Anda di halaman 1dari 23

ETIKA MANAJER ((BERMUKA MANIS, MEMBERI MAAF, DAN RENDAH HATI) :

QS. AL-HIJR : 88, QS. ALI - IMRON : 159, QS. AN - NUR : 22, DAN QS. LUQMAN : 18-19

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas tafsir manajemen

OLEH :

MOH MAHFUDZ SYAIFULLOH (04020420035)

MUHAMMAD FAIQ FAHREZI (04020420037)

DOSEN PENGAMPU :

ANWARI NURIL HUDA,.Sos.I., M.A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita semua, sehingga
makalah yang berjudul “ Etika Manajer (Bermuka Manis, Memberi Maaf, dan Rendah Hati) :
QS. Al-Hijr :88, QS. Ali Imron : 159, QS. An-Nur : 22, dan QS. Luqman : 18-19”. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah manajemen
pemasaran. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
awal sampai pelaksanaan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu saya mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Anwari Nuril Huda,.Sos.I., M.A, selaku dosen mata kuliah tafsir manajemen serta
pembimbing dalam pembuatan makalah ini yang telah memberikan bimbingan, bantuan
serta arahan dalam penyusunan dalam makalah ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah mendukung dan memberikan bantuan material
maupun moral.
3. Sahabat – Sahabat yang telah mengingatkan dan memberikan semangat kepada saya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan alternatif solusi pada
permasalahan di bidang terkait dan dapat dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian
yang mendalam di masa mendatang. Mengingat adanya kelemahan, dan keterbatasan, serta masih
jauhnya makalah ini dari kesempurnaan, maka semua saran dan kritik yang inovatif serta membangun
sangat diharapkan untuk mewujudkan karya yang lebih baik.

Surabaya, 10 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2
A. Etika Manajer ........................................................................................................................................ 2
1. Pengertian Etika................................................................................................................................... 2
2. Pengertian Manajer .............................................................................................................................. 3
3. Pengertian Etika Manajer .................................................................................................................... 5
B. Rendah Hati ......................................................................................................................................... 6
1. Pengertian Rendah Hati ...................................................................................................................... 6
2. Hubungan Rendah Hati Dalam Tafsir ............................................................................................... 7
a. Ibnu Katsir ............................................................................................................................................ 7
b. Al Misbah ............................................................................................................................................ 10
C. Memberi Maaf .................................................................................................................................... 11
1. Pengertian Memberi Maaf ................................................................................................................. 11
2. Hubungan Memberi Maaf dengan Tafsir Ibnu Katsir ..................................................................... 13
D. Bermuka Manis .................................................................................................................................. 15
Hubungan Bermuka Manis Dengan Tafsir Ibnu Katsir ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan manajemen nir bisa dipisahkan berdasarkan etika lantaran hampir seluruh aspek
manajemen terkait menggunakan etika. banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan
keberhasilan kegiatan pengelolaan. Dalam kegiatan bisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar,
selama realisasi keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, ada batasan untuk
mencapai tujuan dalam kegiatan bisnis. Kepentingan dan hak orang lain harus diperhatikan Perilaku
etis dalam kegiatan bisnis adalah sesuatu yang penting bagi kelangsungan bisnis Bisnis yang tidak etis
akan merugikan bisnis itu sendiri, terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, bahkan dalam lingkungan
bisnis, adalah perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai moral.
Perilaku etis dalam kegiatan bisnis penting untuk kelangsungan hidup perusahaan.Bisnis yang
baik bukan hanya bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis yang
menguntungkan, juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, bahkan dalam bisnis, adalah
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, semakin besar pula tuntutan perusahaan
terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak lembaga komersial menggunakan segala cara
untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu, manajer diharapkan mampu menjalankan bisnis
yang memenuhi persyaratan etika bisnis manajerial, baik standar moral maupun sosial. Organisasi
sebagai suatu sistem juga harus memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Etika manajemen
merupakan aspek penting dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan guna menjamin kelangsungan
perusahaan.Untuk itu perlu diterapkan etika manajemen. Penerapan etika manajemen tidak hanya
menjadi tanggung jawab manajer atau eksekutif tetapi juga karyawan perusahaan. Tidak hanya itu,
dalam konteks ini juga diperlukan peran serta masyarakat dan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Etika?
2. Apa Itu Etika Manajemen
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Etika
2. Untuk Mengetahui Pengertian Etika Manajemen

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Manajer
1. Pengertian Etika
Etika dari istilah Yunani Ethos atau (bentuk tunggal) yang memiliki arti rumah, padang
rumput, norma, tata cara, perasaan, perilaku serta cara berfikir. Bentuk jamak nya yakni ta etha berarti
tata cara istiadat, pada hal ini, istilah etika sama saja dengan pengertian moral. Moral dari asal istilah
latin : mos atau (bentuk tunggal) atau mores (bentuk jamaknya) yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
seseorang, watak, akhlak, cara hayati. 1
Etika asal dari Yunani yaitu berarti Ethikos yang memiliki arti banyak. Arti ethikos yang
pertama yaitu menjadi analisis konsep-konsep tentang apa yang harus, mesti, tugas, aturan hukum atau
moral, benar atau salah, tanggung jawab dan lain-lain. Arti ethikos yang kedua yaitu pencarian kepada
tabiat moralitas atau tindakan-tindakan moral. Dan arti ethikos yang terakhir yaitu pencarian kehidupan
yang baik secara moral atau akhlak.2
Etika juga dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan prinsip
baik dan buruk. Definisi etika yakni sebidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan sebagai
apa yang wajib dilakukan atau yang dilarang untuk dilakukan oleh seseorang individu.3
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis memakai rasio untuk
menafsirkan pengalaman moral individu dan juga sosial, sehingga bisa memutuskan hukum untuk
mengendalikan tingkah laku manusia serta nilai-nilai yang berbobot dijadikan target hayati. 4 Etika
merupakan ilmu yang membahas wacana moralitas atau wacana insan sejauh berkaitan menggunakan
moralitas. Terdapat tiga pendekatan pada konteks etika, yaitu etika deskriptif, etika nurmatif, serta etika
mataetika. Berikut pengertian dari tiga pendekatan tersebut:
a) Etika Deskriptif
Etika deskriptif menyelidiki moralitas yang ada pada individu-individu eksklusif dalam kebudayaan
suatu periode sejarah serta sebagai nya. Sebab etika deskriptif hanya melukiskan beliau tidak memberi
penilaian.
b) Etika Normatif

1
Surisno Agoes dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: SalembaEmpat, 2009),
2
Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal. 41
3
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Oset, 2004), hal. 3
4
O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hal. 3

2
3

Etika normatif ialah bagian terpenting yang berasal dari etika serta bidang dimana berlangsung diskusi-
diskusi yang paling menarik. Wacana masalah moral. Etika normatif memilih sahih dan tidaknya
tingkah laku atau asumsi moral. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang bisa
dipertanggung jawab kan dengan cara rasional serta dapat digunakan pada praktik.
c) Etika Metaetika
Etika meta etika mempelajari akal khusus asal ucapan-ucapan etis. Metaetika mengarahkan perhatian
nya pada arti khusus yang berasal dari Bahasa etika tersebut. Filsuf Inggris Geoge Moore (1873-1958)
pada buku nya menulis metaetika menggunakan menyoroti kata khusus buat membandingkan antara
kalimat satu dengan kalimat lain nya.5
Norma hayati yang baik ini kemudian dibekukan pada bentuk kaidah hukum atau istiadat
yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, serta diajarkan secara verbal pada rakyat. Kaidah tata cara atau
hukum ini, pada intinya menyangkut perilaku baik atau jelek sikap insan tersebut. Atau etika dipahami
menjadi ajaran yang berisikan perintah serta embargo perihal sikap insan, yaitu perintah yang wajib
dipatuhi serta embargo yang wajib dihindari.6
Etika tak jarang diidentikkan menggunakan moral, (atau moralitas) akan tetapi meskipun
sama-sama terkait menggunakan baik atau jelek tindakan insan, etika serta moral mempunyai disparitas
pengertian. Moralitas lebih condong di pengertian nilai baik dan juga nilai jelek berasal setiap perbuatan
insan itu sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang menyelidiki perihal baik dan jelek nya perilaku
insan. Jadi mampu dikatakan etika berfungsi menjadi teori perihal perbuatan baik dan jelek. Pada
filsafat terkadang etika disamakan menggunakan filsafat moral. 7 Secara terminologi etika bisa dianggap
menjadi ilmu perihal baik serta jelek atau istilah lainnya merupakan teori perihal nilai. Pada islam teori
nilai mengenal 5 kategori baik dan jelek, baik, netral, jelek, dan jelek sekali. Nilai dipengaruhi sang ilahi
merupakan maha kudus yang bebas berasal noda apapun jenisnya.8
2. Pengertian Manajer
Manajer selalu terdapat pada setiap perusahaan, baik perusahaan yang akbar, sedang maupun
perusahaan yang mungil. Para manajer tadi melakukan pekerjaan sinkron peran serta tanggung jawab
nya. Beliau umumnya berperan membuat mengambil keputusan-keputusan yang krusial bagi

5
K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal 17-21
6
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), hal 2
7
Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung Mizan, 2005), hal 189-190
8
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba), hal 80
4

kelangsungan hayati perusahaan, mengkoordinir serta mengintegrasikan penggunaan asal daya yang
terdapat pada perusahaan membuat tujuan itu tercapai. 9.
Berdasarkan Scermerhorn yang dimaksud manajer adalah person is organization when responsible
for the performance of one or more subbordinate. Siagan menyatakan manajer ialah seorang yang mengatur
tindakan orang lain yang bawahan. Dengan memperhatikan rumusan-rumusan pengertian manajer
tadi, bisa di artikan manajer adalah sesorang yang menata, menggerakkan, membimbing, dan
mengawasi aktivitas bawahan beserta perlengkapan kerja lainnya buat pencapaian tujuan yang sudah
ditentukan.10
Manajer merupakan seseorang yang mempunyai tanggung jawab semua bagian di suatu
perusahaan atau organisasi. Manajer mengepalai unit yang berbeda dari fungsi profesional yang
memimpin unit yang berbeda.. Di perusahaan yang berskala mungil mungkin relatif diharapkan satu
orang manajer awam, sedangkan di perusahaan atau organisasi yang berkaliber akbar pada umum nya
memiliki beberapa manajer awam yang bertanggung jawab di area tugas yang berbeda-beda.11
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajer diartikan sebagai: 1) orang yang
mengatur pekerjaan atau kerjasama antara berbagai kelompok sejumlah orang untuk mencapai tujuan;
2) orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan
dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai; 2) orang yang berwenang dan bertanggung jawab
membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran
tertentu Questibrilia (2020) menjelaskan bahwa manajer adalah seorang pegawai di suatu perusahaan
yang bertugas mengkoordinasi berbagai kegiatan dari para pegawai perusahaan. Dalam suatu
perusahaan, seorang manajer umumnya merupakan orang yang memiliki keterampilan untuk
memimpin sebuah organisasi.
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan
agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja supervisor yang artinya
menangani. Ali Ma’shum dan Zainal Abidin Munawwir (1997: 384- 385) menjelaskan bahwa dalam
bahasa Manajemen dalam bahasa Arab diartikan sebagai idaarah, yang berasal dari kata adaara yang
berarti teratur. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily
(2006: 359) manajemen berasal dari akar kata to manipulate yang berarti mengurus, mengatur,

9
Pandji Anoraga,Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT RINEKACIPTA,2004), Cet ke-3, hal 108
10
Sujono Surokarijo, “Hubungan Antara Kegiatan Membangkitkan Motivasi Kerja Oleh Kepala Sekolah Dengan
Kinerja Guru Sebagai Manajer Kelas”, Perspektif Ilmu Pendidikan, Vol. 14, (Oktober,2006), 34
11
Jamil Bazarah, “Peran Manajer Dalam Mengelola Konflik Organisasi Pengusaha Telaah Terhadap Hukum
Ketenagakerjaan”, Jurnal Legalitas, Vol. 04, No 02 (Desember 2019), 93
5

melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan. Dari kata tersebut muncul kata benda manajemen,
dan manajer untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Menurut Parker dalam Husaini Usman (2011: 5), pengertian manajemen ialah seni
melaksanakan pekerjaan melalui orangorang. Pengertian manajemen secara luas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Ramayulis mengatakan pengertian yang sama tentang hakikat manajemen
adalah altadbir (peraturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengelola) yang sering
ditemukan dalam Alquran seperti firman Allah Swt.:

‫الس َم ۤا ِّء ِّا ََل ا َاْل ار ِّض ُ َُّث ي َ اع ُر ُج ِّالَ اي ِّه ِّ اِف ي َ او ٍم ََك َن ِّم اقدَ ُارهٓٗ َالا َف َس نَ ٍة ِّم َّما تَ ُعد اُّو َن‬
َّ ‫يُدَ ِّب ُر ا َاْل ام َر ِّم َن‬
Terjemah : “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari
yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. As-Sajadah : 5)
Dari kandungan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah Swt. adalah pengatur alam (Al
Mudabbir/supervisor). Keteraturan alam semesta ini merupakan bukti kebesaran Allah dalam
menyikapi alam ini. Namun, karena manusia diciptakan Allah Swt. ia diciptakan sebagai khalifah di
muka bumi, maka ia harus mengelola dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya karena Allah yang
mengatur alam semesta ini.
3. Pengertian Etika Manajer
Etika (etics) merupakan satu set kepercayaan, standar, atau pemikiran yg mengisi suatu
individu, gerombolan atau masyarakat. Etika jua diartikan menjadi sistem menurut prinsip-prinsip
moral atau anggaran buat bertindak (rule of conduct). Etika menyangkut perilaku, perbuatan &
perilaku insan terhadap insiden krusial pada hidupnya. Isu etika hadir pada sebuah situasi waktu
tindakan yg dilakukan sang seorang atau sebuah organisasi bisa menyebabkan manfaat atau kerugian
bagi yg lain. Jadi etika manajemen adalah Standar kelayakan pengelolaan yg memenuhi kriteria Etika.
Apabila istilah etika digabungkan menggunakan istilah manejemen sebagai akibatnya
membangun kalimat etika manejemen mempunyai arti pemikiran atau refleksi mengenai moralitas
pada manajemen. Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, sahih atau keliru
menurut prilaku manusia. Jadi konklusi deskripsi tentang etika manajemen adalah suatu proses &
upaya buat mengetahui hal-hal yg sahih & yg keliru yg berkenaan menggunakan praktek manajemen
6

yg sebagai acuan seorang atau sekelompok orang pada bertindak & bertingkah laris yg berlaku pada
sekelompok orang atau organisasi tertentu. 12
B. Rendah Hati
1. Pengertian Rendah Hati
Sikap merupakan kesamaan bertindak, berpikir, persepsi, dan merasa pada menghadapi
objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, namun lebih adalah kesamaan buat berperilaku
menggunakan cara eksklusif terhadap objek perilaku. Objek perilaku mampu berupa orang, benda,
tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Dengan demikian, dalam kenyataannya, nir terdapat kata
perilaku yg berdiri sendiri.13 Sikap yaitu perbuatan, tingkah laku, moralitas seorang yg didasari
menggunakan pendirian, pendapat, gagasan, ide, yg sudah diyakini. 14 Sikap jua diartikan : pandangan,
tanggapan, pendirian orang-orang terhadap suatu kasus yg masuk kedalam jiwa. 15
Secara etimologi, istilah tawadhu asal menurut istilah wadh‟a yg berarti merendahkan, dan jua
asal menurut istilah “ittadha‟a” menggunakan arti merendahkan diri. Disamping itu, istilah tawadhu
jua diartikan menggunakan rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, tawadhu merupakan
memberitahukan kerendahan hati pada sesuatu yg diagungkan. Bahkan, terdapat jua yg mengartikan
tawadhu menjadi tindakan berupa mengagungkan orang lantaran keutamaannya, mendapat kebenaran
dan seterusnya.
Pengertian Tawadhu Secara Terminologi berarti rendah hati, versus berdasarkan arogan atau
takabur. Tawadhu berdasarkan AlGhozali menghilangkan posisi Anda atau kami andamp; mencurigai
orang lain lebih utama berdasarkan kita. 16 Tawadhu berdasarkan Ahmad Athoilah adalah sesuatu yg
ada lantaran melihat kebesaran Allah, & terbukanya sifat-sifat Allah.17 Tawadhu adalah rendah hati, nir
sombong, kebalikan berdasarkan istilah sombong. Yaitu, konduite yg selalu menghargai eksistensi
orang lain, konduite yg senang memuliakan orang lain, konduite yg selalu senang mendahulukan
kepentingan orang lain, konduite yg mengasihi selalu menghargai pendapat

12
Ibid¸50
13
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 361
14
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1982), hal. 244
15
Achmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1981), hal. 12
16
Imam Ghozali, Ihya Ulumudin, jilid III, terj. Muh Zuhri, (Semarang: CV. As-Syifa, 1995), hal. 343
17
Syekh Ahmad Ibnu Atha‟illah, Al-Hikam: Menyelam ke Samudera Ma‟rifat dan Hakekat, (Surabaya: Penerbit
Amelia, 2006), hal. 448
7

2. Hubungan Rendah Hati Dalam Tafsir


a. Ibnu Katsir

ََْ‫َْل تَ ُمد ََّّن َع اين َ اي َك ِّا ىَل َما َمتَّ اعنَا ب ِّٓٗه َا از َوا ًجا ِّمْنا ُ ام َو َْل َ اَت َز ان عَلَْيا ِّ ام َوا اخ ِّف اض َجنَا َح َك لِّلا ُم اْؤ ِّم ِّن ا‬
Terjemahan : Jangan sekali-sekali engkau (Muhammad) tujukan pandangan mu kepada kenikmatan hidup yang
telah kami berikan kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan diantara mereka
(orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang
beriman. (QS. Al-Hijr : 88)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa sebagaimana Kami berikan
kepadamu Al-Qur'an yang agung, maka jangan sekali-kali kamu memandang kepada dunia dan
perhiasannya serta kesenangan duniawi yang telah Kami berikan kepada mereka yang ahlinya, yaitu
kesenangan yang fana; hal itu sebagai ujian buat mereka. Maka janganlah kamu menginginkan apa yang
ada pada mereka, janganlah pula kamu bersedih hati karena mereka bersikap mendustakan dan
menentang agamamu.

َْ ‫َوا اخ ِّف اض َجنَا َح َك ِّل َم ِّن ات َّ َب َع َك ِّم َن الا ُم اْؤ ِّم ِّن‬
Terjemahan : dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman
(As-Syu’ara : 215). Artinya bersikap rendah dirilah kamu kepada mereka, sama seperti dengan apa yang
telah disebutkan dalam firman-Nya :

ٌ‫لَ َق اد َجا َء ُ اك َر ُسو م ِّم ان ْنفا ُف ِّس ُ اْم َع ِّز مٌز عَلَ اي ِّه َما َع ِّنُُّ ا َر ِّري م عَلَ اي ُ اْم ِّلالا ُم اْؤ ِّم ِّن َْ َر ُءو م َر ِّر م‬
Terjemahan : Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya
penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah : 128)
Sehubungan dengan makna as-sab'ul masani, para ulama berbeda pendapat mengenainya.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sab’ul masani ialah tujuh surat Al-Qur'an yang panjang-
panjang, yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, An Nisa, Al-Maidah, Al-An'am, Al-A'raf, dan surat Yunus.
Ibnu Abbas dan Sa'id ibnu Jubair me-nas-kan hal ini. Sa’id mengatakan bahwa di dalam surat-
surat tersebut dijelaskan hal-hal yang fardu, hukum-hukum had, hukum-hukum qisas, dan hukum-
hukum lainnya. Ibnu Abbas mengatakan, di dalamnya dijelaskan misal-misal, berita-berita, dan
pelajaran-pelajaran.
8

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abu Umar yang mengatakan bahwa Sufyan pernah mengatakan, "Al-masani ialah surat
Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-An'am, Al-A'raf, Al-Anf’al, dan surat Al-Bara-ah (At-
Taubah) adalah satu surat”. Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada seorang pun yang dianugerahi surat-
surat tersebut selain Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, dan Musa hanya diberi dua surat darinya.
Demikianlah menurut riwayat Hasyim, dari Al-Hajjaj, dari Al-Walid ibnul Aizar, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa yang dimaksud dengan sab’ul
masani ialah fatihatul kitab, dan bahwa surat Al-Fatihah ini dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat
salat fardu maupun salat sunat. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia memilih pendapat ini dengan
berdasarkan hadis-hadis yang menerangkan tentang hal ini. Hadis-hadis tersebut telah kami terangkan
di dalam keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah pada permulaan kitab tafsir ini. Sehubungan dengan
masalah ini Imam Bukhari telah mengetengahkan dua buah hadis. Pada hadis pertama Imam Bukhari
mengatakan:

ِّ ‫ َع ان َر اف‬،‫ َع ان ُخ َب اي ِّب اب ِّن َع اب ِّد َّالر ا َْح ِّن‬،‫ َح َّدثَنَا ُش اع َب ُة‬،‫ َح َّدثَنَا غُ اندر‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ اب ُن ب َ َّشا ٍر‬
‫ فَدَ عَ ِّاِن فَ َ اَّل ن ٓٗ ِّت ِّه‬،‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل َو ْنَنَ ُن َص ِّل‬ ٍ ِّ َ‫اب ِّن ع‬
ُ َّ ‫ َم َّر ِِّب النَّ ِّ ُِّب َص ََّّل‬: َ ‫ َع ان ْن ِِّب َس ِّعي ِّد اب ِّن الا ُم َع ََّّل قَا‬،‫اِص‬
‫ َ{َي ْنُّيُّ َا‬:‫اَّلل‬ ُ َّ ِِّ ‫ " ْنلَ ام ي َ ُق‬: َ ‫ فَ َقا‬.‫ ُك ان ُت ُن َص ِّل‬:‫ فَ ُقلا ُت‬." ‫ " َما َمنَ َع َك ْن ان تَأْ ِّتيَ ِِّن ؟‬: َ ‫ ُ َُّث ْنتَيا ُت ُه فَ َقا‬،‫َر ََّّت َصل َّ اي ُت‬
‫] ْن َْل ُنعَ ِّل ُم َك ْنع َاظ َم ُس َور ٍة ِِّف الا ُق ارن ٓٗ ِّن قَ اب َِ ْن ان‬24 : ِّ ‫[اْلفا َفا‬ ْ ‫َّ ِّاَّل ٌَن ن ٓٗ َمنُوا ا اس َتجِّ ي ُبوا ِّ َّ َِّّلل َولِّ َّلر ُسو ِّ ا َذا َدعَ ُ ااك} ا‬
ِ
ِّ ِّ ‫ " {الا َح امدُ ِّ َّ َِّّلل َر‬: َ ‫ فَ َذكَّ ارتُ ُه فَ َقا‬،‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل ِّل َي اخ ُر َج‬
ُ َّ ‫ْنخ ُار َج ِّم َن الا َم اسجِّ ِّد؟ " فَ َذه ََب النَّ ِّ ُِّب َص ََّّل‬
‫الس اب ُع الا َمث َِّاِن َوالا ُق ارن ٓٗ ُن الا َع ِّظ ٌُ َّ ِّاَّلي ُنوتِّي ُت ُه‬
َّ ‫ه‬ َ ِّ ‫"الا َعالَ ِّم َْ} [الا َف‬
َ ِّ ]2 :‫اَت ِّة‬
Terjemah : Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Habib ibnu Abdur Rahman, dari Hafs ibnu Asim, dari Abu Sa'id
ibnul Ma'la yang menceritakan, "Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam melewatiku saat aku sedang salat, lalu Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam memanggilku, tetapi aku tidak mendatanginya hingga aku menyelesaikan salatku.
Setelah aku selesaikan salatku, maka aku menghadap kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam Lalu Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya, 'Apakah yang menghalang-halangimu sehingga tidak datang kepadaku (saat
kupanggil)?' Aku menjawab, 'Aku sedang mengerjakan salat.' Maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
9

bersabda, 'Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan
Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian. (Al-Anfal: 24).' Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam
bersabda, 'Maukah aku ajarkan kamu tentang surat yang paling besar di dalam Al-Qur'an sebelum aku keluar dari
masjid ini?' Ketika Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam hendak keluar dari masjid, maka aku mengingatkannya
(akan janjinya itu), lalu beliau bersabda: 'Al Hamdu Lillahi Rabbil 'Alamin (surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang, dan Al-Qur’anul 'Azim yang diberikan kepadaku'.” Hadis kedua: Imam Bukhari
mengatakan:
ِّ َّ ُ ‫ قَا َ َر ُسو‬: َ ‫ قَا‬،ُ‫اَّلل َع انه‬
‫اَّلل‬ َ ِّ ‫ َر‬،َ‫ َع ان ْن ِِّب ه َُراٌ َرة‬،‫ َح َّدثَنَا الا َم اق ُ ُِّب ِّي‬،‫ َح َّدثَنَا ا اب ُن ْن ِِّب ِّذئا ٍب‬،‫َح َّدثَنَا ن ٓٗ َد ُم‬
ُ َّ ‫ِض‬
ٌُ ‫الس اب ُع الا َمث َِّاِن َوالا ُق ارن ٓٗ ُن الا َع ِّظ‬ َ ِّ ‫ " ُن ُّم الا ُق ارن ٓٗ ِّن‬:‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل‬
َّ :‫ه‬ ُ َّ ‫"ص ََّّل‬
َ
Terjemah : Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi-b, telah
menceritakan kepada kami Al-Maqbari, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Ummul Qur’an ialah tujuh ayat yang dibaca berulang-
ulang dan Al-Qur'anul 'Azim.
Maksudnya, merasa cukuplah kamu dengan Al-Qur'an yang telah dianugerahkan oleh Allah
kepadamu, dan janganlah kamu menginginkan kesenangan duniawi dan kegemerlapannya yang fana
yang diberikan kepada mereka (orang-orang kafir itu). Berdasarkan makna ayat ini Ibnu Uyaynah
mengartikan hadis sahih yang mengatakan:

"‫"لَيا َس ِّمنَّا َم ان لَ ام يتغ ََّن ِّلالا ُق ارن ٓٗ ِّن‬


Terjemah : “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an.”
Bahwa yang dimaksud dengan yataganna ialah tidak merasa cukup dengan Al-Qur'an dari
yang lainnya. Interpretasi ini memang sahih, tetapi bukanlah makna yang dimaksud dari hadis, seperti
yang telah kami jelaskan dalam permulaan tafsir ini.
ِّ َّ ‫ َع ان ٌَ ِّزيدَ اب ِّن َع اب ِّد‬،َ‫وَس اب ُن ُع َب ايدَ ة‬
‫اَّلل‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬،‫ ُذ ِّك َر َع ان َو ِّكيع اب ِّن الا َج َّرا ِّح‬:‫اِت‬ ٍ ِّ ‫قَا َ ا اب ُن ْن ِِّب َح‬
‫اَّلل عَلَ اي ِّه وسَّل‬
ُ َّ ‫ ْنضَ ا َ النَّ ِّ ُِّب َص ََّّل‬: َ ‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل قَا‬
ُ َّ ‫ َع ان ْن ِِّب َرا ِّفع ٍ َصا ِّر ِّب النَّ ِّ ِِّب َص ََّّل‬،ٍ‫اب ِّن قُ َس ايط‬
‫ ي َ ُقو ُ َ َك‬:‫ فَأْ ار َس َِ ا ََل َر ُج ٍِ ِّم َن اياْيَ ُو ِّد‬،ُ‫ْي مء يُ ال ِّل ُهه‬ ‫ا‬ َ ‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل‬
ُ َّ ‫ضيف َولَ ام ٌَ ُك ان ِّع اندَ النَّ ِّ ِِّب َص ََّّل‬
ِ
‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل‬
ُ َّ ‫ فَأْتَيا ُت النَّ ِّ َِّب َص ََّّل‬.‫ َْل ا َّْل ِّب َرهان‬: َ ‫ قَا‬.‫ ْن اس ِّل اف ِِّن َد ِّقيقًا ا ََل ِّه ََل ِّ َر َج ٍب‬:‫اَّلل‬ ِّ َّ َ ‫ُم َح َّم مد َر ُسو‬
ِ ِ
10

‫الس َما ِّء َو ْن ِّم ُْ َم ان ِِّف ا ْاْل ار ِّض َولَ ِّ اِئ ْن اسلَ َف ِِّن ْن او َلا َع ِِّن ِّ ُْل َؤ ِّدٌَ َّن‬َّ ‫اَّلل ِا ِِّن َ ْْل ِّم ُْ َم ان ِِّف‬
ِّ َّ ‫ " ْن َما َو‬: َ ‫[فَأْخ َ ااُبتُهُ] فَ َقا‬
‫ َ{ْل تَ ُمد ََّّن َع اين َ اي َك ا ََل َما َمتَّ اعنَا ِّب ِّه ْن از َوا ًجا ِّمْنا ُ ام َزه ََر َة الا َح َيا ِّة‬:‫ فَلَ َّما خ ََر اج ُت من عنده نزلت هذه اْلٓٗية‬."‫الَ اي ِّه‬
ِ ِ
‫] َ َْكف َّ ُه يُ َع ِّزي ِّه َع ِّن ادلُّ فا َيا‬131 :‫ [طه‬.‫ادلُّ فا َيا} ا ََل ن ٓٗ َخ ِّر ااْلٓٗي َ ِّة‬
ِ
Terjemah : Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Waki' ibnul Jarrah, bahwa telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Rafi'
—sahabat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam — yang mengatakan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam menjamu sejumlah tamu, padahal Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam tidak mempunyai sesuatu
yang akan disuguhkan kepada tamu-tamunya itu. Maka beliau Shalallahu'alaihi Wasallam mengirimkan
seseorang kepada seorang Yahudi untuk menyampaikan, "Muhammad, utusan Allah, berpesan
kepadamu: Berilah ia utang tepung gandum yang akan dibayar pada permulaan bulan Rajab." Tetapi
lelaki Yahudi itu menolaknya kecuali dengan jaminan. Maka si utusan (perawi sendiri) kembali kepada
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh si Yahudi itu.
Maka Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar
kepercayaan semua orang yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jikalau dia memberiku utang
atau menjualnya kepadaku, pasti aku akan membayarnya." Setelah aku keluar dari sisi Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam, turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Dan janganlah kamu tujukan
kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai
bunga kehidupan dunia. (Thaha: 131) Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala menghiburnya dari
perkara duniawi.
b. Al Misbah

‫اَّلل ِّل ان َت لَ ُه ام ۚ َولَ او ُك ان َت فَ ًّظا غَ ِّل ايظَ الا َقلا ِّب َْلفا َفضُّ اوا ِّم ان َر او ِّ َك ۖ فَاع ُاف َعْنا ُ ام َو ااس َت اغ ِّف ار لَه اُم‬ ِّ ‫فَ ِّب َما َر ا َْح ٍة ِّم َن ى‬
َْ ‫اَّلل ُ ُِّي ُّب الا ُم َت َو ِّ ِّّك ا‬ ‫َو َشا ِّو ار ُ اُه ِِّف ا َاْل ام ۚ ِّر فَ ِّا َذا َع َز ام َت فَتَ َو َّ ا‬
ِّ ‫َّك عَ ََّل ى‬
َ ‫اَّلل ۗ ِّا َّن ى‬
Terjemah : Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Ali-Imron : 159)
11

Setelah dalam ayat-ayat yang lalu Allah membimbing dan menuntun kaum muslimin secara
umum, kini tuntutan diarahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sambil menyebutkan sikap lemah
lembut Nabi kepada kaum muslimin khususnya mereka yang telah melakukan kesalahan dan
pelanggaran dalam perang uhud. Sebenarnya cukup banyak hal dalam peristiwa perang uhud yang
dapat mengundang emosi manusia untuk marah. Namun demikian cukup banyak pula bukti yang
menunjukkan kelemah lembutan Nabi Muhammad SAW. Beliau bermusyawarah dengan mereka
sebelum memutuskan berperang, beliau menerima usul mayoritas mereka walau beliau sendiri kurang
berkenan, beliau tidak memaki dan mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas
mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus dan lain-lain. Jika demikian, maka disebabkan rahmat
yang amat besar dari Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk infinitif (nakiroh) dari kata rahmat, bukan
oleh satu sebab yang lain sebagaimana dipahami dari huruf ‫ ما‬ma yang digunakan disini dalam konteks
penerapan rahmat-Nya disebabkan karena rahmat Allah itu engkau berlaku terhadap mereka. Sekira nya
engkau berlaku keras, buruk perangai, kasar kata lagi berhati kasar, tidak peka terhadap keadaan orang
lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, disebabkan oleh anti pati terhadapmu. Karena
perangaimu tidak seperti itu, maka maafkanlah kesalahan-kesalahan mereka yang kali ini mereka
lakukan, mohonkanlah ampun kepada Allah bagi mereka, atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan
bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu, yakni dalam urusan peperangan dan urusan dunia,
dan bukan urusan syari’at atau agama.
Firman-Nya : maka disebabkan rahmat Allah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka, dapat
menjadi salah satu bukti bahwa Allah SWT sendiri yang mendidik dan membentuk keperibadian Nabi
Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau : “Aku di didik oleh Tuhan ku, maka sungguh baik hasil
pendidikan-Nya. Redaksi diatas yang disusul dengan perintah memberi maaf, dan seterusnya seakan-
akan ayat ini berkata : Sesungguhnya perangaimu wahai Muhammad, adalah perangai yang sangat
luhur, engkau tidak bersikap keras tidak juga berhati kasar, engkau pemaaf, dan bersedia mendengar
saran dari orang lain.18
C. Memberi Maaf
1. Pengertian Memberi Maaf
Hubungan sosial merupakan interaksi seorang menggunakan orang lain atau menggunakan
rakyat atau antar rakyat. Kehidupan sosial pada bermasyarakat meletakkan prinsip saling menjaga

18
M Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, dan Keserian Al-Qur’an, (Tangerang : Lentera hati), 255-256
12

ketentraman & keamanan, tolong-menolong pada kebajikan, mencegah kemungkaran & sebagaimana
cara buat memelihara keutuhan rakyat.
Manusia menjadi komponen rakyat & menjadi makhluk sosial senantiasa mengalami banyak
sekali macam keadaan & mendapati banyak sekali bentuk karakter insan pada bersosialisasi antar
makhluk sosial. Meski begitu, hayati pada bermasyarakat menggunakan beranekaragam bentuk sosial,
budaya & agama, tak jarang kali ada pelbagi bentuk karakter sosial pada rakyat & kultur budaya yg
berbeda-beda. karakter sosial yg lembut menggunakan ungkap istilah yg indah, akhlak semacam ini
mampu diterima & menyenangkan hati orang, selain itu masih ada pula kultur budaya atau sosial yg
keras yg tak jarang kali meresahkan masyarakat rakyat lainya.
Meski begitu, Islam mengajarkan pada umat insan buat saling memaafkan atas kesalahan
orang lain. Sikap memaafkan kesalahan orang lain adalah wujud perdamaian buat saling menjaga
kehormatan, harta & prestise insan, sebagai akibatnya tali silahturahim diantara rakyat permanen
terjaga. Sebagaimana firmanNya dalam surat Ali-Imran ayat 134.

ُ ‫الّضا ِّء َوالا ىك ِّظ ِّم ا َْ الا َغ ايظَ َوالا َعا ِّف ا َْ َع ِّن النَّ ِّ ۗاس َو ى‬
َْۚ ‫اَّلل ُ ُِّي ُّب الا ُم اح ِّس نِّ ا‬ َّ ۤ َّ ‫َّ ِّاَّل اٌ َن يُ ان ِّف ُق او َن ِِّف‬
َّ ۤ َّ ‫الّسا ِّء َو‬
Terjemah : “(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-
Imran : 134)
Menurut Ibn Mandlur, istilah “maaf” dari berdasarkan bahasa Arab yaitu al- „afw bentuk
mas}dar berdasarkan „afa–ya‟fu–„afwan, artinya “menghapus atau menghilangkan.”19 Dalam buku
Mu‟jam Maqayis al-Lughat disebutkan, istilah `Afw yg terdiri berdasarkan alfabet ain – fa –waw dalam
asalnya memiliki 2 makna, pertama, meninggalkan sesuatu (tark syai`in), & yg kedua, mencari sesuatu
(thalab syai`in), yg dimaksudkan pada sini makna yg pertama yaitu meninggalkan sesuatu (balasan) atau
nir menaruh sesuatu (balasan) terhadap kesalahan seorang, misalnya: “ „Afw Allah `an khalqihi”,
artinya, Allah nir menaruh sanksi terhadap kesalahan makhluk-Nya. Al-Khalil menyampaikan bahwa
setiap orang yg berhak buat diberikan sanksi, kemudian engkau nir menaruh sanksi itu kepadanya
berarti engkau sudah memaafkannya.20

19
Ibnu Mandzur, Lisan Al Arabi (Beirut: Dar Lisan al Arab, t.t.p), 72.
20
Ibn Faris, Maqayis al-Lughat (Beirut: Darl Fikr), Jilid. IV, 47.
13

2. Hubungan Memberi Maaf dengan Tafsir Ibnu Katsir

{ ‫اَّلل َولا َي اع ُفوا‬ ِّ ‫الس َع ِّة ْن ان يُ اْؤتُوا ُن ِّوِل الا ُق ار ََب َوالا َم َسا ِّك َْ َوالا ُمه َِّاج ِّر ٌَن ِِّف َس ِّب‬
ِّ َّ ِ‫ي‬ َّ ‫َوْل يَأْت َِِّ ُنولُو الا َفضا ِِّ ِّم ان ُ اْم َو‬
22( ٌ‫اَّلل غَ ُف مور َر ِّر م‬ ُ َّ ‫اَّلل لَ ُ اْم َو‬ َ ‫} َ)ولا َي الفَ ُحوا ْنْل ُ َِّت ُّب‬
ُ َّ ‫ون ْن ان ي َ اغ ِّف َر‬
Terjemah : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah
bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-
orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian
tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.
An Nur : 22)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menyebutkan:

{ِِّ َ‫َ}وْل يَأْت‬


Terjemah : Dan janganlah bersumpah. (An-Nur: 22). Berasal dari kata ilyah yang artinya sama dengan al
hilf maksudnya 'janganlah bersumpah'.

{‫} ُنولُو الا َفضا ِِّ ِّم ان ُ اْم‬


Terjemah : orang-orang yang mempunyai kelebihan di antara kalian. (An-Nur: 22). Yang dimaksud dengan
kelebihan ialah kelebihan harta, rajin bersedekah, dan berbuat kebajikan.

{‫الس َعة‬
َّ ‫َ}و‬
Terjemah : dan kelapangan. (An-Nur: 22). Yaitu kesejahteraan.

ِّ ‫} ْن ان يُ اْؤتُوا ُن ِّوِل الا ُق ار ََب َوالا َم َسا ِّك َْ َوالا ُمه َِّاج ِّر ٌَن ِِّف َس ِّب‬
ِّ َّ ِ‫ي‬
{‫اَّلل‬
Terjemah : untuk tidak akan memberikan bantuan kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin,
dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah. (An-Nur: 22).
Yakni janganlah kalian bersumpah bahwa kalian tidak akan bersilaturahmi lagi dengan kaum
kerabat kalian, orang-orang miskin, dan kaum Muhaj irin. Yaitu tidak akan lagi memberikan bantuan
kepada mereka. Ayat ini mengandung anjuran yang sangat untuk berbelaskasihan dan lemah lembut
terhadap kaum kerabat dalam rangka bersilaturahmi kepada mereka. Firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala:

{‫َ}ولا َي اع ُفوا َولا َي ال َف ُحوا‬


14

Terjemah : dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. (An-Nur: 22)
Terhadap keburukan dan sikap menyakitkan mereka di masa lalu. Hal ini termasuk sifat
Penyantun Allah Subhanahu wa Ta'ala, Kemuliaan, dan Kelembutan-Nya kepada makhluk-Nya,
padahal mereka berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu Anhu
ketika ia bersumpah bahwa dia tidak akan memberikan bantuannya lagi kepada Mistah ibnu Asasah
untuk selamanya. Hal ini terjadi setelah Mistah mengatakan hal-hal yang buruk terhadap putrinya (yaitu
Siti Aisyah Radhiyallahu Anhu) seperti yang telah disebutkan di atas.
Setelah Allah menurunkan wahyu yang membersihkan diri Siti Aisyah Ummul Mu’minin
sehingga hati Siti Aisyah senang dan tenteram, dan Allah menerima tobat orang-orang yang
membicarakan berita bohong itu dari kalangan kaum mukmin, lalu ditegakkan hukum had kepada
sebagian dari mereka yang berhak menerimanya. Maka Khitab Allah beralih kepada sahabat Abu Bakar
As-Siddiq yang memerintahkan kepadanya agar berbelas kasih kepada kerabatnya, yaitu Mistah ibnu
Asasah. Mistah ibnu Asasah adalah anak bibi sahabat Abu Bakar, yang berarti sepupu dia. Mistah
adalah orang yang miskin, tidak berharta kecuali apa yang ia terima dari uluran bantuan sahabat Abu
Bakar Radhiyallahu Anhu Mistah termasuk salah seorang dari kaum Muhajirin yang berjihad di jalan
Allah. Tetapi ia terpeleset dan melakukan suatu kesalahan, kemudian Allah menerima tobatnya, dan
telah menjalani hukuman had yang harus diterimanya akibat kesalahannya itu.
Sahabat Abu Bakar adalah seorang yang bijak lagi dermawan. Ia suka berderma dan
memberikan bantuannya, baik kepada kerabatnya sendiri maupun orang lain. Ketika ayat ini
diturunkan hingga firman-Nya:

{‫اَّلل لَ ُ اْم‬ َ ‫} ْنْل ُ َِّت ُّب‬


ُ َّ ‫ون ْن ان ي َ اغ ِّف َر‬
Terjemah : “Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian?, hingga akhir ayat.” (An-Nur: 22)
Karena sesungguhnya setiap amal perbuatan itu mendapat balasan sesuai dengan jenis amal
perbuatannya, sebagaimana engkau mengampuni dosa orang yang berdosa kepadamu, maka Allah
mengampuni pula dosa-dosamu. Dan sebagaimana kamu memaaf, maka Allah pun memaafmu pula.
Maka pada saat itu juga Abu Bakar berkata, "Benar, demi Allah, sesungguhnya kami suka bila Engkau
memberikan ampunan kepada kami, wahai Tuhan kami."
Kemudian Abu Bakar kembali memberikan nafkah bantuannya kepada Mistah seperti
biasanya. Untuk itu Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya selama-lamanya."
Perkataannya kali ini untuk mengimbangi apa yang telah dikatakannya sebelum itu, yakni ucapannya,"
15

Demi Allah, aku tidak akan memberinya bantuan lagi barang sedikit pun, selamanya." Karena itulah
maka sahabat Abu Bakar sesuai dengan nama julukannya, yaitu As-Siddiq; semoga Allah melimpahkan
rida kepadanya, juga kepada putrinya.
D. Bermuka Manis
Hubungan Bermuka Manis Dengan Tafsir Ibnu Katsir

َ ‫َو َْل ت َُل ِّع ار َخ َّدكَ لِّلنَّ ِّاس َو َْل تَ ام ِّش ِِّف ا َاْل ار ِّض َم َر ًحاۗ ِّا َّن ى‬
َّ ُ ‫اَّلل َْل ُ ُِّي ُّب‬
‫َّك ُمخا َتا ٍ فَخ اُو ٍۚر‬
Terjemah : “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di
bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS.
Luqman : 18)

ࣖ ‫َوا اق ِّل اد ِّ اِف َم اش ي َِّك َوا اغضُ اض ِّم ان َص اوتِّ َ ۗك ِّا َّن َا ان َك َر ا َاْل اص َو ِّات لَ َل او ُت الا َح ِّم ا ِّْي‬
Terjemah : “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai." (QS. Luqman : 19)
Firman Allah SWT :

{‫َ}وْل ت َُل ِّع ار َخ َّدكَ لِّلنَّ ِّاس‬


Terjemah : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia.” (Luqman: 18).
Janganlah kamu memalingkan mukamu saat berbicara dengan orang lain, atau saat mereka
berbicara kepadamu, kamu lakukan itu dengan maksud menganggap mereka remeh dan bersikap
sombong kepada mereka. Akan tetapi, bersikap lemah lembutlah kamu dan cerahkanlah wajahmu
dalam menghadapi mereka. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:

a. ‫َول َ او ْن ان تَلا َقى ْنخَاكَ َو َو ا ُْج َك الَ اي ِّه ُم انبَ ِّسط‬


ِ
ُ َ ‫ َوالا َم ِّخ‬،‫خيَل‬
َ َّ ‫يَل َْل ُ ُِّيُّبُّ َا‬
b. ‫اَّلل‬ َ ‫َ"وا ََّيكَ َوا اس َبا َ ااْل َزا ِّر فَاَّنَّ َا ِّم َن ا ِّمل‬
ِ ِ ِ ِ
Terjemah : “sekalipun berupa sikap yang ramah dan wajah yang cerah saat kamu menjumpai saudaramu. Dan
janganlah kamu memanjangkan kainmu, karena sesungguhnya cara berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong
yang tidak disukai oleh Allah.”
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Yakni janganlah kamu
bersikap sombong, menganggap remeh hamba-hamba Allah, dan kamu palingkan mukamu saat
16

mereka berbicara denganmu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Al-Aufi dan Ikrimah bersumber
dari Ibnu Abbas.

Malik Ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Maksudnya, janganlah kamu
berbicara dengan memalingkan mukamu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah,
Yazid ibnul Asam, Abul Jauza, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya. Ibnu Jarir
mengatakan bahwa asal kata as-sa'r ialah suatu penyakit yang bersarang di leher dan bagian kepala unta,
dan lama kelamaan dapat memisahkan leher dari kepalanya. Lalu kata ini dijadikan perumpamaan bagi
orang yang bersikap takabur, sebagaimana yang disebutkan oleh seorang penyair bernama Amr ibnut
Taglabi dalam salah satu bait syairnya:

‫ نقَ امنَا ََل ِّم ان َم اي ِِّل فَتَ َقو َما‬... ‫َو ُكنَّا ا َذا اجلَ َّب ُار َصعر خَده‬
Terjemah : “Dan adalah kami bila menghadapi orang sombong yang memalingkan mukanya, maka kami luruskan
dia dari kesombongannya hingga ia kembali ke jalan yang lurus.”
Tafsir ayat ini telah dikemukakan pada pembahasannya.

‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ اب ُن ِّ اِ َر َان اب ِّن ْن ِِّب‬،‫ّض ِّم ُّي‬


َ ‫اَّلل الا َح ا‬
ِّ َّ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ اب ُن َع اب ِّد‬:‫اِن‬ ِّ ِّ ‫قَا َ الا َها ِّفظُ ْنبُو الا َق‬
َّ ‫اِس‬
ُّ ِّ ‫الط َ َُب‬
‫ َع ان َع اب ِّد َّالر ا َْح ِّن اب ِّن ْن ِِّب لَ اي ََّل َع ان ََثب ِِّّت اب ِّن قَيا ِّس اب ِّن‬،‫ َع ان ِّع َيَس‬،‫ َع ِّن ا اب ِّن ْن ِِّب لَ اي ََّل‬،‫ َح َّدثَنَا ْن ِِّب‬،‫لَ اي ََّل‬
َّ ُ ‫اَّلل َْل ُ ُِّي ُّب‬
‫َّك‬ َ َّ ‫ "ا ِّن‬: َ ‫ فَ َقا‬،‫اَّلل عَلَ اي ِّه َو َس َّ ََّل فَشَ َّد َد ِّفي ِّه‬ُ َّ ‫اَّلل َص ََّّل‬ِّ َّ ِّ ‫ ُذ ِّك َر الا ِّك ا ُُب ِّع اندَ َر ُسو‬: َ ‫َ ََّشاس قَا‬
ِ
ِّ َّ ‫ َو‬:‫ فَ َقا َ َر ُج مِ ِّم َن الا َق او ِّم‬."‫ُمخا َتا ٍ فَخُو ٍر‬
ِّ َّ َ ‫اَّلل ََي َر ُسو‬
‫ َويُ اعجِّ ُب ِِّن‬،‫اَّلل ا ِِّن ِّ ْْل اغ ِّس ُِ ثِّ َي ِّاِب فَ ُي اعجِّ ُب ِِّن ب َ َياضُ هَا‬
ِ
‫ اف َّ َما الا ِّك ا ُُب ْن ان ت َ اسفه الا َح َّق وتَ اغ ِّمط النَّ َاس‬،‫ "لَيا َس َذ ِّ َك الا ِّك ا ُُب‬: َ ‫ فَ َقا‬،‫ و ِّعَلقة َس اوطي‬،‫ِّ"ِشاك ف َ اع ِّل‬
ِ
Terjemah : “Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Imran ibnu Abu Laila, dari Isa, dari
Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Sabit ibnu Qais Syammas yang menceritakan bahwa pada suatu hari
disebutkan masalah takabur di hadapan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam Maka beliau memperingatkannya
dengan keras dan bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang-sombong lagi membanggakan
diri.” Maka seorang lelaki dari kaum yang hadir bertanya, "Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya saya biasa
mencuci pakaian saya karena saya suka dengan warna putihnya. Saya juga suka dengan tali sandal saya serta tempat
17

gantungan cemeti saya.” Maka beliau Shalallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Itu bukan takabur namanya,
sesungguhnya yang dinamakan takabur itu ialah bila kamu meremehkan perkara yang hak dan merendahkan orang
lain.”
Firman Allah SWT :

{‫}واقا ِّل اد ِِّف َم اش ي َِّك‬


َ
Terjemah : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.” (Luqman: 19) Maksudnya, berjalanlah kamu dengan
langkah yang biasa dan wajar, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, melainkan pertengahan di
antara keduanya.

Firman Allah SWT :

{‫َ}وا اغضُ اض ِّم ان َص اوتِّ َك‬


Terjemah : “dan lunakkanlah suaramu. (Luqman: 19). Janganlah kamu berlebihan dalam bicaramu,
jangan pula kamu keraskan suaramu terhadap hal yang tidak ada faedahnya. Karena itulah disebut
dalam firman berikutnya:
{‫}ا َّن نْناكَ َر اْل اص َو ِّات ل َ َل او ُت الا َح ِّم ِّْي‬
ِ
Terjemah : “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 19)
Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, sesungguhnya suara yang
paling buruk ialah suara keledai, yakni suara yang keras berlebihan itu diserupakan dengan suara keledai
dalam hal keras dan nada tingginya, selain itu suara tersebut tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala Adanya penyerupaan dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut diharamkan dan
sangat dicela, karena Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"‫ الا َعائِّدُ ِِّف ِّه َبتِّ ِّه ََكيا َ اَك ِّب ي َ ِّقي ُء ُ َُّث ي َ ُعو ُد ِِّف قَ ايئِّ ِّه‬،‫الس او ِّء‬
َّ ُِ َ ‫"لَي َاس لَنَا َمث‬
Terjemah : “Tiada pada kita suatu perumpamaan buruk terhadap orang yang mengambil kembali
hibahnya (melainkan) seperti anjing yang muntah, lalu ia memakan lagi muntahannya.”
‫ "ا َذا مسعُ صياح‬: َ ‫اَّلل عَل َ اي ِّه َو َس َّ ََّل [نْفَّهُ] قَا‬ ُ َّ ‫ ع َِّن النَّ ِّ ِِّب َص ََّّل‬،َ‫) ع اَن نْ ِِّب ه َُر اٌ َرة‬9( ،‫ ع َِّن ا ْاْلع َار ِّج‬،‫ ع اَن َج اع َف ِّر اب ِّن َربِّي َع َة‬،‫ َح َّدث َ َنا الل َّ اي ُث‬،‫ َح َّدث َ َنا قُ َت اي َب ُة اب ُن َس ِّعي ٍد‬:‫اِئ ِّع اندَ ت َ اف ِّس ِّْي َه ِّذ ِّه ااْلٓٗي َ ِّة‬
ُّ ِّ ‫قَا َ الن َّ َس‬
ِ
َّ ‫ َوا َذا َ ِّمس اع ُ اُ َّنَ َِّيق الا َح ِّم ِّْي فَتَ َع َّو ُذوا ِّلا َّ َِّّلل ِّم َن‬،‫اَّلل ِّم ان فَضا ِّ ِِّل‬
ً‫ فَاَّنَّ َا َرنْ ات َش اي َطاَن‬،‫الش اي َط ِّان‬ َ َّ ‫"ادلٌكة فَ ااسأْلُوا‬
ِ ِ
Terjemah : “Imam Nasai dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam yang telah bersabda: Apabila kalian mendengar suara kokokan ayam
jago, maka mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Dan apabila kalian mendengar suara lengkingan
18

keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, karena sesungguhnya keledai itu sedang
melihat setan.”
Jamaah yang lainnya —kecuali Ibnu Majah— telah mengetengahkan hadis ini melalui
berbagai jalur dari Ja'far ibnu Rabi'ah dengan sanad yang sama. Dan di dalam sebagian teksnya
disebutkan kalimat 'di malam hari'. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Itulah wasiat-wasiat yang
sangat bermanfaat yang dikisahkan oleh Al-Qur'anul Karim mengenai Luqmanul Hakim. Telah
diriwayatkan pula dari Luqman hikmah-hikmah dan nasihat-nasihat lainnya yang cukup banyak.
Berikut ini akan dikemukakan sebagian darinya sebagai contoh dan pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dari istilah Yunani Ethos atau (bentuk tunggal) yang memiliki arti rumah, padang
rumput, norma, tata cara, perasaan, perilaku serta cara berfikir. Bentuk jamak nya yakni ta etha berarti
tata cara istiadat, pada hal ini, istilah etika sama saja dengan pengertian moral. Moral dari asal istilah
latin : mos atau (bentuk tunggal) atau mores (bentuk jamaknya) yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
seseorang, watak, akhlak, cara hayati.

Manajer merupakan seseorang yang mempunyai tanggung jawab semua bagian di suatu
perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang
mengepalai beberapa. Di perusahaan yang berskala mungil mungkin relatif diharapkan satu orang
manajer awam, sedangkan di perusahaan atau organisasi yang berkaliber akbar pada umum nya
memiliki beberapa manajer awam yang bertanggung jawab di area tugas yang berbeda-beda.

Etika (etics) adalah satu set kepercayaan, standar, atau pemikiran yang mengisi suatu individu,
kelompok atau masyarakat. Etika juga diartikan sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan
untuk bertindak (rule of conduct). Etika menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap
peristiwa penting dalam hidupnya. Isu etika hadir dalam sebuah situasi ketika tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan manfaat atau kerugian bagi yang lain. Jadi
etika manajemen merupakan Standar kelayakan pengelolaan yang memenuhi kriteria Etika.
B. Saran
Alhamdulillah kita ucapkan sebagai penutup akhir makalah ini, semoga literatur diatas
menambah wawasan kita semua. Semoga Allah menambah ilmu kita, menguatkannya dan
memudahkan langkah kita untuk menegakkan ilmu itu sendiri. Semoga keilmuan ini tetap berjalan
dan digunakan dengan baik di jalan yang Allah ridhoi. Apabila ada kekurangan atau kesalahan
terhadap penulisan maupun materi pada makalah ini, kami segenap pembuat makalah
mengucapkan mohon maaf dan kami sangatlah menerima saran pembaca untuk lebih memperbaiki
dan mengevaluasi isi dalam makalah ini. Sekian dari kami termakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., & Ardana, C. I. (2009). Etika Bisnis dan Profesi Islam. Jakarta: Salemba Empat.

Athaillah, A. I. (2006). Alhikam : Menyelam ke Samudra Ma'rifat dan Hakekat. Surabaya: Amelia.

Bazarah, J. (2019). Peran Manajer Dalam Megelola Konflik Organisasi Pengusaha Telaah Terhadap
Hukum Ketenagakerjaan. Legalitas, Vol IV, 93.

Beekum, R. I. (2004). Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Oset.

Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ilyas, Y. (2007). Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LIPI Pustaka Pelajar.

Ismanto, K. (2009). Manajemen Syari'ah Implementasi TPQ Dalam Lembaga Keuangan Syari'ah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Marimba, A. D. (1995). Ihya' Ulumuddin (3nd ed.). (M. Zuhri, Trans.) Semarang: CV As Syifa.

Poerwadarminta, W. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Sarwoko. (n.d.). Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba.

Shihab, M. Q. (2007). Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Alqur'an . Tanggerang: Lentera Hati.

Simorangkir, O. P. (2003). Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sonny, K. A. (2005). Etika Lingkungan. Bandung: Mizan.

Surokarijo, S. (2006). Hubungan Antara Kegiatan Membangkitkan Motivasi Keja Oleh Kepala Sekolah
Dengan Kinerja Guru Sebagai Manajer Kelas. Perspektif Ilmu Pendidikan, 04, 34.

20

Anda mungkin juga menyukai