Anda di halaman 1dari 13

Bab 2

Pembahasan

A.Pengertian Ergonomi
Menurut penelitian Manuabe dalam Bhavati (2016), definisi ergonomi adalah usaha
ilmiah, teknis dan artistik untuk beradaptasi dengan peralatan, sistem, organisasi dan
lingkungan, pengalaman dan kendala manusia untuk mencapai kesehatan, keselamatan,
kenyamanan, efisien dan produktif dengan memanfaatkan fungsi tubuh manusia secara
optimum

Kallaus dan Kelling (Chaniago; 2017) menjelaskan bahwa ergonomi juga


menjelaskan hubungan antara karyawan dengan faktor fisiologis dan fisiologis di lingkungan
kerja. Dapat dijelaskan bahwa ergonomi merupakan kegiatan yang dirancang untuk
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pekerja kantoran. Kenyamanan ini terlihat jelas
pada penataan ruang, warna, udara, suara, budaya dan aspek lainnya.

EA (International Ergonomics Association) mendefinisikan ergonomi sebagai disiplin


ilmiah yang didedikasikan untuk memahami interaksi antara manusia dan elemen lain dari
sistem, dan menerapkan prinsip teoretis, data, dan metode untuk merancang guna memastikan
kebahagiaan optimal dan performa keseluruhan sistem manusia.

Praktisi ergonomi berkomitmen pada perencanaan, desain, dan evaluasi tugas,


pekerjaan, produk, organisasi, lingkungan, dan sistem agar sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, dan batasan manusia.

Sasaran dari Ilmu ergonomi adalah untuk meningkatkan kinerja kerja di lingkungan
yang aman, sehat, nyaman dan tenang, menerapkan ergonomi pada desain produk,
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, dan meningkatkan efisiensi kerja. Dengan
memahami ilmu ergonomi, kita dapat mengurangi risiko penyakit, meminimalkan biaya
kesehatan, bekerja dengan nyaman, meningkatkan produktivitas dan kinerja, serta
memperoleh banyak manfaat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ergonomi berfokus pada kesesuaian benda ataupun cara
kerja dengan pegawai, sehingga dapat terciptanyakeamanan dan kenyamanan dalam bekerja.
B.Tujuan Ilmu Argonomi

Menurut Ginting Rosnani bahwa mendapatkan pengetahuan yang utuh tentang


permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan produk-produknya, sehingga dapat
terjadi adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin yang optimal.Selain itu, menurut
Tarwaka (1996), dkk bahwa tujuan ergonomi secara umum adalah sebagai berikut.
a.Ergonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan cara pencegahan
cidera dan penyakiat akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, dan
mengupayakan promosi dan kepuasaan kerja.

b.Ergonomi bertujuan untuk peningkatakan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas


kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir secara tepat dan meningkatkan jaminan sosial
selama kurun waktu usia produktif maupun juga setelah produktif.

c.Ergonomi bertujuan menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai macam aspek


yakni aspek ekonomi, aspek teknis, antropologis dan juga budaya setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Sedangkan secara umum tujuan penerapan ilmu ergonomi adalah

1. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental pegawai kantoran dengan mencegah


penyakit akibat kesalahan kantoran, mengurangi beban fisik dan mental, serta bekerja
keras. Promosi dan kepuasan kerja.;
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan meningkatkan kualitas interaksi sosial,
operasi dan koordinasi yang baik, dan meningkatkan jaminan sosial selama dan
setelah usia produktif;
3. Menetapkan keseimbangan yang wajar antara semua aspek dan sistem kerja yang
diterapkan untuk mencapai pertumbuhan pekerjaan yang berkualitas tinggi .

C.Prinsip Ergonomi

Dengan memahami prinsip ergonomi, dapat mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan. Meskipun ilmu dalam ergonomi terus mengalami kemajuan yang digunakan
dalampekerjaan yang terus berubah. Secara umum, prinsip-prinsip ergonomi terbagi atas 5
sebagai berikut :
1. Kegunaan (Utility) yaitu produk yang dihasilkan memiliki manfaat untuk seseorang
dalam menunjang aktivitas atau kebutuhan dengan maksimaltanpa mengalami
kesulitan dalam penggunaannya.Contoh:Kemeja diberi kancing agar mudah
dikenakan dan dilepaskan.
2. Keamanan (Safety) yaitu produk yang dihasilkan memiliki fungsi dan manfaat tanpa
risiko yang dapat membahayakan keselamatan pengguna ataupun dapat menimbulkan
kerugian. Contoh: Saku baju diberi tutup dan kancing agar benda didalamnya tidak
mudah jatuh.
3. Kenyamanan (Comfortability) yaitu produk yang dihasilkan memiliki tujuan yang
sesuai atau tidak mengganggu aktivitas dan dapat mendukung aktivitas seseorang
tersebut. Contoh: Kain dipilih dari serat lembut yang sejuk dan dapat menyerap
keringat.
4. Keluwesan (Flexibility)yaitu produk yang dihasilkan dapat digunakan untuk
kebutuhan dalam kondisi atau fungsi ganda. Contoh: Baju diberi saku agar dapat
menyimpan benda kecil.
5. Kekuatan (Durability) yaitu produk harus tahan lama dan tidak mudah rusak pada saat
digunakan.Contoh: Bahan baju yang tahan lama dan dijahit dengan kuat dan rapih.

D.Kedudukan Ergonomi di Tempat Kerja

Posisi ergonomis di kantor akan berbeda dengan posisi ergonomis di bidang


pendidikan. Banyak perusahaan yang percaya bahwa ergonomi sangat penting sebagai proses
untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Ilmu ergonomi dalam dunia kerja lebih
menitikberatkan pada peningkatan keselamatan kerja / K3, daripada peningkatan prestasi
kerja atau produktivitas. Oleh karena itu, ergonomi terlihat sama dengan keselamatan kerja,
karena pengertian ergonomi telah menyempit antara ergonomi dan keselamatan kerja, dan
karena ergonomi dianggap sebagai metode. Oleh karena itu, ergonomi diartikan sebagai
bagian dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dapat dilihat bahwa ada bagian
"Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE)" di sebagian besar perusahaan, dan metode
serta proses ergonomis harus diterapkan di bagian ini.
E.Pentingnya Ergonomi di Tempat Kerja

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang dibutuhkan beberapa konsep seperti


efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Konsep ini berkaitan dengan ergonomi untuk
membentuk teknik, lingkungan dan peralatan kerja yang mampu mendorongkonsep tersebut
sesuai dengan pekerjaan. Jadi konsep tersebut merupakan tujuang yang dicapai dalam
pengimplementasian ergonomi.hjKonsep ini tidak hanya dirasakan oleh fisik seseorang tetapi
juga juga dapat dirasakan secara psikologis.Tubuh manusia apabila diberi tanggungan kerja
secara terus menurus akan menimbulkan rasa lelah yang dapat berkembang menjadi rasa
sakitpada bagian tubuh tertentu dan dapat mengakibatkan stress atas pekerjaannya tersebut.

F.Proses Implementasi Ergonomi di Lingkungan Kerja

Minimnya kesadaran akan peningkatan ergonomis di Indonesia masih tertinggal jauh


dibandingkan di luar negeri. Dan juga dibandingkan dengan luar negeri, kesadaran Indonesia
akan perbaikan ergonomis masih jauh tertinggal.Oleh karena itu untuk meningkatkan
kesadaran tersebut maka kita harus memperhatikan prinsip dasar dalam melaksanakan
rancangan ergonomi yaitu:

a) Sikap proaktif untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan


b) Implementasi berdasarkan hasil penelitian ilmiah terbaik
c) Kerjasama dengan karyawan dan departemen terkait
d) Fleksibilitas dan menghindari pilihan semua orang
e) Prosedur yang diterapkan dapat dengan mudah dievaluasi dan berdasarkan sumber
daya yang tersedia. kekuatan
f) Rencana yang akan dilaksanakan harus jelas, ringkas dan sederhana

Dengan mengetahui prinsip ergonomi, perusahaan dapat menentukan peralatan dan


perlengkapan kantor yang sesuai bagi pegawai dan guna mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan dari bekerja dan juga dapat menunjang
produktivitas kerja. Penerapan prinsip ergonomi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :

1) Kuratif
Pendekatan kuratif ini dilakukan pada saat setelahprosesatau sedang
berlangsung. Kegiatan ini berupa perubahan atau perbaikan dari proses yang
telah berjalan. Inti dari kegiatan ini adalah keadaan kerja dan lingkungan kerja.
Dengan pelaksanannya berhubungan dengan pegawai dan operasi kerja yang
sedang berlangsung.
2) Konseptual
Metode ini disebut metode sistem, dan jika dilakukan selama proses
perencanaan akan efektif dan efisien. Jika dikaitkan dengan teknologi maka dalam
proses klasifikasi dan transfer teknologi telah ditentukan penerapan prinsip-prinsip
ergonomis. Metode teknis yang tepat dapat digunakan untuk mengidentifikasi metode
ini.

G.Aplikasi dan Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja

Aplikasi dan Penerapan ergonomi bisa dilakukan di semua Aspek tempat kerja baik
itu di kantor,pertambangan,perkebunan,dll.Untuk pembahasan kali ini kita akan membahas
bagaimana penerapan ergonomi di perkantoran.Untuk mencapai keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di kantor , karyawan harus dilindungi dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. Untuk meminimalisir kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, langkah atau
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk sistem kerja yang dapat
menyesuaikan dengan kondisi manusia atau karyawan yang bekerja (seperti perilaku,
kemampuan, keterbatasan, dan kepribadian (karyawan)) dan peralatan kerja itu sendiri.

a. Dilihat dari kondisi manusia/karyawan


1) Posisi Duduk

Saat seorang karyawan melakukan aktivitas kerja (seperti duduk sambil menulis), hal
yang harus diperhatikan adalah postur duduknya. Jika postur duduk tidak memenuhi
persyaratan ergonomis, maka punggung karyawan akan bermasalah. Dalam melakukan
aktivitas kerja, karyawan dapat menggunakan kursi ergonomis yang nyaman, karena kursi
yang ergonomis dapat meminimalisir rasa lelah serta berdampak positif terhadap kualitas
kerja dan kesehatan fisik.

Manfaat dari postur duduk yang ergonomis adalah sebagai berikut:

 Mengurangi kelelahan kaki


 Mengurangi resiko nyeri tulang belakang
 Dapat mengurangi energi yang digunakan untuk bekerja
2) Postur berdiri

Postur berdiri mengacu pada postur kerja dimana tulang belakang tegak dan beban
ditopang oleh dua kaki. Bekerja terus menerus sambil berdiri dapat membuat otot tungkai
tegang, kehilangan keseimbangan, dan menyebabkan kejang.Keuntungan dari postur berdiri
adalah otot perut tidak akan rileks dan tulang belakang tidak akan cedera.

Contoh di atas menunjukkan bahwa setiap upaya telah dilakukan untuk memastikan
keselamatan dan kebersihan di tempat kerja dengan menyesuaikan dengan kemampuan,
keterampilan, keterbatasan, dan karakteristik orang. Proses kustomisasi ini diperlukan untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan desain ergonomis dalam perancangan sistem kerja
perusahaan.

b. Dilihat dari sisi Peralatan Kerja


Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan terkait pada penggunaan peralatan kerja
yang digunakan,yaitu:
1. Meja Kerja
Lembar kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan karyawan. Disarankan
ukuran meja kerja yang cocok untuk sekretaris atau pejabat administrasi
adalah 1,2-1,5m x 0,75m atas. Ketinggian table top dari permukaan tanah
adalah 0,724 meter yang dapat memberikan posisi kerja yang nyaman.
Karyawan yang menggunakan komputer mungkin memerlukan ruang lantai
beberapa inci untuk memfasilitasi pekerjaan pada ketinggian yang diperlukan.
Visi utama dari aspek ini adalah posisi karyawan terhadap objek di atas meja
memaksa posisi karyawan untuk tidak membungkuk.
2. Daerah Kerja
Saat karyawan memiliki meja atau workstation berbentuk L, mereka bekerja
lebih efisien, karena karyawan berbentuk L dapat menulis dengan nyaman di
permukaan meja dan hanya perlu memutar huruf-huruf di sisi lain meja. Selain
itu kursi putar juga dibutuhkan untuk memudahkan kerja karyawan.
3. Kursi Kerja
Kursi yang diatur secara khusus akan sangat mengurangi kelelahan yang
disebabkan oleh penggunaan bagian tubuh yang berlebihan. Kursi kantor
sebaiknya digunakan dengan kursi dan sandaran yang bisa diatur
ketinggiannya.Kursi dan sandaran punggung yang bisa diatur ketinggiannya
bisa dengan mudah diatur sesuai kebutuhan setiap karyawan. Ada tujuh
kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam memilih kursi kerja kantor. Standar
ini telah dibuktikan secara luas melalui berbagai penelitian, yang
menunjukkan bahwa ergonomi memengaruhi kenyamanan dan pada akhirnya
memengaruhi efisiensi kerja kantor.
Kriterianya adalah
1. Kuatkan. Kursi tersebut terbuat dari bahan yang sangat kuat, seperti logam
atau jati.
2. Ada empat atau lebih kaki pada kursi, dan jika ada roda, pastikan rodanya
kuat menahan beban dan tidak mudah tergelincir.
3. Dapat disesuaikan (mudah dinaikkan dan diturunkan). Ketinggian kursi
kerja juga harus mudah disesuaikan dengan posisi tubuh Anda.
4. Memiliki punggung yang fleksibel.
5. Fungsi. Gunakan kursi yang sesuai dengan fungsinya dan tidak
mempengaruhi fleksibilitas jam kerja.
6. Bagian bawah yang lembut. Kursi dan sandaran harus ditutup dengan bahan
yang cukup lembut dan dapat bernapas. Sebaiknya jok dan sandaran punggung
terbuat dari kain berlapis kain.
7. Lebar kursi minimal harus sama dengan lebar pinggul.

Selain itu untuk mendapatkan kantor yang ergonomis, juga bisa melakukan aktivitas berikut:

1. Atur tata letak yang serupa agar karyawan atau pengguna merasa nyaman dan mulus.
2. Gunakan perabot kantor dan perlengkapan kantor yang tidak akan merugikan karyawan.
3. Gunakan alat kantor yang dapat melindungi keselamatan pengguna, seperti menggunakan
pelindung layar untuk komputer.
4. Gunakan cahaya, warna, suara, dan udara sesuai dengan sifat budaya kerja karyawan.

H.Hubungan Ergonomi dan Keselamatan Kerja

Pada hakikatnya ergonomi dan produksi yang aman merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, salah satu tujuan produksi yang aman adalah meminimalisasi resiko
yang diakibatkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Merancang sistem kerja yang
sesuai dengan kondisi fisik manusia atau karyawan merupakan salah satu cara untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Dengan cara ini, mengutamakan kenyamanan
karyawan, dan proses ini membutuhkan ergonomi saat merancang sistem kerja. Contoh kasus
yang tidak sesuai dengan sistem ergonomis, seperti:

3) Hasil kerja tidak sesuai


4) Sering terjadi kecelakaan kerja
5) Human error
6) Karyawan mengeluh sakit badan
7) Perlengkapan kerja tidak memenuhi persyaratan dan penampilan karyawan
8) Lingkungan kerja tidak Normal
9) Komitmen kerja rendah
10) Karyawan cepat lelah dan perlu istirahat lama
11) Postur kerja buruk
12) Karyawan mengeluh beban kerja berlebih.

Ilmu Ergonomi merupakan salah satu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi
tentang keahlian dan keterbatasan manusia untuk menciptakan sistem kerja yang efektif,
nyaman, aman, sehat, dan efisien atau biasa disebut dengan ENASE. Konsep ENASE terkait
dengan ergonomi untuk membentuk metode kerja, lingkungan dan alat yang dapat membuat
ENASE berdasarkan pekerjaan. Karyawan dapat merasakan ENASE secara fisik dan
psikologis. Jika tubuh manusia terus menerus memikul beban kerja dalam keadaan konstan,
maka akan menimbulkan rasa lelah dan dapat berkembang menjadi nyeri di beberapa bagian.

Dalam kondisi kerja tertentu, menunjukkan kecenderungan untuk mengalami beberapa


keluhan, seperti:

1) Algia, penyakit juru ketik, sekretaris dan karyawan, memiliki postur tubuh
membungkuk ke belakang.
2) Osteostatin
3) Nyeri otot
4) Merangsang cabang saraf tepi Untuk berbagai keluhan akan muncul CTD (penyakit
traumatis kumulatif) yaitu trauma yang disebabkan oleh kejadian atau kondisi yang
tidak teratur, disertai dengan berbagai keluhan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi situasi ini meliputi:

a. Lingkungan kerja
b. Iluminasi atau cahaya
c. Temperatur atau temperatur udara
d. Kelembaban
e. Sirkulasi udara
f. Musik
g. Kebisingan
h. Keamanan
i. Getaran mekanis
j. Bau tidak sedap
k. Pencocokan warna
l. Dekorasi.

I.Dampak Penerapan Ergonomi Di Lingkungan Kerja

Penerapan ergonomi pada kantor akan menimbulkan beberapa manfaat yang dapat
menunjang kegiatan pegawai maupun perusahaan. Sebaliknya, jika ergonomi tidak
diterapkan dapat menimbulkan dampak negatif yang menimbulkan permasalahan pada
pegawai sehingga berujung pada turunnya produktivitas kerja.

a) Dampak Positif Pelaksanaan Ergonomi di Tempat Kerja


Beberapa manfaat penerapan ergonomi yaitu
 Dapat memahami dampak dari jenis pekerjaan tertentu terhadap diri dan kinerja
karyawan.
 Memprediksi potensi dampak pekerjaan terhadap kesehatan karyawan.

 Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja dan peralatan kerja saat karyawan bekerja.

 Meningkatkan produktivitas dan berusaha untuk menyesuaikan kemampuan dan


kebutuhan karyawan.
 Membangun pengetahuan dasar untuk mendorong karyawan meningkatkan
produktivitas.
 Mencegah dan mengurangi risiko penyakit akibat kerja.

b) Dampak dari tidak menerapkannya ergonomi pada kantor yaitu


 Kejenuhan pada karyawan
Saturasi/Kelelahan termasuk kelelahan mental. Alasan kebosanan para staff adalah
karena kondisi kamar sama, semua perlengkapan dan fasilitas lainnya berada di lokasi
yang sama, sehingga pilihan yang kurang tepat. Ini menyebabkan staf di ruangan
merasa bosan. Jika area kerja aman dan nyaman, karyawan dapat memikirkannya

 Kelelahan
Penggunaan yang tidak efektif dan penempatan peralatan yang tidak ergonomis dapat
membuat karyawan lelah. Dengan banyaknya karyawan melakukan aktivitas kerja,
kondisi fisiknya mudah lelah, daya tahan tubuh akan menurun, dan kondisi mental
menjadi stres, oleh karena itu dapat dilakukan dengan mengubah dan menata ulang
tata letak peralatan kantor. Menjadi lebih terorganisir, membuat karyawan merasa
nyaman, dan secara efektif meningkatkan fleksibilitas kerja mereka.

 Timbul penyakit akibat kerja


Karyawan yang kelelahan dan tidak bekerja keras untuk tetap sehat dapat
menyebabkan perkembangan penyakit. Misalnya, seorang karyawan yang sering
duduk dengan postur tubuh yang salah di depan komputer mungkin mengalami
masalah seperti mata kering dan bengkak, nyeri tulang belakang dan leher, dan
mungkin harus melihat benda berwarna hijau selama 30 menit atau lebih. Dengan
menggunakan kursi yang diatur secara ergonomis dan mengadopsi postur duduk yang
diatur secara ergonomis, nyeri tulang belakang juga dapat dihindari. Selain itu,
melakukan senam peregangan tubuh sederhana bisa dilakukan di kantor.
 Kematian
Kematian adalah akibat yang paling mematikan, dan bisa terjadi karena lingkungan
kerja yang salah. Misalnya, dalam pabrik atau tata letak industri, jika penyimpanan
mesin berbahaya tidak digunakan sesuai dengan prosedur dan peraturan ergonomis,
dapat terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan kematian.

J.Resiko Karena Kesalahan Ergonomi

Ergonomi dan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas
kehidupan kerja. Semua aspek kualitas kehidupan kerja akan mempengaruhi kepercayaan dan
rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan, serta bermuara pada peningkatan kualitas kerja
dan efisiensi kerja.

Pencapaian kinerja dapat dilihat dari sejauh mana perusahaan mempertimbangkan


atau menerapkan faktor ergonomis. Bahkan, di berbagai perusahaan masih terdapat
kecelakaan kerja yang lolos sistem tinjauan administrasi. Keluhan terkait penurunan
kemampuan kerja berupa kelainan pada sistem muskulo-skeletal. Misalnya, tampaknya selain
mekanisme dan sistem audit. Pada saat yang sama, data menunjukkan bahwa dibandingkan
dengan situasi abnormal, kompensasi biaya langsung yang disebabkan oleh ketidaknormalan
menempati urutan pertama.

Pada perusahaan biasanya terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh alat-alat
nonstandar yang digunakan oleh karyawan atau manajemen atau karyawan perusahaan.
Kecelakaan yang ditimbulkan oleh karyawan disebabkan oleh kecerobohan atau
ketidaktahuan karyawan terhadap peraturan kerja perusahaan. Walaupun hal ini biasanya
disebabkan oleh manajemen, namun biasanya juga disebabkan tidak ada alat produksi yang
aman, atau cara kerja yang masih belum memperhitungkan ergonomis.

Selain faktor-faktor di atas, terdapat juga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja
yaitu:

1) Lingkungan kerja, yaitu tempat karyawan melakukan pekerjaannya dalam kondisi


yang tidak aman atau berbahaya. Kondisi yang tidak aman ini mungkin disebabkan
oleh kekacauan suasana dan peralatan dan perlengkapan kerja. Lingkungan kerja yang
tidak aman juga dapat disebabkan oleh penerangan yang tidak standar yang
disebabkan oleh bangunan atau ruang kerja yang tidak standar, kualitas bahan
bangunan dan struktur bangunan, serta faktor lingkungan yang buruk sehingga
mengakibatkan lingkungan kerja yang tidak aman. Rawan kecelakaan dan gangguan
kerja.
2) Bagi manusia atau karyawan, faktor ini disebabkan oleh beberapa alasan sebagai
berikut:
 Karakteristik fisik dan mental karyawan non-standar. Misalnya pegawai dengan low
vision atau penglihatan, gangguan pendengaran, kelemahan otot, respon mental
lambat, lemah jantung atau organ lainnya, ketidakstabilan emosi dan syaraf,
kelemahan, dll. Bagi karyawan dengan karakteristik dan kondisi tersebut, biasanya hal
ini menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan.
 Pengetahuan dan keterampilan Karena kurangnya pengetahuan, maka karyawan akan
kurang memperhatikan keselamatan, metode kerja yang baik, kebiasaan yang salah
dan kurangnya pengalaman. Misalnya kebiasaan merokok saat bekerja di tempat yang
aman, kemudian saat bekerja di tempat yang rawan api, kebiasaan merokok tetaplah
merokok hingga menimbulkan kebakaran.
 Sikap yaitu karyawan dengan sedikit minat dan perhatian, tidak serius dan
bertanggung jawab, karyawan malas, sering mengabaikan aturan dan instruksi, seperti
berpikir bahwa mereka memahami diri sendiri, tidak peduli dengan konsekuensi,
hubungan yang buruk dengan pihak lain, ceroboh dan mungkin. Tindakan yang
berisiko.

3) Mesin dan perkakas, salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah karena faktor mesin
dan perkakas yang tidak memenuhi standar. Contoh, menggunakan mesin yang sudah tua
dan sering terjadi kerusakan lalu diperbaiki alakadarnya dengan penggunaan spare part
yang tidak standar, mesin yang tak terjaga sehingga terjadi kerusakan teknis, semestinya
menggunakan mesin yang dilengkapi dengan alat-alat atau perlengkapan pengaman, tapi
tidak dilakukan semestinya sehingga kecelakaan kerja terjadi yang disebabkan oleh mesin
dan peralatan yang tidak memenuhi ketentuan agar menjadi aman secara logika.
Referensi

Sari,Indri Novita.(2018).Penerapan Ergonomi terhadap Keselamatan Kerja di Suatu


Perusahaan.Ergonomi.
(https://www.academia.edu/download/58156036/PENERAPAN_ERGONOMI_TERHADAP
_KESELAMATAN_PEGAWAI_DALAM_SUATU_PERUSAHAAN_.pdf)

Masruri,Ahmad Ansyori dan Patradhiani Rurry.2019. Faktor Ergonomi Terkait Kenyamanan


Ruang Kelas Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang.Jurnal Ilmiaah teknik
Industri,4(1),41-43.(https://jurnal.um-palembang.ac.id/integrasi/article/view/2097)

Anda mungkin juga menyukai