatan yang lebih tinggi. Sebagai contoh,
didefinisikan, dan sifat-sifat dari operasinya dapat diperiksa. Semua ini dapat
diorganisasi untuk membentuk schema untuk ruang fungsi yang kemudian dapat
diterapkan kepada konsep-konsep seperti ruang dual, ruang pemetaan linear, dan
aljabar fungsi.
bersama dengan teori APOS dan mengamati apa yang telah di uraikan dalam
4. Proses ini harus diulang, dengan genetic decomposition yang secara kontinu
tingkat tinggi dan juga dapat dipakai sebagai tool untuk mengkaji pemahaman siswa
pada konsep matematika yang lebih dasar. Teori APOS sangat cocok untuk
aljabar abstrak seperti operasi biner, grup, subgroup, koset, grup normal, grup quotion;
statistika seperti rata-rata, standar deviasi, dan teorema limit pusat; topik teori bilangan
seperti nilai tempat dalam bilangan basis-n, keterbagian, perkalian dan konversi
bilangan dari suatu basis ke basis yang lain; topik kalkulus seperti limit, aturan rantai,
pemahaman turunan secara grafik, dan barisan tak hingga (Dubinsky, 1991).
tinggi adalah disain dan implementasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan pada
analisis teoritik yang sudah ada. Dalam perspektif teori belajar, teori APOS
tertentu.
Dalam perspektif pembelajaran dengan teori APOS, mahasiswa diceburkan
mungkin materi yang akan dipelajari. Gagasannya adalah semuanya disajikan secara
menyeluruh (holistik), sebagai lawan dari penyajian yang berurutan. Setiap individu
(atau kelompok kecil) mencoba untuk memahami situasi, yaitu mereka mencoba
tiga sampai lima orang, untuk mengerjakan semua tugas-tugas perkulihan seperti
praktikum, diskusi kelas, pekerjaan rumah, dan latihan-latihan soal secara bersama-
sama.
mencoba untuk melakukan refleksi pada apa yang mereka kerjakan melalui
maksud ini adalah silklus pembelajaran ACE, yaitu: activities, class discussion, dan
exercise. Dengan disain ini, perkuliahan dibagi menjadi beberapa sesi dan setiap sesi
laboratorium komputer dan kegiatan di ruang kelas. Pekerjaan rumah diberikan diluar
jam kuliah.
1. Aktivitas
Tujuan utama kegiatan ini lebih ditekankan pada usaha untuk memberikan mahasiswa
suatu pengalaman dasar daripada meminta mereka untuk memberikan jawaban yang
2. Diskusi Kelas
memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berefleksi pada apa yang sudah mereka
kerjakan di laboratorium dan pada tugas yang sedang mereka kerjakan. Dalam diskusi
kelas ini juga, dosen memberikan definisi, penjelasan, dan tinjauan untuk mengaitkan
3. Latihan
secara berkelompok, diharapkan ini dikerjakan diluar kegiatan kelas dan laboratorium
dan dapat berupa pekerjaan rumah tentang tugas laboratorium. Maksud dari latihan-
tugas-tugas pemrograman, misalnya Mathematica, Maple, dan ISETL. Dari ketiga jenis
bahasa pemrograman tersebut, bahasa pemrograman ISETL lebih dekat dengan notasi
A. Tujuan Penelitian
mental APOS. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan dibatasi pada
bahan ajar untuk mata kuliah dasar, yaitu Kalkulus. Dengan demikian, secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dari bahan ajar Kalkulus yang
dikembangkan.
B. Manfaat Penelitian
3. Tim Tahun Pertama Bersama (TPB) Kalkulus MIPA, yaitu adanya Lembaran
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu bahan ajar yang valid. Bahan
penalaran matematis mahasiswa. Untuk itu, jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini sesuai untuk kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan
Pada penelitian ini, bahan ajar yang dihasilkan adalah bahan ajar Kalkulus.
Oleh karena itu, kegiatan penelitian yang dilakukan terutama pada Tahun I ini adalah
menyusun bahan ajar dan menguji kevalidan bahan ajar tersebut dari segi konten,
sebagai berikut.
baik dari segi materi, karakteristik mahasiswa, dan hasil belajar dari
mahasiswa.
b. Berdiskusi dengan Tim Kalkulus FMIPA UNP yang tergabung dalam Tim TPB
Kalkulus.
perkembangan teknologi.
ujung depan. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum Kalkulus,
Teori APOS, dan program yang ada pada software ISETL sehingga diperoleh
3. Analisis Mahasiswa
pemilihan media, pemilihan pola interaksi sosial, bahasa yang digunakan, dan
4. Analisis Materi
pada bahan ajar yang dikembangkan sehingga sesuai dengan materi diberikan
5. Analisis Tugas
kemampuan yang akan dicapai dari analisis materi dan analisis tugas menjadi
7. Penelahaan Teori.
Kalkulus yang sesuai dengan kebutuhan. Pada tahapan ini disusun garis-garis
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa proses sehingga diperoleh suatu bahan
ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS yang valid digunakan. Untuk itu,
beberapa tahapan kerja yang dilakukan dalam menghasilkan produk penelitian ini
konstruksi mental APOS adalah memilih format bahan ajar, gambaran bahan ajar yang
berisikan rasional Teori APOS, menetapkan garis-garis besar deskripsi dan komponen-
komponen bahan ajar dengan konstruksi mental APOS, dan contoh penerapan bahan
ajar tersebut.
2. Perancangan Instrumen Penelitian
menetapkan format instrumen yang digunakan untuk menvalidasi bahan ajar Kalkulus
Tim ahli pada penelitian ini diwakili oleh Ketua Tahun Pertama Bersama
(TPB) Kalkulus FMIPA UNP dan salah seorang dosen Kalkulus. Pada tahap ini,
materi perkuliahan, yang lebih dikenal dengan validitas konten (content validity) dan
Pada tahap ini dihasilkan bahan ajar sebagai realisasi hasil perancangan bahan
ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS. Bahan ajar yang telah dihasilkan
ditelaah kembali apakah kecukupan teori-teori pendukung tentang bahan ajar dengan
konstruksi mental APOS telah dipenuhi dan diterapkan dengan baik, sehingga bahan
ajar siap diuji kevalidannya oleh para ahli dari sudut rasional teoritis dan
kekonsistenan kontennya.
Berdasarkan hasil validasi dari Tim ahli, bahan ajar Kalkulus yang telah dibuat
ditelaah kembali sesuai dengan masukan/ saran dari Tim Ahli. Saran dari Tim ahli
tersebut digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi bahan ajar Kalkulus
dengan konstruksi mental APOS. Setelah itu, bahan ajar Kalkulus tersebut diperbaiki,
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk mengukur kevalidan bahan ajar
Kalkulus dengan konstruksi mental APOS. Seluruh indikator yang terdapat pada alat
ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS dari segi susunan dan kontennya.
bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS kepada Tim ahli (Validator).
Penilaian kevalidan bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS yang
Kriteria untuk menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan adalah valid
1. Tidak valid
2. Kurang valid
3. Cukup valid
4. Valid
5. Sangat valid
C. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data penilaian tentang
kevalidan bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS dari para Validator.
Data yang telah diperoleh tersebut dihitung nilai rata-rata dari nilai yang diberikan oleh
validitas bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS sebagai berikut.
1. Jika tingkat validitas bahan ajar yang dicapai minimal adalah valid, maka
bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS memiliki derajat validitas
yang baik. Revisi tetap dilakukan sesuai dengan saran-saran dari Validator.
2. Jika tingkat validitas bahan ajar yang dicapai di bawah valid, maka perlu
konstruksi mental APOS yang valid baik dari susunannya maupun kontennya.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bahan ajar Kalkulus yang telah dibuat divalidasi oleh Tim Ahli Kalkulus.
Validasi bahan ajar tersebut mencakup empat komponen, yaitu konten bahan ajar
Kalkulus, kesesuaian konten dengan bahasa dan bidang iImu Kalkulus, konten
Adapun Tim Ahli yang telah melakukan validasi terhadap bahan ajar Kalkulus
1. Dra. Dewi Murni, M. Si. , Ketua TPB Kalkulus FMIPA UNP. Dalam penelitian
2. Dra. Nonong Amalita, M.Si , Dosen Kalkulus FMIPA UNP. Dalam penelitian
sebagai berikut.
penyataan. Hasil validasi dari Validator1 dan Validator2 dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Nilai Validasi
No Pernyataan Rata-Rata
Validator1 Validator2
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai yang diberikan oleh masing-
masing Validator untuk kesesuaian materi yang disusun dengan kurikulum dan silabus
adalah 5. Sehingga, diperoleh Va = 5. Hal ini berarti bahwa materi yang disusun sesuai
berarti bahwa materi yang disusun sesuai dengan setiap standar kompetensi yang ingin
berarti bahwa materi yang disusun sesuai dengan setiap kompetensi dasar yang ingin
Pada indikator kesesuaian latihan dan evaluasi dengan materi, diperoleh nilai
berarti bahwa latihan dan evaluasi sesuai dengan materi yang diberikan. Kesesuaian
dengan tahapan konstruksi mental APOS, diperoleh nilai dari masing-masing Validator
adalah 4 dan 5. Sehingga, diperoleh Va = 4,5. Hal ini berarti bahwa langkah-langkah
pendekatan penyajian bahan ajar sesuai dengan tahapan konstruksi mental APOS.
Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa konten bahan ajar Kalkulus
dengan konstruksi mental APOS tingkat validitas yang dicapainya adalah minimal
valid. Hal ini berarti bahwa konten bahan ajar yang dikembangkan sudah memenuhi
Nilai Validasi
No Pernyataan Rata-Rata
Validator1 Validator2
uraian materi dan soal, nilai yang diberikan oleh masing-masing Validator adalah 5.
Sehingga, diperoleh Va = 5. Hal ini berarti bahwa penulisan kalimat dalam uraian
materi dan soal sudah sesuai dengan bahasa dan bidang iImu Kalkulus. Kesesuaian
penggunaan tanda baca dalam tulisan sudah sesuai dengan bahasa dan bidang iImu
nilai dari masing-masing Validator 4 dan 5. Sehingga, diperoleh Va = 4,5. Hal ini
berarti bahwa bahasa dalam tulisan pada bahan ajar mudah dipahami. Kemudahan
bahwa penulisan istilah-istilah Kalkulus dalam bahan ajar sudah sesuai dengan bahasa
penulisan persamaan matematika dalam tulisan sudah sesuai dengan bahasa dan bidang
Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa konten bahan ajar Kalkulus
yang dikembangkan sesuai dengan bahasa dan bidang iImu Kalkulus. Adapun tingkat
validitas yang dicapainya adalah minimal valid. Hal ini berarti bahwa konten bahan
ajar Kalkulus yang dikembangkan sudah sesuai dengan bahasa dan bidang iImu
Kalkulus.
Nilai Validasi
No Pernyataan Rata-Rata
Validator1 Validator2
sudah dapat digunakan untuk mengungkap penalaran mahasiswa. Hal ini tergolong
sangat valid.
Untuk indikator penalaran pada lembaran diskusi/ latihan, diperoleh nilai dari
masing-masing Validator adalah 4 dan 5. Sehingga, diperoleh Va = 4,5. Hal ini berarti
bahwa lembaran diskusi/ latihan sudah dapat digunakan untuk mengungkap penalaran
masing Validator adalah 5. Sehingga, diperoleh Va = 4,5. Hal ini berarti bahwa
mahasiswa. Adapun tingkat validitas yang dicapainya adalah minimal valid. Hal ini
berarti bahwa konten bahan ajar Kalkulus yang dikembangkan sudah dapat digunakan
Nilai Validasi
No Pernyataan Rata-Rata
Validator1 Validator2
Ketercakupan setiap komponen
1. dalam bahan ajar dengan
5 4 4,5
tahapan konstruksi mental
APOS
2. Keterintegrasian dari setiap
4 5 4,5
komponen dalam bahan ajar
komponen dalam bahan ajar dengan tahapan konstruksi mental APOS, diperoleh nilai
dari masing masing Validator adalah 4 dan 5. Sehingga, diperoleh Va = 4,5. Hal ini
berarti bahwa setiap komponen dalam bahan ajar mencakup tahapan konstruksi mental
4,5. Hal ini berarti bahwa setiap komponen dalam bahan ajar terintegrasi dengan baik.
ajar Kalkulus yang dikembangkan sudah lengkap dan terintegrasi dengan baik. Selain
itu, komponen-komponen pada bahan ajar Kalkulus tersebut sudah memenuhi tahapan
konstruksi mental APOS. Adapun tingkat validitas yang dicapainya adalah minimal
valid. Hal ini berarti bahwa komponen-komponen pada bahan ajar Kalkulus yang
dengan baik.
B. Pembahasan
Apabila seorang guru mempunyai penalaran yang kurang baik, maka pelajaran
digunakan oleh siswa. Tentulah hal ini berakibat kepada rendahnya pemahaman dan
adalah agar siswa mampu mempelajari dan menguasai matematika. Lebih lanjut lagi,
Banyak cara untuk mencapai kecakapan tersebut. Salah satu cara untuk
dan penalaran calon guru terhadap matematika. Untuk itu, mahasiswa calon guru harus
dilatih untuk dapat memiliki pemahaman dan penalaran matematis selama mengikuti
perkuliahan.
Mata kuliah dasar yang dapat menunjang tujuan tersebut, salah satunya, adalah
mata kuliah Kalkulus. Untuk itu, dikembangkan bahan ajar Kalkulus yang dapat
menfasilitasi sehingga tercapai tujuan tersebut. Salah satu cara adalah mengembangkan
tersebut, tetapi berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh para Validator, dapat
dikatakan bahwa bahan ajar yang dibuat sudah valid dari segi konten dan susunan.
Kevalidan bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS yang dikembangkan
tersebut ditinjau dari konten bahan ajar Kalkulus, kesesuaian konten dengan bahasa
dan ilmu Kalkulus, konten penalaran pada bahan ajar, dan kelengkapan bahan ajar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa bahan ajar Kalkulus dengan konstruksi mental APOS yang
B. Saran
Kalkulus dalam upaya peningkatan pemahaman dan penalaran mahasiswa calon guru.
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor MS, 2001. Logika Praktis Dasar Filsafat dan Logika Ilmu, Bagian
Pertama. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Brown, A. et al. (1997). “Learning binary operations, groups, and subgroups”, Journal
of Mathematical Behavior, 16(3), 187-239.
Clark, J. et al. (1997). “Constructing a schema: The case of the chain rule”, Journal of
Mathematical Behavior, 16(4), 345-364.
Cooley, L. (2002). “Reflective abstraction and writing in calculus”. Journal of
Mathematical Behavior, 21(3), 255-282
Dubinsky, E., & Lewin, P. (1986). “Reflective abstraction and mathematics education:
The genetic decomposition of induction and compactness”. Journal of
Mathematical Behavior, 5(1), 55-92
Gray et al. (1999). “Knowledge Construction and Diverging Thinking in Elementary &
Advanced Mathematics”, Educational Studies in Mathematics, 38, 111-133
Irawan, Prasetya dan Prastati, Trini. (1996). Mengajar di Perguruan Tinggi: Program
Applied Approach, PAU PPAI UT, Jakarta Irawan, Prasetya dan Prastati, Trini.
(1996). Mengajar di Perguruan Tinggi: Program Applied Approach, PAU PPAI
UT, Jakarta
Isiksala, M dan Askarb, P. (2005). “The effect of spreadsheet and dynamic geometry
software on the achievement and self-efficacy of 7th-grade students”.
Educational Research. 47, (3), 333 – 350
Kapa, E. (1999). “Problem solving, planning ability and sharing processes with
LOGO”. Journal of Computer Assisted Learning (1999). 15, 73–84.
Pitler, H. et al. (2007). Using Technology with Classroom Instruction that Works:
Mid-continent Research for Education and Learning (McREL).
Vlachos, P dan Kehagias, A. (2000). "A Computer Algebra System and a New
Approach for Teaching Business Calculus". International Journal of Computer
Algebra in Mathematics Education. 7, 87-104.