Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK MANAJER (BERPENGETAHUAN LUAS, ADIL,

PROFESIONAL, DAN BERTANGGUNG JAWAB)

OLEH :

1. Dinda Safira Nurulita (04020420026)


2. Fariz Ilham Almustaqim (04020420027)

KELAS D1

DOSEN PENGAMPU :

Anwari Nuril Huda, S.Sos.I., M.A.

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dan mengajarinya. Yang telah
memberikan waktu, kesempatan, dan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah Tafsir
Manajemen ini dengan judul materi “KARAKTERISTIK MANAJER
(BERPENGETAHUAN LUAS, ADIL, PROFESIONAL, DAN BERTANGGUNG
JAWAB)”.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perilaku Organisasi yang di ampu oleh Bapak Nuril. Selain itu kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Tafsir Manajemen khususnya
Karakteristik Manajer (Berpengetahuan Luas, Adil, Profesional, dan Bertanggung Jawab). Dengan
selesainya makalah ini kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan, meskipun itu di upayakan untuk
dikerjakan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan
kritik demi perbaikan makalah ini diharapkan dengan sangat. Semoga makalah ini memberikan
energy positif dan kemanfaatan bagi yang membaca khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Amin.

Daring, 17 September 2021

Penulis
2

DAFTAR ISI

BAB 1 ........................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................................................. 3
BAB 2 ......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................... 4
A. Tafsir QS. Al-Mujadalah : 11 ............................................................................................................ 4
B. Tafsir QS. Al-Nisa : 58 ................................................................................................................... 4
C. Tafsir QS. Ali-Imron: 7 .................................................................................................................. 6
D. Tafsir QS. Al An’am: 154 .............................................................................................................. 8
BAB 3 ........................................................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN .....................................................................................................11
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................11
B. Saran-saran ...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................12
3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecerdasan itu, mutlak diberikan kepada manusia oleh Allah SWT, melainkan tidak
diberikan kepada hewan. Dengan kecerdasan yang dimiliki, seorang pemimpin akan dapat
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam organisasi. Akan dapat memilih dan
menimbang-nimbang mana yang harus didahulukan, dengan kata lain memilih skala
prioritas. Dari uraian di atas, secara lebih mendalam akan diuraikan mengenai Karakter
Kepemimpinan Ideal1 yang meliputi : berpengetahuan luas, adil profesional, dan
bertanggung jawab. Namun hal ini akan kita sesuaikan dengan penafsiran dari beberapa ayat
Al-qur’an dan menyelaraskan dengan karakter tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Tafsir QS. Al-Mujadalah: 11
2. Tafsir QS. Al-Nisa: 58
3. Tafsir QS. Ali-Imron: 7
4. Tafsir QS. Al An’am: 154
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik manajerial yang ideal
2. Untuk mengetahui sinyalir kebenaran Al-Quran lebih dalam melalui tafsir
3. Untuk dapat menjadikannya disiplin ilmu pada diri sendiri dan menerapkannya pada
kehidupan dengan ikhlas dan Lillahita’ala

1
Sahadi,dkk. 2020. KARAKTER KEPEMIMPINAN IDEAL DALAM ORGANISASI. Jurnal MODERAT,Volume 6,
Nomor 3. ISSN: 2442-3777 (cetak). Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat. Hlm 2
4

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Tafsir QS. Al-Mujadalah : 11


Surat Al Mujadalah ayat 11 menjelaskan tentang adab saat menghadiri mejelis dan
pentingnya ilmu sebagai pegangan hidup manusia. Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini
memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga adab sopan
santun dalam suatu majlis pertemuan
Ayat ini menjelaskan keutamaan orang-orang yang berlapang-lapang dalam majlis.
Bahwa Allah akan memberikan kelapangan untuk mereka.
Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ahli ilmu. Bahwa orang-orang yang beriman dan
berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Asbabun nuzul turunya surat Al-Mujadalah ayat 11 di saat pahlawan-pahlawan Badar
datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang pada tidak mau memberi
tempat kepada yang baru datang itu, sehingga mereka terpaksa berdiri. Rasulullah menyuruh
berdiri orang-orang itu yang lebih dulu duduk, sedang tamu-tamu itu para pahlawan perang
badar disuruh duduk di tempat mereka. Orang- orang yang disuruh pindah tempat merasa
tersinggung perasaannya. maka turunlah ayat 11 dari surat al-mujadalah ini sebagai perintah
kepada kaum Mukminin untuk menaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan
duduk kepada sesama Mukminin. 2
Qurais Sihab dalam Tafsir Al Misbahnya menyatakan bahwa Surah Al Mujadalah Ayat
11 merupakan tuntunan akhlak, perbuatan dalam satu majlis. Ayat tersebut memberi
tuntutan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. 3( M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Misbah..., h. 77-78)
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam surat al mujadalah ayat 11 ini dapat kita
terapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Dimana kita sebagai pemimpin atau
seorang manajer mencontohkan sikap berlapang dalam majlis memberi tuntunan bagaimana
menjalin hubungan harmonis dalam organisasi yang dipimpinnya.

B. Tafsir QS. Al-Nisa : 58-59

2
Mukhamad Dani Azza, Skripsi: “Konsep Pendidikan Dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11
dan Relevensinya Terhadap Sentra Pendidikan” (Bengkulu: IAIN Curup,2019), Hal 26-27
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah..., h. 77-78
5

Ayat ini menerangkan bahwa di antara amal-amal saleh yang penting adalah
melaksanakan amanat dan menetapkan hukum antara manusia dengan adil dan jujur. Ayat
ini berbicara tentang ulil amri dan ketaatan kepada pimpinan .
Dalam QS. an-Nisa ayat 58 Allah berfirman yang artinya “dan apabila kau menetapkan
hukum di antara manusia, hendaknya kau menetapkannya dengan adil”. Dalam ayat
tersebut, Allah memerintahkan untuk berbuat adil dalam memberikan hukum di antara
manusia. Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam, Syahr bin Hausyab berkata,
”Sesungguhnya ayat ini diturunkan untuk para pemimpin atau penguasa, yaitu orang-orang
yang memerintah di antara manusia.” Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt
bersama dengan pemerintah selama dia tidak berbuat menyeleweng, tetapi bila dia
menyeleweng maka Allah menyerahkannya kepada dirinya sendiri (tidak bersama-sama
dengan Allah). 4(Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 570.)
Surat An-Nisa Ayat 58 mengandung perintah untuk menegakkan keadilan di dalam
ketetapan hukum di antara manusia. Seperti halnya diriwayatkan oleh Muhammad bin
Ka’ab, Zaid bin Aslam, dan Sahru bin Jaushib, bahwa ayat ini berkaitan dengan umara’
(pemegang pemerintahan) untuk memperlakukan hukum dengan adil. Sehingga ada dua
pelajaran yang diperintahkan Allah dalam ayat ini, yaitu untuk menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya dan berbuat adil kepada sesama manusia. Oleh karena itu
janganlah sekali-kali manusia menghianatinya karena Allah Maha mendengar atas segala
perkataan dan melihat atas segala perbuatan.
Ayat 59 memerintahkan agar kaum muslimin taat dan patuh kepada Allah Swt, kepada
Rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta
kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya. 5
Islam juga sangat mementingkan keadilan dalam urusan manajemen dengan orang
lain. Dalam organisasi di mana manajer memperlakukan bawahannya dengan keadilan,
karyawan menunjukkan komitmen lebih kepada manajer dan organisasi. Keadilan adalah
suatu keutamaan dan wajib bagi setiap orang baik dia manajer atau bawahan, untuk
mengembangkannya. Keadilan menciptakan keharmonisan dalam organisasi dan
meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen karyawan. 6 Keadilan menghasilkan kesetaraan
dalam organisasi dan juga mengembangkan rasa kesatuan di antara karyawan. Manajer

4
Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 570.
5
Srifariyati dan Afsya Septa Nugraha, “Prinsip Kepemimpinan dalam Perspektif QS. An-Nisa: 58-59”. Jurnal
Madaniyah, Volume 9 Nomor 1 Edisi Januari 2019, Hal 54
6
Al-Idah, J.E., Zafar Salim, Muhammad Tahir Malik and Dr. Sajid Rahman Khattak 2019. “Principles of Effective
Management According to Quran and Sunnah. Al-Idah” . 33, 2016, Hal 105
6

harus memiliki rasa kerendahan hati dalam untuk menjaga kesetaraan dan keadilan dalam
organisasi. Ketika karyawan diperlakukan dan dihargai secara setara dan tidak memihak
dalam organisasi, itu menghasilkan yang lebih baik kinerja organisasi. Dalam organisasi
seperti itu, manajer memperlakukan bawahan dengan hormat dan sopan. Dimana keadilan
berlaku dalam organisasi, Manajer tidak pernah mengabaikan saran dan pendapat
bawahan. Sedemikian organisasi, hukum dan kebijakan diterapkan secara efektif adalah
karyawan mengikuti prosedur organisasi secara ketat
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam surat an nisa ayat 58-59 Ayat ini
memerintahkan kepada para seorang pemimpin dalam menetapkan hukum secara adil,
kerena keadilan mendekatkan kita kepada ketaqwaan dan agar terciptanya kemaslahatan
bersama. Manajer harus memiliki rasa kerendahan hati dalam untuk menjaga kesetaraan dan
keadilan dalam organisasi. Ketika karyawan diperlakukan dan dihargai secara setara dan
tidak memihak dalam organisasi, itu menghasilkan yang lebih baik kinerja organisasi.

C. Tafsir QS. Ali-Imron: 7


Dilansir dari https://akurat.co/qs-ali-imran-ayat-7-al-quran-mengandung-makna-
muhkamat-dan-mutasyabihat?page=2
Huwallażī anzala 'alaikal-kitāba min-hu āyātum muḥkamātun hunna ummul-kitābi wa
ukharu mutasyābihāt, fa ammallażīna fī qulụbihim zaigun fayattabi'ụna mā tasyābaha min-
hubtigā`al-fitnati wabtigā`a ta`wīlih, wa mā ya'lamu ta`wīlahū illallāh, war-rāsikhụna fil-
'ilmi yaqụlụna āmannā bihī kullum min 'indi rabbinā, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb
Artinya: "Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal".
Mengenai ayat tersebut, Marwan Hadidi bin Musa menafsirkan dalam tafsirnya
Hidayatul Insan Bi Tafsir Al-Qur'an, bahwa hanya Allah lah yang menurunkan kitab Al-
Qur'an kepadamu wahai nabi Muhammad, untuk disampaikan dan dijelaskan maksudnya
kepada seluruh umat.
Ayat-ayat dalam kitab suci yang diturunkan itu ada dua kelompok, yakni pertama, ayat-
ayat muhkamat yang berarti ayat yang kandungannya sangat jelas, sehingga hampir-hampir
7

tidak lagi dibutuhkan penjelasan tambahan untuknya atau dengan kata lain tidak
mengandung makna selain yang pertama kali melintas dalam benak. Kemudian bahwa ayat-
ayat yang termasuk muhkamat itu adalah ayat-ayat tentang pokok-pokok kitab suci Al-
Qur'an.
Kedua, ayat-ayat yang disebut mutasyabihat yang berarti ayat-ayat yang mengandung
beberapa pengertian dan samar, maksudnya bahwa ayat itu sulit dipahami kecuali setelah
merujuk kepada ayat-ayat yang muhkam. Dan yang mengetahui maksud ayat-ayat
mutasyabihat hanyalah Allah.
Attt-Thabari mcriwayatkan dalarn Al Jami' l: 69 dari Abu Kuraib dari Al Muharibi dari
Al Ahwash bin hakim dari Dhanlrah bin Habib dari Al Qasim bin Abdurahman dari
Abdullah bin Mas'ud ia bcrkata 'Sesrugguhnya Allah menurunkan Al Qur'an dcngan 5 huruf:
Halal, haram muhkam, mutasyabih dan amtsal. Maka halalkanlah yang halal dan
haramkanlah yang haram jalankanah Muhkam-nya dan imanilah Mutasyabihnya.7
Pada tafsir jalalain : (Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada
ayat-ayat yang muhkamat) jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran)
yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat)
tidak dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah. Semuanya
disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada
cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan
makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun orang-
orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan) menyeleweng dari kebenaran,
(maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk membangkitkan fitnah) di kalangan
orang-orang bodoh dengan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan
kabur pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak ada
yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang yang mendalam)
luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada, sedangkan khabarnya: (Berkata, "Kami
beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu
akan maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam maupun yang mutasyabih (dari sisi
Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil pelajaran) 'Ta' yang pada asalnya terdapat pada
'dzal' diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali orang- orang yang
berakal) yang mau berpikir.
Karenanya, salah satu tujuan Allah menurunkan ayat-ayat mutasyabihat adalah untuk
memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, berpikir, teliti dalam berijtihad
dan menangkap pesan-pesan agama dengan tepat.
7
Tafsir ibnu mas’ud. Hal 326
8

Orang-orang yang termasuk Ar-Rasyikhuna Fi ilmi (yakni orang-orang yang ilmunya


mendalam dan imannya mantap) berkata: Kami beriman kepadanya, yakni Al-Qur'an baik
yang muhkamat maupun mutasyabihat yang tentu berasal dari sisi Tuhan kami. Tidak ada
yang dapat mengambil pelajaran dan memahami maknanya kecuali orang yang berakal,
yakni orang-orang yang memiliki akal sehat dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsunya.
Karena menggunakan akal semata, itu juga akan mengakibatkan buruk yakni seseorang akan
mudah tergelincir.8
Dilansir dari Al-Misbah Jilid 3, setelah dalam ayat yang lalu Allah menegaskan
keluasan llmu dan kekuasaan-Nya, antara lain dengan membentuk cara, dan substansi bagi
segala sesuatu sesuai dengan fungsi yang dikehendaki-Nya, sehingga ia berada dalam
keadaan yang sebaik-baiknya, maka dalam ayat ini dijelaskanNya, bahwa petunjuk-petunjuk
bagi manusia pun dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Kalau manusia yang dibentuk itu
berbeda-beda, maka kitab sucinya pun demikian. Ada yang muhkam dan ada yang
mutasyabih. Sikap manusia pun terhadap kitab suci itu, berbeda-beda. Di sisi lain, kalau
kelahiran manusia pada umumnya tidak menimbulkan kerancuan, tetapi jelas dan normal,
maka ada juga kelahiran manusia yang menimbulkan kesamaran, seperti halnya kelahiran
‘Isa as. yang tanpa ayah, yang kemudian melahirkan aneka penafsiran tentang dirinya.
Sebenarnya, kalau mereka mengembalikan penafsiran persoalan ini kepada prinsip umum
yang mengatur kelahiran manusia, yakni bahwa yang membentuknya adalah Allah swt.,
maka tentu saja kerancuan tentang kelahiran ‘Isa as. itu tidak akan muncul.
Sementara ulama menyebutkan empat sifat yang harus disandang oleh mereka para
orang yang berpengetahuan, yaitu 1) Takwa antara dirinya dengan Allah, 2) Kerendahan hati
antara dirinya dan manusia, 3) Zuhud, yakni meninggalkan kenikmatan duniawi padahal dia
mampu memilikinya, karena ingin mendekatkan diri kepada Allah, dan 4) Mujahadah,
kesungguhan mengolah jiwa menghadapi nafsunya. Apa pun kriteria mereka, yang jelas
mereka adalah orang-orang yang terpuji. 9

D. Tafsir QS. Al An’am: 154


Arab-Latin: ṡumma ātainā mụsal-kitāba tamāman 'alallażī aḥsana wa tafṣīlal likulli
syai`iw wa hudaw wa raḥmatal la'allahum biliqā`i rabbihim yu`minụn Terjemah Arti:
Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan
(nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu
dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui

8
https://akurat.co/qs-ali-imran-ayat-7-al-quran-mengandung-makna-muhkamat-dan-mutasyabihat?page=2
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah Jilid 3., Hal 16-17
9

Tuhan mereka. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Kemudian


katakanlah (wahai rasul), kepada kaum musyrikin, ”sesungguhnya Allah , Dia lah yang
memberi musa kitab taurat sebagai penyempurna nikmatNya bagi orang-orang yang berbuat
baik dari para pengikut ajaran agamanya dan untuk menjelaskan segala sesuatu terkait
perkara-perkara agama mereka, serta sebagai petunjuk dan panduan menuju jalan yang lurus
dan menjadi rahmat bagi mereka. Harapannya, mereka mengimani hari kebangkitan setelah
kematian, hisab dan balasan amal perbuatan dan kemudian beramal untuk menyiapkannya. ”

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 154. Setelah memberitahukan hal-hal
tersebut di atas, Kami beritahukan bahwa Kami telah memberikan kitab suci Taurat kepada
Musa untuk menyempurnakan nikmat yang Kami berikan sebagai balasan atas amal
baiknya. Juga untuk menjelaskan segala hal yang dibutuhkannya dalam masalah agama. Dan
juga untuk menunjukkan kebenaran serta sebagai wujud kasih sayang-Nya supaya mereka
percaya akan perjumpaan dengan Rabb mereka di hari Kiamat. Dengan demikian mereka
akan bersiap-siap untuk menyambut hari itu dengan melakukan amal saleh.

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam
Madinah 154. Hai Muhammad, kemudian setelah itu katakanlah, Allah memberitahukan
kenikmatan besar yang telah diberikan kepada Bani Israil: Dengan keagungan dan
kekuasaan Kami yang sempurna, Kami berikan Taurat kepada Musa sebagai penyempurna
karunia dan kenikmatan bagi orang yang telah berbuat baik, dan sebagai penjelasan agama
yang dibutuhkan oleh Bani Israil, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka di dunia
dan di akhirat, agar mereka mempercayai hari kebangkitan.

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah 154 Kemudian katakanlah: Kami telah memberikan Taurat kepada Musa as sebelum
turunnya Al-quran kepada Muhammad saw untuk menyempurnakan nikmat Kami kepada
orang yang berbuat kebaikan dan senantiasa berpegang teguh padanya. Dia adalah Musa dan
10

semua orang yang baik perbuatannya. Juga untuk menjelaskan segala sesuatu pada
zamannya. Sehingga Taurat dan Al-quran adalah sebagai dasar hujjah kuat dan meyakinkan
atas orang-orang musyrik yang telah berkata bahwa: Al-quran bukanlah diturunkan dari
Allah.

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 154.
“Kemudian” di sini tidak menunjukan urutan waktu, karena waktu Musa mendahului waktu
pembacaan Rasululoh , Muhammad terhadap kitab ini, akan tetapi yang maksud adalah
urutan pemberitahuan. Allah memberi tahukan bahwa Dia telah memberi “Al-Kitab kepada
Musa,” yaitu Taurat, “ untuk menyempurnakan” nikmatNya dan pelengkap kebaikanNya
“kepada orang-orang yang berbuat kebaikan,” dari kalangan umat Musa. Karena Allah telah
memberi nikmat terhadap orang-orang yang berbuat baik diantara mereka dengan nikmat-
nikmat yang tidak terhitung, dimana salah satu dari kesempurnaanya adalah di turunkannya
Taurat kepada mereka, maka sempurnalah nikmat Allah kepada mereka dan mereka wajib
mensyukurinya. “dan untuk menjelaskan segala sesuatu,” berupa halal, haram, larangan,
perintah, akidah dan lain-lain, yang perinciannya diperlukan oleh mereka, “Dan sebagai
petunjuk.” Maksudnya, memberi mereka petunjuk kepada kabaikan dan mengenalkan
keburukan kepada mereka dalam perkara-perkara dasar dan cabang. “Dan sebagai rahmat,”
dengannya mereka mendapatkan kebahagiaan, rahmat dan kebaikan yang banyak. “Agar
mereka,” karena ia meliputi dalil-dalil yang pasti tentang balasan amal dan kebangkitan,
Allah mengharuskan mereka beriman pada pertemuan dengan Allah dan bersiap diri
karenanya.

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa islam


sebagai jalan kebenaran yang harus diikuti bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah dibawa
oleh para nabi terdahulu, antara lain adalah nabi musa. Kemudian kami telah memberikan
kepada nabi musa kitab taurat sebagai anugerah dari Allah. Manusia tanpa wahyu pasti akan
sesat karena mereka akan memilih jalan sendiri-sendiri atas dasar kepentingan masing-
masing. Pemberian kitab suci itu adalah untuk menyempurnakan nikmat kami kepada orang
yang berbuat kebaikan karena ketaatannya kepada Allah dalam menyampaikan pesan-pesan-
Nya. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbuat baik karena Allah akan diberi
11

tambahan nikmat-Nya untuk menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kaumnya,
baik urusan agama maupun urusan dunia. Dan juga sebagai petunjuk ke jalan yang benar
dan sebagai rahmat bagi mereka yang mengamalkannya agar mereka beriman akan adanya
pertemuan dengan tuhannya untuk mendapatkan balasan dari semua amal yang dilakukan di
dunia. Keimanan terhadap hari akhir menjadikan manusia lebih berhati-hati dalam bertindak
dan banyak melakukan amal saleh. Ayat ini menjelaskan peranan Al-Qur'an bagi manusia.
Dan ini adalah kitab Al-Qur'an yang kami turunkan melalui malaikat jibril dengan penuh
berkah, yakni segala macam kebaikan, baik lahir maupun batin, yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Ikutilah apa yang ada di dalamnya,
amalkanlah isinya, dan bertakwalah, jagalah dirimu dari api neraka, waspadalah, dan taatilah
ketentuan yang ada di dalam kitab itu. Itu semua agar kamu mendapat rahmat kasih sayang
dari Allah. Orang yang diberi kasih sayang dari Allah akan men-dapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.

Referensi: https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html

Dalam Tafsir jalalain : (Kemudian Kami telah memberikan Alkitab kepada Musa) kitab
Taurat; tsumma bermakna untuk tertibnya rentetan kisah (untuk menyempurnakan)
nikmat (kepada orang-orang yang berbuat kebaikan) agar mengamalkan kandungan
isinya (dan untuk menjelaskan) menerangkan (segala sesuatu) yang diperlukan dalam
masalah agama (dan sebagai petunjuk dan rahmat agar mereka) kaum Bani Israel (terhadap
hari pertemuan dengan Tuhan mereka) dengan dibangkitkannya mereka (mereka mau
beriman.)10
Maka isi yang terkandung dalam ayat ini adalah tentang tanggung jawab kita dalam
mempelajari kitab Allah dan menerapkannya kepada lingkungan kehidupan kita, dan kita
haruslah bertanggung jawab pada diri kita untuk tidak lalai dan terjerumus ke dalam
kesesatan.

10
Tafsir jalalain. Hal 91
12

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam sura al mujadalah ayat 11 ini dapat kita
terapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Dimana kita sebagai pemimpin atau
seorang manajer mencontohkan sikap berlapang dalam majlis memberi tuntunan bagaimana
menjalin hubungan harmonis dalam organisasi yang dipimpinnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam surat an nisa ayat 58-59 Ayat ini
memerintahkan kepada para seorang pemimpin dalam menetapkan hukum secara adil,
kerena keadilan mendekatkan kita kepada ketaqwaan dan agar terciptanya kemaslahatan
bersama.
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam surat Ali Imron Ayat 7 yakni Untuk
memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, berpikir, teliti dalam berijtihad dan
menangkap pesan-pesan agama dengan tepat.
Sementara ulama menyebutkan empat sifat yang harus disandang oleh mereka para
orang yang berpengetahuan, yaitu 1) Takwa antara dirinya dengan Allah, 2) Kerendahan hati
antara dirinya dan manusia, 3) Zuhud, yakni meninggalkan kenikmatan duniawi padahal dia
mampu memilikinya, karena ingin mendekatkan diri kepada Allah, dan 4) Mujahadah,
kesungguhan mengolah jiwa menghadapi nafsunya.
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam surat Al-An’am ayat 154 adalah tentang
tanggung jawab kita dalam mempelajari kitab Allah dan menerapkannya kepada lingkungan
kehidupan kita, dan kita haruslah bertanggung jawab pada diri kita untuk tidak lalai dan
terjerumus ke dalam kesesatan.

B. Saran-saran
Alhamdulillah kita ucapkan sebagai penutup akhir makalah ini, semoga literatur diatas
menambah wawasan kita semua. Semoga Allah menambah ilmu kita, menguatkannya dan
memudahkan langkah kita untuk menegakkan ilmu itu sendiri. Semoga keilmuan ini tetap
berjalan dan digunakan dengan baik di jalan yang Allah ridhoi. Apabila ada kekurangan atau
kesalahan terhadap penulisan maupun materi pada makalah ini, kami segenap kelompok 4
mengucapkan mohon maaf dan kami sangatlah menerima saran pembaca untuk lebih
memperbaiki dan mengevaluasi isi dalam makalah ini. Sekian dari kami.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
13

DAFTAR PUSTAKA

Abuznaid, S. Islam and management: What can be learned?, Thunderbird International Business
Review, Vol. 48, No. 1, 2006
Abdullah, Osman Cuah, dkk. Conceptual Framework of Good Management from the Islamic
Perspective. International Journal of Business and Management Studies. Vol. 4, No. 1, 2012.
Abbas, Rana Zamin, dkk. Managerial Ethics in Islamic Framework. Internatioan Journal of
Business and Social Science. Vol. 3, No. 7, 2012.
https://tafsirweb.com/2278-quran-surat-al-anam-ayat-154.html
https://akurat.co/qs-ali-imran-ayat-7-al-quran-mengandung-makna-muhkamat-dan-
mutasyabihat?page=2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah
Mukhamad Dani Azza, Skripsi: “Konsep Pendidikan Dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11
dan Relevensinya Terhadap Sentra Pendidikan” (Bengkulu: IAIN Curup,2019),
Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi
Sahadi,dkk. 2020. “KARAKTER KEPEMIMPINAN IDEAL DALAM ORGANISASI”. Jurnal
MODERAT,Volume 6, Nomor 3. ISSN: 2442-3777 (cetak). Website:
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat
Srifariyati dan Afsya Septa Nugraha, “Prinsip Kepemimpinan dalam Perspektif QS. An-Nisa:
58-59”. Jurnal Madaniyah, Volume 9 Nomor 1 Edisi Januari 2019
Al-Idah, J.E., Zafar Salim, Muhammad Tahir Malik and Dr. Sajid Rahman Khattak 2019.
“Principles of Effective Management According to Quran and Sunnah. Al-Idah” . 33, 2016
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 154
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Tafsir Ibnu Mas’ud
Tafsir Jalalain

Anda mungkin juga menyukai