Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK

OLEH :

1. Maspuroh (04020420030)
2. Fariz Ilham Almustaqim (04020420027)

KELAS D1

DOSEN PENGAMPU :

M. Adi Trisna Wahyudi, S.Sos., M.M


PRODI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dan mengajarinya. Yang telah
memberikan waktu, kesempatan, dan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
Psikologi Organisasi ini dengan judul materi “PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN
MANAJEMEN KONFLIK”.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perilaku Organisasi yang di ampu oleh BapakAdi Trisna Wahyudi. Selain itu kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Perilaku Organisasi
khususnya Perilaku Antar Kelompok Dan Manajemen Konflik. Dengan selesainya makalah ini
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan, meskipun itu di upayakan untuk
dikerjakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan
kritik demi perbaikan makalah ini diharapkan dengan sangat. Semoga makalah ini memberikan
energy positif dan kemanfaatan bagi yang membaca khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Amin.

Daring, 13 September 2021

Penulis
2

DAFTAR ISI

BAB 1..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Definisi Manajemen Konflik.................................................................................................................4
1. Definisi Manajemen.........................................................................................................................4
2. Definisi Konflik.................................................................................................................................5
3. Manajemen Konflik..........................................................................................................................6
B. Dampak Konflik Terhadap Manajemen...........................................................................................8
C. Sumber konflik...................................................................................................................................9
D. Pengertian konflik disfungsional........................................................................................................10
1. Konflik Konstruktif/ Fungsional.....................................................................................................10
2. Konflik Destruktif/ Disfungsional........................................................................................................10
E. Pengelompokan konflik ......................................................................................................................11
BAB 3.......................................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN..................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................13
B. Saran-saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................14
3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Individu atau seseorang yang tidak mampu mengelola konflik akan menjadi bumerang bagi
kinerja dirinya sendiri dan akhirnya berdampak pula bagi kinerja organisasi atau perusahaan.
Dengan demikian dibutuhkan strategi mengelola konflik sebagai salah satu upaya untuk
menciptakan kinerja baik untuk kinerja individu karyawan maupun kinerja team. Maka dari itu, atas
keresahan yang timbul mengenai konflik yang terjadi, mari kita pahami lebih dalam tentang konflik
itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi manajemen konflik?
2. Apa dampak Konflik terhadap manajemen?
3. Apa saja sumber terjadinya konflik antara kelompok.
4. Bagaimana konsekuensi konflik disfungsional antar kelompok?
5. Sebukan pengelompokan konflik antara kelompok?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui definisi manajemen konflik
2.Untuk mengetahui dampak konflik terhadap manajemen
3. Untuk mengetahui sumber terjadinya konflik.
4. mengetahui konflik disfungsional dan mengetahu pengelompokan konflik..
4

BAB 2

PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Konflik
Ilmu manajemen adalah ilmu yang memiliki banyak cabang dibidangnya, salah satu
terminologi yang menggunakan label manajemen adalah manajemen konflik. Adapun
terminologi manajemen konflik terdiri dari dua suku kata, yakni kata manajemen dan
konflik. Secara subtansial tentu kedua kata tersebut memiliki makna konseptual dan
fungsional. Oleh karena itu, perlu ditelaah terlebih dahulu makna dari masing-masing kata
tersebut.
1. Definisi Manajemen
Kita seringkali melihat bagaimana seseorang mampu menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan baik. Pengertian baik disini yaitu tujuan yang diharapkan atau yang
diinginkannya tercapai. Pekerjaan yang rumit seperti mengelola organisasi, atau
menentukan strategi tertentu untuk memenangkan perang. Keberhasilan seseorang atau
kelompok orang dalam mencapai tujuan ini dapat dikatakan sebagai seseorang yang
mempunyai kemampuan manajemen yang baik. Jadi apakah yang dimaksud dengan
menejemen itu?
Kata manajemen ini diambil dari bahasa Inggris, yakni dari kata to manage yang berarti
mengurus, mengelola, atau mengantar. 1Adapun dalam bahasa Prancis kuno,
management yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang spesifik yang bisa diterima secara universal. Mary Parker Follet misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini menjelaskan bahwa seorang manajer mengatur, dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Grifin mendefinisikan manajemen sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan pengontrolan untuk sumber
daya dalam mencapai tujuan atau sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Arti dari
efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan. Sementara itu efesien
berarti melaksanakan tugas yang ada secara benar, terorganisasi dan sesuai dengan
jadwal.
Manajemen sebagai suatu proses yaitu, sebagai cara orang yang mencapai suatu
tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dulu. Encyclopedia of the social sciene,
disebutkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang tujuan tertentunya dilaksanakan
dan diawasi. Haiman (1970), manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk
mencapai tujuan. Georgy R. Terry mengatakan bahwa secara pencapaian tujuan telah
ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan orang lain. A. F. Stoner (1997:121)
mendefinisikan bahwa manajemen ialah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan
semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.2 Beberapa pengertian manajemen secara konseptual yaitu
sebagai berikut:
a. Manajemen Sebagai Ilmu
Sebagai ilmu manajemen memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Prinsip dan konsep manajemen dapat dipelajari
1
Herry krisnandi, dkk, “Pengantar Manajemen” LPU-UNAS, 2019,hlm,3.
2
Drs. Edi Santoso, dan Dr. Budiati, “Manajemen Konflik”, hlm,1.3
5

2. Pendekatan terhadap pembuatan keputusan dapat dilakukan dengan suatu metode


tertentu.
3. Sebagaian objek dan sarana manajemen yang dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan adalah elemen yang bersifat materil.
4. Pengimplementasian manajemen memerlukan berbagai pendekatan dari bidang
ilmu lainnya.
b. Manajemen Sebagai Seni
Sebagai seni, manajemen memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Kesuksesan pencapaian tujuan ditentukan oleh sifat dan potensi dari para
manajer.
2. Suatu proses pencapaian tujuan yang seringkali mengikutsertakan unsur naluriah,
perasaan, dan intelektual.
3. Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
ialah kekuatan pribadi yang kreatif.
c. Manajemen sebagai profesi
Sebagai profesi, manajemen memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Keahlian manajer mengelola suatu kegiatan tertentu disebut professional.
2. Manajer yang menguasai bidang tertentu
3. Profesi tertentu membutuhkan keahlian tertentu.3

2. Definisi Konflik
konflik berasal dari kata Confligere, conflictum (saling berbenturan) yaitu semua
bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian,
oposisi dan interaksi-interaksi antagonis yang bertentangan.
Ada beberapa pengertian konflik, antara lain sebagai berikut.
a. Kata konflik menurut Kartini Kartono (2013:245) mengandung beberapa pengertian.
Konflik terbagi menjadi tiga kelompok yaitu;
- Konflik yang negatif, dalam hal ini konflik dikaitkan dengan sifat-sifat yang
berbau animalistic, yang didalamnya terkandung adanya : kebuasan, kekasaran,
kekerasan, barbarisme, pengrusakan, penghancuran, destruktif, irasional, tanpa
control emosi, terjadi pemogokan, kerugian, organisasi, pekerjaan terbengkalai,
pelanggan diabaikan, hasil kerja menurun, biaya operasional organisasi
meningkat, terjadinya kebencian, hura-hura, permusuhan, dan seterusnya.
- Konflik yang positif, biasanya hal ini dikaitkan dengan hal-hal yang konstruktif
yaitu adanya petualangan, pembaharuan, inovasi, kreasi, ertumbuhan,
pemutakhiran, rasionalisasi, pengembangan produk dan lainnya.
- Konflik yang netral, dalam hal ini konflik disebabkan oleh adanya perbedaan
yang disebabkan karena perbedaan perilaku, perbedaan latar belakang, perbedaan
pendidikan, perbedaan kebiasaan, perbedaan adat istiadat, maupun adanya
perbedaan tujuan.4
b. Clinton F. Fink (1968) menyatakan bahwa: “konflik ialah relasi-relasi psikologis
yang antagonistis berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan,
interes-interes ekslusif dan tidak bisa dipertemukan sikap-sikap emosional yang
bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda. Selanjutnya fink juga
menyatakan konflik sebagai interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah

3
Herry krisnandi, dkk, “Pengantar Manajemen” LPU-UNAS, 2019,hlm, 7-8.
4
Dr. Drs. Kusworo, “Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi,” ALQAPRINT JATINANGOR, cet-1,
Desember, 2019, hlm,7-8.
6

yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol,


tersembunyi, tidak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan
perjuangan tidak terkontrol, benturan laten, pemogokan, hura-hura, makar gerilya,
perang, dan lain-lain.
c. Poespoprodjo, W. (1999:278) menyatakan, persoalan yang praktis, kadang-kadang
dapat terjadi apabila seseorang mempunyai hak mengerjakan sesuatu hal dan orang
lain berhak menghalangi perbuatan tersebut. Dapat pula terjadi seseorang yang
bersama-sama berkewajiban kepada seseorang untuk mengerjakan sesuatu hal, tetapi
ia juga tidak mengerjakan hal tersebut.5
Konflik dapat digaris bawahi yaitu:
a. Suatu kondisi tanpa adanya keharmonisan;
b. Suatu kondisi dimana terjadi suatu pertentangan;
c. Suatu kondisi dimana tidak ada suatu kesepakatan;
d. Konflik merupakan kondisi yang dinamis (konflik tergantung perkembangan
lingkungan strategis)6
Konflik merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan
masyarakat sebagai realitas yang tidak dapat dihindari dan akan selalu terus terjadi.
Menurut Dahrendorf, tokoh pengembang teori konflik, dinyatakan bahwa konflik
dan konsesnsus adalah bagian dari dua sisi mata uang dalam kehidupan. Namun,
meskipun demikian apabila konflik tersebut dibiarkan dan tidak dikelola dengan
seksama, yang terjadi adalah kerugian bagi kehidupan masyarakat. Dampaknya akan
timbul banyak korban, baik itu harta maupun nyawa. Serta tata kehidupan sosial
yang tidak aman dan tidak sehat. Selain itu konflik juga adalah sesuatu yang
melekat di dalam setiap individu.
Sebagai realitas yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia, konflik
dapat pula dianggap sebagai masalah sosial yang sulit untuk diselesaikan. Pandangan
ini memberikan kesan bahwa konflik berbeda dengan masalah sosial lainnya. Oleh
karena itu, penangannannya juga membutuhkan metode yang berbeda disetiap
masalah sosial lainnya.7

3. Manajemen Konflik
Seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat diartikan manajemen konflik adalah
kemampuan dan peranan pemimpin dalam mengelola konflik.8 Manajemen konflik juga
dapat diibaratkan sebagai satu koin mata uang: masing-masing sisi berbeda rupa. Namun
memiliki fungsi dan peranan yang sama pentingnya. Manajemen bisa diibaratkan
sebagai alat, sedangkan konflik adalah objeknya. Konsep manajemen sumber daya
manusia menurut pendekatan strategis menitikberatkan pada kinerja team work dalam
jaringan (network) organisasi saling bersinergi. Oleh karena itu, organisasi akan mampu
membentuk, mendukung, dan mengarahkan aktivitas anggotanya menutu aktivitas yang
lebih strategis. Mengingat organisasi itu perlu berkembang dan bertahan hidup dalam
abad informasi yang dinamis, dengan berbagai kemungkinan akan munculnya berbagai
5
Ibid, hlm,8.
6
PISK Bidang Perumahan, “Kepemimpinan dan Manajemen Konflik”, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Badan Pengenmbangan Sumber Daya Manusia, hlm,6.
7
Soni A. Nulhaqim,dkk, “Tinjauan Teoritis Manajemen Konflik Sosial dan Hukum,” PANDIVA BUKU, cet-1, Maret,
2020, hlm, 5.
8
PISK Bidang Perumahan, “Kepemimpinan dan Manajemen Konflik”, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Badan Pengenmbangan Sumber Daya Manusia, hlm,8.
7

konflik. Maka diperlukan penanganan atas munculnya konflik potensial ataupun konflik
terbuka yang ada diantara anggota. Bagaimana pemahaman konsep tentang definisi atau
batasan manajemen konflik. Berikut ini dijelaskan berbagai definisi manajemen dari
berbagai ahli:
a. Secara konseptual, pengertian manajemen konflik (conflict management) dapat
didefinisikan sebagai proses, seni, ilmu, dan segala sumber daya mencapai tujuan
mengelola konflik (Santosa, 2000:6). Manajemen konflik merupakan serangkaian
aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen
konflik termasuk suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mebgarahkan
bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku ataupun pihak luar dan
bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interests) serta interpretasi.9
b. Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil
para pelaku atau pihak ketiga dalam mengarahkan perselisihan pada hasil tertentu
yang dapat berupa penyelesaian konflik dan menghasilkan ketenangan, hal positif,
kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri
sendiri, kerja sama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak
ketiga). Atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
c. Wirawan (2010: 23) mendefinisikan manajemen konflik sebagai proses pihak yang
terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang
diinginkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa manajemen konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antar pelaku ataupun pihak luar dalam suatu konflik.
d. Criblin (1982:219) mengemukakan, manajemen konflik merupakan teknik yang
dilakukan pimpinan organisasi untuk mengatur konflik. Hal ini dilakukan dengan
menentukan peraturan dasar dalam bersaing.10

Tujuan manajemen konflik:


a. Mencegah kemungkinan terjadinya konflik;
b. Menghindari dari adanya konflik yang terjadi;
c. Mengurangi dampak resiko yang diakibatkan oleh adanya konflik;dan
d. Menyelesaikan konflik dalam waktu sesingkat mungkin.
Teknik mencegah konflik:
a. Objek pencetus konflik harus diisolasikan secara jelas;
b. Dihindari adanya kesalah pahaman;
c. Benefit harus dibagi secara adil dan merata (fairness); dan
d. Transparasi perlu dijaga.
Teknik menghindari konflik:
a. Penundaan pelaksanaan menunggu kesiapan stakeholder;
b. Win-win solution; dan
c. Penerapan exit strategi.11

9
Drs. Edi Santoso, dan Dr. Budiati, “Manajemen Konflik”, hlm,1.18-1.19
10
Ibid, hlm, 1.19
11
PISK Bidang Perumahan, “Kepemimpinan dan Manajemen Konflik”, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Badan Pengenmbangan Sumber Daya Manusia, hlm,12.
8

B. Dampak Konflik Terhadap Manajemen


Berbahagialah bagi suatu organisasi yang memiliki manajer berpengalaman,
bijaksana, yang senantiasa memperhatikan gejala konflik pada organisasi yang dipimpinnya.
Sang manajer secara bijaksana, akan berhati-hati dengan teliti segera menangani konflik
yang mungkin akan terjadi di lingkungan organisasi yang dipimpinnya serta menikmatinya
apabila konflik tidak mendekatinya. Seorang manajer yang bijaksana senantiasa menangani
konflik yang terjadi dengan tangan lembut dan kepala dingin yang dilakukan dengan
sesegera mungkin. Manajer dengan menanamkan kesadaran pada masing-masing pihak
tanpa menyinggung perasaan, diharapkan konflik tidak berkembang menjadi konflik
destruktif yang dapat merusak. Namun, bagi organisasi yang tidak memiliki manajer
berpengalaman dan bijaksana serta tidak memahami gejala-gejala konflik maka konflik yang
ada dalam organisasi secara bertahap pasti akan bermuara pada konflik yang terbuka
destruktif dan merusak, karena konflik macam ini tidak rasional pola pikirnya serta hanya
didasarkan pada emosi semata.12 Namun, konflik bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan,
tapi merupakan sesuatu hal yang perlu dikelola agar dapat memberikan kontribusinya bagi
pencapaian tujuan organisasi. bagaimanapun konflik itu bila dikelola dengan baik maka
konflik dapat mendukung percepatan pencapaian tujuan organisasi. ketika konflik dikelola
secara baik, maka dapat menumbuhkan kreativitas, inovasi, dalam pemecahan masalah dan
menumbuhkan perubahan positif bagi pengembangan organisasi. konflik sesungguhnya
dapat menjadi energy yang kuat jika dikelola dengan baik, sehingga dapat dijadikan alat
inovasi. Akan tetapi sebaliknya jika tidak dapat dikendalikan mengakibatkan kinerja
organisasi rendah.
1. Konflik sebagai kekuatan positif
a. Kebutuhan untuk menyelesaikan konflik menyebabkan orang mencari jalan untuk
mengubah cara-cara berlaku dalam hal melaksanakan tugas-tugas.
b. Proses penyelesaian konflik dapat merangsang timbulnya perubahan positif di dalam
organisasi yang bersangkutan.
c. Upaya untuk mencari cara-cara menyelesaikan konflik, bukan saja membutuhkan
inovasi dan perubahan, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan perubahan yang lebih
diterima, bahkan diinginkan.
d. Memintroduksi konflik secara sengaja (intensional) ke keputusan, kadang-kadang
menguntungkan. Apabila suatu keinginan kelompok yang kohesif untuk mencapai
kesepakatan berbenturan dengan pertimbangan untuk mencapai pemecahan-
pemecahan alternative “pemikiran kelompok” (groupthink) dapat berkurang
maknanya, apabila dimasukannya konflik mencapai bentuk berupa macam-macam
pendapat yang berbeda.
e. Persaingan yang menyebabkan timbulnya konflik tentang salah satu tujuan atau
lebih, dapat pula menimbulkan efek menguntungkan. Para karyawan yang
mengalami suatu suasana kompetitif antara para sesame pekerja sehubungan dengan
performa, dapat dimotivasi untuk mencurahkan upaya lebih intensif guna
“memenangkan” persaingan.
f. Bukti-bukti empiric yang diperoleh melalui hasil riset di luar negri menunjukan
bahwa persaingan menyebabkan meningkatnya produk yang diproduksi per periode
waktu.
2. Konflik sebagai kekuatan negative

Dr. Drs. Kusworo, “Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi,” ALQAPRINT JATINANGOR, cet-1,
12

Desember, 2019, hlm,12.


9

Jika konflik tidak dapat dikendalikan maka akan mengakibatkan kinerja organisasi
rendah. Hal senada juga diungkapkan oleh Depdikbud (1983) yang dikutip oleh D. Deni
Koswara (1994:2), bahwa selain mempunyai nilai positif, konflik juga mempunyi
kelemahan:
a. Konflik dapat menimbulkan perasaan “tidak enak” sehingga menghambat
komunikasi
b. Konflik dapat membawa organisasi kea rah disintegrasi.
c. Konflik menyebabkan ketegangan antara individu atau kelompok.
d. Konflik dapat menghalangi kerjasama antara individu dengan gangguan komunikasi.
e. Konflik dapat memindahkan perhatian anggota organisasi dari tujuan organisasi.
Efek-efek negative serius yang disebabkan oleh konflik diantaranya adalah:
a. Kecenderungan terpencarnya upaya kearah pencapaian tujuan.
b. Sumber-sumber daya keorganisasian habis digunakan untuk menyelesaikan konflik,
bukannya ditunjukan kearah pencapaian tujuan-tujuan yang dikehendaki.
c. Timbulnya beban psikologikal pada para karyawan.
d. Dalam jangka waktu lama, kondisi-kondisi konflik menyebabkan timbulnya
kesulitan untuk mencapai hubungan yang saling membantu dan saling percaya
mempercayai.
e. Akhirnya perlu dinyatakan bahwa persaingan yang memerlukan adanya interaksi
antara pihak-pihak yang terlibat, agaknya mempunyai efek negative atas kualitas
produk.13
C. Sumber konflik
Sumber konflik biasanya terdapat pada masing-masing individu dan kelompok yang ada
dalam organisasi. Namun sumber utama konflik dalam organisasi antara lain meliputi:
1. Adanya perbedaan tujuan dari masing-masing individu maupun unit kerja
2. Pertumpangtindihan dari pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam organisasi;
3. Perbedaan tata nilai dan pandangan dari unit-unit kerja yang ada;
4. Gaya hidup individu yang berlainan;
5. Komunikasi yang kurang kondusif;
6. Rencana kerja yang tidak terprogram dengan baik;
7. Sistem pemberian imbalan yang tidak seimbang.
8. Budaya kerja tidak mandiri, kurang kohesif dan anggota kurang mematuhiya.
9. Informasi dalam organisasi tidak mampu merembes ke seluruh unit organisasi.
10. Komunikasi dalam organisasi terbatas, kaku, tidak kohesif.
11. Kepemimpinan tidak efektif.14
Dalam referensi lain, Penyebab utama konflik meliputi :

13
Syairal Fahmi Dalimunthe, “Manajemen Konflik dalam Organisasi” Universitas Negri Medan, hlm, 10-11.

Dr. Drs. Kusworo, “Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi,” ALQAPRINT JATINANGOR, cet-1,
14

Desember, 2019. hlm 31-32


10

1) adanya perbedaan kepentingan;


2) adanya perbedaan pengertian/pemahaman;
3) adanya perbedaan cara pandang;
4) adanya ketidakjelasan tujuan;
5) adanya perbedaan peraturan yang dianut; dan
6) adanya perubahan situasi baru.15
D. Pengertian konflik disfungsional
Konflik disfungsional yang sering disebut juga dengan nama konflik yang destruktif.
Konflik ini cara kerjanya tidak rasional dan banyak didasarkan pada iri hati, sakit hati, emosi dan
pemikiran-pemikiran yang bersifat negatif. Konflik semacam ini jelas dan tidak diinginkan oleh
siapa pun, namun organisasi sulit untuk menghindari keberadaannya. Konflik semacam ini pasti ada
dalam setiap organisasi. Oleh karena itu maka tugas-tugas yang dilakukan oleh manajer adalah
mengeleminir penyebab-penyebab hadirnya konflik dan secara terus menerus mencarikan jalan
keluarnya agar keberadaan konflik menjadikan organisasi tidak sehat, untuk ini manajer harus terus
berusaha untuk membelokkannya menjadi konflik yang fungsional. 16
Sedikit mengenai konflik fungsional yakni, Konflik fungsional dapat pula disebut dengan
konflik yang konstruktif karena keberadaan konflik ini dengan sengaja dikonstruksikan atau
diprogramkan oleh organisasi. Dengan demikian maka konflik tersebut bersifat positif serta
mendukung program-programpenyempurnaan maupun pengembangan organisasi dan jajarannya.17
Misalnya diadakannya kompetisi antara produk satu dengan yang lain, serta penyempurnaan antara
satu produk dengan produk lain untuk berkompetisi menjadi kebutuhan masyarakat yang paling
diminati untuk keberlangsungan pasar.
Jadi perbedaan dari konflik fungsional dengan disfungsional sebagai berikut :
1. Konflik Konstruktif/ Fungsional
1 Berusaha meny e l e s a i ka n perbedaan mengenai substansi konflik
2 Berhasil mendefinisikan dan mengklarifikasi permasalahan konflik
3 Komunikasi dan negosiasi intensif untuk menjelaskan posisi masing-masing
4 Berupaya untuk mencari win-win solution yang memuaskan kedua belah pihak yang terlibat
konflik
2. Konflik Destruktif/ Disfungsional
1 Polarisasi perbedaan
2 Berkurangnya kerja sama
3 Konflik tidak berpusat pada substansi konflik.
4 Terjadi konflik yang makin membesar dan meninggi
5 Perilaku merendahkan lawan konflik
6 Perilaku mengancam
7 Ketegangan, kekhawatiran, stres dan agresi
15
PISK Bidang Perumahan, “Kepemimpinan dan Manajemen Konflik”, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Badan Pengenmbangan Sumber Daya Manusia, hlm 7
16
Dr. Drs. Kusworo, “Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi,” ALQAPRINT JATINANGOR, cet-1,
Desember, 2019,hlm 45
17
Ibid, hlm 43
11

8 Negosiasi minimal
9 Gaya konflik kompetisi
10 Merusak hubungan
11 Menyelamatkan muka18

E. Pengelompokan konflik 19
a. Konflik dalam diri sendiri
Konflik yang terjadi pada diri sendiri (intrapersonal conflict) adalah individu yang mengalami
konflik batin yang berkaitan dengan berbagai macam pilihan (dua pilihan atau lebih)
Contoh:
Si A melamar pekerjaan pada beberapa perusahaan yang bergengsi dan menjanjikan. Setelah proses
seleksi, si A diterima pada perusahaan pertambangan dan perusahaan ekspor impor. Karena dua
organisasi di samping bergengsi juga memberikan kompensasi yang sama-sama menarik, Walaupun
si A memperoleh pekerjaan yang menjanjikan untuk ini maka si A harus menetapkan pilihannya.
Munculnya konflik dalam diri A menyebabkan si A mengalami stres untuk segera menetapkan
pekerjaan mana yang harus dipilih.
b. Konflik antarpribadi
Konflik antarpribadi dapat terjadi apabila dua orang atau lebih yang dipicu adanya perbedaan
pendapat, perbedaan orientasi dan perbedaan status yang tidak dapat dikompromikan. Konflik
antarpribadi tersebut akan semakin menjadi apabila keduanya memiliki keterampilan
berkomunikasi yang lemah. Seandainya mereka memiliki keterampilan komunikasi makakonflik
antarpribadi dapat dengan mudah diselesaikan apalagi Sumber Gejala dan Proses Terjadinya
Konflik didukung oleh manajer yang kharismatik sangat mudah untuk meredam konflik
antarpribadi. Walaupun konflik antarpribadi tidak terlalu mengganggu jalannya aktivitas organisasi,
namun sebaiknya konflik apa pun namanya yang akan mengganggu kegiatan maupun tujuan
organisasi harus dengan segera diselesaikan.
c. Konflik individu dengan kelompok
Konflik ini dapat terjadi jika kebijakan suatu kelompok tidak dapat disepakati secara bulat oleh
anggota kelompok. Ada salah satu anggotanya merespons dengan emosional atas situasi yang
kurang kondusif. Ketika seorang anggota kelompok yang mempunyai reaksi berbeda tersebut tidak
dapat diselaraskan dengan keputusan kelompok, maka dalam situasi yang demikian telah muncul
adanya konflik antara individu dengan kelompok. Hal ini bila berlanjut akan mengganggu kinerja
baik individu maupun kelompok.
d. Konflik antarkelompok
Terjadinya konflik antarkelompok atau konflik antarunit kerja dalam suatu organisasi karena
masing-masing unit kerja memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda.
Contoh:

18
Ibid, hlm 46
19
Ibid,hlm 54-55
12

Konflik antara bagian keuangan dengan bagian pelayanan. Bagian pelayanan menghendaki
memberikan pelayanan prima dan peka dalam merespons komplain dan keluhan pelanggan, tetapi
bagian keuangan menghendaki hal lain yaitu adanya penghematan dalam pengeluaran dana.
e. Konflik dalam organisasi
Konflik antara satu departemen dalam suatu organisasi dengan organisasi, karena pimpinan
departemen tersebut akan dimutasi, yang bersangkutan tidak setuju dimutasi dan memengaruhi
bawahannya untuk melakukan perlawanan terhadap organisasi.

f. Konflik antarorganisasi
Di lingkungan kita banyak organisasi yang terdiri dari organisasi pemerintah, organisasi bisnis,
organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi olah raga, organisasi pendidikan, dan lain-
lain. Konflik antarorganisasi umumnya terjadi pada organisasi bisnis yang memiliki produk yang
sama dalam memperebutkan pangsa pasar, atau konflik yang terjadi pada organisasi politik yang
satu dengan organisasi politik yang lainnya karena memperebutkan partisipan. Konflik pada
organisasi olah raga sepak bola antara suporter kesebelasan yang satu dengan suporter kesebelasan
yang lainnya.
13

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN


A. Kesimpulan
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak
luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses yang mebgarahkan bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku ataupun pihak
luar dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interests) serta interpretasi.20
Konflik itu bila dikelola dengan baik maka konflik dapat mendukung percepatan pencapaian
tujuan organisasi. ketika konflik dikelola secara baik, maka dapat menumbuhkan kreativitas,
inovasi, dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan perubahan positif bagi pengembangan
organisasi. konflik sesungguhnya dapat menjadi energy yang kuat jika dikelola dengan baik,
sehingga dapat dijadikan alat inovasi. Akan tetapi sebaliknya jika tidak dapat dikendalikan
mengakibatkan kinerja organisasi rendah.
B. Saran-saran
Alhamdulillah kita ucapkan sebagai penutup akhir makalah ini, semoga literatur diatas
menambah wawasan kita semua. Semoga Allah menambah ilmu kita, menguatkannya dan
memudahkan langkah kita untuk menegakkan ilmu itu sendiri. Semoga keilmuan ini tetap berjalan
dan digunakan dengan baik di jalan yang Allah ridhoi. Apabila ada kekurangan atau kesalahan
terhadap penulisan maupun materi pada makalah ini, kami segenap kelompok 4 mengucapkan
mohon maaf dan kami sangatlah menerima saran pembaca untuk lebih memperbaiki dan
mengevaluasi isi dalam makalah ini. Sekian dari kami.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

DAFTAR PUSTAKA

20
Drs. Edi Santoso, dan Dr. Budiati, “Manajemen Konflik”, hlm,1.18-1.19
14

Drs. Edi Santoso, dan Dr. Budiati, “Manajemen Konflik”

Dr. Drs. Kusworo, 2019 “Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi,” Bandung,
ALQAPRINT JATINANGOR, cet-1
PISK Bidang Perumahan, “Kepemimpinan dan Manajemen Konflik”, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Pengenmbangan Sumber Daya Manusia
Syairal Fahmi Dalimunthe, “Manajemen Konflik dalam Organisasi” Universitas Negri Medan
Soni A. Nulhaqim,dkk, “Tinjauan Teoritis Manajemen Konflik Sosial dan Hukum,” PANDIVA BUKU, cet-
1, Maret, 2020
Herry krisnandi, dkk, “Pengantar Manajemen” LPU-UNAS

Anda mungkin juga menyukai