Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIKUM ERGONOMI 2021

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I

ERWITA ELIYANTI (12050226981)


AIDIL RIZALDI (12050211670)
MUHAMMAD AFRIANDI (12050213531)
UMAR WIRANTO (12050211696)
ADRIAN SURYANDER (12050216919)

ASISTEN PEMBIMBING

MISBAHUL WADHIAH

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan),
secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Banyak
definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara
lain: Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan
mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien. Ergonomi adalah ilmu,
seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik Ergonomi adalah ilmu tentang
manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan
tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggitingginya melalui
pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya Ergonomi adalah praktek dalam
mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja
dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. Dari berbagai pengertian di
atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep
ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan BAB I. Dasar Dasar
Pengetahuan Ergonomi 2 kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam
usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut. Ergonomi yaitu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan
bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the JOB to the worker”, sementara itu
ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya.

nstitute of Industrial & Sytems Engineers(IISE) mendefinisikan teknik


industri sebagai keilmuan bidang rekayasa yang fokus dengan desain, perbaikan,
dan instalasi atas suatu sistem terintegrasi yang terdiri dari manusia, material,
informasi, peralatan, dan energi, yang mengacu pada pengetahuan khusus dan
kemampuan dalam matematika, fisika, dan ilmu sosial bersama dengan prinsip
dan metode analisis dan desain rekayasa untuk menentukan, memprediksi, dan
mengevaluasi hasil yang didapatkan dari suatu sistem tersebut. Dari definisi
tersebut, teknik industri sangat terkait dengan disiplin ilmu lainnya, diantaranya
yaitu: ergonomi, riset operasi, ilmu komputer dan informasi, kualitas dan
keandalan, teori kendali, teknik manufaktur, manajemen ilmiah, psikologi,
sosiologi, ekonomi, manajemen, produktivitas, dan ilmu perilaku. IISE juga
menjabarkan 12 area pengetahuan teknik industri, yaitu: desain dan pengukuran
kerja, riset operasi dan analisis, analisis ekonomi teknik, rekayasa fasilitas dan
manajemen energi, rekayasa kualitas dan keandalan, ergonomi dan faktor
manusia, teknik dan manajemen operasi, manajemen rantai pasok, manajemen
teknik, keselamatan, teknik informasi, dan topik-topik yang berhubungan seperti:
desain dan pengembangan produk, serta desain dan rekayasa sistem. Ergonomi
dan faktor manusia menurut International Ergonomics Association (IEA)
merupakan disiplin keilmuan yang memberi perhatian pada pemahaman tentang
interaksi antara manusia dan elemen lain dari suatu sistem. Para profesional di
bidang ergonomi mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk membuat
rancangan guna mengoptimasi kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara
keseluruhan. Praktisi ergonomi berkontribusi merancang dan mengevaluasi tugas,
pekerjaan, produk, lingkungan, dan sistem dalam rangka menyelaraskannya
dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. Gambar 1
menjelaskan bagian-bagian dimensi umum disiplin ergonomi. Disiplin ergonomi
ini dibagi dalam tiga domain spesialisasi ergonomi, seperti yang dijabarkan dalam
tabel 1. Ide mengenai revolusi dan perubahan paradigma mengenai ergonomi
diperkenalkan oleh pada tabel 2 dengan membaginya ke dalam 4 generasi. Tiap
generasi ergonomi tersebut berdampingan dan memberi kepentingan bersama
terhadap efektivitas manusia. Perbedaannya terletak pada perubahan peran
fundamental manusia sebagai sebuah variabel di dalam integrasi sistem-manusia
pada Generasi 3 dan 4 terhadap Generasi 1 dan 2. Pada Generasi 3 dan 4,
kapabilitas fisik dan kognitif manusia memungkinkan untuk ditingkatkan di luar
batas normal sehingga mengubah batasan tradisional atas kemampuan adaptasi
manusia dalam desain sistem yang kompleks. Tren Riset Ergonomi Telaah
mengenai latar belakang, tren, dan tantangan ergonomi di suatu kawasan tertentu
pernah dilakukan di Amerika Latin, dengan memberikan deskripsi singkat sejarah
perkembangan ergonomi di Argentina, Brasil, Cili, Kolombia, Meksiko, dan Peru,
serta bagaimana pengajaran ergonomi, organisasi profesi ergonomi, area
peminatan, dan contoh praktis penerapan ergonomi di masing-masing negara
tersebut. Pendekatan semacam ini juga dilakukan pada negara-negara berkembang
di asia tenggara. Riset ergonomi yang berhubungan dengan aktivitas penggunaan
peralatan kerja, operasi stasiun kerja, teknik penanganan material, dan lingkungan
fisik dikatakan memiliki peran vital pada industri di negara berkembang. Terdapat
kemiripan problematika di negara-negara berkembang tersebut, antara lain
ketidaktepatan transfer teknologi, pendidikan dan pelatihan ergonomi yang tidak
menyeluruh, dan kondisi kerja yang buruk. Prosiding SENDI_U 2018 ISBN: 978-
979-3649-99-3 38 Telaah literatur akademik pernah dilakukan terhadap aspek
keandalan manusia dalam perspektif ergonomi. Pendekatan dilakukan dengan
teknik bibliometrik, analisis konten, dan analisis jaringan sosial, pada 304 artikel
sampel dari tahun 1963 hingga tahun 2011. Artikel ditabulasi menurut tahun
publikasi, jumlah publikasi per jurnal, area utama peminatan, dan hubungan antara
artikel dengan metode riset. Analisis jaringan dilakukan dengan penelusuran kata
kunci dan sitasi. Survei sistematik terhadap publikasi riset dalam bidang ergonomi
juga dilakukan terkait dengan pembangunan berkelanjutan sepanjang dua dekade
(1992-2011), guna mengidentifikasi tren riset dan area konvergen ergonomi dalam
pembangunan berkelanjutan. Metode dan teknik, karakteristik manusia, desain
kerja dan organisasi, kesehatan dan keselamatan kerja, serta tempat kerja dan
desain peralatan menjadi lima area riset ergonomi terpopuler. Disebutkan pula
bahwa ergonomi dapat berkontribusi dalam kategori desain produk dan industri,
arsitektur, kesehatan dan keselamatan kerja, dan interaksi manusiamesin, terutama
untuk isu-isu pengurangan energi di dalam ruang lingkup pembangunan
berkelanjutan. Adanya jurang pemisah antara riset dan terapan yang menjadi
penghalang praktek efektif dalam ergonomi, disoroti dengan melakukan
pemeriksaan tren publikasi jurnal yang berkaitan dengan gap antara riset dan
penerapannya. Periode pemeriksaan dilakukan pada rentang tahun 1960-2010
terhadap tiga jurnal ergonomi pilihan. Hasilnya menunjukkan bukti adanya
pertumbuhan riset terapan melalui peningkatan kolaborasi riset antara peneliti dan
industri, bertambahnya kelompokkelompok riset, serta makin banyaknya riset
empiris terutama yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan terapan.
Dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) tahun 2015-2045, Indonesia
berkeinginan untuk memiliki daya saing dan daulat berbasis riset. Guna
mengetahui sejauh mana tren riset pada topik tertentu, perlu dilakukan analisis
bibliometrik mengenai topik riset tersebut pada berbagai publikasi ilmiah yang
ada. Pemetaan publikasi riset ergonomi melalui analisis bibliometrik dilakukan
agar dapat diketahui apa yang menjadi tren ergonomi terkini. Atas dasar hal
tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberi gambaran bagaimana
perkembangan tren riset ergonomi di Indonesia ditinjau dari perspektif teknik
industri selama satu dekade terakhir (2008-2017).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ergonomi ini adalah bagaimana
perbaikan sistem kerja dengan alat trolley makanan.

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktikum Ergonomi, Antara lain sebagai
berikut:

1. Mengetahui apa itu Ergonomi

2. Mengetahui apa itu Antropometri

3. Mengetahui apa itu Biomekanika

4. Mengetahui apa itu Reba

5. Mengetahui apa itu Green Ergonomi

6. Apa itu Lingkungan kerja

7. Apa itu Display


1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari pelaksanaan Praktikum Ergonomi, Yaitu sebagai
berikut:

1. Dapat mengetahui data antropometri apa saja yang akan dibutuhkan


dalam perbaikan sistem kerja dan perancangan alat bantu.

2. Dapat mengetahui penilaian ukuran/postur tubuh dengan


menggunakan metode reba.

3. Dapat mengetahui hasil pada lingkungan kerja.

4. Dapat mengetahui Display.

1.5 Batasan Masalah


Adapun Batasan Masalah laporan Praktikum Ergonomi, Yaitu sebagai
berikut:

1. Produk yang dirancang adalah Trolley makanan.

2. Menggunakan data antropometri pada pria dan wanita.

3. Software yang digunakan dalam pengujian kenormalan data


software flowchart dan spss for windows.

4. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 respondens.

5. Menggunakan metode reba.

1.6 Sistematika Laporan

Adapun Sistematika Laporan Praktikum Ergonomi, yaitu sebagai

Berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab 1, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, batas masalah, dan sistematika laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab 2, menjelaskan teori-teori serta konsep yang akan


dibahas mengenai ergonomic, antropometri, uji kenormalan, uji
kecukupan, persentil, dan produk.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab 3, menjelaskan Langkah-langkah yang digunakan dalam
proses praktikum.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pada bab 4, menjelaskan pengumpulan data dan pengolahan data,
bahan dan alat yang digunakan saat praktikum dan Langkah kerja
yang telah dikumpulkan dan disajikan oleh praktikan.

BAB V ANALISA
Pada bab 5, menjelaskan Analisa setiap proses dari pengumpulan
data, bahan dan alat dan Langkah kerja.

BAB VI PENUTUP
Pada bab 6, menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
keseluruhan laporan praktikum.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ergonomi


Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara
keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Banyak definisi
tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain: Ergonomi
adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem
manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan efisien. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi
untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik
dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan
kenyamanan di lingkungan kerja Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggitingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya Ergonomi
adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan
kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja.

2.2 Biomekanika Kerja

Biomekanika merupakan suatu bidang kajian ilmu dalam Ergonomi


yang berhubungan dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatu
pekerjaan atau aktivitas. Menurut (Mariatiningrum, 2013) yang dikutip dari
Franklin dan Nordin (1980) mendefinisikan biomekanika menggunakan
konsepfisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian
tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas sehari-hari.
Menurut (Mariatiningrum, 2013) yang dikutip dari Chaffin (1991) membuatistilah
biomekanika kerja (occupational biomechanic) yang didefinisikan sebagai berikut,
yaitu:
1. Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja dengan
peralatan,mesin dan material, sehingga pekerja dapat meningkatkan
performansinya dandi sisi lain dapat meminimalkan resiko cedera kerja
(muskuloskeletal).
2. Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan
gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada
bagian tubuh pada aktifitas sehari-hari.Hal ini mengandung pengertian bahwa
biomekanika menyangkut masalahfaal tubuh, keilmuan fisika dan perilaku
manusia.

2.2.1 REBA

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang
ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. Metode REBA telah mengikuti
karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan
mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan
fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk
mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal
ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh
dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya. REBA atau Rapid
Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc
Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of
Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment
adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan
pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi
faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja.
Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja
operator (Mc Atamney, 2000). Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur,
kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang
berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor
resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level
yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal
ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari
ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko
dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. 15 REBA dikembangkan tanpa
membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam
melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan.
Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu
pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah
pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap
kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah
penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas
pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk
postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui
level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam
sebuah pekerjaan:
1. Keseluruhan bagian badan digunakan
2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah atau tidak stabil
3. Melakukan sebuah pembebanan seperti mengangkat benda baik secara rutin
ataupun sesekali 7
4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan atau pelatihan pekerja sedang
dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.
2.2.2 RULA

Rapid Upper Limb Assesment (RULA) merupakan suatu metode penelitian


untuk menginvestigasi gangguan pada anggota bada bagian atas. Metode ini dirancang
oleh Lynn Mc. Attamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan sebuah
perhitungan tingkatan beban musculokeletal di dalam sebuah pekerjaan yang memiiki
resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan bagian atas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian postur
leher, punggung dan lengan bagian atas. Setiap pergerakan diberi skor yang telah
ditetapkan.
RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja
yang merupakan faktor resiko. Metode ini didesain untuk menilai para pekerja dan
mengetahui beban musculokeletal yang kemungkinan menimbulkan gangguan pada
anggota badan bagian atas.
Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi sebagai
faktor beban eksternal, yaitu :
1. Jumlah pergerakan,
2. Kerja otot statik,
3. Tenaga/kekuatan,
4. Penentuan postur kerja oleh peralatan,
5. Waktu kerja tanpa istirahat.
Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja
otot statis, tenaga kekuatan dan postur), RULA dikembangkan untuk (Mc Atamney
dan Corlett, 1993
1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja dengan cepat,
yang berhubungan dengan kerja yang beresiko yang menyebabkan gangguan pada
anggota badan bagian atas.
2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja,
penggunaan tenaga dan kerja yang berulangulang yang dapat menimbulkan kelelahan
otot.
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian
ergonomi yaitu epidiomologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.
Pengembangan dari RULA terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1. Mengidentifikasi postur kerja,
2. Sistem pemberian skor,
3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko
yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang melebihi detail berkaitan
dengan analisis yang didapat Ada empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA,
yaitu untuk :
a. Mengukur resiko musculokeletal, biasanya sebagai bagian dari perbaikan
yang lebih luas dari ergonomi.
b. Membandingan beban musculokeletal antara rancangan stasiun kerja yaitu
sekarang dengan yang telah dimodifikasi.
c. Mengevaluasi keluaran misalnya produktivitas atau kesesuaian penggunaan
peralatan.
d. Melatih pekerja tentang beban musculokeletal yang diakibatkan perbedaan
postur kerja.
Penilaian skor postur kerja dengan menggunakan metode Rula (Rapid Upper
Limb Assesment) untuk mempermudah penilaian postur 6 tubuh, maka tubuh dibagi
atas 2 segmen group , yaitu group A dan Group B.
 Penilaian postur grup A.
Langkah pertama pada metode RULA adalah menghitung skor postur
tubuh grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm),
pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wrist twist).
a. Lengan Atas (Upper Arm) Proses penilaian yang dilakukan terhadap
tubuh bagian lengan atas (upper arm) yaitu penilaian yang dilakukan terhadap sudut
yang dibentuk lengan atas saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh
lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh.
b. Lengan Bawah (Lower Arm) Proses penilaian yang dilakukan
terhadap tubuh bagian lengan bawah (lower arm) yaitu penilaian yang dilakukan
terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah saat melakukan aktivitas kerja. Sudut
yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi batang tubuh. Tampilan
penilaian postur lengan bawah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
c. Pergelangan Tangan (Wrist) Proses penilaian yang dilakukan
terhadap tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) yaitu penilaian yang dilakukan
terhadap sudut yang dibentuk pergelangan tangan saat melakukan aktivitas kerja.
Sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan bawah.
d. Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist) Untuk putaran
pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi skor :
1 = posisi tengah dari putaran
2 = pada atau dekat dari putaran
Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan
dan putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk
memperoleh skor sementara dan berlanju pada tahap selanjutnya.
e. Penambahan Skor Aktivitas
f. Penambahan Skor Beban
 Penilaian postur grup B.
Setelah melakukan penilaian terhadap grup A langkah selanjutnya
adalah melakukan penghitungan skor postur tubuh grup B. Postur tubuh grup B terdiri
atas leher (neck), batang tubuh (trunk) dan kaki (legs).
a. Leher (Neck) Penilaian terhadap leher (trunk), merupakan penilaian
terhadap yang dilakukan terhadap leher pada saat melakukan aktivitas kerja. Adapun
postur leher dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
b. Batang Tubuh Penilaian terhadap batang tubuh (trunk) merupakan
penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan
aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan.
c. Kaki (Legs) Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang
dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator
bekerja dengan posisi normal atau bertumpu pada satu kaki lurus.
d. Penambahan Skor Aktivitas
e. Penambahan Skor Beban
f. Untuk memperoleh skor akhir (grand score),
2.3 Antropometri
a) Menurut definisi, Antropometri menjadi satu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi manusia. Menurut Panero dan Zelnik (1979), ilmu yang
mempelajari pengukuran tubuh manusia, dirumuskan menjadi sebuah rumusan dalam
perbedaan ukuran manusia baik secara individu, kelompok serta lain sebagainya
merupakan bagian dari antropometri. Menurut Panero (1979), antropometri yang
mempengaruhi perancangan ruang berdasarkan ukuran tubuh manusia, yaitu :
1. Antropometri structural (antropometri statik), yang mencakup pengukuran
bagianbagian tubuh dan anggota badan pada posisi standar atau statik, yaitu
dilakukannya pengukuran pada bagian tubuh pada saat posisi diam atau tidak
bergerak. Contoh antropometri statik yaitu kepala, batang tubuh, tinggi badan dan
lebar bahu.
2. Antropometri fungsional (antropometri dinamik), yaitu dilakukannya pengukuran
pada manusia saat kegiatan yang melibatkan gerakan dalam suatu jenis pekerjaan.
Contoh antropometri dinamik yaitu putaran sudut tangan dan sudut putaran
pergelangan kaki.
Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan
dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
b) Antropometri pada Posisi Duduk
Dalam antropometri, kesesuaian postur tubuh yang nyaman saat posisi duduk
serta kaki berpijak pada lantai merupakan tolak ukur dari postur duduk yang baik.
Selain itu, posisi duduk yang baik tidak memberikan tekanan pada lengan atau pantat
pengguna. Dengan adanya kaidah antropometri, dapat mengetahui kesesuaian pada
dimensi tubuh manusia dengan Pengukuran pada tubuh manusia yang dibutuhkan
dalam menilai desain kursi terdiri dari :
1. Tinggi tubuh
2. Tinggi dalam posisi duduk
3. Tinggi bahu dalam posisi duduk
4. Tinggi siku dalam posisi duduk
5. Panjang lutut
6. Panjang popliteal
7. Tinggi lutut
8. Tinggi popliteal
9. Lebar sisi bahu
10. Lebar pinggul
11. Panjang rentang tangan ke depan.

Anda mungkin juga menyukai