Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

CAKUPAN STRATEGI ERGONOMI DAN PASIEN SAFETY

OLEH :

ADELINA SIA

19201002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ST. PAULUS RUTENG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan karunianya saya dapat menyelesaikan MAKALAH CAKUPAN STRATEGI
ERGONOMI DAN PASIEN SAFETY ini. Dalam penulisan makalah ini saya banyak sekali
menemukan masalah yang menghambat penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak, saya mampu menyelesaikan makalahberbagai

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan
tugas kepada saya guna menambah nilai tugas dan pengganti tatap muka mata kuliah K3
Dalam Keperawatan selama masa pandemi.

Akhir kata saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih terlalu jauh dari kata
sempurna. Untuk itu saya membuka hati untuk setiap kritikan yang dimasukan dari semua
pihak yang membaca makalah ini guna membantu saya untuk bisa memperbaiki setiap
kesalahan dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II: PEMBAHASAN

A. Cakupan Strategi Ergonomi


B. Pasien Safety

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak
negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin
akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko.
Antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan
kecacataan atau bahkan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomi
yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga
kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja
mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat
merugikan para pekerja itu sendiri.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban-beban tersebut
tergantung bagaimana orang tersebut bekerja. Beban dimaksud dapat berupa fisik
ataupun mental. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga
kerja berbeda satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dengan tingkat
keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh
dan pekerja yang bersangkutan. Inilah maksud penetapan tenaga kerja yang tepat pada
pekerjaan yang tepat atau pemilihan tenaga kerja tersehat untuk pekerjaan yang sehat
pula.
Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan
salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses
penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut
dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur
baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan,
1997, dalam Utomo, 2008).
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sektor
kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan
baru sampai pada tahap pengenalan khususnya pada pihak yang bersangkutan,
sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi
secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan
Kerja memiliki fungsi pembinaan, melalui pembinaan keahlian dan pengembangan
penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya
baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomi dan penerapannya.
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari
manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting
dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2. Apakah tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja?
3. Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4. Apa pengertian pasien safety?
5. Apa manfaat pasien safety?
6. Tujuan pasien safety?
7. Langkah-langkah menuju pasien safety?
8. Tujuan standar pasien safety?
9. Apa saja prinsip-prinsip pasien safety?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja
2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja
3. Untuk mengetahui bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat
kerja
4. Untuk mengetahui apa pengertian pasien safety
5. Untuk mengetahui apa manfaat pasien safety
6. Untuk mengetahui tujuan pasien safety
7. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju pasien safety
8. Untuk mengetahui tujuan standar pasien safety
9. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pasien safety
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cakupan Strategi Ergonomi


1. Pengertian Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas kata dasar
“Ergos” yang berarti bekerja, dan “Nomos” yang artinya hukum alam, sehingga
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 1996:1)1 Istilah ergonomi untuk
berbagai wilayah berbeda-beda, seperti halnya di Jerman mereka memberi istilah
Arbeltswissenchraft, kemudian di daerah negara-negara Skandinavia memberi
istilah Bioteknologi, dan untuk negara-negara di bagian Amerika sebelah utara
memberi istilah Human Engineering atau Human Factors Engineering. Pada
dasarnya Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan yang efektif aman dan nyaman.
Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan
tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. Ergonomi adalah komponen
kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja.
Mc Cormick, dalam buku “Human Factor in Engineering and Design”
memberikan pengertian ergonomi kedalam bagian-bagian berikut ini:
a. Fokus utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam
mendesain peralatan, fasilitas, dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang
digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.
b. Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan
yang dibuat manusia ada dua hal :
 Untuk meningkatkan efektifitas fungsional dari penggunaannya.
 Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value, seperti halnya
kesehatan, keselamatan, dan kepuasan kerja.
c. Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematis dari
informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk
mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. (Mc
Cormick, 1982:4)
2. Tujuan,Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi
a. Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana
dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja
 Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas
kontak sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
system kebersamaan dalam tempat kerja.
 Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
b. Manfaat Ergonomi
 Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
 Menurunnya kecelakaan kerja.
 Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
 Stress akibat kerja berkurang.
 Produktivitas membaik.
 Alur kerja bertambah baik.
 Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
 Kepuasan kerja meningkat
c. Ruang Lingkup Ergonomi
 Tehnik
 Fisik
 Pengalaman psikis
 Anatomi,utamanya yang berhubungan dengan kekuatandangerakan otot dan
persendian
 Sosiologi
 Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan
aktifitasotot
 Desain, dll
3. Metode dan Perkembangan Ergonomi
a. Pengorganisasian kerja
 Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah
harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan
dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling
sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
 Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke
samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan
seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas
tangan.
 Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja
denagn kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang
berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus,
maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan
berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat
terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
b. Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-
syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut:
 Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil
ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
 Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-
gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
 Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-
topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga
sesuai bagi pemakainya.
c. Sikap kerja
 Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
 Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
 Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan
dan ke kiri
d. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur
e. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
katakata.
f. Mengangkat Beban Kerja
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan
mengangkut adalah sebagai berikkut :
 Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun dll.
 Keterampilan bekerja
 Peralatan kerja beserta keamanannya
2) Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2
prinsip kinetis yaitu:
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
3) Penerapan :
 Pegangan harus tepat Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan
dalam posisi lurus
 Punggung harus diluruskan
 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada
 permulaan gerakan Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga
mampu untuk mengimbangi
 momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat Beban diusahakan
berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang
 melalui pusat grafitas tubuh.
B. Pasien Safety
1. Pengertian pasien safety
Pasien safety merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman,dan upaya menghindari,mencegah dan memperbaiki
hasil yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses keparawatan,seta
mencegah terjadinya cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil
Menurut National Health Performance Committe(NHPC,2001, dikutip dari
Australian Institude Helath and Welfare) mendefenisikan keselamatan pasien
adalah menghindari atau mengurangi hingga ke tingkat yang dapat diterima dari
bahaya aktual atau risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan dimana
pelayanan kesehatan diberikan.
2. Manfaat pasien safety
a. Budaya safety meningkat dan berkembang
b.  Komunikasi dengan pasien berkembang
c. Kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun
d.  Risiko klinis menurun
e. Keluhan berkurang
f. Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat
g. Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan
kepercayaan diri yang meningkat
3. Tujuan pasien safety
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahansehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
e. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Santosa
Bandung International Hospital
f.  Mempertahankan reputasi Santosa Bandung International Hospital
g.  Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
4. Langkah-langkah menuju pasien safety
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf untuk komitmen dan focus pada keselamatan
pasien di Rumah Sakit
c. Integrasikan manajemen risiko
d. Sistem pelaporan di Rumah Sakit
e. Komunikasi terbuka dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman keselamatan pasien
g. Cegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien
5. Tujuan Standar Pasien Safety
Keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segeradi fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien
fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari 7 standar yaitu :
a. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya berhak mendapatkan informasi
tentang rencana dan dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.
Kriterianya adalah terdiri dari :
 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayan
b. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan
keluarganyatentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di failitas pelayanan kesehatan harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab dalam asuhan pasien
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien,
dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru
atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya terdiri dari :
 Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “tujuh
langkah menuju keselamatan pasien”.
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
resiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien
 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, danmeningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta
meningkatkan keselamatan pasien
 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah terdiri dari :
 Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
 Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner
dalam pelayan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standarnya terdiri dari :
 Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses
manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal
 Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
6. Prinsip-prinsip pasien safety
Kohn (2000) menyususn lima prinsip untuk merancang safety sistem di organisasi
kesehatan yakni:
1. Prinsip satu : provide leader ship :
a. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama atau prioritas
b. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tanggung jawab bersama
c. Menunjuk atau menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk
program keselamatan
d. Sistem
e. Mengembanggkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi
“unsafe” dokter
2. Prinsip dua : memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses
yakni :
a. Design job for safety
b. Menyederhanakan proses
c. Membuat standar proses
3. Prinsip tiga : menggembangkan tim yang efektif
4. Prinsip empat : antisipasi untuk kejadian tak terduga :
a. Pendekatan proaktif,
b. Menyediakan antidotum, dan
c. Training simulasi
5. Prinsip lima : menciptakan atmosfer “learning”
Tujuh prinsip patient safety yakni :
a. Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien
b. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patient safety
c. Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden terkait
patient safety
d. Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety
e. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien ten tang faktor
resiko penyebab insiden terkait patient safety
f. Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait
patient safety
g. Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk
mencegah kejadian berulang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas
dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-
optimalnya. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang
antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik
untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Pasien safety merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman,dan upaya menghindari,mencegah dan memperbaiki hasil
yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses keparawatan,seta mencegah
terjadinya cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil
Menurut National Health Performance Committe(NHPC,2001, dikutip dari
Australian Institude Helath and Welfare) mendefenisikan keselamatan pasien adalah
menghindari atau mengurangi hingga ke tingkat yang dapat diterima dari bahaya
aktual atau risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan dimana pelayanan
kesehatan diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.ualy.ac.id
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id
https://journal.fkm.ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai