Anda di halaman 1dari 24

ERGONOMY

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Organisasi

OLEH :

Moh. Mahfudz Syaifulloh (04020420036)

Maulidiyah Ayu Puspita (04020420032)

DOSEN PENGAMPU :

Moh. Ilham, M.M.

KELAS D1

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak terlupakan juga Shalawat
serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, serta para
keluarga, sahabat, dan umatnya.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Organisasi yang diampu oleh Bapak
Moh. Ilham M.M.. Dengan selesainya makalah ini, kami menyampaikan
banyak ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan, meskipun itu
diupayakan untuk dikerjakan secara sempurna. Untuk itu, saran dan kritik
demi perbaikan makalah ini diharapkan dengan sangat. Semoga makalah ini
dapat memberikan energi positif dan kemanfaatan bagi mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Amin.

Surabaya, 19 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................................7
A. Pengertian Ergonomi...........................................................................................................7
B. Prinsip Ergonomi.................................................................................................................9
C. Tujuan Ergonomi...............................................................................................................12
D. Komponen Ergonomi.........................................................................................................13
E. Psikologi Kondisi Kerja.....................................................................................................15
F. Sistem Mesin-mesin Manusia............................................................................................18
G. Penyajian Informasi.......................................................................................................20
H. Fungsi-fungsi Kendali Sebuah Organisasi....................................................................23
BAB III............................................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut International Ergonomics Association (IEA), Ergonomi dan faktor
manusia merupakan disiplin keilmuan yang memberi perhatian pada pemahaman
tentang interaksi antara manusia dengan elemen lain dari suatu sistem. Para
profesional di bidang ergonomi ini mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode
guna membuat rancangan untuk mengoptimasi kesejahteraan manusia dan kinerja
sistem secara keseluruhan. Praktisi ergonomi berkontribusi merancang dan
mengevaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan, dan sistem dalam rangka
menyelaraskannya dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan dari manusia.
Pengkajian mengenai latar belakang, tren, dan tantangan ergonomi di suatu
kawasan tertentu pernah dilakukan di Amerika Latin, dengan memberikan deskripsi
singkat sejarah perkembangan ergonomi di berbagai negara, seperti: Argentina,
Brasil, Cili, Kolombia, Meksiko, dan Peru, serta bagaimana pengajaran ergonomi,
organisasi profesi ergonomi, area peminatan, dan contoh praktis penerapan
ergonomi di masing-masing negara tersebut. Pendekatan seperti ini juga dilakukan
pada negara-negara berkembang di asia tenggara. Riset ergonomi yang berhubungan
dengan aktivitas penggunaan peralatan kerja, operasi stasiun kerja, teknik
penanganan material, dan lingkungan fisik dikatakan memiliki peran vital pada
industri di negara berkembang. Terdapat kemiripan problematika di negara-negara
berkembang tersebut, antara lain ketidak-tepatan transfer teknologi, pendidikan dan
pelatihan ergonomi yang tidak menyeluruh, dan kondisi kerja yang buruk.
Telaah literatur akademik juga pernah dilakukan terhadap aspek keandalan
manusia dalam perspektif ergonomi. Pendekatan dilakukan dengan teknik
bibliometrik, analisis konten, dan analisis jaringan sosial, pada 304 artikel sampel
yang terjadi dari tahun 1963 hingga tahun 2011. Artikel ditabulasi menurut tahun
publikasi, jumlah publikasi per-jurnal, area utama peminatan, dan hubungan antara
artikel dengan metode riset. Analisis jaringan dilakukan dengan penelusuran kata
kunci dan sitasi. Survei sistematik terhadap publikasi riset dalam bidang ergonomi
juga dilakukan terkait dengan pembangunan berkelanjutan sepanjang dua dekade
(1992-2011), guna mengidentifikasi tren riset dan area konvergen ergonomi dalam
pembangunan berkelanjutan. Metode dan teknik, karakteristik manusia, desain kerja
dan organisasi, kesehatan dan keselamatan kerja, serta tempat kerja dan desain
peralatan menjadi lima area riset ergonomi terpopuler. Disebutkan pula bahwa
ergonomi dapat berkontribusi dalam kategori desain produk dan industri, arsitektur,
kesehatan dan keselamatan kerja, dan interaksi manusia-mesin, terutama untuk isu-
isu pengurangan energi di dalam ruang lingkup pembangunan berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ergonomi?
2. Apa prinsip Ergonomi ?
3. Apa tujuan Ergonomi ?
4. Apa komponen Ergonomi ?
5. Apa yang dimaksud Psikologi Kondisi Kerja ?
6. Apa yang dimaksud Sistem-sistem mesin manusia ?
7. Apa yang dimaksud Penyajian Informasi ?
8. Apa saja Fungsi-fungsi Kendali Sebuah Organisasi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi Ergonomi.
2. Untuk mengetahui prinsip Ergonomi.
3. Untuk mengetahui tujuan Ergonomi.
4. Untuk mengetahui komponen Ergonomi.
5. Untuk mengetahui definisi Psikologi Kondisi Kerja.
6. Untuk mengetahui definisi Sistem-sistem mesin manusia.
7. Untuk mengetahui definisi Penyajian Informasi.
8. Untuk mengetahui Fungsi-fungsi Kendali Sebuah Organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergos (kerja) dan nomos (aturan/hukum
alam), sehingga dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan.1
Ergonomi merupakan kajian interaksi antara manusia dengan mesin serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kinerja system secara keseluruhan.2
Banyak sekali definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar
dibidangnya, antara lain:
 Ergonomi adalah ilmu atau pendekatan multidisipliner yang mempunyai
tujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga dapat
tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan
efisien.
 Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan, menyelaraskan atau menyeimbangkan antara segala
fasilitas yang digunakan, baik itu dalam beraktifitas maupun istirahat
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun
mental, sehingga kualitas kehidupan secara keseluruhan menjadi lebih
baik.
 Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk
meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja.

1
Eko Nurmianto, “Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Guna Widya” (Surabaya, 1996).
2
Kristian S. Gould et al., “Effects of Navigation Method on Workload and Performance in Simulated High-
Speed Ship Navigation,” Applied Ergonomics 40, no. 1 (2009): 103–14.
 Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang, ataupun
sebaliknya, dengan tujuan mencapai produktifitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin.
 Ergonomi adalah praktek dalam hal mendesain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja, dengan tujuan untuk
mencegah cidera pada pekerja.

Menurut berbagai pengertian di atas, maka dapat diintepretasikan bahwa


pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan
kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Maka dari itu, dalam
usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan, dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia yang terlibat dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya


dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia ketika bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia dengan maksud untuk
menurunkan stres yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa: menyesuaikan
ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan situasi dan kebutuhan tubuh
manusia.

B. Prinsip Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari keserasian dalam suatu sistem
pekerjaan (worksystem), yang terdiri dari manusia, mesin dan lingkungan kerja. 3
Pada penerapannya, jika pekerjaan menjadi aman bagi pekerja atau manusia dan

3
Paul T. McCabe, Contemporary Ergonomics 2003 (CRC Press, 2002).
efisiensi kerja meningkat, maka tercapai kesejahteraan manusia. Keberhasilan
aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari adanya perbaikan produktivitas, efisiensi,
keselamatan dan diterimanya sistem desain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan
sebagainya).4
Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi
yang kompleks, yang berlaku dalam industri sektor informal. Dengan mengetahui
prinsip ergonomi tersebut, maka dapat ditentukan pekerjaan apa yang layak
digunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas.
Adapun penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua macam
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah
berlangsung atau sedang berlangsung. Kegiatan dari pendekatan ini
berupa intervensi, modifikasi atau perbaikan dari proses yang telah
berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan
kerja, yang dalam pelaksanaannya terkait dengan tenaga kerja dan proses
kerja yang sedang berlangsung.
2. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini lebih dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan
sangat efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika
terkait dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi,
prinsip-prinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersamaan
dengan kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan teknologi
tepat guna.

4
Stephen Pheasant and Christine M. Haslegrave, Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of
Work (CRC press, 2018).
Pengaplikasian ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan
masalah. Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi masalah. Kedua, menentukan prioritas
masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dulu. Kemudian
dilakukan analisis untuk menentukan alternatif intervensi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi (Anies,


2005)5:

 Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin,


sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
 Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh
dan anggota tubuh, sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
 Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
 Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapan yang dipergunakan, diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang
menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya
gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
 Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah
meningkat 10-20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot
yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak

Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip


ergonomic, yaitu:

a) Bekerja dalam posisi atau postur normal


5
Astrina Lumbantoruan, “The Importance of Implementing an Ergonomic Office in a Company Pentingnya
Penerapan Kantor Ergonomis Dalam Suatu Perusahaan,” n.d.
b) Mengurangi beban berlebihan
c) Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
d) Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
e) Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
f) Meminimalisasi gerakan statis
g) Meminimalisasi titik beban
h) Mencakup jarak ruang
i) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
j) Melakukan gerakan, olahraga, peregangan saat bekerja
k) Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
l) Mengurangi stres

C. Tujuan Ergonomi
Tujuan utama ergonomi adalah untuk mempelajari batasan-batasan pada
tubuh manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan kerjanya, baik itu secara
jasmani maupun psikologis. Selain itu, juga untuk mengurangi datangnya kelelahan
yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak dipakai oleh
penggunanya. 6
Menurut Tarwaka (2004, h7), secara umum tujuan dari penerapan ergonomi
adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

6
Keselamatan Tarwaka, “Kesehatan Kerja Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja” (Harapan
Press, Surakarta, 2014).
2. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis,
ekonomis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
3. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah produktif.

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau


pekerjaan, meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan
dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip
ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja.

D. Komponen Ergonomi
Komponen yang terdapat dalam ergonomi menghubungkan antara satu
dengan yang lain, jadi antara beberapa komponen pasti memiliki hubungan satu
sama lain. Berikut komponen-komponen ergonomi tersebut:
 Manusia kepada mesin
 Interaksi:
Tindakan pengendalian dasar yang dilakukan manusia dalam
penggunaan mesin. Pengaplikasiannya berupa penggunaan kekuatan
yang besar, penanganan material, perawatan dan lain sebagainya.
 Evaluasi:
Anatomi (postur tubuh, pergerakan, besaran kekuatan, durasi dan
frekuensi pergerakan, kelelahan otot), fisiologi (work rate (konsumsi
oksokan dan detak jantung), kebugaran dan kelelahan fisiologi),
psikososial (persyaratan kemampuan, beban mental, proses informasi
yang pararel atau berkelanjutan).
 Manusia kepada lingkungan
 Interaksi:
Efek manusia terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan
karbondioksida, kebisingan, panas dan sebagainya.
 Evaluasi:
Fisik (pengukuran obyektif dari lingkungan kerja. Implikasinya berupa
pemenuhan standar yang berlaku).
 Mesin kepada manusia
 Interaksi:
Umpan balik dan display informasi. Mesin dapat memberikan efek
tekanan terhadap manusia berupa getaran, percepatan dan lain
sebagainya. Permukaan mesin yang panas atau dingin dapat mengancam
kesehatan manusia.
 Evaluasi:
Anatomi (desain dari kendali dan alat fisik; pengukuran obyektif dari
getaran, reaksi kekuatan dari tenaga mesin, kebisingan dan temperatur
permuakaan lingkungan kerja), fisiologi (aplikasi dari prinsip
pengelompokan desain dari faceplates, panel dan display grafik).
 Mesin kepada lingkungan
 Interaksi:
Mesin dapat mengubah lingkungan kerja dengan mengeluarkan
kebisingan, panas dan buangan gas.
 Evaluasi:
Umumnya ditangani oleh teknisi lapangan dan industrial hygienist.
 Lingkungan kepada manusia
 Interaksi:
Lingkungan juga dapat mempengaruhi kemampuan manusia dalam
berinteraksi dengan mesin atau sistem kerja (dikarenakan oleh asap,
kebisingan, panas dan lain sebagainya).
 Evaluasi:
Fisik-fisiologi (kebisingan, pencahayaan dan temperatur).
 Lingkungan kepada mesin
 Interaksi:
Lingkungan dapat mempengaruhi fungsi dari mesin dengan
menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen mesin.
 Evaluasi:
Ditangani oleh teknisi lapangan, personil perawatan, fasilitator
manajemen dan lain sebagainya.

E. Psikologi Kondisi Kerja


Kondisi kerja yang telah berubah berdampak pada faktor risiko psikososial
yang meningkat. Maka dengan hal itulah, kinerja karyawan akan semakin rendah.
Psikologis tuntutan pekerjaan adalah salah satu risiko psikososial utama dalam
pekerjaan dan mengacu pada aspek pekerjaan yang akan membutuhkan usaha
mental atau emosional. Meskipun tidak selalu negatif, tuntutan pekerjaan psikologis
dapat memicu reaksi ketegangan dan stres ketika mereka membutuhkan terlalu
banyak usaha. Jika berkelanjutan, psikologis tuntutan pekerjaan dapat
mengakibatkan sakit (Niedhammer, Chastang, Sultan-Taieb, Vermeylen, & Parent-
Thirion, 2012). Kondisi kerja yang bising dapat mengakibatkan gangguan
konsentrasi pada pekerja sehingga pekerja akan cenderung berbuat kesalahan dan
akhirnya menurunkan produktifitas kerja (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan kerja
yang bising menurut Burrows (dalam Munandar, 1995) dapat menghambat dalam
penyelesaian tugas atau pekerjaan karyawan. Bising dalam lingkungan membuat
seseorang mudah marah, gelisah, tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat orang
menjadi tuna rungu. Bekerja di ruangan bersuhu tinggi dapat mengakibatkan
kelelahan, kram, atau gatal karena suhu panas. Selain itu menyebabkan ketidak
nyamanan dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius jika tidak
dilakukan langkah-langkah perlindungan. Suhu panas dapat menumbulkan efek
berkeringat, mengantuk, malas, dan perasaan subjektif dari ketidaknyamanan (Pulat,
1992).
Nitisemito A. dalam (Handayani, 2016) berpendapat bahwa “lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugastugas yang diembankan.” Hal
serupa juga diungkapkan Mangkunegara dalam (Subariyanti, 2017) “lingkungan
kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas. Menurut
Munandar (2014), “lingkungan kerja dianggap sesuatu yang terberikan, tidak
berubah, yang menurut berbagai persyaratan tertentu dari tenaga kerja”. Lingkungan
kerja juga diistilahkan dengan psikologi kerekayasaan dimana Chapanis dalam
Munandar (2014) berpendapat “psikologi kerekayasaan terutama memperhatikan
penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya
dengan mesin-mesin, peralatan dan lingkungan kerja”. Dapat disimpulkan bahwa
bahwa lingkungan kerja adalah suatu kondisi dimana para karyawan bekerja dalam
suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi karyawan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga lingkungan kerja dapat
dikatakan baik apabila karyawan dapat bekerja dengan optimal, tenang dan
produktifitas tinggi.
Jenis-Jenis lingkungan kerja Sedarmayanti dalam (Handayani, 2016)
menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2,
yaitu: Lingkungan kerja fisik (physical working environtment) dan Lingkungan
kerja non fisik (non physical working environtment). Lingkungan kerja fisik adalah
semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi
yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja sama, ataupun hubungan dengan bawahan. Sihombing
dalam (Pima Rahmawanti Bambang Swasto Arik Prasetya, Kunci, Kerja Fisik,
Kerja Non Fisik, & Karyawan, 2014) menyatakan “lingkungan kerja fisik adalah
salah satu unsur yang digunakan perusahaan sehingga dapat menimbulkan rasa
aman, tentram dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk peningkatan
kinerja karyawan”. Kondisi yang diciptakan perusahaan terkait dengan lingkungan
kerja non fisik meliputi suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik antara atasan
dengan bawahan dan pengendalian diri. Menurut Nitisemito dalam (Pima
Rahmawanti Bambang Swasto Arik Prasetya et al., 2014) menerangkan
“lingkungan kerja non fisik juga mencerminkan kondisi yang mendukung kerjasama
antara tingkat atasan dengan bawahan maupun sesama rekan kerja yang memiliki
status jabatan sama diperusahaan.”
Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Sedarmayanti dalam (Handayani, 2016)
menyatakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik
diantaranya:
1. Penerangan/cahaya
2. Temperatur/suhu udara
3. Kelembapan
4. Sirkulasi udara
5. Kebisingan
6. Bau tidak sedap
7. Tata warna
8. Dekorasi
9. Musik
10. Keamanan
Adapun faktor lingkungan kerja non fisik menurut Sedarmayanti dalam
Wulan (2011:21) diantaranya:
1. Struktur kerja
2. Tanggung jawab kerja
3. Perhatian dan dukungan pimpinan
4. Kerja sama antar kelompok
5. Kelancaran komunikasi

F. Sistem Mesin-mesin Manusia


Sistem manusia mesin adalah kombinasi antara salah satu atau beberapa
manusia dengan satu atau beberapa mesin, dimana mesin dengan yang lainnya
berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan
yang diperoleh. Perancangan sistem yang melibatkan manusia dan mesin-mesin
secara tradisional masih memfokuskan perancangan pada hardwarenya saja atau
mesin-mesinnya, tanpa mempertimbangkan unsur manusia sebagai pihak yang aktif
dengan fungsi objek yang dibuatnya sebagai pihak yang pasif. Dalam hubungannya
untuk merancang sistem manusia-mesin ini, maka sangat penting untuk mempelajari
manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia mesin, dan diharapkan bisa
meletakkan fungsi manusia dengan segala keterbatasannya. Dalam sistem manusia-
mesin terdapat dua interface penting di mana ergonomi memegang peranan penting
di dalam hubungannya. Interface pertama adalah display yang dapat
menghubungkan kondisi mesin pada manusia, kemudian interface kedua adalah
kontrol yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan informasi balik
yang diperoleh dari display tadi. Jadi, antara display dan kontrol harus terdapat
interaksi yang saling menyesuaikan. Untuk mendesain interface tersebut, mula-mula
kita harus memahami beberapa karakteristik penting dari panca indra manusia, yaitu
penglihatan dan pendengaran, yang mempengaruhi pemahaman tentang display dan
simbol-simbol (sinyal-sinyal) yang dapat didengar. Faktor lain yang perlu
diperhatikan dalam usaha untuk mendapatkan perancangan tempat kerja yang
optimum adalah lingkungan kerja. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang optimal apabila ditunjang oleh suatu
kondisi lingkungan yang baik.

Sistem adalah sebuah siklus tertutup (closed system) di mana manusia


memegang posisi kunci karena keputusan terletak padanva. Jalur informasi dan
hubungan secara langsung pada prinsipnya mengikuti (yang diperintahkan). Sebagai
contoh, display perekam memberi informasi tentang rencana-rencana produksi.
Operator menerima informasi ini secara visual, serta harus mengerti dan memahami
dengan benar interpretasi terhadap display yang ada. Pada kekuatan interpretasi dan
daya ingat operator membuat sebuah keputusan. Langkah selanjutnya adalah
mengkomunikasikan keputusan ini kepada mesin dengan menggunakan kontrol.
Instrumen kontrol selanjutnya memberikan gambaran (display) mengenai hasil dari
tindakan yang telah dilakuikan oleh operator dan selanjutnya sistem kerja mesin
akan memberikan proses kegiatan sesuai dengan program yang diberikan oleh
operator. Demikian seterusnya siklus ini akan berulang. Dalam kaitannya dengan
sistem manusia mesin maka dikenal tiga macam hubungan yaitu (Wignjosoebroto,
1995) :

1. Sistem Manusia-Mesin Hubungan Manual (Manual Man Machine System)


Dalam sistem ini input akan langsung ditransfonnasikan oleh manusia menjadi
output. Di sini manusia masih memegang kendali secara penuh di dalam
melaksanakan aktivitasnya.

2. Sistem Manusia-Mesin Semi Otomatik (Semi-Automatic Man-Machine


System) Tidak seperti halnya pada manual sistem, pada sistem ini akan ada
mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum
masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari
sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melewati suam
mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses.

3. Sistem Manusia-Mesin Hubungan Otomatis (Automatic Man-Machine


System) Pada sistem yang berlangsung secara otomatis, maka di sini mesin akan
melaksanakan fungsi dua sekahgus yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing)
dan pengendali aktivitas seperti umumnya yang dijumpai dalam prosedur kerja yang
nonnai. Fungsi operator di sini hanyalah memomtor dan menjaga supaya mesin
tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program-
program bam apabila diperlukan.

G. Penyajian Informasi
Manusia memiliki banyak alat indra, meskipun demikian alat indra yang
paling banyak digunakan selama manusia sebagai tenaga kerja bekerja adalah alat
indria penglihatan dan pendengaran. Dalam merancang konstruksi mesin, yang
pengaruhnya besar terhadap effisiensi kerja adalah keputusan yang harus diambil
tentang peraga apa yang akan digunakan sebagai saluran komunikasi antara mesin –
manusia, serta bagaimana bentuk peraga tersebut. Penetapan terhadap saluran
komunikasi antara mesin – manusia tergantung pada :

(a). Jenis informasi yang harus dialihkan.

(b). Cara penggunaan informasi.

(c). Lokasi dari tenaga kerja.

(d). Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi.

(e). Sifat dari alat indra manusia itu sendiri.


Hapanis : 1976 mengemukakan bahwa pada umumnya alat komunikasi
visual sesuai untuk digunakan jika :

1. Pesan yang harus disampaikan adalah pesan yang majemuk atau abstrak,
atau mengandung istilah teknikal maupun ilmiah.

2. Pesan yang harus disampaikan adalah panjang.

3. Pesan di waktu yang akan datang perlu diacu (digunakan lagi).

4. Pesan berkaitan dengan orientasi ruang atau lokasi dari titik yang ada
dalam ruang.

5. Kondisi suatu sistem harus dibandingkan dengan sesuatu garis dasar atau
kondisi operasi normal.

6. Tidak adanya keadaan yang mendesak dalam penyampaian pesan.

7. Saluran audio yang ada telah terlalu besar bebannya.

8. Lingkungan audio tidak sesuai untuk menyampaikan pesan secara auditif.

9. Pekerjaan operator memungkinkannya untuk tetap berada disatu tempat.

10. Keluaran mesin/sistem terdiri dari berbagai macam informasi.

Sedangkan untuk alat komunikasi auditif yang tepat unuk digunakan ,


menurut Chapanis adalah jika :

1. Pesan sederhana.

2. Pesan yang disampaikan pendek.

3. Kecepatan penyampaian merupakan faktor terpenting.


4. Pesan tidak perlu diacu lagi dikemudian hari.

5. Pesan berkeitan dengan waktu kejadian atau waktu tertentu.

6. Saluran komunikasi visual sedang terlalu besar bebannya.

7. Lingkungan tidak sesuai bagi penerimaan pesan secara visual

8. Operator harus banyak bergerak.

9. Ada kemungkinan bahwa operator dapat terkena anoxia.

10. Diperlukan unuk mendeteksi permasalahan dalam situasi yang bising


(membedakan diantara suara yang ada).

Sistem komunikasi oral/auditory dapat dikelompokkan kedalam dua


kelompok besar yaitu :

(a) Sistem tanda nada


Sistem ini umumnya digunakan bila :
(1) pesannya sederhana,
(2) penerima/pendengar terlatih dalam memahami arti tanda sandi,
(3) pesan memerlukan tindakan segera,
(4) tanda bicara terlalu membebani pendengar,
(5) kondisi lingkungan tidak sesuai untuk menerima tanda bicara,
(6) Kerahasiaan penting ,
(7) saluran komunikasi berbicara terlalu besar bebannya,
(8) Berbicara akan mengganggu pendengar lain yang tidak memerlukan
pesannya.
(b) Sistem komunikasi berbicara, umumnya digunakan jika :
(1) kelenturan dalam komunikasi diperlukan,
(2) perlu untuk mengenali sumber dari pesan,
(3) Pendengar tidak terlatih dalam memahami tanda sandi,
(4) pertukaran informasi dua arah yang cepat merupakan keharusan,
(5) pesan terkait pada masa yang akan datang dan persiapan tertentu.

H. Fungsi-fungsi Kendali Sebuah Organisasi


Penggunaan alat operasi atau alat kendali pada rancangan dan konstruksi
mesin merupakan hal yang penting dalam sistem mesin – manusia. Dalam
kebanyakan sistem mesin – manusia, manusia sebagai operator menerima informasi
melalui beberapa alat indranya, mengolah informasi tersebut dengan berbagai
macam cara, untuk kemudian mengambil suatu tindakan, yang biasanya dilakukan
melalui suatu alat kendali. Hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa
rancangan alat kendali mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan
kecermatan tenaga kerja dalam bertindak mengoperasikan mesin. Dalam merancang
alat kendali yang tepat perlu diperhatikan bebrapa hal, antara lain :

(1). Mencocokkan alat kendali dengan anggota tubuh, jangan sampai ada
satu anggota tubuh yang bebannya terlalu besar.

(2). Mencocokkan alat kendali dengan gerakan.

(3). Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya.

(4). Memperhatikan population stereotypes, pemahaman manusia tentang


arah gerak sesuai dengan kebiasaan yang dialami.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan,
dan kapabilitas manusia. Maka dari itu, dalam usaha untuk mencegah cidera,
meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan, dibutuhkan penyerasian
antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia dengan maksud untuk
menurunkan stres yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa: menyesuaikan
ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan situasi dan kebutuhan tubuh
manusia. lingkungan kerja adalah suatu kondisi dimana para karyawan bekerja
dalam suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi
karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga lingkungan kerja
dapat dikatakan baik apabila karyawan dapat bekerja dengan optimal, tenang dan
produktifitas tinggi.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, meskipun
dalam penyelesaiannya sudah diupayakan secara optimal. Kedepannya kami akan
lebih baik lagi dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber-sumber
yang lebih luas dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Gould, Kristian S., Bjarte K. Røed, Evelyn-Rose Saus, Vilhelm F. Koefoed, Robert S.
Bridger, and Bente E. Moen. “Effects of Navigation Method on Workload and
Performance in Simulated High-Speed Ship Navigation.” Applied Ergonomics 40,
no. 1 (2009): 103–14.
Lumbantoruan, Astrina. “The Importance of Implementing an Ergonomic Office in a
Company Pentingnya Penerapan Kantor Ergonomis Dalam Suatu Perusahaan,” n.d.
McCabe, Paul T. Contemporary Ergonomics 2003. CRC Press, 2002.
Nurmianto, Eko. “Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Guna Widya.” Surabaya,
1996.
Pheasant, Stephen, and Christine M. Haslegrave. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics
and the Design of Work. CRC press, 2018.
Tarwaka, Keselamatan. “Kesehatan Kerja Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat
Kerja.” Harapan Press, Surakarta, 2014.

Anda mungkin juga menyukai