Anda di halaman 1dari 20

Kode Etik Dakwah QS. Al-Baqarah: 235, al-Nisa: 5 dan 9.

Kemudahan dalam Berdakwah: QS. Al-A’raf: 199-200, QS. Al-Hajj:


7

Makalah di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Manajemen

Oleh:

Indriyani (04010420009)

Hisanati Afifah (04010420008)

Dosen Pengampu:

Muchamad Saiful Muluk, S.Sos. M.Pd.

Anwari Nuril Huda, S.Sos.I., M.A.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA

2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhu salah satu syarat
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Organisasi. Penyusun menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada
penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
:

1. Bapak Moh.Ilham, MM selaku dosen pengampu mata kuliah


Psikologi Organisasi yang telah menyediakan waktu,tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini,
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; serta
3. Sahabat-sahabat yang banyak membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun akan sangat berharga dalam memperbaiki
penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap
usaha kita, Aaamiin.

Surabaya, 21 September 2021

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...i

DAFTAR ISI………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………1
C. Tujuan ………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kode Etika Dakwah………………………..…………………2


B. Kemudahan Dalam Berdakwah……………………………...6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………..15
B. Saran………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...17
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan aktivitas umum islam yang selalu di
lakukan dalam kehidupannya. Dakwah di jalan Allah merupakan
dakwah yang paling tinggi karena berupa bentuk risalah para nabi
dan rasul-Nya yang menjadi petunjuk dan pedoman sekaligus
sebagai pelopor kebaikan.
Terkait dengan dakwah sebagai proses penyampaian ajaran
Islam, dalam kehidupan di tengah masyarakat sering kali dakwah
diartikan dalam jangkauan ruang yang sangat kecil. Akhirnya
masyarakat menganggap bahwa dakwah dipahami sebagai tugas
ulama semata dan mengartikan bentuk dakwah hanya ceramah saja.
Pehamaman yang tidak tepat ini telah diterima secara umum oleh
masyarakat. Padahal, pada dasarnya dakwah bukan hanya
kewenangan ulama atau tokoh agama. Setiap muslim bisa
melakukan dakwah, karena dakwah bukan hanya ceramah agama
semata, melainkan suatu amanah dari Allah SWT yang diembankan
kepada setiap muslim.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari kode etika dakwah?
2. Apa itu kemudahan dalam berdakwah?
C. Tujuan
1. Mengerti apa maksud dari kode etika dakwah
2. Mengetahui ap aitu kemudahan dalam berdakwah

1
Wahidin Saputra, pengantar ilmu dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 5
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etika Dakwah QS. Al-Baqarah: 235, al-Nisa: 5 dan 9.


Kata dakwah yang merupakan bentuk masdar dari kata yad’u dan
da’a yang berarti memanggil, mengandung, mengajak, menyerukan,
mendorong dan memohon. Ibnu Taimiyyah mengartikan dakwah
sebagai proses usaha untuk mengajak masyarakat untuk beriman
kepada Allah dan RasulNya sekaligus menaati apa yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sementara itu, Abdul Munir
Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha mengubah situasi
kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu
maupun masyarakat, sedangkan Ali Mahfudz mendefinisikan
dakwah sebagai upaya memotivasi umat manusia untuk
melaksanakan kebaikan, mengikuti petunjuk serta memerintah
mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar
agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.2
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (dalam
bentuk tunggal) atau ta etha (jamak). Kata ethos memiliki arti
tempat tinggal, padang rumput, kandang, adat, kebiasaan, akhlak,
watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Sedangkan dalam bentuk
jamak, ta etha, artinya adat kebiasaan. Sehingga etika berarti
bertindak atas dasar moralitas atau selaras dengan patokan moral
yang berlaku dalam masyarakat tertentu, atau menyelaraskan
perbuatan dengan standar perilaku dari suatu profesi tertentu.3
Jadi, etika adalah nilai-nilai kebaikan yang tumbuh selama
kehidupan manusia. Nilai-nilai tersebut sengaja diciptakan sebagai

2
Ilyas Supena, Filsafat Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 89-90.
3
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 184.
3

kebutuhan yang harus dipenuhi dalam konteks kehidupan


bermasyarakat. Nilai-nilai tersebut dipelihara dan diwariskan secara
turun-temurun guna menjamin kebahagiaan serta kesejahteraan.
Nilai-nilai tersebut menjadi norma dan aturan yang harus dipatuhi.
Pelanggaran terhadap aturan tersebut berdampak pada munculnya
sanksi yang akan diterima.4
Baik dan buruknya perilaku manusia sering di kaitkan dengan
perasaan dan tujuan seseorang, tidak berlaku umum atau merata.
Seseorang akan mengangap suatu perbuatan itu baik belum tentu
di anggap baik pula olah orang lain, tergantung kebiasaan setiap
kelompok.
Dalam bahasa Arab, etika dikenal dengan istilah akhlak.
Sehingga tidak jauh berbeda dengan etika, kecuali ketika kata
akhlak ditambah dengan Islam sehinnga menjadi akhlak Islam
sehingga sepadan dengan etika Islam. Menurut Ahmad Amin, etika
sepadan dengan akhlak atau ilmu akhlak, yaitu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya.5
1. Pengartian kode etika dakwah
Istilah kode etik lazimnya merujuk pada aturan-aturan atau
prinsip-prinsip yang mermuskan perilaku benar dan salah.
Secara umum etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri dan
pengertian kode etik dakwah adalah rambu-rambu etis yang
harus dimiliki seorang juru dakwah. Namun secara khusus
dalam dakwah terdapat kode etik tersendiri. 6Dan sumber dari
rambu-rambu etis bagi seorang pendakwah adalah Al-Qur’an
seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
2. Macam-macam kode etika dakwah

4
Hajir Tajiri, Etika dan Estika Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 12-
13
5
Op. Cit., Etika dan Estetika Dakwah, h. 13.
6
M. Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta:Kencana ), 2003, hal.82
4

a. Tidak memisahkan antara ucapa dan perbuatan


Para da’i hendaknya tidak memisahkan antara ucapan dan
perbuatan, dalam arti apa saja yang di perintahkan kepada
mad’u harus juga di kerjakan oleh da’i. Hal ini bersumber
pada QS. Al-shaff:2-3. Yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak
kalian kerjakan? Amat besar murka disisi Allah, bahwa
kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan”.
b. Tidak melakukan toleransi agama
Tasamuh memang dinjurkan dalam islam, tetapi hanya
dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah
agama.
c. Tidak menghina sembahan non muslim
Kode etik ini di jelaskan dalam QS. Al-an’am: 108
Yang artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-
sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan”
d. Tidak melakukan diskriminasi sosial
Hal ini berdasarkan QS. Abasa: 1-2
Yang artinya: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling, karena telah datang seorang buta padanya”.
e. Tidak memungut imbalan
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa memungut imbalan
dalam berdakwah hukumnya haram secara mutlaq, baik
dengan perjanjian sebelumya atau tidak. Imam Malik bin
anas, Imam Syafi’I, membolehkan memungut biaya atau
imbalan dalam menyebarkan islam baik dengan perjanjian
sebelunya atau tidak. Al-Hasan al-Basri, Ibn Sirin, Al-
Sya’tibi dan lainnya, mereka membolehkan memungut
5

biaya dalam berdakwah, tapi harus diadakan perjanjian


terlebih dahulu
f. Tidak berteman denga pelaku maksiat
Jika berteman dengan pelaku maksiat maka dikhawatirkan
akan berdampak buruk, karena orang yang bermaksiat akan
beranggapan bahwa maksiat itu di restui dakwah, dan pada
sisi lain integritas seorang da’i tersebut akan menghilang.
g. Tidak menyampaikan hal-hal yang di ketahui
Da’i yang menyampaikan suatu hukum, sementara ia tidak
mengetahui hukum itu pasti ia akan menyesatkan umat.
Seorang dakwah tidak boleh asal menjawab pertanyaan
orang menurut seleranya sendiri tanpa ada dasar
hukumnya.713 Hal ini berdasarkan QS. Al-Isra’:36
Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua
itu akan diminta pertanggung jawabannya.”
3. Hikmah kode etika dakwah
Kemajuan ruhani, dimana bagi seorang juru dakwah ia akan
selalu berpegang pada rambu-rambu etis islam, maka secara
otomatisia akan memiliki akhlak yang mulia. Sebagai penuntun
kebikan, kode etik dakwah bukan menuntun sang da’i pada
jalan kebaikan tetapi mendorong dan memotivasi membentuk
kehidupan yang suci dengan memprodusir kebaikan dan
kebajikan yang mendatangkan kemanfaatan bagi sang da’i
khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Membawa pada kesmpurnaan iman. Iman yag sempurna akan
melahirkan kesempurnaan diri. Dengan bahasa lain bahwa
keindahan etika adalah manifestasi kesempurnaan iman.

7
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 23.
6

Kerukunan antar umat beragama, untuk membina


keharmonisan secara ekstern dan intern pada diri sang da’i
B. Kemudahan dalam Berdakwah: QS. Al-A’raf: 199-200, QS.
Al-Hajj: 78

Salah satu prinsip penting dalam Islam adalah kemudahan,


kemudahan merupakan salah satu anugerah yang telah diberikan
Allah kepada manusia agar tetap semangat dan tekun dalam
menjalankan segala perintah Allah. Pada dasarnya, setiap
kesulitan menuntut kemudahan (al-Masyaqqah tajlib al-taysir).
Kalau diperhatikan secara seksama, setiap ibadah dalam agama
Islam selalu ada kemudahan-kemudahan. Seperti hal-Nya ketika
bersuci dalam kondisi normal harus dilakukan dengan air, akan
tetapi, daIam kondisi sulit, bersuci dapat dilakukan dengan
tayammum. Berbagai macam kemudahan agama telah diberikan
Allah dengan tujuan dan maksud yang mulia. Yang peratama
adalah memastikan bahwa umat manusia dapat menjalankan
ajaran agama dengan mudah tanpa bersusah payah. Kedua,
memotivasi umat manusia agar selalu rajin dan semangat dalam
menjalankan perintah Allah, karena hal tersebut dapat dilakukan
secara mudah. 8Dalam Surah Al-Hajj ayat 78 dijelaskan bahwa
sesungguhnya Agama itu mudah, maka dari itu tidak boIeh ada
opini yang mnggambarkan bahwa Agama itu menyusahkan.

QS. Al-A’raf: 199-200

﴾199﴿ َ‫ع ِن ۡالجٰ ِهل ِۡين‬ ۡ ‫ُخ ِذ ۡالعَ ۡف َو َو ۡا ُم ۡر بِ ۡالعُ ۡرفِ َوا َ ۡع ِر‬
َ ‫ض‬

‫عل ِۡي ٌم‬


َ ‫سمِ ۡي ٌع‬ ِ ٰ ‫ش ۡي ٰط ِن ن َۡزغٌ فَاسۡ تَع ِۡذ ِب‬
َ ‫اّلل اِنَّه‬ َّ ‫َواِ َّما يَ ۡنزَ غَـنَّكَ مِ نَ ال‬

8
Heri Ruslan. 2012.Prinsip Kemudahan dalam Islam. Replubika
7

Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang


mengerjakan yang ma’ruf serta berparinglah dari orang-orang
yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka
berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

QS. Al-A’raf Ayat 199-200 menjelaskan bahwa Allah


S.W.T. menyerukan kepada seluruh hamba-Nya untuk senantiasa
memberi maaf dan mengerjakan perbuatan yang baik dan
berlindung kepada Allah dari godaan setan. Pada ayat 199 Allah
memerintahkan utusan-Nya agar konsisten menggenggam tiga
prinsip utama dalam bergaul yaitu murah hati, berseru kepada
kebaikan serta menghindari Kesia-siaan. Pada ayat ini juga
mengandung prinsip-prinsip akhlak yang utama yang merupakan
landasan terletaknya suatu prinsip-prinsip akidah yang
berlandaskan pada Tauhid.

Dalam tafsir Al-Maraghi Ayat 199, Allah SWT.


memerintahkan nabi-Nya pada ayat ini untuk melaksanakan tiga
perkara yang semuanya merupakan dasar-dasar umum syari’at,
baik menyangkut soal tata kesopanan jiwa atau hokum-hukum
amaliah, yaitu:
1. Al-Afwu artinya mudah, tidak berliku-liku yang
menyulitkan. Maksudnya yaitu diantara perbuatan-
perbuatan yang dilakukan seseorang, akhlak mereka dan
apa pun yang datang dari mereka, ambilah yang
menurutmu mudah, dan bersikap mudahlah, jangan
mempersulit dan jangan menuntut mereka melakukan
sesuatu yang memberatkan, sehingga mereka akan lari
darimu. Suruhan ini adalah sama seperti yang dikatakan
dalam sebuah hadis:
8

‫يَس ُِّر ْو َاوالَ تُعَس ُِّر ْوا‬


“Permudahlah dan jangan mempersulit.”

Kesimpulannya adalah , bahwa di antara tata krama dan pinsip-


prinsip agama ialah kemudahan, menghindari kesulitan dan yang
memberatkan. Dan benarlah berita bahwa Nabi saw. apabila harus
memilih antara dua perkara, maka yang belau pilih pasti yang lebih
mudah.

2. Al-Amru bil Ma’ruf


Al-ma’ruf itu artinya sesuatu yang diakui baik oleh hati.
Hati senang kepadanya dan merasa tentram. Tidak
diragukan, bahwa suruhan ini didasarkan pada
pertimbangan kebiasaan yang baik pada umat, dan hal-
hal yang menurut kesepakatan mereka berguna bagi
kemaslahatan mereka. Kata al-ma’ruf sering disebutkan
dalm surat-surat Madaniyah, menyangkut soal hukum-
hukum syari’at amaliah, seperti kriteria tentang umat
dan pemerintahan Islam. Sebagian ulama terkemuka
berpendapat, Ma’ruf adalah apa yang menurut akal baik
untuk dilakukan dan tidak dipungkiri oleh semua akal
sehat. Dan dalam hal ini bagi seorang mukmin cukup
dengan memelihara nas-nas yang tetap, karena tak
mungkin seorang mukmin mengingkari apa yang
datang dari Allah dan Rasul-Nya.

3. Al-I’rad ‘anil Jahilin (berpaling dari orang-orang bodoh)


9

Yaitu dengan cara tidak mempergauli mereka dan


jangan berbantah-bantahan dengan mereka. Menurut
sebuah riwayat dari Ja’far As-Sadiq r.a. bahwa dia
berkata
“Dalam Al-Quran tidak ada satu ayat yang lebih
mencakup akan Makarimal Akhlak selain ayat ini.”
Mengenai firman Allah pada ayat di atas. Dari
Qatadah, ia berkata: “Ini adalah akhlak yang
diperintahkan dan ditunjukan oleh Allah kepada Nabi
SAW.9

Pada Ayat sebelumnya, Allah menerangkan


tentang cara terbaik dalam bergaul dengan sesama
manusia, jika mereka mau melakukan petunjuk yang
telah diajarkan, maka jalan yang terbaik yang ada untuk
menebus hati mereka. Selanjutnya, Allah telah
memberikan nasehat dalam ayat di atas, untuk waspada
terhadap godaan roh jahat setan yang tidak kasat mata.
Oleh karena itu, jika ayat sebelumnya menyuruh kita
untuk menjauhi orang-orang jahil agar terhindar dari
kejahatan mereka, maka ayat ini memberitahu kita
bahwa untuk menghindari godaan setan,dan selalu
berlindung kepada Allah. .

QS. Al-Hajj: 78

‫ِّين مِّ ۡن‬


ِّ ‫علَ ۡي ُك ۡم فِّى ٱلد‬
َ ‫ٱَّلل َح هق ِّج َها ِّدِّۦه ۚ ه َُو ٱجۡ تَبَ َٰى ُك ۡم َو َما َجعَ َل‬ ِّ ‫َو َٰ َج ِّهدُواْ فِّى ه‬
‫سو ُل‬ ‫س هم َٰى ُك ُم ۡٱل ُمسۡ لِّمِّ ينَ مِّ ن قَ ۡب ُل َوفِّى َٰ َهذَا ِّليَ ُكونَ ه‬
ُ ‫ٱلر‬ َ ‫ج ۚ ِّملهةَ أ َ ِّبي ُك ۡم ِّإ ۡب َٰ َره‬
َ ‫ِّيم ۚ ه َُو‬ ٍ ‫َح َر‬

9
Abdullah bin Muhammad. 2009. Tafsir Ibnu katsir. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.
10

‫صلَ َٰوةَ َو َءاتُواْ ه‬


َ ‫ٱلزك ََٰوة‬ ‫اس ۚ فَأَقِّي ُمواْ ٱل ه‬ ِّ ‫علَى ٱلنه‬ َ ‫ش َهدَآ َء‬ ُ ْ‫علَ ۡي ُك ۡم َوت َ ُكونُوا‬
َ ‫ش ِّهيدًا‬
َ
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِّ ‫ٱَّلل ه َُو َم ۡولَ َٰى ُك ۡم ۖ فَنِّعۡ َم ۡٱل َم ۡولَ َٰى َونِّعۡ َم ٱلنه‬
ِّ ‫َص ُمواْ ِّب ه‬ ۡ ‫َو‬
ِّ ‫ٱعت‬

Arti: “Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan


sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak
menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah)
agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak
dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an)
agar Rasulul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas
dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah
zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia
adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung
dan sebaik-baik penolong.”

(Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah) demi


menegakkan agama-Nya (dengan jihad yang sebenar-
benarnya) dengan mengerahkan segala kemampuan
kalian di dalamnya. Lafal Haqqa dinashabkan
disebabkan menjadi Mashdar. (Dia telah memilih
kalian) untuk membela agama-Nya (dan Dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu
kesempitan) artinya hal-hal yang membuat kalian sulit
untuk melakukannya, untuk itu Dia memberikan
kemudahan kepada kalian dalam keadaan darurat,
antara lain boleh mengkasar salat, bertayamum,
memakan bangkai, dan berbuka puasa bagi orang yang
sedang sakit dan bagi yang sedang melakukan
perjalanan (sebagaimana agama orang tua kalian)
kedudukan lafal Millata dinashabkan dengan cara
11

mencabut huruf Jarrnya, yaitu huruf Kaf (Ibrahim) lafal


ini menjadi athaf Bayan.10

Allah (telah menamai kalian orang-orang Muslim


dari dahulu) sebelum diturunkannya Alquran (dan
begitu pula dalam Kitab ini) yakni Alquran (supaya
Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian) kelak di hari
kiamat, bahwasanya dia telah menyampaikan kepada
kalian (dan kalian) semuanya (menjadi saksi atas
segenap manusia) bahwasanya Rasul-rasul mereka telah
menyampaikan risalah-Nya kepada mereka (maka
dirikanlah salat) maksudnya laksanakanlah salat secara
terus-menerus (tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kalian kepada Allah) percayalah kalian kepada-Nya
(Dia adalah pelindung kalian) yang menolong kalian
dan yang mengurus perkara-perkara kalian (maka
sebaik-baik pelindung) adalah Dia (dan sebaik-baik
penolong) kalian adalah Dia.
Menurut tafsir Al-Maragi, jihad terbagi tiga macam,
yaitu;
a. Jihad melawan musuh yang nampak seperti orang-
orang kafir
b. Jihad melawan setan
c. Jihad melawan hawa nafsu,11

10
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjima.
11
Musthafa, Ahmad. 1992. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang
12

Seiring dengan perkembangan serta kemajuan


teknologi informasi, dakwah kini semakin mudah. Saat ini,
untuk mendengarkan tausyiah tidak harus berhadapan langsung
dengan para ulama, cukup mengakses lewat internet.
Masyarakat bisa mendapatkan bahan bacaan sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan dan dapat diakses dimanapun
mereka berada. Para pendakwah sudah seharusnya
memanfaatkan media baru beserta aplikasinya sebagai sarana
dalam berdakwah. Setiap tahunnya pengguna internet
meningkat dengan signifikan. Hal ini tentu menjadi momentum
untuk menyebarkan sekaligus memahamkan nilai-nilai Islam
pada masyarakat. Media yang menyediakan informasi tersebut
tidak hanya berbentuk web, melainkan dengan milis pun diskusi
forum akan dapat dijalankan. Hal ini dianggap sangat efisien dan
efektif karena dapat dengan cepat menyampaikan
informasi.Para pelaku dakwah dapat dimudahkan dengan
adanya media ini. Salah satunya mereka dapat lebih memantau
perkembangan isu dan kejadian yang memerlukan hukum syar’i.
Agar dapat lebih maksimal, para pelaku dakwah itu sendiri
dituntut dapat memiliki kepiawaian pada media dunia maya
serta keikhlasan ketika melakukan penyebaran nilai-nilai Islam.12
Pesatnya perkembangan dunia maya memacu berbagai kalangan
untuk menuangkan gagasannya mulai dari web personal sampai
dengan web yang memang diperuntukan bagi masyarakat umum
sebagai fasilitator berdakwah. Dengan demikian, jika sekarang
kita mencoba melakukan pencarian dengan kata “muslim”
sebagai kata kuncinya, tentu ribuan bahkan ratusan ribu situs
menyediakan informasi terkait dengan “muslim’.13

12
Hall, J.A.2011. Accounting information system. Boston: South-Western Cengage Learning
13
Kosky,P. 2010. Exploring engineering. Boston:Elsevier B.V
13

Penggunaan teknologi informasi sebagai media


penyebaran dakwah dapat menjadi salah satu opsi untuk
pengembangan metode dakwah itu sendiri. Begitu pula manfaat
yang akan dirasakan oleh masyarakat berupa kemudahan
mengakses informasi yang berkaitan dengan dakwah.
Pentingnya informasi juga dapat kita lihat ketika ada masanya
burung merpati digunakan mengirimkan informasi. Hal tersebut
bertujuan agar informasi tersebut dapat sampai dengan cepat
dan tepat sasaran. Menurut Besari (2008) bahasa merupakan
unsur dasar dari teknologi komunikasi. Ada beberapa prinsip
yang terdapat dalam budaya informasi. Pertama, informasi itu
selalu ada serta tidak dapat dibendung. Artinya tidak dapat
dibendung dalam artian sekecil apapun yang terjadi merupakan
informasi. Kedua, keinginan seseorang khususnya masyarakat
pada umumnya untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
cenderung lebih besar. Oleh karena itu, keberadaan teknologi
informasi ini dapat menjadi solusi yang bijak.Pada saat ini
masyarakat tengah membutuhkan percepatan informasi yang
begitu luar biasa. Itu semua terjadi karena komunikasi dan
teknologi informasi memiliki peran besar dalam masyarakat
kita.14

Dakwah di zaman sekarang ini sangat efektif dengan


cara menggunakan perangkat canggih berbasis online, yaitu via
internet karena bisa menghemat waktu dan tempat, juga
mengghemat biaya. Kerumitan software dan kecanggihan
hardware telah menjadi salah satu kelebihan internet.
Kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi dapat didukung oleh
aplikasi software komunikasi dan kolaborasi koneksi.

14
Besari,M.S.2008.Teknologi di Nusantara 40 abad hambatan inovasi. Jakarta: Salemba
Teknika
14

Kemudahan dalam berkomunikasi antar masyarakat maya


menjadi salah satu indikator berkembangnya internet khususnya
yang berhubungan dengan transaksional mereka satu dengan
lainnya15.

15
Purwanto, Yedi, Muhamad Taufik, and Asep Wawan Jatnika. "Peran teknologi
informasi dalam perkembangan dakwah mahasiswa." Jurnal Sosioteknologi 16.1 (2017): 94-
109.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik
yang tetap. Etika berhubungan dengan soal baik atau
buruk,benar atau salah.
2. Etika adalah jiwa atau semangat yang menyertai suatu
tindakan. Beberapa etika dakwah yang hendaknya di lakukan
oleh para juru dakwah dalam melakukan dakwahnya antara
lain : sopan, jujur dan tidak menghasut.
3. Melihat penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode berdakwah salah satunya dengan menggunakan cara
yang menyejukan yaitu dengan kemudahan.
4. Q.S Al-Araf ayat 199-200, Nabi Muhammad saw. sebagai
seorang dai diperintahkan untuk menjadi seorang pemaaf,
selalu mengajak kepada kebaikan dan tidak bergaul dengan
orang-orang yang jahil (dungu) serta waspada terhadap godaan
setan yang selalu mengintai.
5. Q.S Al-Hajj ayat 78, yaitu perintah berjihad di jalan Allah SWT.
dengan sunguh-sungguh dan dalam jihad itu terbuka
kesempatan luas untuk berkreasi dan menciptakan berbagai
macam metode, yaitu bisa melalui kegiatan ilmiah, ekonomi
dan sebagainya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, meskipun dalam penyelesaiannya sudah
diupayakan secara optimal. Kedepannya kami akan lebih baik
lagi dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan
sumber-sumber yang lebih luas dan dapat dipertanggung
16

jawabkan. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran


dan kritik yng membangun dari berbagai pihak
17

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad. 2009. Tafsir Ibnu katsir. Bogor: Pustaka Imam
asy-Syafi’i.
Besari,M.S.2008.Teknologi di Nusantara 40 abad hambatan inovasi.
Jakarta: Salemba Teknika
Hajir Tajiri, Etika dan Estika Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 12-13
Hall, J.A.2011. Accounting information system. Boston: South-Western
Cengage Learning
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjima.
Heri Ruslan. 2012.Prinsip Kemudahan dalam Islam. Replubika
Ilyas Supena, Filsafat Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 89-
90.
Kosky,P. 2010. Exploring engineering. Boston:Elsevier B.V
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 184.
M. Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta:Kencana ), 2003, hal.82
Musthafa, Ahmad. 1992. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha
Putra Semarang
Op. Cit., Etika dan Estetika Dakwah, h. 13.
Purwanto, Yedi, Muhamad Taufik, and Asep Wawan Jatnika. "Peran
teknologi informasi dalam perkembangan dakwah
mahasiswa." Jurnal Sosioteknologi 16.1 (2017): 94-109.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 23.
Wahidin Saputra, pengantar ilmu dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 5

Anda mungkin juga menyukai