Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BUDAYA SEBAGAI INPUT DAN OUTPUT

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Budaya Organisasi syariah

Dosen Pengampu :
Hj. Eulis Sri R. B., S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Aningcih Suryani NIM : 20171023

Gita Robia Awaliah NIM : 20171033

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

STAI AL-MA’ARIF CIAMIS

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi


salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan
baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau
karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat
menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi
terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya
organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi
yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat
menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi
organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan
zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan
kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak
memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan
faktor yang utama.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Budaya Organisasi ?
2. Bagaimanakah proses budaya organisasi ?
3. Bagaimanakah Budaya Sebagai Input dan Output ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi;
2. Untuk mengetahui proses budaya organisasi;
3. Untuk mengetahui Budaya Sebagai Input dan Output.

1
BAB II
BUDAYA SEBAGAI INPUT DAN OUTPUT

A. Pengertian Budaya Organisasi


Menurut Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi
pedoman sember daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal
dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-
masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan
bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.

Menurut Robbins Budaya organisasi adalah suatu system makna


bersama yang dianut oelh anggota-anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan yang lain.

Jadi budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu
organisasi dan itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan
organisasi yang lain.

Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu


yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang
telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah
diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber
tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.

Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar


terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki
kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang
biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri
memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses
penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut
dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan
mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara
pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri
sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk

2
mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai
kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat
dalam budaya organisasi.

B. Proses Budaya Organisasi


 Menciptakan BO
Joseph E. Champoux (2006) : Menciptakan budaya organisasi
upaya sadar untuk membangun jenis budaya organisasi tertentu. Ini
terjadi ketika seorang pengusaha membentuk sebuah organisasi untuk
mengejar suatu visi atau ketika manajer dari organisasi yang ada
membentuk unit operasional baru. Budaya baru memerlukan suatu
ideologi yang bisa dipahami, meyakinkan, dan dibahas secara luas.
Ideologi tersebut merupakan alat penting membawa komitmen anggota
organisasi kepada visi.
 Mempertahankan BO
Joseph E. Champoux (2006) : Mempertahankan budaya
organisasi tidak berarti bahwa manajer menerima secara pasif dan tidak
kritis terhadap nilai-nilai dan asumsi-asumsi dasar dari budaya
sekarang. Mempertahankan budaya menghadapkan manajer pada
dilema. Mereka ingin berpegang pada nilai-nilai yang berhasil di masa
lalu, tetapi juga perlu mempertanyakan apakah nilai-nilai tersebut benar
bagi lingkungan organisasi tersebut.
 Merubah BO
Joseph E. Champoux (2006) : Merubah budaya organisasi
mengharuskan melepaskan beberapa ciri budaya lama dan menciptakan
ciri-ciri baru. Besar dan kedalaman perubahan bervariasi tergantung
pada sejauh mana perbedaan antara budaya baru yang diinginkan dan
budaya lama. Misalnya, merubah budaya suatu organisasi yang
mempunyai tenaga kerja yang homogen menjadi budaya yang

3
menghargai keragaman akan memerlukan upaya yang panjang.
Perubahan ini akan menjangkau sampai dalam ke struktur budaya
organisasi selama bertahun-tahun.
1. Pendirian, Sikap, Prilaku dan Ragu
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Sikap adalah kecenderungan
jiwa terhadap sesuatu dan menunjukkan aktualisasi pendirian. Ia
menunjukkan arah, potensi dan dorongan menuju sesuatu itu.

Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau


suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi)
lingkungan (masyarakat, alam, teknologi atau organisasi). Jika perilaku
diibaratkan software, maka agar dapat diamati ia harus direkam. Melalui
rekaman ia diperagakan.

Hubungan antara pendirian, sikap, perilaku dan raga dapat dijelaskan


dengan gambar sebagai berikut :

PendirianSikapPerilakuRaga

2. Hubungan Antara Pendirian dengan Sikap

Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Pendirian bersifat abstrak. Ia


terlihat melalui sikap. Pendirian dapat diukur berdasarkan keteguhan atau
kekuatannya. Sikap diukur dengan tolok positif, ambivalen atau negatif,
tetap atau berubah.

Dari gambar diatas dapat diterangkan bahwa jika sikap seseorang


berubah, maka perubahan itu tidak bersumber dari pendirian melainkan
dari sumber lain di luar.

Perilaku dipengaruhi oleh kondisi yang datang dari luar (lingkungan)


dan kepentingan yang disadari (dari dalam) oleh yang bersangkutan. Hal
ini dapat digambarkan sebagai model:

4
Agar perilaku dapat direkam, ia harus menampilkan dirinya dalam
suatu peragaan. Hubungan antara perilaku dengan raga dapat ditunjukkan
pada gambar di bawah ini

Hubungan antara perilaku dan raga merupakan sebuah siklus dan


bisa berulang-ulang. Melalui perulangan terbentuk pola perilaku di
dalam masyarakat.
3. Proses Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Proses budaya adalah proses
terbentuknya (pembentukan) budaya, dari BSI (Budaya Sebagai Input)
menjadi BSO (Budaya Sebagai Output), dalam suatu organisasi atau
perusahaan, yang terdiri dari sejumlah subproses yang jalin-menjalin.

Kontak budaya adalah pertemuan antara nilai baru dengan nilai


lama, yang terjadi di luar maupun di dalam organisasi.

5
4. Tabrakan (Budaya) Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Dapat dibedakan atas kontak
lunak dan kontak keras, dan dapat juga dibedakan menurut model
komunikasi.

5. Penggalian Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Sasaran penggalian budaya
adalah sistem nilai yang dihadirkan melalui 1. raga, 2. perilaku, 3. sikap,
dan 4. Basics.

6. Seleksi Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Seleksi budaya terdiri dari 1.
seleksi alam (yang unggul yang hidup, struggle for life, survival of the
fittest), 2. seleksi sosial berdasarkan mekanisme kontrol selesai, (yang
sesuai yang diterima) atau 3. seleksi manajemen budaya yang
terprogram.

7. Terbentuknya Budaya, Pembentukan Budaya, Pemantapan Budaya


Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Pembentukan budaya
memerlukan waktu yang relatif cukup lama, bahkan bisa ratusan tahun.
Pembentukan budaya diawali oleh pendiri organisasi atau perusahaan.

Terbentuknya budaya diharapkan terjadi setelah melalui


pertimbangan rasional. Terbentuknya budaya terjadi melalui proses
akomodasi, akulturasi dan asimilasi.

8. Sosialisasi Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Cara yang paling efektif untuk
sosialisasi adalah melalui “teaching by example” atau melakukan
tindakan spontan menghadapi dan menanggulangi situasi krisis yang
dialami oleh warga organisasi atau masyarakat.

6
9. Kontrol Budaya
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Budaya berfungsi sebagai
kontrol sosial pada saat ia mampu dan mau mengendalikan perilaku
anggota masyarakat.

10. Pertahanan Budaya


Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Pertahanan budaya adalah
proses mempertahankan eksistensi dan kepribadian organisasi.

11. Konflik Budaya


Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Konflik budaya timbul jika
seseorang berinteraksi dengan orang lain yang budayanya berbeda
dengan menggunakan budayanya sendiri, tanpa menyesuaikan sikap dan
perilakunya dengan budaya orang lain itu.

12. Perubahan Budaya


Perubahan budaya terjadi pada tiga level yaitu pada perilaku, sikap
dan nilai.

13. Pewarisan Budaya


Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Pewarisan budaya didasarkan
pada beberapa anggapan dasar : 1. pendiri organisasi merupakan potret
zamannya dan dipandang luhur, 2. organisasi yang semula merupakan
milik pendiri telah menjadi milik masyarakat, 3. jika pendiri meninggal
dunia maka kekuasaan akan dilanjutkan oleh penggantinya, 4. terjadi
perubahan sosial yang pesat di segala bidang.

C. Budaya Sebagai Input dan Output


 Budaya Sebagai Input
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Sumber BSI: Pendiri Organisasi
1. Sumber BSI Pendiri organisasi. Organisasi dibentuk berdasarkan visi
pendiri.
2. Sumber BSI: Pemilik Organisasi

7
Organisasi sebagian dimiliki oleh pendirinya dan sebagian lagi oleh
penerusnya. Budaya penerus organisasi adakalanya lemah karena tidak
dapat merasakan perjuangan mendirikan organisasi. Namun ada pula
organisasi maju di tangan penerus.
3. Sumber BSI: SDM Asing
Budaya organisasi SDM asing lebih cocok dengan manajemen
modern yang menuntut profesionalisme dan kemampuan berbisnis global.
4. Sumber BSI: Luar Organisasi
SDM bermutu dari luar diharapkan mampu menghembuskan iklim
baru dan segar di dalam organisasi dan menyumbangkan nilai-nilai baru dan
relevan bagi proses pembentukan dan pembaruan BO.
5. Sumber BSI: yang Berkepentingan
Pihak-pihak yang berkepentingan di antaranya adalah pemegang
saham, manajemen, pelanggan, pemerintah, bank, pesaing dan sebagainya.
6. Sumber BSI: Masyarakat
Bagi Indonesia, sumber utama BSI sesungguhnya adalah masyarakat
budaya Indonesia yang bhinneka sifatnya.
7. Enklavisme, Eksklavisme dan Intervensi Budaya
Jika antara organisasi dan masyarakat tidak tersedia akses kontak dan
komunikasi budaya, dan organisasi tidak memberikan kesempatan bagi
lingkungan untuk menyumbangkan BSI bagi organisasi, maka timbul gejala
enklavisme (enclavism) dan eksklavisme (exclavism) budaya.
Gejala intervensi budaya dapat dicontohkan dengan campur tangan
kekuasaan di dalam BSI, sehingga BSI tidak murni lagi.
 Budaya Sebagai Output
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) : Budaya sebagai output (BSO) adalah
potret atau rekaman hasil proses budaya yang berlangsung di dalam suatu
organisasi atau perusahaan, pada suatu saat.
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997) :

1. Anggapan Dasar, Kepercayaan Dasar, Visi dan Misi

8
Asumsi dasar dan kepercayaan (atau keyakinan) dasar merupakan
pondasi budaya, baik budaya pribadi, budaya kelompok, maupun BO.
Visi adalah gambaran mengenai hal-hal atau kondisi yang dapat dan
akan terjadi di masa depan.
Misi adalah apa yang dapat, akan atau harus dilakukan di dalam kondisi
yang akan datang
2. Budaya Organisasi
Hubungan antara BSI dengan BSO
Hubungan antara BSI dengan BSO adalah hubungan antara input dengan
output melalui sebuah proses, yaitu proses budaya, lengkapnya proses input-
output-outcome-feedback.
Hubungan antara Nilai dengan Budaya
Nilai sebagai salah satu unsur masukkan ke dalam organisasi diproses
menjadi BSO yang bersangkutan. BSO pada gilirannya berfungsi sebagai
alat pembentuk nilai baru atau nilai tambah.
Hubungan antara Budaya dengan Manajemen
Budaya membentuk perilaku manajerial. Faktor budaya dengan muatan
nilai tertentu mendorong penggunaan pendekatan manajerial dalam
menghadapi kondisi tertentu.
Hubungan antara Budaya dengan Kinerja Ekonomi
Nilai dan perilaku khusus diperlukan agar organisasi mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan.
Hubungan antara Budaya dengan Keunggulan Bisnis
Budaya dengan cermat mencatat dan memperhatikan semua sikap dan
perilaku informal yang terdapat (berlangsung) di kalangan unit kerja, yang
dilakukan demi keinginan dan kepuasan konsumen, sehingga sistem
informasi terpusat justeru menghargai dan mendorong aktivitas informal di
atas.

9
Hubungan antara Budaya dengan Kepemimpinan
Budaya organisasi terbentuk melalui tindakan dan perilaku para pendiri
sebagai strong leaders. Keberhasilan perusahaan berawal dari
kepemimpinan para pendirinya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi
dan itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang
ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah
dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di
masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi:
para pendirinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://milikyusry.blogspot.com/2013/04/makalah-budaya-organisasi.html

https://afnamaris.blogspot.com/2013/11/makalah-budaya-organisasi.html

https://www.academia.edu/20858431/Proses_Budaya_Organisasi

Buku Budaya Organisasi Karangan Talizduhu Ndraha

12

Anda mungkin juga menyukai