Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AGAMA ISLAM I

KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Dosen Pengampu: Achmad Junedi, S.Ag., M.Pd.I

Disusun Oleh: Kelompok 1

 Akhmad Rifqi Ali Akbar Maulana (Sebagai Penyaji) 48202.03.22001


 Listiana Azizah (Sebagai notulen) 48202.03.22007
 Rania Ratu latifah (Sebagai Moderator) 48202.03.22012

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Manusia dalam Pandangan Islam” dengan baik dan lancar.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Kimia farmasi dasar sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan pembelajaran.
Terwujudnya makalah ini, juga tidak terlepas dari hasil bimbingan dosen pengampu Achmad
Junedi, S.Ag., M.Pd.I

Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan dimasa yang
akan datang. Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada
pihak-pihak yang membacanya.

Probolinggo, 1 November 2022

2
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................................................1

Kata Pengantar.............................................................................................................................2

Daftar Isi.......................................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan.......................................................................................................................4

1. Latar Belakang ................................................................................................................4


2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

Bab II Pembahasan.......................................................................................................................5

A. Manusia dalam Pandangan Islam....................................................................................5


1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT......................................................5
2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialitas)...........................7
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.....................................................9
B. Sebutan Manusia dalam Al-Qur’an................................................................................10
1. Al-Basyar...........................................................................................................10
2. An-Nas..............................................................................................................12
3. Al-Insan.............................................................................................................12
4. Bani Adam........................................................................................................13
5. Al-Ins.................................................................................................................13

Bab III Penutup...........................................................................................................................17

Daftar Pustaka............................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna. Hidup manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
hak dan kewajiban. Dimana kewajiban dan hak adalah satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Kewajiban manusia itulah yang mengharuskan manusia memiliki rasa tanggung
jawab.

Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu kesatuan. Tanggung jawab
adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Setiap manusia memiliki tanggungjawabnya masing-masing yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Diantaranya, tanggungjawab seorang pelajar akan belajar, tanggungjawab seorang
kepala keluarga terhadap keluarganya , tanggungjawab dosen terhadap mahasiswanya, tanggung
jawab hamba terhadap Tuhannya.

Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah
manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem
kehidupan di muka bumi. Fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa memerlukan suatu ilmu yang diperoleh melalui pendidikan, manusia dapat mengenal
siapa Tuhannya dan dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena alasan diatas dalam makalah ini akan membahas mengenai “Manusia sebagai Makhluk
Ciptaan Tuhan serta Tugas dan Peranannya didalam Kehidupan” sebagai salah satu pendidikan yang
mengarahkan mahasiswa memahami hakikat dan tanggungjawabnya sebagai makhluk Tuhan yang
akhirnya menuju pada tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Rumusan Masalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dalam Pandangan Islam

1. manusia adalah makhluk ciptaan allah swt

Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.Berdasarkan firman-
firman Allah SWT dalam Al-Quran, manusia dinyatakansebagai makhluk yang paling mulia
dibanding dengan ciptaan Allah yang lain.Banyak sekali ayat Al-Quran yang menjelaskan
tentang manusia dan hakikatmanusiaJelaskan hakikat manusia menurut, QS As-Sajdah
(32):7, QS At-Tin (95):4, QS. Asy-Syam (91):8, QS. Faathir (35:11)dan hubungannya
dengan QS. Adz-Dzaariyaat (51):56.

I. Qs As-sajadah(32) :7 

َ ‫ى َأحْ َسنَ ُك َّل َش ْى ٍء خَ لَقَهۥُ ۖ َوبَ َدَأ َخ ْل‬


ٍ ‫ق ٱِإْل ن ٰ َس ِن ِمن ِط‬
‫ين‬ ٓ ‫ٱلَّ ِذ‬

Artinya : Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah

Penjelasan dari arti tersebut : Allah menciptakan mahluknya dengan sempurna, penuh
ketelitian dan menjadikan awal penciptaan manusia dari tanah. Allah menciptakan segala
sesuatu dengan sebaik-baiknya dan Allah yang mengawali penciptaan manusia dari tanah.
Jadi, dalam QS As-Sajdah (32) : 7 ini menjelaskan bahwa Hakikat manusia yang awalnya
diciptakan dari tanah.

II. QS At-tin (95):4

 ‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ٱِإْل ن ٰ َسنَ فِ ٓى َأحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.

5
Penjelasan dari arti tersebut :Allah menciptakan Manusia dengan segala kelebihan dan
kesempurnaan ,seperti bentuk postur manusia dengan tegak,memliki anggota badan sehingga
dapat memakan makanannnya dengan tangan, dan Allah menciptakannya dengan
kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan berbuat bijak, sehingga memungkinkannya
menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana yang Allah kehendaki

III. QS As-Syam (91):8 

َ ‫فََأ ْلهَ َمهَا فُج‬


‫ُورهَا َوتَ ْق َو ٰىهَا‬

Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Penjelasan dari arti tersebut: Allah memberikan akal pikiran untuk memahami tentang
kefasikan atau keburukan dan ketaqwaan agar manusia menggunakan akal pikirannya untuk
mengambil jalan kebaikan bertaqwa kepada allah swt dan menjauhi kefasikan. Hakikat
manusia menurut Asy-Syam (91):8 ialah manusia diberikan kekuatan untuk membedakan
mana jalan yang baik dan mana jalan yang buruk dengan merujuk pada ajaran agamanya.

IV. QS Fatir:11

َ َ‫طفَ ٍة ثُ َّم َج َعلَ ُك ْم َأ ْز ٰ َوجًا ۚ َو َما تَحْ ِم ُل ِم ْن ُأنثَ ٰى َواَل ت‬


ُ‫ض ُع ِإاَّل بِ ِع ْل ِم ِهۦ ۚ َو َما يُ َع َّم ُر ِمن ُّم َع َّم ٍر َواَل يُنقَص‬ ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِمن ن‬
ٍ ‫َوٱهَّلل ُ َخلَقَ ُكم ِّمن تُ َرا‬
‫ب ۚ ِإ َّن ٰ َذلِكَ َعلَى ٱهَّلل ِ يَ ِسي ٌر‬
ٍ َ‫ِم ْن ُع ُم ِر ِٓۦه ِإاَّل فِى ِك ٰت‬

Artinya: Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-
Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah

Penjelasannya : Manusia di ciptakan dari tanah dan air mani(nutfah) dan allah membentuk
manusia Lelaki dan perempuan agar berpasangan agar bisa memiliki keturunan dan allah
maha mengetahui tentang semua mahluknya, dan umur manusia sudah tertulis di lauh
mahfuzh dalam ketetapan allah.

6
 QS Az -Zariyat (51) :56

َ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱِإْل‬


‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.

Hubungan surah ini dengan surah lainnya di atas. Allah lah yang menciptakan jin dan
manusia dan mereka diperintahkan untuk beribadah / bertaqwa kepada-Nya saja tanpa
menyekutukan-Nya,sebagaimana mereka di beri akal pikiran untuk memahami yag baik dan
yang buruk, kemudian Allah balas atas amalan-amalan mereka Maka barangsiapa yang
beramal baik, maka dibalas dengan surga, dan barangsiapa yang beramal dengan amalan
buruk, maka dibalas dengan adzab neraka.

2. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Mengapa demikian, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang ada di alam
semesta ini, karena ia mempunyai akal untuk berfikir. Kata Manusia berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu “Manu” atau dari bahasa Latin yaitu “Sens” yang artinya berfikir atau
berakal budi. Yang dimaksud Individu ialah dimana ia mampu untuk berdiri sendiri atau
bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Dan dikatakan Sosial karena manusia pun akan
berinteraksi dengan manusia lain untuk kebutuhan hidupnya.

Peranan Manusia Sebagai Makhluk Hidup dan Sosial


Pada dasarnya Manusia ialah makhluk individu yang memiliki harkat, derajat dan martabat
yang mulia. Karenanya ia akan selalu berusaha merealisasikan potensi yang ada pada dirinya
seraya ingin menunjukkan siapa yang lebih baik, baik itu potensi jasmani maupun rohani.
Manusia juga dikatakan sebagai makhluk sosial karena ia akan membutuhkan bantuan orang
lain dalam menjalani hidupnya, karena pada dasarnya manusia pun butuh berinteraksi dengan
manusia lain agar ia mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Itu mengapa manusia
dikatakan sebagai Makhluk Monodualis.

7
Secara sosial manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kesempatan yang
sama di kehidupan dalam bermasyarakat. Artinya manusia mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam menguasai sesuatu. Contohnya berkeluarga, bersekolah, mencari pekerjaan
dan berbagai aktivitas lainnya termasuk beragama. Tapi pada kenyataannya masing-masing
individu mempunyai tempat yang berbeda atau dengan kata lain tidak mempunyai kedudukan
yang sama.

 Pandangan Individualisme
Hakikat dari Individualisme ialah mahkluk individu yang bebas. ini adalah sebuah paham
yang memandang manusia sebagai pribadi yang utuh terlepas dari manusia lainnya.

Pandangan ini memiliki pendapat bahwa kepentingan individu harus selalu diutamakan
dibandingkan kepentingan masyrarakat. Paham ini juga menghasilkan Ideologi Liberalisme,
ada pun prinsip-prinsip Liberalisme terebut ialah:

 Selalu lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan


masyarakat.

 Tiap individu mendapat kebebasan penuh atas dirinya sendiri.

 Bebas bersaing demi tercapainya kepentingan masing-masing.

Kebebasan yang dimiliki oleh masing-masing individu membuat besarnya persaingan


diantara mereka, maka dari itu kebebasan tersebut diatur dalam penerapan hukum. Jadi,
dengan demikian keadilan akan tercipta seiring berjalannya persaingan bebas yang terjadi
didalam kehidupan bermasyarakat demi berjalannya ketertiban hidup bersama.

 Pandangan Sosialisme
Pandangan ini sangat berbeda dengan pandangan individualisme karena lebih mementingkan
kepentingan masyarakat. Menurut pandangan ini hak individu adalah hak dasar yang hilang.
hak-hak yang timbul karena adanya keanggotaan dalam suatu kelompok.

Sosialime adalah sebuah paham yang mengharapkan terciptanya masyarakat yang damai, adil
dan sejahtera dari penguasaan individu. Sosialisme muncul dengan tujuan kepentingan
masyarakat terutama yang tersisih oleh sistem liberalisme, kebebasan, kesejahteraan dan
mendapat keadilan.

8
Untuk meraihnya, sosialisme memandang bahwa hak individu harus ditaruh dalam kerangka
kepentingan masyarakat luas. dalam sosialisme yang radikal ada cara untuk meraih hal
tersebut yaitu dengan menghilangkan hak kepemilikan dan penguasaan alat produksi oleh
perorangan.

3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas

Manusia memiliki kekuatan fisik. Dilengkapi kekuatan akal, pikiran, hawa nafsu, ambisi, dan
lain sebagainya yang bersifat nonfisik. Kedua perangkat tersebut menjadi bukti kekuasaan
Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (QS at-Tin).
Wajah tampan rupawan, cantik jelita, dilengkapi peran dan fungsi pancaindra yang sempurna
(QS al-Infithar).

Namun, manusia juga harus menempuh proses pelemahan:"Allah, Dialah yang menciptakan
kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu, kuat,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu, lemah kembali dan beruban. Dia
menjadikan apa saja yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahakuasa. (QS ar-Rum: 54).

Kekuatan dan kekuasaan manusia, sebagai bagian dari berbagai jenis makhluk ciptaan Allah
SWT, memiliki batas. Baik batas usia, kebugaran, daya pikir, maupun kekuasaan atas segala
sesuatu yang meliputi harta, takhta, pangkat, jabatan, dan lain-lain. Tidak ada yang langgeng.
Semua akan menemui ujung pada titik tertentu.Apakah berupa ajal kematian, apakah berupa
selesainya suatu garapan pada satu bidang kerja. Ada yang mulus. Ada yang rumit ruwet.
Sehingga ditandai kehancuran mengenaskan.

Tidak ada yang abadi di muka bumi (QS ar-Rahman: 26). Setiap yang bernyawa akan
menemui maut (QS Ali Imron: 185). Termasuk dalam hal kekuasaan duniawi. Banyak orang
yang mendapat amanah kekuasaan dari Allah SWT, melalui rakyat yang memilih seseorang
menjadi pemimpin formalnya. Mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah. Tapi kekuasaan
nyata tetap ada pada Allah SWT.

9
Dia Maha Pemilik Kekuasaan. Memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan
mencabutnya dari siapa saja yang Dia kehendaki pula. Dia memuliakan siapa saja yang Dia
kehendaki, dan menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki pula. Dia pemilik segala
kebajikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ali Imran: 26).

Karena itu, di dalam kitab suci Quran, terdapat kisah-kisah para penguasa zaman dulu, yang
sombong dan arogan, menyalahgunakan kekuasaannya untuk berbuat zalim. Bukan saja
terhadap manusia, rakyat yang seharus dipimpin serta diayomi, melainkan juga zalim kepada
Allah SWT. Sebut saja Namrudz dan rezimnya, yang menentang dakwah tauhid Nabi Ibrahim
AS.Bahkan, mereka menangkap dan membakar Nabi Ibrahim AS. (QS al-Anbiya: 69).

Atau rezim Fir'aun yang menentang dakwah Nabi Musa AS.Dengan mengandalkan
kehebatan pasukan dan harta kekayaan, yang menjadikan Firaun mampu membangun pasak
bumi, berupa piramid-piramid mirip bukit menjulang tinggi. (QS al-Fajr: 10), Firaun
mencoba melemahkan dakwah Musa AS. Hingga pada akhirnya, Fir'aun dan balatentaranya
ditenggelamkan di laut. (QS Thaha: 78). Semua itu mencontohkan, betapa kekuasaan?
terutama yang disalahgunakan?sangat rawan ditelan kehancuran.

Pada zaman modern, tak sedikit pula contoh penguasa terjungkal akibat perilakunya yang
menyimpang dari amanah, melanggar undang-undang, peraturan, norma, dan etika. Banyak
pula contoh yang terjadi di tingkat lokal kabupaten, kota, malah kampung dan desa.

Itu menunjukkan, kekuatan dan kekuasaan manusia amat terbatas. Sangat kecil dibandingkan
Maha Pemilik Kekuasaan, Allah SWT, yang memerintahkan semua manusia beriman dan
bertakwa kepada-Nya. Menjadi lemah, tua, beruban, pikun, dan sebagainya, merupakan bukti
yang harus ditafakuri, karena akan menimpa siapa saja, baik kaum elite maupun kaum alit.
Tak ada alasan untuk merasa tampan, kaya, punya kuasa, sehingga merasa bebas berbuat
sewenang-wenang.

B. Sebutan Manusia dalam Al-Qur’an

1. Al basyar

Dalam Al-Quran al basyar terulang sebanyak 37 kali yang tersebar di berbagai surah.
Beberapa di antaranya adalah QS. Ali Imran [3]: 21, 39, 45, 47 & 79, QS. Al-Shaffat [37]:
101 & 112, QS. Hud [11]: 71, QS. Al-Zariyat [51]: 28, QS. Maryam [19]: 97.

10
Lalu dalam QS. Al-Isra’ [17]: 9, QS. Al-Kahfi [18]: 2, QS. Al-Syu’ara [26]: 23, QS. Al-
Taubah [9]: 3, 21, 34 & 112, QS. Al-Baqarah [2]: 25, 155 & 223, QS. Al-Nisa’ [4]: 138, QS.
Yunus [10]: 2 & 87, QS. Al-Hajj [22]: 34 & 37, QS. Al-Ahzab [33]: 47, QS. Al-Zumar [39]:
17, QS. Al-Shaff [61]: 13, QS. Lukman [31]: 7, QS. Yasin [36]: 11, QS. Al-Jasiyah [45]: 8,
QS. Al-Insyiqaq [84]: 34, QS. Al-Nahl [16]: 58 & 59, QS. Al-Zukhruf [43]: 17, dan QS. Al-
Anbiya’ [21]: 3 & 34.

Menurut Qusaish Shihab, kata al basyar ini digunakan untuk menunjuk kepada manusia
mengingat bahwa manusia dapat terlihat dengan jelas dan nyata. Dari akar kata yang sama,
lahir kata basyarah yang berarti kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut. Dari sini menunjukkan bahwa kata ini digunakan untuk merujuk pada
aspek lahir atau fisik manusia. Kata basyar juga diartikan mulasamah (persentuhan kulit
antara perempuan dan laki-laki)

Pemakaian kata al-basyar dalam Al-Quran seluruhnya memberi pengertian bahwa yang


dimaksud dengan kata tersebut adalah anak Adam yang biasa makan, minum dan berinteraksi
satu sama lain atas dasar persamaan. Dengan demikian, kata basyar selalu mengacu kepada
manusia dari aspek biologis seperti mempunyai bentuk tubuh, makan dan minum, kebutuhan
seks, mengalami penuaan dan mati.

Kata al-basyar juga ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Hal ini


megisyaratkan bahwa nabi dan rasul pun memiliki dimensi basyariyah atau kemanusiaan. Di
sisi lain, tidak sedikit dari ayat Al-Quran menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan
proses kejadian manusia melalui tahap-tahap sehingga mencapai fase kedewasaan. Manusia
dalam pengertian al-basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan.

penggunaan kata al-basyar digunakan oleh Al-Quran untuk menunjuk pada dimensi alamiah


manusia yang menjadi ciri pokok manusia pada umurnya seperti makan, minum, tidur, sakit,
mati dan sebagainya. Sebagai al-basyar manusia hanyalah kumpulan dari organ-organ tubuh
yang memiliki fungsi biologis-fisiologis semata dan memiliki kaitan dengan tindakan-
tindakan yang memerlukan topangan organ-organ fisik.

11
2. An nas

Term an-Naas berasal dari kata nawasa yang artinya goncangan atau fluktuatif. An-Nas
dalam Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat. Dikatakan
goncangan atau fluktuatif, karena manusia itu cenderung berubah jika bertemu dengan
sesamanya. Dari karakter manusia semacam ini, maka wajar jika Islam menganjurkan agar
selalu berada di tengah-tengah orang-orang yang baik. Misalnya dalam firman Allah:

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” Ayat ini menyeru kepada manusia yang beriman agar senantiasa
bertakwa di mana saja berada dan selalu berada di tengah-tengah orang-orang yang jujur.
Namun, ada juga yang memahami term A-Nas itu menunjuk arti manusia dewasa dan
berakal. Karena itu, kalimat ya ayyuhannaas menurut pendapat ini, seruan itu bukan
diarahkan kepada semua umat manusia, tapi hanya manusia yang sudah dewasa dan akalnya
sehat. Begitu juga term An-Nas yang lain, semuanya ditujukan kepada manusia yang dewasa
dan berakal sehat, tidak ditujukan kepada anak kecil dan orang gila, meski keduanya juga
manusia. Dalam pendapat yang lain, dikatakan bahwa konsep An-Nas selalu berhubungan
dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam artian bahwa manusia harus mengutamakan
kepentingan bersama dan menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Inilah esensi daripada
konsep An-Nas itu sendiri.

3. al-Insan

yang berasal dari kata al-Ins yang mendapatkan tambahan alif dan nun. Kata Insan ini
dinyatakan dalam Alquran sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat. Ada yang
berpendapat bahwa, penggunaan kata Insan bagi manusia dalam Alquran bertujuan untuk
menguatkan karakter manusia sebagai makhluk sosial. Ataupun dengan istilah lain, manusia
adalah makhluk yang tidak bisa menjalankan aktivitas hidupnya dengan sempurna kecuali
ada keterlibatan pihak lain. Atau bisa juga dipahami dengan menggunakan kaidah al-Ziyadah
fi Bin’ya al-Kalimah – bahwa penggunaan kata Insan dimaksudkan untuk menunjukkan
totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.

12
Mari kita amati firman Allah Surah al-Mu’minun ayat 12-14:

‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَخَ لَ ْقنَا‬ْ ُّ‫ار َّم ِكي ٍْن ۖ ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬ ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬ ْ ُ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِط ْي ٍن ۚ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬
َ‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْالخَالِقِ ْي ۗن‬
َ ‫ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلقًا ٰاخ ۗ ََر فَتَبَا َر‬

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah (12). Kemudian Kami
menjadikannya air mani (yang tersimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim) (13). Kemudian,
air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu dari yang melekat itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (Surah Al-Mu’minun: 12 -14).
Kata al-Insan dalam ayat ini berarti menguatkan karakter manusia sebagai insan, makhluk
yang berdimensi rohani dan jasmani. Ini bisa dipahami dari redaksi Tsumma, oleh para ulama
disebut fase peniupan ruh, yang penyebutannya setelah menjelaskan proses fisik manusia di
dalam rahim. Karena itu term Insan kepada manusia dalam Alquran bisa menunjukkan sifat
dan karakter manusia tersebut sebagai makhluk rohani yang berjasad kasar.

4. Bani adam

Kata bani adam menunjukkan bahwa manusia merupakan keturunan Nabi Adam a.s., yaitu
bapak segala manusia yang ada. Kata tersebut juga menunjukkan bahwa Adam adalah
manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt.. Hal tersebut bertentangan dengan Teori
Evolusi Darwin yang menyatakan bahwa manusia keturunan kera.

Allah telah menjelaskan di dalam Al-qu’ran bahwa manusia memiliki perbedaan dengan
hewan dan tidak dapat disamakan dalam segala aspeknya. Manusia memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu adanya dimensi roh yang ada dalam diri manusia

5. Al-Ins

Al Qur’an menyebut kata manusia atau “ins” beberapa kali dalam Al Qur’an, Uniknya, kata
manusia dalam Al Qur’an itu selalu berdampingan dengan kata “jin”. Tulisan ini akan
menjelaskannya dengan gamblang. Insun (‫ )إنس‬dalam logat Arab merupakan turunan dari kata
verbal anasa (‫ )أنس‬yang bermakna berteman. Insun dalam Al Qur’an sering dipergunakan
secara bersama-sama dengan kata al-jinn (‫)الجن‬.

13
Setidaknya ada lima ayat berhasil diidentifikasi yang menggunakan lafal ‫ إنس‬ini, yaitu, Surat
Al-An’am ayat 112 dan 128, Surat Al-Isra ayat 88, Surat An-Naml ayat 17 dan Surat Al-Jin
ayat 5. Jika diurutkan menurut tertib turunnya ayat akan menjadi: Surat Al-Jin ayat 5, Surat
An-Naml ayat 17, Surat Al-Isra ayat 88, Surat Al-An’am ayat 112, dan Surat Al-An’am ayat
128.

Uniknya, dari semua ayat ini, semua lafal insun selalu beriringan dengan lafal Al-Jin. Jika
diperhatikan ayat-ayat berikut:

o Di dalam Surat Al-Jin ayat 5, Allah berfirman ‫ َوَأنَّا ظَنَنَّا َأ ْن لَ ْن تَقُو َل اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى هَّللا ِ َك ِذبًا‬ 

“Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan
mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”

o Allah berfirman dalam Surat An-Naml ayat 17 ‫س َوالطَّي ِْر فَهُ ْم‬
ِ ‫َو ُح ِش َر لِ ُسلَ ْي َمانَ ُجنُو ُدهُ ِمنَ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬
َ‫يُوزَ ُعون‬

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu
diatur dengan tertib (dalam barisan).”

o Allah berfirman di dalam Surat Al-Isra ayat 88 ‫ت اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَ ٰى َأ ْن يَْأتُوا بِ ِم ْث ِل‬
ِ ‫قُلْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬
‫ْض ظَ ِهيرًا‬ ُ ‫ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن اَل يَْأتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬

“Katakanlah, ‘Sungguh jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

o 4. Allah berfirman di dalam Surat Al-An’am ayat 112 َ‫َو َك ٰ َذلِكَ َج َع ْلنَا لِ ُك ِّل نَبِ ٍّي َع ُد ًّوا َشيَا ِطين‬
َ ُّ‫ْض ُز ْخرُفَ ْالقَوْ ِل ُغرُورًا ۚ َولَوْ َشا َء َرب‬
َ‫ك َما فَ َعلُوهُ ۖ فَ َذرْ هُ ْم َو َما يَ ْفتَرُون‬ ٍ ‫ضهُ ْم ِإلَ ٰى بَع‬ ِ ‫س َو ْال ِجنِّ ي‬
ُ ‫ُوحي بَ ْع‬ ِ ‫اِإْل ْن‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu

14
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan.”

o 5. Allah berfirman di dalam Surat Al-An’am ayat 128 ‫َويَوْ َم يَحْ ُش ُرهُ ْم َج ِميعًا يَا َم ْع َش َر ْال ِجنِّ قَ ِد‬
َ َ‫ا ۚ ق‬¹¹َ‫ا الَّ ِذي َأج َّْلتَ لَن‬¹َ‫ا َأ َجلَن‬¹َ‫ْض َوبَلَ ْغن‬
‫ال النَّا ُر‬¹ ُ ‫تَ ْمتَ َع بَع‬¹‫اس‬
ٍ ‫نَا بِبَع‬¹‫ْض‬ ِ ‫س ۖ َوقَا َل َأوْ لِيَاُؤ هُ ْم ِمنَ اِإْل ْن‬
ْ ‫س َربَّنَا‬ ِ ‫ا ْستَ ْكثَرْ تُ ْم ِمنَ اِإْل ْن‬
‫َم ْث َوا ُك ْم خَ الِ ِدينَ فِيهَا ِإاَّل َما َشا َء هَّللا ُ ۗ ِإ َّن َربَّكَ َح ِكي ٌم َعلِي ٌم‬

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah
berfirman), ‘Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia,’ lalu
berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya
sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami
telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah berfirman:
‘Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah
menghendaki (yang lain).’ Sungguh Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

 Hubungan Relasi Ayat


Jika diperhatikan baik-baik, kedua kata ini (‫)اإلنس والجن‬, dipakai secara bersama-sama karena
keduanya dianggap sejenis. Dalam bahasa penafsiran oleh para ulama’, kedua makhluk Allah
ini sering disebut sebagai ‫الثقلين‬, yang bermakna dua beban.

Berdasarkan hadits riwayat ‘Ashim bin Hâkim yang termaktub dalam beberapa kitab tafsir,
salah satunya adalah Tafsir Yahya bin Salâm juz I halaman 287 disebutkan bahwa:

“Maka dibukalah bagi si mayit di sisi kuburnya sebuah pintu, maka melihatia akan
tempatnya kelak di neraka, berikut siksa yang sudah disiapkan Allah baginya. Oleh
karenanya, seketika wajahnya menjadi gelap dan meratapi kekotoran dirinya. Lalu malaikat
memukulnya dengan sekali pukulan yang menghancurkan seluruh tulang belulangnya. Para
makhluk mampu mendengar teriakan si mayit kecuali as-tsaqalain, yaitu makhluk golongan
jin dan manusia.” (Yahya bin Salâm, Tafsīr Yahya bin Salam, [Tanpa keterangan kota,
Maktabah Syâmilah: tanpa tahun], juz I, 287)

Di dalam sebuah hadis riwayat Ahmad juga disebutkan:

15
“Maka datanglah kepada Si Mayit (seorang malaikat) bertanya, ‘Siapa Tuhanmu? Apa
agamamu? Siapa Nabimu?’ Lalu Mayit tersebut menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Lalu dikatakan
kepadanya, ‘Tidakkah kamu telah melihatnya dan telah membacanya?’ Lalu datanglah
seseorang yang buruk wajahnya dan buruk pakaiannya, yang bacin baunya, ia berkata,
‘Nikmatilah olehmu penghinaan yang datang dari Allah serta siksa yang tetap.’ Si Mayit
bertanya, ‘Dan kamu, semoga Allah membalas keburukan padamu. Siapa Anda?’ Orang
tersebut menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk akibat kamu menunda-nunda untuk
taat kepada Allah namun bersegera jika berbuat maksiat kepada-Nya. Maka Allah
membalasmu dengan suatu keburukan.’ Selanjutnya malaikat itu memegang sebuah gada
(mirzabah) di tangannya yang membuat Si Mayit tercekat (buta, tuli dan bisu). Seandainya
benda itu dipukulkan pada sebuah gunung, maka pasti hancurlah ia menjadi debu. Malaikat
itu lalu memukulkan mirzabah itu kepada Si Mayit dengan sekali pukulan yang karenanya ia
hancur lebur menjadi debu. Kemudian Allah SWT mengembalikannya lagi sebagaimana
semula. Lalu dipukul lagi dengan pukulan lain. Si Mayit menjerit dan berteriak dengan
jeritan dan teriakan yang bisa didengar oleh semua makluk kecuali as-tsaqalain. Al-Bara’
bin ‘Azib berkata, ‘Lalu dibukakanlah bagi Si Mayit itu sebuah pintu dari api dan ranjang
yang terbuat dari api neraka.’” (HR Ahmad, Nomor 578)

Makna dari as-tsaqalain di dalam hadis riwayat Imam Ahmad ini juga menunjuk makna yang
sama dengan hadis yang termaktub dalam Kitab Tafsir karya Yahya bin Abdus Salam di atas,
yaitu bermakna jin dan manusia.

Pemakaian lafal al-ins dalam Al Qur’an tampaknya lebih menunjuk pada makna jenis dan
manusia sebagai nomina kolektif, yaitu makhluk yang suka berkelompok, sehingga condong
tidak liar atau tidak biadab.

Makna ini seolah bertolak belakang dengan al-jin yang bersifat metafisik dan identik dengan
liar atau bebas. Dengan kata lain, ketika lafal al-ins digunakan dalam Al Qur’an, maka seolah
di sana tergambar sebuah peradaban yang dibangun oleh manusia dengan akal dan budinya.
Lafal al-ins juga seolah menunjuk pengertian, bahwa manusia adalah makhluk berbudaya. 

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyebutan manusia di dalam Alquran memiliki variasi yang tersebar di seluruh surahnya dengan
makna tertentu sesuai penyebutannya.

Secara garis besar, manusia didefinisikan sebagai makhluk Allah yang memiliki unsur fisik dan psikis,
yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Ketika salah satu unsur terabaikan, maka manusia bukanlah disebut sebagai manusia seutuhnya.

Dengan perpaduan tersebut, manusia dapat melakukan berbagai jenis aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, sehingga manusia tidak menyimpang dari syariat yang
telah ditetapkan Allah dalam kekhalifahannya di muka bumi.

17
DAFTAR PUSTAKA

 https://tafsiralquran.id/mengenal-tiga-istilah-manusia-dalam-alquran-nas-insan-dan-
basyar/
 https://www.jurnalpai.com/2018/02/beberapa-sebutan-manusia-di-dalam.html
 Basyit, Abdul. 2017. Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Islam. Tangerang: Jurnal Rausyan Fikr UMT. Vol. 13. No. 1.
 Nuryamin. 2017. Kedudukan Manusia di Dunia, Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.
Makassar: Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 10. No. 1.
 Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
 https://ibtimes.id/manusia-dalam-alquran-al-insan-al-basyar-dan-an-nas-apa-bedanya/
 https://griyaalquran.id/kata-manusia-dan-jin-dalam-al-quran-selalu-berdampingan-
mengapa/

18
19
https://www.jurnalpai.com/2018/02/beberapa-sebutan-manusia-di-dalam.html

20

Anda mungkin juga menyukai