Anda di halaman 1dari 54

Makalah MASALAH ERGONOMI DI TEMPAT

KERJA
BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
      Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi
berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan
dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomic.
      Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan
subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja
memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.  Akan tetapi sering
kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi para pekerjanya, hal ini
tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
      Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.
Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh
khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan.
Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes
dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan
pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-
kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.

B.     Rumusan masalah
      Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam topic kali ini antara lain:
1.      Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2.      Apakah tujuan dari ergonomi di tempat kerja?
3.      Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4.      Apa saja masalah yang ditimbulkan di tempat kerja?
5.      Apa manfaat pelaksanaan dari ergonomi ditempat kerja?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari Ergonomi
2.      Untuk mengetahui tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi.
3.      Untuk mengetahui metode-metode ergonomi.
4.      Untuk mengetahui masalah ditempat kerja.

D.    Manfaat
1.      Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja.
2.      Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang
masalah ergonomi ditempat kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Ergonomi
      Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr.
Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup
hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale
balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di meja kerja,
mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah penerangan,
mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan pertandingan
olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang dan produksi
tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat
mengimbangi perluasan dari pemasaran.
      Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang
dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan
untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan  sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.(ILO)

B.     Tujuan Ergonomi
      Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.
-          Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja tambahan(fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
2.      Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.
3.      Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-
mesin.

C.     Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:


1.      Tehnik
2.      Fisik
3.      Pengalaman psikis
4.      Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5.      Sosiologi
6.      Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7.      Desain, dll

D.    Manfaat Ergonomi
1.       Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2.       Menurunnya kecelakaan kerja.
3.       Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4.       Stress akibat kerja berkurang.
5.       Produktivitas membaik.
6.       Alur kerja bertambah baik.
7.       Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8.       Kepuasan kerja meningkat

E.     Metode-metode Ergonomi
1.      Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. variasi
akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.      Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang
sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3.      Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu  dan
siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

F.      Pengembangan penerapan ergonomi


1.      Pengorganisasian kerja
-          Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari. Fleksi
tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap
tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
-          Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus dihindari.
Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerjadan
ketrampilan aktivitas tangan.
-          Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn kemungkinan
duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
-          Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila hanya satu
lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi
statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap
kegiatan pekerjaan tangan.
2.      Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja
otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar
adalah sebagai berikut :
-          Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak
optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal
dan makin tinggi area kerja.
-          Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan sedemikian
pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan
fleksi.
-          Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang siku,
lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan
dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.
3.      Sikap  kerja
         Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk
mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
dapat mengganggu sirkulasi darah.
         Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat
bekerja.
         Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah 0-30°
vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri
4.      Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
5.      Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
6.      Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll.
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
-          Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah
sebagai berikkut :
1.      Beban yang diperkenakan,  jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2.      Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3.      Keterampilan bekerja
4.      Peralatan kerja beserta keamanannya
-          Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1.      Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang
belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2.      Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
1.      Pegangan harus tepat
2.      Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
3.      Punggung harus diluruskan
4.      Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5.      Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang
terjadi dalam posisi mengangkat
6.      Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas
tubuh.

7.      menjinjing beban        
Tabel 1 beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
Jenis kelamin Umur(th) Beban yang disarankan (kg)
Laki-laki 16-18 15-20
>18 40
wanita 16-18 12-15
>18 15-20

G.    Keluhan-keluhan  di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi


a.       Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong,
lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
-          Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur yang cukup.
a.       Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b.      Kebisingan
            Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
         Kerusakan pada indera pendengaran
         Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
         Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
         Efek psikologis
-          Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.
-           Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme
melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi
kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab –sebab kelelahan:
     Monotomi
     Beban dan lama kerja
     Lingkungan
     Faktor kejiwaan
     Sakit , rasa sakit , gizi

Penyegaran:
     Kepemimpi-nan
     Manajemen
     Pehatian terhadap keluarga
     Perorgani-sasian kerja
     Kesehatan dan kesejah-teraan ter-masuk upah dan gizi

Siap kerja
Kondisi lelah
Produktif dan sejahtera
 

H.    Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja


a)      Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-
ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara
khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani
serta rohani dapat dipertahankan.
b)      Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
o   istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
o   istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
o    Istirahat yang ditetapkan  adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
o   Istirahat oleh karena proses kerja  tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau prosedur-
prosedur kerja
I.       Upaya kesehatan kerja
1)      Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup
demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai
berikut :
a.       Makan pokok, yakni :
1.      Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin
tenaga (kalori) yang besar pula
2.      Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga
3.      Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b.      Lauk pauk, yakni :
1.      Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan
yang aus dan rusak
2.      Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c.       Sayuran, yakni :
1.      Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau
mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2.      Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d.      Buah yakni;
1.      Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran
2.      Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut
3.      Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan.
Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
2)      Penerangan dan dekorasi
Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas
dasar faktor kejiwaan.
o   Intensitas penerangan

Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan


Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang
perlu
Tidak teliti Penimbunan barang 80 - 70
Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350
Teliti Membaca, menggambar 350 – 700
Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000
o   Warna di tempat kerja
            Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan penciptaan
kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.
3)      Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik
1.      Kebisingan,efek dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
         Kerusakan pada indera pendengaran
         Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
         Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
         Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
2.      Music dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak dapat
dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti itu
music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum bekerja, Ketika
bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.
4)      Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan
kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa
pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan
olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan yang berupa
tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.

BAB IV
PENUTUP
A.                Kesimpulan
            Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Ergonomi  secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja,
namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari
ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik masyarakat industry maupun
tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas. Program demikian meliputi kegiatan-kegiatan
pokok sebagai berikut :
1.      Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya adalah
khusus
2.      Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-kunjungan
perusahaan oleh tim-tim teknis.
3.      Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap dalam program
jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya program ini bagian terpenting program
jangka pendek telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan
ergonomic lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan masyarakat dan
pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang peranan penting. Untu
pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi,
lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu
disebarluaskan dan dituangkan dalam standar-standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.
B.                 Saran
-          Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia
seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi
energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.
Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber
daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
(human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
-          Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala
informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam
perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Makalah Ergonomi
Diposting oleh DK di 20.43

ERGONOMI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lingkungan kerja adalah tempat dimana proses berlangsungnya seseorang
melakukan aktivitas kerja. Hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan tempat
duduk, bentuk kursi, berbagai macam alat perlengkapan yang tersedia. Ergonomi
adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memenfaatkaninformasi - informasi
mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untukmerancang sistem kerja,
sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistemyang baik, efektif, aman dan
nyaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukanpada pramusaji dan pembeli di
Warteg Muncul jalan Pusponjolo, terdapat beberapagangguan kesehatan akibat kerja.
Hal ini terjadi karena sikap kerja, posisi duduk,tinggi dataran dan sarana kerja yang
tidak ergonomi. Sehingga dapat menyebabkannyeri pada punggung, keluhan
muskuloskeletal, kelelahan pada otot dan tulang,serta gangguan kesehatan lainnya.
Berdasarkan pengamatan, yang menjadi permasalahan utama adalah kursi dan meja
yang dipakai oleh pramusaji dan pembeli di warteg tidak ideal yaitu kursi tidak terdapat
sandaran punggung, lebar dan ukuran kursi terlalu kecil, sehingga tidak nyaman lagi,
serta ukuran tinggi meja yang tidak sesuai standar kriteria ergonomi.
B. Rumusan Masalah
1.    Apa definisi Ergonomi
2.    Sejarah Ergonomi
3.    Ruang lingkup Ergonomi
4.    Tujuan dan Prinsip Ergonomi
5.    Bidang studi Ergonomi
6.    Penerapan ergonomi

C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui Apa definisi Ergonomi
2.    Untuk mengetahui Sejarah Ergonomi
3.    Untuk mengetahui Ruang lingkup Ergonomi
4.    Untuk mengetahui Tujuan dan Prinsip Ergonomi
5.    Untuk mengetahui Bidang studi Ergonomi
6.    Untuk mengetahui Penerapan ergonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Ergonomi


Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting
the JOB  to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain
meningkatkan produktivitasnya”

B. Sejarah Ergonomi
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang
dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika
Serikat dikenal istilah human factoratau human engineering. Kedua istilah tersebut
(ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata
tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut
Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000
tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang
benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan
pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut
untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak
teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu
pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi
tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang
Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia.
Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric(Amerika)
melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan
“Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep baru
tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara
manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya
bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan
manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-
perusahaan senjata perang.

C. Ruang Lingkup Ergonomi


Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain yang
menjembatani beberapa disiplin ilmu dan professional, serta merangkum informasi,
temuan, dan prinsip dari masing-masing keilmuan tersebut. Keilmuan yang dimaksud
antara lain ilmu faal, anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik.
Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia,
kemampuan tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan terhadap
suatu gaya yang diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan gambaran terhadap
fungsi otak dan sistem persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara
eksperimental mencoba memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap,
memahami, mempelajari, mengingat, serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan
ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja
dimana pekerja terlibat.
Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi
dipergunakan untuk memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi, dan kepercayaan diri
pekerja sehingga dapat mempermudah pengenalan dan pemahaman terhadap tugas
yang diberikan serta untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pekerja.

D. Tujuan dan Prinsip Ergonomi


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.
Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
a.    Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
b.    Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c.    Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis
dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan
teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi
adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam
diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal.
b. Mengurangi beban berlebihan.
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
f. Minimalisasi gerakan statis.
g. Minimalisasikan titik beban.
h. Mencakup jarak ruang.
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
l. Mengurangi stres.

E. Bidang Studi Ergonomi


Beberapa bidang studi yang dipelajari dalam ergonomi merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan kerja. Menurut Asosiasi Internasional Ergonomi
terdapat tiga bidang studi dalam ergonomi. Penjelasan dari ketiga bidang studi tersebut
adalah sebagai berikut (http://sobatbaru.blogspot.com/ 2010/03/pengertian-
ergonomi.html, 2011):
a.    Ergonomi fisik: berkaitan dengan anatomi manusia dan beberapa karakteristik
antropometrik, fisiologis, dan bio mekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
b.    Ergonomi kognitif: berkaitan dengan proses mental, seperti persepsi, memori,
penalaran, dan respon motorik, karena mereka mempengaruhi interaksi antara manusia
dan elemen lain dari sistem. Topik yang relevan meliputi beban kerja mental,
pengambilan keputusan, kinerja terampil, interaksi manusia-komputer, kehandalan
manusia, stress kerja, dan pelatihan yang berhubungan dengan manusia-sistem dan
desain interaksi manusia komputer.
c.    Ergonomi organisasi: berkaitan dengan optimalisasi sistem teknis sosial, termasuk
struktur organisasi, kebijakan, dan proses. Topik yang relevan meliputi komunikasi,
awak manajemen sumber daya, karya desain, kerja tim, koperasi kerja, program kerja
baru, dan manajemen mutu.
Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan
oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979). Berikut ini adalah penjelasan dari bidang-
bidang kajian tersebut.
a.    Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan
dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem
kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
b.    Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.
c.    Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme
tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam
bekerja dan sebagainya.
d.    Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
e.    Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dari
suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi,
kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu
solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem
terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.

F. Penerapan Ergonomi
Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja. Penerapan
ergonomi antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat
kerja, dan cara mengangkat beban (http://www.depkes.go.id/downloads/
Ergonomi.PDF, 2011).
   a. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
b. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
   c. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
  d. Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan
cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
1. Menjinjing Beban
      Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
2. Organisasi Kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
       - Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
       - Frekuensi pergerakan diminimalisasi
       - Jarak mengangkat beban dikurangi
       - Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan         
          mengangkat tidak Terlalu tinggi.
       - Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
      3. Metode Mengangkat Beban
              Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik    
      Dari Pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua   
       prinsip:
       - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
       - Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
         badan.
        Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
- Posisi kaki yang benar
- Punggung kuat dan kekar
- Posisi lengan dekat dengan tubuh
- Mengangkat dengan benar
- Menggunakan berat badan

4. Supervisi Medis
 Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan bebankerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan  pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari
semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga
yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

B.     Saran

  Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja


manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping
untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan
yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya
mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia
(operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
  Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari
segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Makalah Ergonomi
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomosyang berarti
aturan/ hukum jadi ergonomi merupakan aturan- aturan yang dipakai untuk kerja. International
Ergonomics Association mendefinisikan ergonomi merupakan studi tentang aspek- aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain perancangan untuk optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan di tempat kerja di rumah dan tempat rekreasi.
Penerapan ergonomi pada umumnya sangat luas. Di setiap ruang yang dimiliki oleh sarana
pelayanan merupakan tempat kerja utama bagi tenaga kerja dengan fungsi masing - masing
ruang. Tempat kerja dengan properti dan perlengkapan yang cukup banyak dengan perancangan
ruang yang tidak ergonomis, pencahayaan yang tidak ergonomis pula seringkali
ketidaknyamanan dalam bekerja akan terasa, kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan berisiko
tinggi dan akan mengakibatkan pula rendahnya efisiensi dan daya kerja.

B.     RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya
ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan
kerja. Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja
manusia dan mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau
peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error).
Sedangkan pendekatan khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi
yang relevan berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di
Ruang Kerja Rekam Medis
2.  Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi Ergonomi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup Ergonomi.
c. Untuk mengetahui metode-metode Ergonomi.
d.Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Defenisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan
suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the
worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan
kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”

B.     Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :


1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan
(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama
pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat
kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take, pols, dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

C.     Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang
sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan
dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1.      Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan
otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
-Laki-laki dewasa 40 kg
-Wanita dewasa 15-20 kg
-Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
-Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
-Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
-Frekuensi pergerakan diminimalisasi
-Jarak mengangkat beban dikurangi
-Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
-Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban


Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan
harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
-Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
-Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan

D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi


Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis
yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada
kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita
harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan /
membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme
melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi
kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas
ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak
seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan
tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan
siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja remaja
 Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif
lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata
dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada
serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan
masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya
kelelahan.

E. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja

Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya
tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja
dan lingkungan kerja.
BAB III
STUDI KASUS

A.    Permasalahan Ergonomi

Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah


mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini akan
diuraikan contoh masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan
pekerjaannya :

B.       Faktor - faktor Penyebab Masalah


Beberapa faktor - faktor yang menyebabkan terjadi masalah adalah:
1.   Banyaknya properti dan perlengkapan kerja yang tidak diperlukan.
2.   Banyaknya perangkat kerja yang tidak ergonomis, seperti kursi, meja, rak. 3. Kurangnya
pengetahuan dan inovasi terhadap perancangan ruang kerja yang ergonomis.
4.   Minimnya dana untuk sarana prasarana.
5.  Sempitnya ruang kerja

C.    Akibat Permasalahan
Adapun beberapa akibat yang ditimbulkan dari masalah adalah:
1.      Ketidaknyamanan dalam bekerja akan terasa.
2.      Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan beisiko tinggi.
3.      Menurunnya efisiensi dan daya kerja.
4.      Meningkatkan kelelahan dan rasa nyeri dalam bekerja.

D.    Pemecahan/ Solusi Masalah


Beberapa pemecahan/ solusi masalah adalah:
1.      Merancang tempat kerja yang ergonomis dengan mengaplikasi data anthropometri dan
disesuaikan dengan ruang kerja.
2.      Merancang ulang perangkat kerja yang ergonomis seperti kursi, meja, rak, pintu, jendela, dll.
3.      Memperluas tempat kerja sesuai dengan kebutuhan.
4.      Mengatur pencahayaan yang cukup.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

B.     Saran

• Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja


manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu
cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber
daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
(human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
• Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari
segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam
perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

makala ergonomi
BAB  I 
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang
penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi
lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan
para pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan
atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

B.     Rumusan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya
ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja.
Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja manusia dan
mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau peralatan yang
disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error). Sedangkan pendekatan khusus ergonomi
merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi yang relevan berkaitan dengan karakteristik dan
perilaku manusia dalam perencanaan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di Tempat Kerja.

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui defenisi Ergonomi.

b.      Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup Ergonomi.

c.       Untuk mengetahui metode-metode Ergonomi.

d.      Untuk mengetahui penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi.

e.       Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja.

D.    Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study pustaka sebagai karena
dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi buku-buku teks yang kami pakai
ada buku  ERGONOMI dan juga kami mengunakan inernet sebagai sarana penambah bahan materi dari
makala ini.
.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the
worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan
kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.

B.     SEJARAH ERGONOMI

Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat
tergantung pada kegiatan tanganya.Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah
sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alama pada saat itu.

Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan
primitif menjadi manusia yang berbudaya.Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan
peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai
berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut.
Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya
berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya.Hal ini terlihat lagi
pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih
memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.

Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad.
Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-
kadang secara kebetulan.Baru diabad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perabaikan
tersebut dan secara khusus mengembangkannnya.
Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut "
Ergonomi".Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.

C.    Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.

 Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.

2.      Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.

3.      Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:


1.      Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2.       Menurunnya kecelakaan kerja

3.      Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4.      Stress akibat kerja berkurang.

5.      Produktivitas membaik.

6.      Alur kerja bertambah baik.

7.      Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8.      Kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :


Tehnik:
1.      Fisik

2.      Pengalaman psikis

3.      Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

4.      Anthropometri

5.      Sosiologi

6.      Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.

7.      Desain, dll.

D.    Metode-metode Ergonomi

1.      Diagnosis

Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji
pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas
mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2.      Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.

3.      Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan,
bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:

1.      Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh
dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2.      Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan
ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3.      Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara
internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4.      Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll.
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.

E.     Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi


Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang
biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :

1.      Pemeriksaan sebelum bekerja Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.

2.      Pemeriksaan berkala Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi
bila ada kelainan.

3.      Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus
waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai
berikut :

1.      Kelelahan fisik

2.      Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.

3.      Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

4.      Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme
melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja
akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas
ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya
terjadi :
a.       Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada
gangguan bising.

b.      Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.

c.       Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.

d.      Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.

e.       Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.

f.       Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.

g.      Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.

h.      Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

i.        Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

 Pekerja remaja

 Wanita hamil dan menyusui

 Pekerja yang telah berumur

 Pekerja shift

 Migrant.

j.        Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu
diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :

Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan
kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah
ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

F.     Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja

Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang
desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan
kerja.
G.    ASPEK PSIKOLOGIS ERGONOMI

Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi tingkat stress yang
diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda
empat. Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan dan keselamatan pun akan
lebih meningkat.

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun
ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam
pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di
tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai
berikut:

 Bekerja dalam posisi atau postur normal.


 Mengurangi beban berlebihan.
 Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
 Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
 Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
 Minimalisasi gerakan statis.
 Minimalisasikan titik beban.
 Mencakup jarak ruang.
 Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
 Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
 Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.

H.    CONTOH APLIKASI ERGONOMI

Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal
tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat
mengemudi. Apalagi jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan kebosanan.
Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan
puncaknya adalah rasa ngantuk. Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat
melindungi, sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat kepada manusia
untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan untuk memulihkan tenaga.
Apabila dalam kondisi lelah terus dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat
membuahkan kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di sekitanya. Oleh
karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk beristirahat walau sejenak.

Di samping itu kendaraan yang dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak
pengemudi sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan serasi. Informasi
yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin. Demikian juga perintah yang diberikan
pengemudi harus segera mendapat respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak
ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman dan terlalu rendah sehingga
mengganggu medan pandang, ruang kemudi terlalu sempit, desain interior kurang indah dan
penempatan kontrol-kontrol tidak tepat. Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar
kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin sehingga menurunnya gerak reflek pengemudi
karena kelelahan dapat ditingkatkan dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat
diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan
lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain tempat duduk, perlengkapan pengendali
kendaraan, medan pandang, istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..

DESAIN TEMPAT DUDUK

Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi/penumpang


adalah tempat duduk, karena sebagian besar tubuh manusia berada di sini. Berbeda dengan perangkat
lainnya yang hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu kenyamanan tempat
duduk mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.

Kenyamanan tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat
duduk. Orang yang berada di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan
tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersiksa dan mengakibatkan
kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika
tata letak penyangga berada pada tempat yang salah.

Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang secara khusus karena
pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat tempat duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar tulang pinggul, tetapi harus
mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha dan sekitar tulang ekorArtinya tempat duduk
tidak menerima tekanan yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar secara
merata dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu
tempat tertentu akan menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan suatu
bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi pengemudi hingga kecenderungan
terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar. Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang
berbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran yang dapat distel.

RODA KEMUDI, PEDAL REM, DAN PEDAL KOPLING

Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena
keduanya berkaitan dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak
pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan kemudi, tetapi banyak memerlukan
tempat (ruang). Sebaliknya jika diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi
diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga akan cepat melelahkan pengemudi.
Namun diameter roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan,
artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda kendaraan. Untuk itu perlu diciptakan
roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga yang besar untuk memutarkannya.

Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval). Roda
kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi
bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat belok lebih kecil dan
kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan lurus.

Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi dapat
distel. Dengan merubah kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan yang cukup keras
(misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi terhindar dari himpitan roda kemudi saat terjadi
kecelakaan.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi terhindar dari himpitan saat
kecelakaan. Seperti yang dilakukan perusahaan mobil Volvo yang menerapkan konsep “safety
cage”(ruang aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan belakang mobil
berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan) yang fatal, kap mesin
terlipat ke atas, spatbor(slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling) jatuh ke bawah.
Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada
mobil Saab 9000 dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa mengakibatkan
kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang
mampu meredam energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan pedal rem
juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan
mempengaruhi kerja kaki pada saat mengemudi.

MEDAN PANDANG DAN KEMAMPUAN PANDANG

Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas dan bawah. Untuk
memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar. Kemampuan
yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata mutlak harus dimiliki
oleh kaca spion. Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas
menggambarkan situasi yang sesungguhnya.

Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Misalnya


saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali
berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot) lampu yang tidak memenuhi
standard. Untuk meningkatkan kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih baik,
maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan perlengkapan khusus. Cara yang dapat
ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak memantulkan sinar
sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam hari dipengaruhi oleh terangnya lampu
dan arah penyinaran. Lampu jenis “halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding
lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau terlalu tinggi. Masing-masing jenis
kendaraan memiliki spesifikasi (ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu
terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki kemampuan pandang dan
tidak mengganggu pengemudi dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampuan pandang akibat
adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu berwarna kuning). Sinar lampu
kabut mampu menembus kabut sampai beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan
pandang saat terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk menembus kabut, maka
pengemudi akan merasa cepat lelah karena kemampuan pandang berkurang.

Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan kabut (embun) yang
menempel pada dinding kaca depan dan belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis
air hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air hujan yang menempel pada
dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis
penggerak wiper dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis, wiper dapat diatur
gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh
seperti pada mobil Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram. Pada kecepatan
tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain
maka tinggal memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama. Untuk waktu
penghapusan pun dapat diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.

INSTRUMEN DAN PANEL YANG MUDAH DIBACA

Apabila pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan aman, sebelumnya harus


mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Di samping itu perlengkapan tersebut harus
akurat dan mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam membaca instrumen,
dilakukan pengujian dengan menggunakan metode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini
menggunakan perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada kepala
pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang ditempatkan di sekeliling mata, maka dapat
diketahui ukuran, terangnya suatu warna, dan posisi dari meter-meter yang dikehendaki pengemudi.

Dari hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu salah satu dari tipe meter
yang mampu mengurangi waktu untuk melihat informasi yang diberikan. Untuk memperbaiki
kemampuan pandang biasa digunakan cara pemantulan dari perangkat meter dengan menggunakan
cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah
membaca meter. Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar diberikan oleh meter tersebut
sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi.

Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk membaca dan kembali ke
posisi pandang awal dengan pola meter dipantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh lebih
cepat sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan pembacaan langsung tanpa pantulan. Dari hasil
pengujian terhadap beberapa pengemudi dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang
sama dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu bergerak cepat atau saat
melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).

Indikator yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika terjadi gangguan.
Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan menyala bila menunjukkan angka kritis (bensin hampir
habis), demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur kapasitas minyak rem
dalam reservoir, indikator pengisian baterai, juga penting untuk diberi tambahan lampu peringatan.
Dengan demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga memudahkan bagi
pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam sistem. Penentuan warna
pada panel/dashboard (tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam
menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan warna hitam nampak
lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat
dikurangi terutama pada malam hari.
I.       ANTROPOMETRI

Antropometri menurut stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data
numerik yg berhubungan dgn karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

1.      UKURAN ANTROPOMETRI POSISI DUDUK

1.      Tinggi badan posisi duduk :

2.                      Pria : 864 mm

3.                      Wanita : 834 mm

4.      Tinggi bahu posisi duduk:

5.                      Pria : 572 mm

6.                      Wanita : 550 mm

7.       Tinggi siku posisi duduk:

8.                      Pria: 231 Wanita: 229 mm

9.      Tinggi lutut:

10.                  Pria: 496 mm Wnt:472


11.  Tinggi lipat lutut:
                Pria:403 mm Wnt:382
J.       BIOMEKANIKA

Biomekanika adalah suatu bidang kajian dalamErgonomi yang berhubungan dengan mekanisme
pergerakan tubuh dalam melakukan suatupekerjaan/aktivitas.
  Franklin & Nordin (1980) mendefinisikan biomekanika sebagai berikut:
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada
bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas
sehari-hari.

  Chaffin (1991) membuat istilah biomekanika kerja (Occupational Biomechanic) yang didefinisikan
sebagai berikut:

Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja dengan peralatan, mesin dan material,
sehingga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko
cedera kerja (muskuloskeletal)

BAB III
STUDI KASUS

A.    Permasalahan Ergonomi
Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui
terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan contoh masalah
ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya :

Perajin Kerupuk
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan baku: tepung tapioka, kanji, bahan tambahan
pewarna dan penyedap. Hasil produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.
Proses dan Posisi Kerja:

1.      Pembuatan adonan kerupuk

Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat penampungan ke tempat
pembuatan adonan yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku tersebut diaduk rata secara mekanis selama 3-
5 menit atau secara manual selama 7-10 menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni kembali secara
manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan homogen.

Posisi kerja

Proses menguleni adonan dilakukan sambil berdiri dengan meja kerja permanen setinggi 70 cm yang
terbuat dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 kg.

2.      Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak dan dimampatkan
secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari
lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar
sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja :

Pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk di lantai.

3.      Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5 – 10 menit dan
setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang
lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat
tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja :

Pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai dikukus dilakukan pada posisi duduk di lantai /
jongkok.

4.      Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per keranjang 17-20
kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.

5.      Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10 – 12 meter. Proses
penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak
panas.
Posisi kerja :

Proses penggorengan dilakukan dengan posisi berdiri dengan 2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm;
selesai digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di bagian ini kurang baik.

6.      Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.

B.     Penanggulangan Permasalahan Ergonomi

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap awal adalah
identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah, masalah yang paling
mencolok harus ditangani lebih dahulu. Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif
intervensi harus diusulkan. Pada pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya
berinteraksi dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya manusia

1.      Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan tenaga kerja yang
sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif baik secara sosial maupun
ekonomi.

2.      Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi
dan kekuatan otot.

3.      Lingkungan tempat kerja

-          Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak
secara leluasa dan efisien.

-          Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.

4.      Pembebanan kerja fisik

Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali.
Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah
lebih banyak.

Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

-          Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan
istirahat.
-          Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak
dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan
memaksa tenaga kerja untuk berhenti.

5.      Sikap tubuh dalam bekerja

Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan.
Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang
menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang
dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di
bawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal
dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada
laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah
antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat
berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

B.     Saran
1.      Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti
menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi
diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya
mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.

2.      Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi
yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Makalah Ergonomi
Rabu, 06 November 2013

Peran prinsip ergonomi dalam pengangkutan kayu

I.                  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kenyataan bahwa pekerjaan dan kegiatan di kehutanan merupakan hal yang berat tidak dapat
dipungkiri lagi akan sangat rentan terhadap kecelakaan kerja, terlebih  lagi bagi para tenaga kerja yang
menggeluti sector ini yang hampir selalu dikondisikan ataupun berada pada kondisi yang menempatkan
dirinya pada situasi yang tidak nyaman, berhadapan dengan bahaya dengan beban dan jenis pekerjaan
yang berat dan sangat menguras keringat ditambah lagi lingkungan kerja alami yang  tidak dirancang
untuk kenyamanan manusia membuat sector ini sangat memerlukan sebuah kaidah atau aturan
mengenai tata cara dalam melakukan sebuah pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan
dan keselamatan bagi para pekerja di sector kehutanan, yang pada akhirnya diharapkan dapat berkerja
secara efisien dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dari pekerjaannya.

Berdasarkan fakta tersebut ilmu pengetahuan yang dapat mengakomodir antara tuntutan kegiatan
pekerjaan di sector kehutanan dengan kenyamanan dan keselamatan para pekerja di sector
kehutananadalah ilmu ergonomic. Secara harapiah ergonomic adalah ilmu mengenai tata cara dalam
bekerja.
Didalam pekerjaan kegiatan sector kehutanan sendiri aplikasi dari ilmu ergonomic dimulai dari mulai
kegiatan awal kehutanan yaitu berupa perencanaan areal kerja, perencanaan areal kerja, pembukaan
wilayah hutan, inventarisari hutan, penebangan atau pemanenan hingga penanaman tegakan baru.

Didalam makalah ini sendiri konsentrasi utama pembahasan adalah pada penerapan prinsip
ergonomic pada pengangkutan kayu.  Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian
kegiatan pemanenan hutan, dimana kayu – kayu yang sudah berbentuk sortimen ( log ) yang
dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa
menuju tempat penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri
dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, mekanis dan full mekanis.

Kegiatan pengangkutan kayu merupakan kegiatan yang berat dan banyak mengandung bahaya
karena keterlibatan langsung tenaga kerja ( manusia ) didalam kegiatanya baik berupa sebagai tenaga
pemindah ( transporter ) kayu ataupun sebagai pengawas ( controller) kegiatan pengangkutan itu
sendiri. Bahkan dalam praktik pengangkutan kayu secara semi mekanis tenaga kerja juga ada yang
berperan sebagai pengoprasi ( operator ) dari alat berat yang membantu kegiatan pengangkutan kayu
ini. Sebagai contoh pengoperasian alat angkut kereta api pada system pengangkutan pemanenan di
hutan rawa gambut.

Merupakan hal yang lumrah bagi tenaga kerja manusia yang memiliki keterbatasan dalam hal daya
tahan fisik dan mental ( psikologis ) yang merupakan kodratnya sebagai manusia biasa. Berdasarkan hal
tersebut penerapan prinsip ergonomic dengan baik dan benar merupakan hal yang sangat dibutuhkan
bagi pekerja disektor kehutanan terkhusus didalam kegiatan pengangkutan kayu yang sudah terbukti
menguras tenaga fisik dan psikis tenaga kerja manusianya. Sehingga pada akhirnya prinsip ergonomic ini
akan memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan tenaga kerja manusia disektor kehutanan ke
tingkat yang lebih baik lagi.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami aplikasi
( praktik ) prinsip ilmu ergonomic dalam bidang kehutanan khususnya pengangkutan kayu.

II. PEMBAHASAN
3.1  Ergonomi dan Ruang Lingkupnya

3.1.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan.
Dengan  demikian secara harpiah ergonomic adalah ilmu aturan atau tatacara dala bekerja. Dalam arti
yang lebih luas menurut Mikael ( 1999 ), ergonomic ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan
dengan pekerjaan, dengan segala aspek dan ruang lingkupnya. Suatu bidang studi yang mencari
atau  menangani desain peralatan dan tugas-tugas  yang cocok dengan kapabilitas manusia dan limitnya.
Faktor kenyamanan kerja, ergonomi harus bisa memahami seluruh keadaan manusia, baik dari segi
anatomi, fisiologi, psikologi,engineering, manajemen, dan desain/perancangan untuk membuat desain
tugas yang berguna, ramah penggunaan di segala tempat dan bidang. Bahwa seorang pekerja yang
mengoperasikan banyak peralatan, namun dapat dijangkau dengan mudah.

Didalam lingkup pembahasannya ilmu ergonomic membahas seputar aspek-aspek yang dapat
mendukung pekerjan manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi utamanya
yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendiaan,anthropometri, sosiologi,
fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperatur tubuh dan desain dari alat atau stasiun alat.

Argumentasi utama mengapa aplikasi prinsip ergonomic itu penting dalam mendukung sebuah
pekerjaan karena, Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan ketidak nyamanan, biaya
tinggi,penurunan performa,efisiensi dan daya kerja juga kecelakaan.

3.1.2 Konsep dan Prinsip Dasar Penerapan Ilmu Ergonomi

      Didalam ilmu ergonomic, konsep dasar yang pengaplikasian kegiatannya meliputi dimana, kapan,
oleh siapa dan bagaimana teori – teori dari ilmu ergonomic itu diaplikasikan. Karena, dengan penerapan
teori – teori dari ilmu ergonomic itu secara tepat dan benar akan memberikan kepada keuntungan
kepada pekerja antara lain sebagai berikut :

•         Lebih baik dalam mengerjakan tugasnya

•         Lebih sehat

•         Meningkatkan kepuasan kerja

•         Lebih produktif

            Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap produk, alat dan
ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral, sehingga mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh dalam menghadapi permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan technology dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan rancangan sistem manusia
( technology ) dapat menjadi optimal.Terdapat beberapa aspek dari ergonomis yang harus
dipertimbangkan, antara lain adalah:
1.      Sikap dan posisi kerja.Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang
terkadang-kadang cenderung tidak mengenakkan dan kadang-kadang juga harus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau
menderita cacat tubuh. Untuk menghindari hal tersebut di atas terdapat beberapa pertimbangan
ergonomis, seperti:

               Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi
yang sering atau jangka waktu lama.

               Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.

               Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala,
leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring.

               Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau
lengan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.

2.      Anthropometri dan dimensi ruang kerja.Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya peralatan
dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakan khususnya menyangkut dimensi ukuran
tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum

Ergonomi tidak pernah lepas dari Anthropometri. Anthropometri berasal dari ”antro” yang berarti
manusia dan ”metri” yang berarti ukuran. Jari secara garis besar anthropometri dapat didefinisikan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.         

Anthropometri adalah sekumpulan data numerik yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik tubuh manusia,
seberti: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan
masalah design.

Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam segala hal yang
memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai perancangan area, alat, produk, maupun
stasiun kerja, yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat, sehingga para pengguna
alat atau ruangan fisik tersebut cocok, dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas.

Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam


memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara
luas antara lain dalam hal:

               Perancangan area kerja

               Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.

               Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja komputer

               Perncangan lingkungan kerja fisik

Selain hal tersebut kajian yang tidak kalah penting dalam ilmu ergonomic adalah konsep
keseimbangan dalam ergonomic. Konsep keseimbangan dalam ergonomic itu dijelaskan dalam
hubungan sebagai berikut ;
  Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja =>over stress, discomfort, lelah, cidera,celaka, sakit, produktivitas

  Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja =>under stress, bosan, lesu, tidak produktif

  Harapannya adalah antaratuntutan tugas = kemampuan tugas => performa optimal

Didalam pendekatan ilmu ergonomic manusia merupakan factor penentu yang dipengaruhi
oleh internal factor dan eksternal factor. Artinya internal ditambah eksternal factor adalah pendekatan
ergonomis.

3.2  Penerapan Prinsip Ergonomi pada Kegiatan Pengangkutan Kayu

Siregar, M (1980) pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan yang di dalamnya terdapat hubungan dalam hal:

a.       Ada muatan yang diangkut

b.      Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut

c.       Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut

Pengangkutan kayu merupakan kegiatan memindahkan log/kayu dari tempat tebangan sampai
tujuan akhir yaitu TPK atau pabrik.Kegiatan pengangkutan ini disebut dengan istilah Major
Transportation. Menurut Elias (1988) bahwa makin besar kayu maka akan semakin pendek waktu
penanganannya per satuan volume dan makin pendek waktu angkutan. Kayu akan turun kualitasnya jika
dibiarkan terlalu lama di dalam hutan.

Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya pekerjaan di dunia kehutanan merupakan suatu jenis
pekerjaan yang sangat berat dan sangat rentan terhadap kecelakaan kerja yang fatal, karena selain
melibatkan bahan baku (input) berupa barang berat dengan produk (output) yang juga kebanyakan
barang berat juga melibatkan serangkaian mesin berat yang juga berguna untuk membantu pekerja di
sector kehutanan. Fakta tersebut mendukung perlunya penerapan ilmu tentang aturan kerja yang baik
bagi pekerja (ergonomic) yang diterapkan dengan prinsip fisikal dan prinsip kognitif.

Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan pemanenan hutan
yang terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan kayu,
dimana kayu – kayu yang sudah berbentuk sortimen (log) yang dikumpulkan baik di tempat
pengumpulan kayu maupun di tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa menuju tempat
penimbunan kayu ataupun langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan
secara manual, semi mekanis, mekanis dan full mekanis.

Kegiatan pengangkutan kayu (major transportations) merupakan kegiatan yang berat dan
banyak mengandung bahaya karena keterlibatan langsung tenaga kerja (manusia) didalam kegiatanya
baik berupa sebagai tenaga pemindah (transporter) kayu ataupun sebagai pengawas (controller)
kegiatan pengangkutan itu sendiri. Bahkan dalam praktik pengangkutan kayu secara semi mekanis
tenaga kerja juga ada yang berperan sebagai pengoprasi (operator) dari alat berat yang membantu
kegiatan pengangkutan kayu ini. Sebagai contoh pengoperasian alat angkut kereta api pada system
pengangkutan pemanenan di hutan rawa gambut.
            Setelah kegiatan penyaradan dan pemuatan, maka dilakukan kegiatan pengangkutan yaitu
memindahkan kayu dari TP ke TPK (tempat pengumpulan kayu) biasanya dengan menggunakan truk.
Didalam praktik pemanenan hasil hutan kegiatan pengangkutan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
pengangkutan major yaitu pengangkutan kayu dari TPN dan TPN antara menuju konsumen dan
pengangkutan minor yaitu pengangkutan kayu dari tunggul pohon menuju TPN atau TPN antara
pengangkutan minor juga sering disebut sebagai kegiatan penyaradan. Dalam system pengangkutan baik
itu major maupun minor dapat dilakukan dengan system darat seperti dengan truk, kereta api, system
perairan dengan boat, rakit dan pompom dan system udara dengan cable ataupun hallycopter.

Penyaradaan atau pengangkutan minor dilakukan setelah  pembagian batang selesai, maka


dilakukan penyaradan yang dilakukan secara manual dengan tenaga manusia.  Pekerja penyaradan
melakukan pemindahan batang tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD). Batang tersebut
dipindahkan dengan cara dipikul secara perorangan dengan meletakkan kayu di atas bahu pada batang
dengan ukuran kecil (sortimen A 1) sampai dengan sedang (sortimen A II) dengan diameter dan panjang
tertentu yang masih dapat dijangkau untuk dipikul.  Batang yang berukuran besar (A III) dipikul secara
bersama-sama oleh dua orang atau lebih menggunakan alat bantu berupa batang berukuran tertentu
dan kawat yang dilingkarkan pada batang, disebut dengan istilah “ender”. Batang yang disarad biasanya
dipindahkan dari areal tebang ke tempat pengumpulan (TP), tetapi batang yang ringan biasanya
langsung dimuat ke atas truk.

            International Labour Organization (2002) menyebutkan jika memungkinkan penyaradan secara


manual harus menghindarkan pemindahan kayu dengan menggunakan tangan dan jika mengguanakan
tangan, jarak harus dijaga sependek mungkin dengan menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan
jaringan jalan sarad yang cukup dekat, penggunaan perkakas bantu seperti kait, penjepit atau sapi-sapi.
APD harus disediakan dan dikenakan sesuai dengan ketentuan dan Jika tidak ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan dan hukum nasional, berat kayu yang harus ditangani dengan tangan
oleh satu pekerja tidak boleh melebihi suatu tingkatan yang mungkin membahayakan keselamatan atau
kesehatan. Selain itu beban kerja yang melebihi kapasitasnya dapat mempengaruhi kesehatan pekerja
(Yovi  et al, 2006).

            Dalam melakukan penyaradan manual perlu memperhatikan teknik penyaradan yang benar. Para
pekerja harus menjaga punggung mereka dalam keadaan lurus dan menggunakan otot kaki mereka saat
pengangkatan. Beban harus dijaga tetap dekat dengan tubuh dan dengan keseimbangan yang baik. Para
pekerja harus memilih jalan mereka hati-hati dan menghindari rintangan (ILO, 2002). Sedangkan Pusat
Kesehatan Kerja (2009) menyebutkan bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup
berat, terutama teknik yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cidera pada punggung. Pencegahan
dapat dilakukan: beban yang diangkat tidak terlalu berat, tidak berdiri terlalu jauh dari beban, tidak
mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi hendaknya menggunakan tungkai bawah sambil
berjongkok, dan hendaknya menggunakan pakaian yang tidak terlalu ketat sehingga pergerakan tidak
terhambat. 

Secara spesifik aplikasi dari prisnip ergonomic dalam pengangkutan kayu dijabarkan sebagai
berikut :

A.    Prinsip Fisikal
Prinsip fisikal adalah suatu prinsip yang berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi kerja yang
dapat mendukung jasmani pekerja agar dapat bekerja dengan nyaman dan efektif sehingga
meminimalisir pengeluaran tenaga secara berlebihan.

Contohnya :

         Meletakan dan memasangrantai penyarad kayu (log) di pangkal batang atau di ujung batang kayu (log)
sehingga saat ditarik menjadi lebih stabil dan mudah dijangkau tangan untuk ditarik.

         Memilih alat angkut seperti truk yang tinggi bak truk dari tanah tidak lebih tinggi dari pekerja
pengangkut kayu atau sekitar 130 cm. Sehingga pekerja pengangkut kayu dapat memasukkan kayu
dengan mengeluarkan tenaga yang tidak terlalu besar akibat harus menjinjit dan mengangkat kayu (log)
hingga melewati kepalanya.

         Bekerja dengan postur yang sesuai, artinya kemapuan pekerja dalam mengangkut kayu harus
disesuaikan dengan batas kemapuan daya dukung fisiknya.

         Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan, seperti menyarad kayu (log) diatas rel dengan alat
kuda – kuda atau mengangkut kayu dengan system mekanis dengan mengunakan cable atau
hellykopter.

         Meminimalkan kepenatan dan keletihan yaitu beristirahat sesuai porsi yang ideal antara kemampuan
kerja dengan tuntutan kerja.

         Mengatur posisi tubuh atau kuda – kuda pada saat akan mengangkat kayu (log),  sehingga akan
membagi tekanan beban ke beberapa bagian tubuh secara merata.

         Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman seperti meminimalisir menggunakan mesin berbahan diesel
sehingga akan mengurangi kebisingan, membuat aliran air sehingga akan mengurangi genangan air dan
melakukan sebuah treatment yang dapat meminimalisir ganguan serangga dan hewan pengganggu
seperti nyamuk dan tawon dengan cara pengasapan.

B.     Prinsip Kognitif

Prinsip kognitif adalah suatu prinsip yang bertujuan untuk memberikan petunjuk atau arahan
dalam bekerja yang ditujukan ke dalam alam akal pemikiran pekerja.

Contohnya ;

         Perusahaan menetapkan standard baku dan umum bagi semua pekerja sesuai dengan kemampuan hasil
analisa antropometri pekerja.

         Dalam kegiatan pra pengangkutan dan penyaradan dapat melakukan pembahasan kerja ( briefing )
dimana asisten menejer atau mandor memaparkan penjelasan berdasarkan bahasa sederhana.

         Pada kegiatan pengangkutan dapat dilakukan penulisan data tentang kayu (log ) di ujung pangkal pohon
mencakup informasi jenis kayu, diameter kayu, asal petak dll. Sehingga pekerja pengangkutan kayu
dapat dengan mudah menggolongkan kayu ketika dimuat ke alat pengangkutan.
Contoh Kasus Penerapan Ergonomi dalam Pengankutan Kayu
Pengangkutan kayu di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang
1.      Sistem Pengangkutan Kayu

Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat kayu di betou (Tpn)
sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal HPH PT. kurnia Musi Plywood Industrial Co.
Ltd. meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.

a. Pembuatan jalan rel

Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta memilki topografi
yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai adalah jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri
dari susunan kayu dan rel besi sebagi tempat meluncurnya loko dan lori.

Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dengan cara memindahkan rel
besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang lain. Pekerjaan pembuatan jalan rel dimulai dengan
pembuatan rencana jaringan jalan di atas peta, kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta,
pembuatan galkang dan pemasangan rel. Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan system borongan.

Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997 sepanjang 373,60
km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997 adalah 20 km. Jarak rata-rata pengangkutan
kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke logpond pada saat penelitian ini adalah 16,375 km.Pemeliharaan
dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu pekerja harian. Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan
oleh regu pekerja setiap hari yang terdiri dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini
adalah memperbaiki jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas, plat
sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan jika pohon yang
tumbang di atas rel.

b. Pengangkutan dengan loko dan lori

Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan darat dengan menggunakan rangkaian
lori dengan tenaga loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995.
Mesin tipe ini mempunyai tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum 23
DK/2200 rpm denganisi langkah 1132 cc.

Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log pond. Jarak
angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat penelitian adalah 16,375 km. Satu buah
loko mempunyai 15 set lori yang dikerjakan oleh satu regu pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu
orang menjadi operator dengan menggunakan sistem upah borongan.

2.      Elemen Kerja Pengangkutan

Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi meliputi :

1.      Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana loko menarik dan
mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong) menuju betou. Tahapan kegiatan ini meliputi :
Persiapan sebelum menuju betou, yakni memansakan mesin dan menunggu loko depan.Loko berjalan
kosong, yakni loko bergerak meninggalkan log pond sampai loko berhenti di betou dan siap dimuati.

2.      Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan menggunakan locak. Tahapan kegiatan
memuat ini meliputi :

-          Mengatur posisi lori di betou

-          Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit, tongkattongkat untuk memantapkan
kayu yang dimuat) yang berada di atas lori di betou.

-          Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas lori.

-          Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil pada saat pemuatan
dilakukan.

-          Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak dan pengungkit.

-          Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang pengganjal agar kayu tidak
jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.

3.      Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang telah dimuati kayu mulai
berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan kegiatan ini meliputi:

-          Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan untuk pendingainan mesin
dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori selama perjalan.

-          Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan menarik dan mendorong lori
yang telah bermuatan.Pada saat perjalanan bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang
berfungsi untuk meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulit-kulit kayu pada
sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan roda loko dan lori yang keluar dari rel
akibat sambungan rel tidak rata.

4.      Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond. Kegiatan ini dimulai
dengan melepas tali pengikat.

3. Waktu Kerja dan Produktivitas Pengangkutan Kayu


Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu yang diperlukan oleh
pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam menentukan produktivitas kerja.

Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang ditarik/didorong loko adalah waktu
yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari betou ke logpond. Pengukuran waktu kerja
pengangkutan, yakni loko dan lori berjalan kosong menuju betou, memuat, berjalan bermuatan menuju
logpond dan membongkar muatan.

Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di areal HPH PT Kurnia
Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit dengan volume angkut rata-rata 42,626 m3 dan
jarak angkut rata-rata 16,375 km. Waktu kerja rata-rata efektif selama kegiatan pengangkutan ini adalah
528,255 menit. Waktu hilang yang begitu besar mencapai 81,845 menit mengakibatkan waktu yang
dibutuhkan selama pengangkutan menjadi lebih lama.

Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada kegiatan pengangkutan ini
adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar 50,365 menit (8,27 %), disebabkan kondisi jalan
angkutan (jalan rel) yang rusak. Besarnya waktu hilang ini disebabkan roda lori atau loko keluar rel
sehingga pekerja membutuhkan waktu untuk mengembalikan roda loko atau lori diakibatkan oleh
kondisi jalan rel yang dilalui.  Kondisi jalan rel yang rusak, menyebabkan seringnya roda loko dan lori
keluar jalur rel.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu ergonomi membahas seputar aspek-aspek yang dapat mendukung pekerjan manusia itu sendiri
seperti, teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan
gerakan otot dan persendiaan, anthropometri, sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan
temperatur tubuh dan desain dari alat atau stasiun alat.

Pengangkutan adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan yang di
dalamnya terdapat hubungan dalam hal:

a.       Ada muatan yang diangkut

b.      Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut

c.       Ada jalan, tempat yang akan dilalui alat angkut

Pengangkutan kayu merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan pemanenan hutan yang
terdiri dari penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan kayu, dimana
kayu – kayu yang sudah berbentuk sortimen ( log ) yang dikumpulkan baik di tempat pengumpulan kayu
maupun di tempat penimbunan akhir kayu akan di bawa menuju tempat penimbunan kayu ataupun
langsung kepada konsumen. Pengangkutan kayu sendiri dapat dilakukan secara manual, semi mekanis,
mekanis dan full mekanis.Penerapan ergonomic dalam pengankutan kayu dapat terlihat dari cara
pengangkutan kayu dengan cara tersebut.Dimana dalam hal ini menggunakan prinsip fisikal dan kognitif.

Saran

Dalam pengangkutan kayu memang sangat diperlukan penerapan ilmu ergonomic karena akan
mempermudah pekerjaan dan menguragi rasa keletihan dan kecelakaan.Oleh karenanya perlu
pengkajian lebih lanjut mengenai cara yang bagaimana yang paling tepat digunakan dalam
pengangkutan kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah.2009.Modus Pengangkutan Kayu.http://amrullha.wordpress.com/modus-pengangkutan-


kayu/. Diakses pada minggu,03 November 2013.

Ardaliyus.2012.Pengangkutan            Kayu   Rakyat.http://ardaliyus.blogspot.com/2012/08/pengangkutan-
kayu-rakyat.html.Diakses         pada minggu,03 November 2013.
Wahidi Niam, 2009. Analisis aspek kompetensi penerepan keselamatan dan kesehatan Kerja dalam kegiatan
pemanenan kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Skripsi. Fahutan IPB. Bogor.

Yanto.2013.Kegiatan Pemanenan Hasil Hutan Kayu.http://yanto12345.blogspot.com/2013/02/kegiata

Pengertian Ergonomi, Prinsip & Contoh-Contohnya

Ergonomi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan atau
aktivitasnya. Dalam bidang desain produk, ergonomi adalah ilmu terapan yang membahas tentang kelebihan
dan keterbatasan manusia, dan secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi tersebut untuk merancang
suatu produk. Dengan demikian, produk yang dihasilkan akan baik, efektif, aman, dan nyaman. Di dalam ilmu
ergonomi terkandung makna penyalarasan antara produk dengan kebutuhan tubuh manusia

Sebuah produk kerajinan yang memiliki nilai pakai harus memperhatikan prinsip-prinsip ergonomic. Prinsip-
prinsip tersebut adalah kegunaan, keamanan, kenyamanan, keluwesan, dan kekuatan. 

a. Kegunaan (utility), artinya produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan seseorang untuk mendukung
aktivitas atau kebutuhan secara maksimal tanpa mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaannya. 

b. Keamanan (safety), artinya produk yang dihasilkan dapat digunakan dapat dimanfaatkan tanpa risiko
membahayakan keselamatan atau menimbulkan kerugian bagi pemakai. 
c. Kenyamanan (comfortability), artinya produk yang dihasilkan dapat digunakan dengan pas atau tidak
menganggu dalam beraktivitas, bahkan diupayakan dapat mendukung aktivitas seseorang. 

d. Keluwesan (flexibility), artinya produk yang dihasilkan sedapat mungkin bisa digunakan untuk berbagai
kebutuhan dalam berbagai kondisi atau dapat memiliki fungsi ganda.

e. Kekuatan (durability), artinya produk yang dihasilkan harus awet atau tahan lama dan tidak mudah rusak
jika digunakan.

   Contoh penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam pembuatan produk kerajinan tekstil seragam kantor
adalah sebagai berikut. 

- Kegunaan (utility): kemeja diberi kancing untuk memudahkan dalam mengenakan dan melepasnya.

- Keamanan (safety): saku baju diberi tutup dan dan kancing agar benda yang berada di saku tidak mudah
jatuh.
- Kenyamanan (comfortability): kain yang digunakan dipilih dari bahan yang seratnya lembut, sejuk, dan
menyerap keringat 
- Keluwesan (flexibility): baju diberi saku untuk menyimpan pulpen atau benda-benda kecil yang lain. 

- Kekuatan (durability): bahan baju dipilih dari bahan yang awet dan dijahit dengan baik dan kuat.

Contoh Ergonomi / K3 Sederhana di Lingkungan


yang Sederhana
Berikut akan dijelaskan contoh ergonomi di lingkungan yang sederhana yakni tempat pangkas rambut /
cukur pria. Tukang cukur seharusnya menggunakan alat pelindung diro (APD) atau personal protective
equipment (PPE) berupa masker. Namun seperti kita ketahui bahwa alat pelindung diri tersebut masih
jarang dijumpai di tempat-tempat cukur. Seperti yang kita ketahui bahwa pada rambut banyak tertempel
kotoran-kotoran terutama debu. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan
500 mikron. Dari jenisnya debu dapat dikelompokan kedalam debu organik (debu kapas, debu daun -
daunan, tembakau dan sebagainya)., debu mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang
batu dll) dan debu metal (debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll). Dari segi karakter
zatnya debu terdiri atas debu fisik (debu tanah, batu, mineral, fiber) kimia (mineral organik dan
inorganik) biologis (virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif. Dari sini jelas dapat dilihat bahwa para
tukang cukur sangat potensial terkena bahaya akibat sering bahkan setiap hari menghirup debu-debu yang
ada di rambut pelanggannya. Perlu diingat bahwa tempat pangkas rambut pria berbeda dengan salon
untuk wanita pada umumnya, disini pelanggan tidak dibilas rambutnya sebelum dicukur, jadi si tukang
cukur akan ‘menghadapi’ rambut-rambu yang masih penuh dengan kotoran dan debu. Hal yang
memperparah lagi adalah konsumen utama tempat pangkas rambut yang diobservasi adalah para
mahasiswa yang mayoritasnya adalah pengguna sepeda motor yang sangat beresiko terkena banyak debu
di jalan maupun debu karena helm yang dipakai itu sendiri. Dalam jangka pendek, hal ini sangat
berbahaya bagi tukang cukur yang alergi. Dalam jangka panjang, tukang cukur bisa terkena penyakit-
penyakit seperti :
 Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan paru (Silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) Gejala penyakit ini berupa sakit paru paru, namun berbeda dengan
penyakit TBC paru.
 Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit Pneumokonioses.
Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun.
 Anthrakosilikosis ialah pneumokomiosis yang disebabkan oleh silika bebas bersama
debu arang batu. Gejala penyakit ini berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan
dahak hitam (Melanophtys).
 Asbestosis adalah jenis pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu asbes dengan
masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat.
 Berryliosis, Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium,
 Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan : Monday
Morning Syndroma”atau”Monday Fightnesí” Sebagai gejala timbul setelah hari kerja sesudah
libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-batuk, “Vital Capacity” jelas menurun
setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.
 Stannosis Penyebab debu bijih timah putih (SnO).
 Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202).
Dari sini dapat diketahui bahwa masker itu sangat penting bagi para tukang cukur di tempat
pangkas rambut pria. Selain masker, PPE yang diperlukan bagi tukang cukur adalah sarung
tangan. Hal ini sangat penting jika konsumen yang dihadapi adalah penderita AIDS (yang akhir-
akhir ini booming). Sarung tangan ini untuk menghindari kemungkinan adanya kontak luka pada
tangan tukang cukur dengan luka yang ada di sekitar kepala penderita AIDS baik luka lama
atau luka karena pisau atau gunting cukur itu sendiri. Hal ini untuk mencegah tertularnya
penyakit AIDS tersebut. Walaupun konsumen berpenyakit AIDS sangat jarang ditemui namun
tidak ada salahnya tukang cukur menyiapkan sarung tangan tersebut jika suatu saat harus
menghadapi konsumen yang dicurigai terkena virus HIV. Pemakaian ini sarung tangan ini
bukan diskriminasi terhadap konsumen yang terkena virus HIV, namun semata-mata hanya
sebagai alat pelindung diri.

Sumber : Tugas Personal Protective Equipment, TI UGM ‘06

Contoh Ergonomi / K3 Sederhana di Lingkungan


yang Sederhana
Berikut akan dijelaskan contoh ergonomi di lingkungan yang sederhana yakni tempat pangkas rambut /
cukur pria. Tukang cukur seharusnya menggunakan alat pelindung diro (APD) atau personal protective
equipment (PPE) berupa masker. Namun seperti kita ketahui bahwa alat pelindung diri tersebut masih
jarang dijumpai di tempat-tempat cukur. Seperti yang kita ketahui bahwa pada rambut banyak tertempel
kotoran-kotoran terutama debu. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan
500 mikron. Dari jenisnya debu dapat dikelompokan kedalam debu organik (debu kapas, debu daun -
daunan, tembakau dan sebagainya)., debu mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang
batu dll) dan debu metal (debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll). Dari segi karakter
zatnya debu terdiri atas debu fisik (debu tanah, batu, mineral, fiber) kimia (mineral organik dan
inorganik) biologis (virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif. Dari sini jelas dapat dilihat bahwa para
tukang cukur sangat potensial terkena bahaya akibat sering bahkan setiap hari menghirup debu-debu yang
ada di rambut pelanggannya. Perlu diingat bahwa tempat pangkas rambut pria berbeda dengan salon
untuk wanita pada umumnya, disini pelanggan tidak dibilas rambutnya sebelum dicukur, jadi si tukang
cukur akan ‘menghadapi’ rambut-rambu yang masih penuh dengan kotoran dan debu. Hal yang
memperparah lagi adalah konsumen utama tempat pangkas rambut yang diobservasi adalah para
mahasiswa yang mayoritasnya adalah pengguna sepeda motor yang sangat beresiko terkena banyak debu
di jalan maupun debu karena helm yang dipakai itu sendiri. Dalam jangka pendek, hal ini sangat
berbahaya bagi tukang cukur yang alergi. Dalam jangka panjang, tukang cukur bisa terkena penyakit-
penyakit seperti :
 Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan paru (Silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) Gejala penyakit ini berupa sakit paru paru, namun berbeda dengan
penyakit TBC paru.
 Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit Pneumokonioses.
Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun.
 Anthrakosilikosis ialah pneumokomiosis yang disebabkan oleh silika bebas bersama
debu arang batu. Gejala penyakit ini berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan
dahak hitam (Melanophtys).
 Asbestosis adalah jenis pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu asbes dengan
masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat.
 Berryliosis, Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium,
 Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan : Monday
Morning Syndroma”atau”Monday Fightnesí” Sebagai gejala timbul setelah hari kerja sesudah
libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-batuk, “Vital Capacity” jelas menurun
setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.
 Stannosis Penyebab debu bijih timah putih (SnO).
 Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202).
Dari sini dapat diketahui bahwa masker itu sangat penting bagi para tukang cukur di tempat
pangkas rambut pria. Selain masker, PPE yang diperlukan bagi tukang cukur adalah sarung
tangan. Hal ini sangat penting jika konsumen yang dihadapi adalah penderita AIDS (yang akhir-
akhir ini booming). Sarung tangan ini untuk menghindari kemungkinan adanya kontak luka pada
tangan tukang cukur dengan luka yang ada di sekitar kepala penderita AIDS baik luka lama
atau luka karena pisau atau gunting cukur itu sendiri. Hal ini untuk mencegah tertularnya
penyakit AIDS tersebut. Walaupun konsumen berpenyakit AIDS sangat jarang ditemui namun
tidak ada salahnya tukang cukur menyiapkan sarung tangan tersebut jika suatu saat harus
menghadapi konsumen yang dicurigai terkena virus HIV. Pemakaian ini sarung tangan ini
bukan diskriminasi terhadap konsumen yang terkena virus HIV, namun semata-mata hanya
sebagai alat pelindung diri.

Sumber : Tugas Personal Protective Equipment, TI UGM ‘06

Anda mungkin juga menyukai