Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan
makhluk yang sangat kompleks. Proses mempelajari manusia tidak
cukup hanya ditinjau dari segi keilmuan. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dipahami bahwa untuk mengembangkan ergonomi diperlukan
dukungan dari berbagai disiplin, antara lain psikologi,antropologi, faal
kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain
(Sutalaksana, 1979). Perubahan waktu, walaupun secara perlahanlahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia
yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan
rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu
yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan
meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada
alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal
kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya
untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat
batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar
genggaman

sehingga

lebih

memudahkan

dan

menggerakan

pemakaiannya.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga
peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak
negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial
yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi
pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai
risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,

1 | Page

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat


Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi
ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian
antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan

dihadapi.

Ergonomi

adalah

suatu

cabang

ilmu

yang

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan


keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang
ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama
yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).
Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Pembahasan
tentang ergonomi membutuhkan studi tentang sistem manusia, di
mana manusia, fasilitaskerja, dan lingkungan saling berinteraksi
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya.

Penerapan

ergonomi

umumnya

meliputi

aktivitas

rancang bangun (design) maupun rancang ulang (re-design). Hal ini


dapat mencakupperangkat keras seperti perkakas kerja (tools),
bangku

kerja

(benches),

platform,kursi,

pegangan

alat

kerja

(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga(displays),


jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lainlain.Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada
suatu

organisasi,desain

perangkat

lunak,

meningkatkan

faktor

keselamatan dan kesehatan kerja,serta desain dan evaluasi produk


(Nurmianto, 2003).

2 | Page

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penulisan ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ergonomi?
2. Apa yang dimaksud Faal Kerja?
3. Apa solusi dari Ergonomi dan Faal Kerja?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Ergonomi
2. Mengetahui yang dimaksud Dengan Faal Kerja
3. Mengatahui solusi dari Ergonomi dan Faal Kerja

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos
(aturan), secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang
berkaitan dengan kerja. Banyak definisi tentang ergonomi yang
dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain:
a. Ergonomi adalah Ilmu atau pendekatan multidisipliner yang
bertujuan
3 | Page

mengoptimalkan

sistem

manusia-pekerjaannya,

sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat,


aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981).
b. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik
maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
c. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk
meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto,
1996).
d. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang
atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui manfaatan manusia
seoptimal-optimalnya (Sumamur, 1987).
e. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan
rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan
tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai pengertian diatas, dapat diintepretasikan
bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi
adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan
kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah
cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan
dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan
manusia.
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara
menjabarkannya dalam fokus, tujuan dan pendekatan mengenai
ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut:
a. Secara focus

4 | Page

Ergonomi

menfokuskan

diri

pada

manusia

dan

interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan


lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
b. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan
efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai
kemanusiaan,

seperti

peningkatan

pengurangan rasa lelah dan sebagainya.


c. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah

keselamatan

aplikasi

kerja,

informasi

mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan,


karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang
prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut
sehari-hari.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi


ergonomi dapat terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan
Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan
mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia,
kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan
untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan
efektifitas pekerjaan manusia.
2. Sejarah Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi
aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan
tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan
sebagai berikut:
a. C.T. Thackrah, England, 1831

5 | Page

Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang


meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini,
dalam

serangkaian

kegiatan

yang

berhubungan

dengan

lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para


operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada
saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat
itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan
posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara
antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga
mengakibatkan

menbungkuknya

badan

dan

iritasi

indera

penglihatan.
b. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang
menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik
dalam melakukan suatu pekerjaan.
c. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja,
dalam

hal

ini

lebih

mendetail

dalam

Analisa

Gerakan

dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang


diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique
Research Board), England, 1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang
terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka
menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat
dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
e. Elton Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai
beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya
adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik

6 | Page

seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap


faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
f. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer
yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat
terbang). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan
dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas
alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan
karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk
suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan
pengaruhnya pada kinerja operator.

g. Pembentukan Kelompok Ergonomi


Pembentukan Masyarakat

Peneliti

Ergonomi

(the

Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949


melibatkan

beberapa

profesional

yang

telah

banyak

berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal


(majalah

ilmiah)

pertama

dalam

bidang

Ergonomi

pada

November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International
Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human
Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.
Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang
pertama

diselenggarakan

pada

tahun

1964,

dan

hal

ini

mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan


New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New
Zealand).
3. Aplikasi/Penerapan Ergonomi
Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan
ilmu ergonomi. Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:

7 | Page

a) Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang
pada dua kaki.
b) Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat
dan timur.
c) Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas

kerja.

Sedangkan

simbol

yang

berlaku

secara

internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.


d) Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni,
dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang
terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
4. Metode Ergonomi
Terdapat

beberapa

metode

dalam

pelaksanaan

ilmu

ergonomi. Metode-metode tersebut antara lain:


a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.

8 | Page

b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data


dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti
merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang
sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif,
subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian
badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala
dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk
yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

5. Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi
setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam
ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan
dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah
pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut
Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi
yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)

Bekerja dalam posisi atau postur normal;


Mengurangi beban berlebihan;
Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
Minimalisasi gerakan statis;
Minimalisasikan titik beban;
Mencakup jarak ruang;
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
Mengurangi stres.

6. Pengelompokkan Bidang Kajian Ergonomi

9 | Page

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi

yang secara

lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979)


sebagai berikut:
a. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi
manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan
bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang
dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat
bekerja.
b. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan
dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai
dengan pemakainya.
c. Biomekanika, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan
dengan mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan,
misalnya

keterlibatan

otot

manusia

dalam

bekerja

dan

sebagainya.
d. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya
dengan

masalah

penginderaan

manusia,

baik

indera

penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.


e. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan
dengan

efek

psikologis

dan

suatu

pekerjaan

terhadap

pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.


Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja
secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan secara
sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga
seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi
yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia
pekerjanya.
7. Spesialisasi Bidang Ergonomi
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik,
ergonomi kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi
10 | P a g e

lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi


merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem
kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan
keergonomikan yang terbaik.
a) Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,
anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang
berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan
material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan.
b) Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia,
termasuk di dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai
akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen
sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara
lain ; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, humancomputer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja.
c) Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem
sosioleknik, termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses.
Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ;
komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi,
kultur organisasi, organisasi virtual, dll.
d) Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan

pencahayaan,

temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan


dengan ergonomi lingkungan antara lain ; perancangan ruang
kerja, sistem akustik,dll.
8. Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.
Kasus-kasus tersebut antara lain:

11 | P a g e

1) Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan


ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya: jangkauan dari
gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
2) Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika
dan kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau
operator komputer.
3) Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari
menggunakan komputer dalam bekerja dengan posisi yang tidak
nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan bahwa
tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada
bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
4) Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering
sekali mengalami penyakit herniadan juga low back pain akibat
mengangkut beban di luar recommended weighting limit (RWL)
B. Faal Kerja
1. Defenisi Faal Kerja
Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi
manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan
bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang
dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja
(Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana, 1979).
Menurut Sutalaksana, bekerja merupakan suatu kegiatan
manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan
yang

ditujukan

untuk

mempertahankan

dan

memelihara

kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang kaitannya dengan


kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan
merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar
dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga
kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya
Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam
koordinasi yang sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba,
perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan
12 | P a g e

perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang


diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah
ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru. hati, usus,
dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alatalat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upayaupaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga
kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan
menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis.
Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai
semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah
ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama
untuk pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan
melemas. Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar seratseratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum
kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar
pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah,
jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab
kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi
pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya
otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal,
sepeda, memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan
lain.lain. Kerja terus-menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat
dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk
pemulihan. Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja
atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik
antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C0 2,
dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme
kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan
terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar

13 | P a g e

pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya


kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu later
kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot
gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting
dalam bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada
tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan
lain.lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu
kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik, yaitu ilmu tentang
gerakan otot dan tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan,
agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja
sebesar-besarnya.
pengetahuan

Biomekanika

tentang

memberikan

gerakan-gerakan

dan

pengetahuankekuatan

pada

penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan,


kaki, jari-jari dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi
ukuran-ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun
bagian-bagiannya.

Ukuran-ukuran

ini

menentukan

pula

kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu


serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesarbesarnya. Maka berkembanglah ilmu yang disebut Antropometri,
yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis,
ataupun dinamis, yang sangat penting bagi pekerjaan adalah
ukuran-ukuran:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Tinggi badan berdiri


Tinggi bahu
Tinggi siku
Tinggi pinggul, depan
Panjang lengan.
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah dan tangan
Tinggi lutut
Jarak lekuk lutut-garis punggung
Jarak lekuk lutut telapak kaki.

14 | P a g e

2. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan
atau bisa disebut juga sebagai pembagian kerja. Secara umum
jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan
kerja mental.
1) Kerja Fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan
kerja mental membutuhkan usaha dan energi yang cukup
besar

dan kerja fisik

dibedakan atau dibagi menjadi dua

macam, yaitu:
a) Kerja statis
i. Tidak menghasilkan gerak
ii.
Kontraksi otot bersifat isometris
iii.
Kelelahan lebih cepat terjadi
b) Kerja dinamis
i. Menghasilkan gerak
ii.
Kontraksi otot bersifat isotonos
iii.
Kontraksi otot bersifat ritmis
iv. Kelelahan relatif lebih lama terjadi
2) Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun relatif
lebih

ringan dibandingkan

membutuhkan

energi

lebih

dengan
besar

kerja

dan cukup

fisik

yang

sulit

untuk

mngukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh


berbagai faktor, antara lain:
a) Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik,motivasi, jenis
kelamin,

pendidikan,

keterampilan,

pengalaman,

dan

sebagainya.
b) Fakto-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin,
peralatan, metode kerja, dan sebagainya.
Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang
dapat

digunakan

untuk

mengetahui

pengaruh

pekerjaan

terhadap manusia dalam suatu sistem kerja. Kriteria-kriteria


tersebut adalah:

15 | P a g e

a) Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen,
tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh,
komposisi kimia dalam darah dan air seni, dst. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh
selama bekerja.
b) Kriteria Fisiologis kerja
Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan
seterusnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan
kejiwaan yang timbul selama berkerja.
c) Kriteria Hasil kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari
pekerja

selama

berkerja.

Tujuannya

adalah

untuk

mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan melihat hasil


kerja yang diperoleh dari kerja.
3. Pemecahan Maslah Dalam Berbagai Kasus Di Bidang Ergonomi
Masalah-masalah yang terjadi di bidang Ergonomi dapat
dipecahkan dengan hal berikut :
a) Dengan cara Melakukan Pengukuran Performansin misalnya
pada Atlit, agar tidak terjadi kesalahan pada Atlit saat
melakukan perkjaan
b) Pengukuran Variabilitasi

kerja

misalnya

pada

Operator

Komputer atau Juru Ketik sehingga pekerjaan yang dilakukan


tidak monoton
c) Dengan Merenggangkan Otot seperti halnya berdiri sambil
menggerakkan Anggota Badan
d) Dengan Cara Memngurangi Beban yang di Angkut atau
menggunakan Alat Bantu seperti gerobak, dll

16 | P a g e

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan
informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan,
keterbatasan

dan

karakteristik

manusia

lainnya

untuk

merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan


untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan
dan efektifitas pekerjaan manusia. Pusat dari ergonomi adalah
manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran,
keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia.

17 | P a g e

2. Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap


dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) yaitu
Faal Kerja, Antropometri, Biomekanika, Penginderaan, dan
Psikologi kerja.
3. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi
manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan
bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang
dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat
bekerja.
4. Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja
saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat,
produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari
semua pihak.

B. Saran
1. Sebagai Pekerja agar semua pekerjaan dan lingkungan kerja
baik maka sebaiknya menerapkan Ergonomi, karena dengan
menerapkan ergonomi tidak akan terjadinya masalah-maslah
yang dapat menghambat dalam pekerjaan
2. Agar pekerjaan seorang pekerja baik dan berjalan efektif maka
diperlukannya perhitungan energi yang keluar saat bekerja
sehingga

kita

sebagai

pekerja

bisa

kemampuan kita pada saat proses pekerjaan.

18 | P a g e

mengukur

kadar

Anda mungkin juga menyukai