Anda di halaman 1dari 20

II-1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Ergonomi


Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos
(norma/hukum) atau yang berarti ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum
kerja. Dengan demikian ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk
menserasikan peralatan, mesin, sistem, organisasi dan lingkungan pada kemampuan,
kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan
yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi –
tingginya (Manuaba, 2000; Palilingan, 2013).
Peralatan dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis akan berdampak negatif
bagi pekerja, disamping tidak aman dan tidak nyaman akan memungkinkan terjadi
kecelakaan, menimbulkan penyakit akibat kerja dan rendahnya produktivitas kerja.
Dalam kaitannya dengan dampak negatif yang ditimbulkan, upaya yang harus
dilakukan adalah dengan menyesuaikan pekerjaan terhadap manusia, dan bila karena
alasan teknis atau ekonomis tidak mungkin dilakukan, maka baru diarahkan manusia
menyesuaikan terhadap pekerjaannya, melalui proses seleksi, latihan dan adaptasi
(Manuaba, 1992a ; Palilingan dkk, 2012a).
Ergonomi merupakan disiplin ilmu yang bersifat multidisipliner, dimana
terintegrasi ilmu fisiologi, psikologi, anatomi, hygiene, teknologi, social budaya,
ekonomi dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Di dalam praktek dan
perkembangannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,
khususnya mencegah munculnya cedera dan penyakit akibat kerja
sertamempromosikan kepuasan kerja. Selain itu juga untuk meningkatkan
kesejahteraan social dan mengorganisir kerja sebaik-baiknya, demi meningkatkan
efisiensi kerja (Manuaba, 1992a). Sedangkan Manuaba (1998), lebih terperinci
mengatakan manfaat penerapan ergonomi antara lain adalah pekerjaan lebih cepat
II-2

selesai, resiko pekerjaan lebih kecil, resiko penyakit akibat kerja kecil, kelelahan
berkurang, rasa sakit berkurang.

2.1.1. Ergonomi Menurut Para Ahli


Menurut pendapat beberapa ahli pengertian ergonomi adalah, sebagai berikut:
1. Ergonomi adalah aplikasi dari informasi sains tentang keberadaan manusia (dan
metode sains untuk mendapatkan informasi terkait keberadaan manusia) dengan
masalah dari desain (Pheasant, 1988)
2. Ergonomi adalah studi tentang kemampuan manusia dan karakteristik yang
berdampak pada desain dari peralatan, sistem dan pekerjaan (Corlett & Clark,
1995)
3. Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi tentang karakter
manusia, kapasitas manusia dan keterbatasan manusia terhadap desain dari tugas
pekerja, sistem permesinan, tempat tinggal dan lingkungan sehingga manusia
dapat hidup, bekerja dan bermain dengan aman, nyaman serta efisien ( Annis &
McConville, 1996)
4. Desain ergonomi merupakan aplikasi dari faktor manusia, informasi tentang desain
alat, mesin, sistem, tugas dan pekerjaaan serta lingkungan agar manusia dapat
produktif, aman, nyaman serta berfungsi secara efektif (Manuaba, 1998)
5. Ergonomi (atau faktor manusia) adalah disiplin sains yang memberikan perhatian
tentang interaksi antara manusia serta elemen lain dari sebuah sistem dan profesi
yang menerapkan prinsip teori, data serta metode untuk membuat desain yang
dapat mengoptimasi kesejahteraan manusia serta sistem performa secara
keseluruhan (IEA, 2000)
6. Ergonomi (atau faktor manusia) adalah disiplin sains yang memberikan perhatian
terhadap pemahaman dari interaksi antara manusia serta elemen lain dari sebuah
sistem dan profesi yang menerapkan teori, prinsip, data serta metode untuk
membuat desain yang mengoptimasi kesejahteraan manusia serta performa sistem
secara keseluruhan. Ahli ergonomi berkontribusi kepada desain dan evaluasi dari
II-3

tugas, pekerjaan, produk, lingkungan serta sistem agar membuat mereka sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan serta keterbatasan dari manusia ( Waldemar K.
serta William S. M., 2003)
7. Ergonomi adalah keilmuan tentang cara kita untuk bekerja dan berinteraksi dengan
karakteristik dari lingkungan; hal ini termasuk menemukan cara agar dapat lebih
efisien, termasuk cara untuk melindungi manusia dari cidera. ( Christine Durant,
et.al.,2006)
8. Ergonomi adalah keilmuan yang memberikan perhatian kepada “fit” antara
manusia dengan pekerjaannya. Ergonomi meletakkan manusia sebagai hal yang
pertama dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasannya. Ergonomi
bertujuan untuk memastikan bahwa tugas, peralatan, informasi dan lingkungan
sesuai dengan setiap pekerja. (HSE,2007)
9. Ergonomi adalah keilmuan tentan manusia ketika mereka menggunakan peralatan
dalam lingkungan spesifik untuk melakukan tugas tertentu. Ergonomi bertujuan
untuk mengurangi dampak buruk dari lingkungan kepada manusia sehingga
memungkinkan setiap orang untuk memaksimalkan kontribusi mereka kepada
pekerjaan yang diberikan ( Cherie Berry, 2009)

2.1.2. Manfaat dan Peran Ilmu Ergonomi


Adapun manfaat dari penerapan ilmu ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,
keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan. 
2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.  
3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
ketrampilan yang diperlukan. 
4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan
yang disebabkan kesalahan manusia.
5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja
II-4

6. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera


dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
7. Meningkatkan kesejahteraan social melalui peningkatan kualitas kontak social dan
mengkoordinasikan kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik
selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
8. Menciptakan keseimbangan rasional; antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari kualitas hidup yang tinggi. (Tawaka, dkk,2004).

2.2. Definisi Antropometri


Antropometri berasal dari kata lain yaitu “Anthropos” yang berarti manusia dan
“Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti
sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995). Antropometri menurut
Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapandari
data tersebut untuk penanganan masalah desain. Sedangkan Sanders and Mc.
Cormick (1987) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh
atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu
yang dipakai orang. Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat
rancangan peralatan kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi
tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan
kerja.
Data antropometri pada umumnya mempunyai peranan penting dalam
perancangan produk, peralatan ataupun stasiun kerja. Ketidaksesuaian data
antropometri dalam proses perancangan akan mengakibatkan rasa tidak nyaman bagi
pengguna rancangan tersebut. Dampak lain adalah terjadi gangguan moskuloskeletal
bahkan sampi cedera atau kecelakaan kerja. Terdapat prosedur yang dapat diikuti
dalam penerapan data antropometri pada proses perancangan, yaitu (Pulat, 1992;
Wickens, et al., 2004) :
II-5

1. Tentukan populasi pengguna rancangan produk atau stasiun kerja. Orang yang
berbeda pada kelompok umur akan berbeda karakteristik fisik kebutuhannya.
Begitu juga untuk kelompok gender, ras, kelompok etnis, penduduk sipil atau
militer.
2. Tentukan dimensi tubuh yang diperkirakan penting dalam perancangan (sebagai
contoh : tinggi mata duduk, lebar pinggul, tinggi jari kaki dan sebagainya).
Misalnya untuk perancangan pintu masuk harus dipertimbangkan tinggi badan
dan lebar bahumaksimal dari pengguna, sedangkan rancangan tempat duduk
harus mengakomodasikan lebar pinggul pengguna.
3. Pilihlah presentase populasi untuk diakomodasikan dalam perancangan. Hal yang
tidak mungkin bahwa suatu rancangan dapat mengakomodasi 100% populasi
pengguna.
4. Untuk masing-masing dimensi tubuh tentukan nilai persentil yang relevan
dengan melihat tabel antropometri. Jika nilai persentil pada tabel tidak tersedia
maka gunaakan nilai rata-rata (mean) dan simpang baku (standart deviation)
dimensi dari data antropometri.
5. Berikan kelonggaran pada data yang ada jika diperlukan. Pakaian merupakan
salah satu yang harus dipertimbangkan dalam membuat kelonggaran.
Kelonggaran perlu juga dilakukan untuk perlengkapan seperti sepatu, sarung
tangan, masker dan sebagainya.
6. Gunakan Mock-ups atau simulator untuk melakukan uji rancangan. Para
perancang perlu untuk mengevaluasi apakah rancangan sesuai dengan kebutuhan
atau tidak. Untuk itu dapat menggunakan mock-ups atau simulator dalam
menguji rancangan dengan mengambil sampel pengguna untuk melakukan
simulasi.
Ada 3 filosofi yang digunakan para ahli ergonomic untuk suatu desain sebagai
data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan Sritomo, 1995), yaitu:
1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Contoh: pemetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
II-6

2. Perancangan produk yang bias digunakan direntang ukuran tertentu.


Contoh: penerapan kursi mobil yang letaknya bias digeser maju dan mundur, dan
sudut sandarnya pun dapat diubah sesuai dengan kebutuhan pengguna.
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain-lain.
Antropometri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Antropometri statis adalah pengukuran data yang dilakukan pada tubuh manusia
yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur dalam antropometri statis
diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representative, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhdap berbagai individu dan tubuh harus dalam keadaan diam.
2. Antropometri dinamis adalah dimensi tubuh manusia diukur dalam berbagai posisi
dalam keadaan bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.
Mengingat keadaan tempat kerja dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda
dengan faktor lainnya, maka perancangan peralatan dan fasilitas kerja dapat
dilakukan dengan tugas prinsip pemakaian data sesuai dengan ukuran dimensi
tubuh sebagai berikut:
II-7

Gambar 2.1 Antropometri Tubuh Manusia

Gambar 2.2 Dimensi Antropometri


II-8

Gambar 2.3 Antropometri Tubuh Manusia Untuk Posisi Duduk Dari Samping

Gambar 2.4 Antropometri Tubuh Manusia Untuk Posisi Duduk Dari Belakang
Tujuan penerapan ergonomi dalam perancangan peralatan adalah merancang suatu
peralatan kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dan hasil
rancangan ini mempunyai nilai layak dalm proses kerja. Untuk mencari informasi
tentang kemampuan dan keterbatasan manusia dalam suatu sistem kerja dapat
dilakukan dengan beberapa penyelidikan, diantaranya:
1. Penyelidikan tentang supply
2. Penyelidikan tentang hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.
3. Penyelidikan tentang tempat kerja.
4. Penyelidikan tentang lingkungan fisik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagaimana dijelaskan terlebih dahulu bahwa
perancangan harus memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya,
maka rancangan yang dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai
pemakainnya. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Analisa teknik, seperti kekuatan dan ketahanan
II-9

2. Analisa ekonomi,berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dan manfaat atau


keuntungan yang didapatkan.
3. Faktor legalisasi, berhubungan dengan segi hokum dan hak cipta dari suatu produk
atau alat.
4. Analisa pemasaran, terutama untuk produk-produk yang dibuat dalam skala besar.
Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, dan
sikap tubuh secara normal. Standar cara pengukuran posisi tubuh manusia adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam berbagai posisi standard
dan tidak bergerak seperti berat badan, tinggi badan saat duduk dan berdiri, ukuran
kepala, panjang lengan,dan lain-lain.
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan gerakan
tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau dengan kata
lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam posisi
dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan fasilitas atau ruang
kerja).
Aspek ergonomi yang dipertimbangakan dalam perancangan stasiun kerja pada
setiap unit kerja dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Sikap dan posisi kerja
2. Antropometri dan dimensi ruang
3. Kondisi kerja
4. Efisiensi ekonomis gerak dan pengukuran fasilitas kerja
5. Energi kerja yang harus dikonsumsi
II-10

2.3. Uji Statistik


Uji statistik meliputu keseragaman, kecukupan data, distribusi frekuensi,
kenormalan data, dan uji persentil.
a. Uji Keseragaman Data
Uji Keseragaman data adalah pengujian yang dilakukan terhadap data
pengukuran untuk mengetahui apakah data yang diukur telah seragam dan berasal
dari satu sistem yang sama. Pada Uji keseragaman data terdapat batas control atas dan
batas control bawah drngandilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BKA (Batas Kontrol Atas) = x̄ + 2σx
BKB (Batas Kontrol Bawah) = x̄ - 2σx
Nilai rata-rata sub group diplot pada peta control, jika ada hasil yang berbeda
diluar batas kontrol maka data tersebut harus dihilangkan. Jika tidak maka data
dikatakan seragam.
σx = √ ⅀ ( x− x̄ )2
N-1
Keterangan:
σx= standar deviasi n = jumlah pengamatan
N = banyaknya data
Harga indeks untuk beberaoa tingkat kepercayaan yang umumnya digunakan adalah:
1. Untuk tingkat kepercayaan 69%, maka nilai K= 1
2. Untuk tingkat kepercayaan 95%, maka nilai K= 2
3. Untuk tingkat kepercayaan 99%, maka nilai K= 3
b. Kecukupan Data
Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistic,
yaitu derajat ketelitian dan tingkat keyakinan atau kepercayaan. Derajat ketelitian dan
tingkat keyakinan mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan dalam
II-11

pengukuran setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah


yang banyak (populasi). Uji kecukupan data menggunakan rumus sebagai berikut:

Dengan:
k = tingkat keyakinan
k = 99% = 3
k = 95% = 2
s = derajat ketelitian
N = jumlah data pengamatan
N’ = jumalah data teoritis
Jika N’ ≤ N, maka dianggap cukup, jika N’ > N dta dianggap tidak cukup (kurang)
dan perlu dilakukan penambahan data.
c. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi merupakan suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana
frekuensi dari gejala atau variabel yang dilambangkan dengan angka itu telah tersalur,
terbagi, tersebar, dan terpancar. Penggambaran angka (bilangan) atau penyajian data
angka tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik/gambar, yang kemudian
dikenal dengan istilah tabel distribusi frekuensi dan grafik distribusi frekuensi.
II-12

Tabel 2.1 Table Z


II-13

Tabel 2.2 Standar Normal Probabilitas


II-14

Table 2.3 Chi Square


II-15
II-16

Adapun langkah-langkah dalam menyusun table distribusi frekuensi adalah


sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah kelas interval, dengan persamaan:
K = 1 + 3,3 log n
2. Menghitung rentang data, dengan persamaan:
Range = data terbesar-data terkecil
3. Menghitung panjang kelas interval, dengan persamaan:
Panjang kelas = range
K
d. Kenormalan Data
Uji kenormalan data digunakan untuk mengetahui seberapa jauh data
menyimpang dari distribusi secara teoritis. Adapun langkah-langkah dalam
melakukan uji kenormalan data adalah dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
1. Mencari Z untuk setiap batas kelas, dengan persamaan:

2. Mancari luas batas kelas interval (P), dengan persamaan:


P = Zmax – Zmin
3. Mencari nilai frekuensi ekspektasi (E) tiap kelas interval, dengan persamaan:
E1 = P1 x N
4. Menentukan data terdistribusi dengan normal ditentukan dengan persamaan:
X2hit = ⅀ (Foi – Ei) 2
Ei
X2tab = (1 – α/k-p)
Data terdistribusi normal jika: X2hit ≤ X2tab
e. Persentil
Persentil ialah bilangan yang ‘dapat dianggap’ membagi data yang telah
diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar, menjadi 100 sub kelompok yang
II-17

sama banyak. Persentil adalah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh
distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki ke dalam 100 bagian yang sama
besar, karena itu presentil sering disebut ukuran perseratusan. Persentil yang biasa
dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang membagi suatu distribusi data menjadi
seratus bagian yang sama besar. Karena itu persentil sering disebut ukuran
perseratusan.
Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama besar
itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, … dan seterusnya, sampai dengan P99.
jadi disini kita dapati sebanyak 99 titik persentil yang membagi seluruh distribusi
data ke dalam seratus bagian yang sama besar, masing-masing sebesar 1/ 100N
atau 1%.
Table 2.4 Tabel Persentil

2.4. Populasi dan Sampel


2.4.1. Pengertian Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu
yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit
analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst.
(Djarwanto, 1994: 420). Namun demikian arti populasi tidak hanya terbatas pada
kelompok tertentu saja, sedikit orang atau ahkan satu orang saja pun dapat disebut
II-18

populasi. Pengertian populasi menurut beberapa para pakar peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Furchan (2004), Populasi adalah objek, keseluruhan anggota
sekelompok orang, organisasi, atau kumpulan yang telah dirumuskan oleh
peneliti dengan jelas.
2. Menurut Margono (2004), Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi
pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah
ditentukan. Populasi berkaitan dengan data-data, jika seorang manusia
memberikan suatu data, maka ukuran atau banyaknya populasi akan sama
banyaknya manusia.
3. Menurut Nazir (2005), Populasi adalah sekumpulan individu dengan kualitas
dan karakter yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Ciri, karakteristik, dan kualitas
itu yang dinamakan sebagai variable. Ia membagi populasi menjadi dua yakni
populasi finit dan infinit.
4. Menurut Sabar (2007), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study
sensus.
5. Menurut Zuriah (2009: 116), Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.

2.4.2. Pengertian Sampel


Sampel disebut juga contoh. Berdasarkan pakar atau ahli, “sampel adalah
sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti” (Djarwanto, 1994:43).
Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah
sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi.

2.4.2.1. Alasan Penarikan Sampel


II-19

Pengambilan sampel dilakukan karena sering tidak mungkin peneliti


mengamati segenap anggota dari populasi yang relative besar jumlahnya. Akan tetapi
syarat utama pengambilan sampel adalah mewakili populasi. Beberapa alasan
melakukan penarikan sampel:
1. Ukuran populasi (ada yang sangat besar bahkan tak terhingga)
2. Waktu,tenaga,dan biaya.
2.4.2.2. Cara-cara penarikan sampel
A. Teknik Random Sampling
1. Sampel random sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan bebas secara
acak. Teknik digunakan bila sampel homogen.
2. Penggunaan table bilangan random.
a. Setiap anggota populasi diberi nomor urut
b. Menentukan kriteria decimal
c. Menentukan bilangan random dalam table
d. Menentukan angka permulaan pemilihan secara random
e. Memilih nomor yang dimaksud
B. Teknik Non Random Sampling
Non random sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel
penelitian. Sedangkan ciri khusus sengaja dibuat oleh peneliti agar sampel yang
diambil nantinya dapat memenuhi kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai
dengan penelitian. 
Ada tiga jenis sampel kategori ini, yaitu:
1. Sampel incidental (serampang), misalnya akan diteliti 100 mahasiswa Universitas
Ibnu Sina Batam. Peneliti datang ke kampus sampai ditemukan 100 mahasiswa.
Dengan demikian mahasiswa yang diteliti adalah siapa yang ditemukan oleh
peneliti di kampus.
II-20

2. Sampel kuota (jatah) teknik ini hamper sama dengan incidental, hanya sebelum
dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu dibuat kategori sampel menurut
strata lalu setiap strata diberi jatah.
3. Sampel purposive (tujuan) teknik ini digunakan berdasarkan pertimbangan tertentu
dari peneliti (subjektif), misalnya peneliti ingin mengetahui bahwa siswa yang cara
belajarnya teratur mempunyai prestasi tinggi. Maka peneliti hanya mengambil
sampel siswa yang belajarnya teratur dan prestasinya tinggi.
C. Menentukan Bersarnya Sampel
Pada prinsipnya tidak ada peraturan yang baku berapa persen sampel yang harus
diambil dari suatu populasi. Namun menurut literature penelitian umumnya
berpendapat bahwa sampel yang melebihi lebih baik dari pada yang kurang. Artinya
akan lebih baik sebanyak mungkin dari populasi, untuk populasi 10-100 sebaiknya
diambil seratus persen (100%). Diatas 100-300 bisa diambil 70% dan diatas 1000
cukup diambil 20%. Jika sampel hanya 10 maka untuk mencari korelasi antara
variable x dan y dengan resiko kemungkinan sesat 5 % dan memrlukan bilangan
korelasi 0,632 (lihat hitungan statistic), sedangkan jika 100 maka diperlukan
bialangan korelasi 0,195. Untuk meredukasi kesesatan perlu diberikan persyaratan
yang ketat, terutama sampel kecil.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penarikan sampel adalah
sebagai berikut:
1. Jumlah populasi dan karakteristiknya sesuai dengan variable yang diteliti
2. Tingkat keberartian dalam membuat dimensi
3. Batas maksimum kekeliruan penariakn sampel
4. Tujuan penelitian, instrument dan analisa data yang digunakan
5. Sumber daya tersedia (biaya, waktu, tenaga)

Anda mungkin juga menyukai