Luar Negeri
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi
keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat
besar. Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini dibagi juga menjadi1 :
a. Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM dan
ABT
b. Pemerintah Daerah melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU dan DAK )
c. Keuntungan badan usaha milik daerah
d. Penjualan aset dan obligasi daerah
e. Hutang pemerintah daerah
Anggaran kesehatan yang bersumber dari APBN dan APBD diprioritaskan untuk
kepentingan pelayanan publik yang besaranya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD. Pelayanan publik yang dimaksud adalah pelayanan
promotif, pelayanan preventif, pelayanan kuratif, dan pelayanan rehabilitatif yang dibutuhkan
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, yang bisa bersifat UKM atau UKP.
Anggaran untuk UKM difokuskan pada pelaksanaan pembangunan kesehatan dengan pedekatan
keluarga, Gerakan Masyarakat, implementasi SPM, pencapaian SDG’s, maupun program UKM
lainnya. Sedangkan anggaran UKP diutamakan bagi penduduk miskin, lanjut usia dan anak
terlantar. Namun demikian anggaran kesehatan juga perlu memperhatikan penguatan
infrastruktur dan manajemen kesehatan.2
Definisi porsi peruntukan dana dekon secara kuantitatif serta besaran alokasi kegiatan
penunjang yang diizinkan perlu diperjelas. Berdasarkan hasil kajian sebelumnya ditemukan 61
persen dana dekon di bidang kesehatan dikelola oleh pusat sehingga diperlukan regulasi yang
mempertegas pembagian kewenangan (pusat-daerah) serta diperlukan indikator dan variabel
penentu besaran alokasi yang jelas (Subandari, 2006). Perencanaan dana dekon didominasi
kebutuhan pusat. Selain itu, pengelolaan dana dekon tergantung pada terbitnya DIPA
(Keterlambatan DIPA tidak efektif dan efisien). Realisasi dana dekon dipengaruhi oleh
pengambilan keputusan daerah dan perbedaan alokasi dari pusat (Nur, 2008). Dalam studi lain
didapatkan bahwa menu dekon kurang fokus pada kebutuhan daerah sehingga diperlukan
sinkronisasi antar program untuk pengelolaan dana dekon dan diperlukan tools evaluasi yang
standard dan pengembangan sistem reward (Balitbang Kemenkes, 2018).
Oleh karena itu penggunaan dana dekon perlu pengawasan secara berjenjang (Rohendi,
2018). Analisis evaluatif peruntukan dana dekonsentrasi kesehatan dilakukan dengan pemilihan
indikator RPJMN 2020-2024 dan RKP 2021 yang dalam pencapaiannya didukung dari
pembiayaan dana dekonsentrasi. Besaran dukungan diukur melalui dua aspek, yaitu aspek
kualitas dan kuantitas, dengan skenario pembobotan kualitas 70 persen: kuantitas 30 persen dan
kualitas 65 persen: kuantitas 35 persen. Sebelumnya dilakukan penilaian/scoring besar dukungan
menu dana dekonsentrasi terhadap pencapaian indikator pembangunan dengan rentang skor 1-5.3
b) Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)
Menurut World Health Organization (WHO)(2000), belanja kesehatan dari total Produk
Domestik Bruto (PDB) dunia meningkat dari 3% pada tahun 1948 menjadi 9,9% pada tahun
2015. Tren yang sama terjadi di Indonesia. Secara nasional, belanja kesehatan meningkat 222%
dalam delapan tahun terakhir. Bahkan, peningkatan belanja kesehatan per kapita (5,4%) lebih
tinggi dari peningkatan pendapatan per kapita (4,3%) untuk kurun waktu 2010 s.d. 2014.
Peningkatan belanja kesehatan utamanya terjadi sejak transisi pembiayaan kesehatan dan
dibangunnya sistem pembiayaan layanan kesehatan menuju jaminan kesehatan universal
(universal health coverage). Namun demikian, belanja kesehatan pada level provinsi sangat
bervariasi, utamanya ditentukan oleh tingkat belanja masing-masing pemerintah daerah untuk
urusan kesehatan, meskipun telah ada amanat perundang-undangan agar pemerintah daerah
mengalokasikan anggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh persen) dari total belanja APBD di
luar gaji. 4
Indikator status kesehatan Indonesia terus meningkat, dimana angka harapan hidup saat
lahir meningkat secara signifikan dari 66,3 tahun pada tahun 2000 menjadi 69,1 tahun di 2015.
Terdapat pula perbaikan pada angka kematian bayi dan anak. Namun demikian, perbaikan pada
kematian ibu lebih lambat dan tetap tinggi (5,6). Di tingkat provinsi, terdapat ketimpangan
kondisi kesehatan antardaerah yang beragam. Menurut publikasi WHO (2017), terdapat selisih
21,1 persen poin antara provinsi terbaik (Bali, 65,00%) dan terburuk (Papua, 43,9%) dalam nilai
PHDI (Public Health Development Indices). Sub indeks dengan ketimpangan absolut tertinggi
adalah sub indeks penyakit tidak menular dengan selisih 60,0 persen poin, terbaik di Sulawesi
Selatan (15,6%) dan terburuk di Lampung (75,6%). Sub Indeks Penyediaan Pelayanan Kesehatan
memiliki ketimpangan 48,2 persen poin, dimana terdapat empat provinsi dengan nilai di bawah
20%. Ketimpangan absolut pada sub indeks lainnya adalah 38,9 persen poin pada sub indeks
Kesehatan Ibu dan Reproduksi dan 15,2 persen poin pada Sub Indeks Kesehatan Bayi baru Lahir
dan Anak. Daerah yang selalu berkinerja baik adalah Bali, DIY, dan DKI Jakara. Sementara itu,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Gorontalo merupakan provinsi yang selalu
berkinerja buruk menurut penilaian berdasarkan PHDI.4
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. DAU
sebagai salah satu elemen desentralisasi fiskal menjadi elemen penting bagi pemerintah daerah
untuk menutup pembiayaaan daerah implikasinya, DAU dialokasikan kepada setiap daerah
dalam rangka menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. DAU yang merupakan transfer pemerintah pusat kepada daerah bersifat
“block grant”, yang berarti daerah diberi keleluasaan dalam penggunaannya sesuai dengan
prioritas dan kebutuhan daerah dengan tujuan untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan
antardaerah.5
Desentralisasi fiskal melalui instrumen utama dana alokasi umum atau DAU dan
pemberlakuan Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah berhasil memberikan
kontribusi bagi daerah untuk menekan ketimpangan di Indonesia? Pertanyaan inilah yang
menjadi titik berat yang harus dikaji lebih dalam, mengingat masih besarnya disparitas antar
daerah di Indonesia. Disparitas antardaerah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
ketidakmerataan dalam hal penguasaan sumber daya alam atau sumber penerimaan antara daerah
satu dan daerah lainnya, selain juga perkembangan industri setempat. Porsi kecil yang diterima
daerah tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di
daerah-daerah tersebut, karena sebagian besar hasil eksplorasi sumber daya lebih banyak di pusat
dibanding di daerah.5
Kebutuhan Fiskal dapat diartikan sebagai kebutuhan daerah untuk membiayai semua
pengeluaran daerah dalam rangka menjalankan fungsi/kewenangan daerah dalam penyediaan
pelayanan publik. Dalam perhitungan DAU, kebutuhan daerah tersebut dicerminkan dari
variabel-variabel kebutuhan fiskal sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.6
Pengalokasian DAK Bidang Kesehatan ini tidak untuk mengambil alih tanggung jawab
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembiayaan pembangunan kesehatan di daerah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan pemerintahan daerah dan peraturan
perundangundangan bidang kesehatan. Pelaksanaan dan pengelolaan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan tersebut harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance)
yakni transparan, efektif, efisien, akuntabel dan tidak duplikasi dengan sumber pembiayaan
lainnya. Dalam rangka pelaksanaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan
menyusun petunjuk teknis sebagai pedoman penggunaan anggaran yang berisi penjelasan rincian
kegiatan pemanfaatan BOK, Jaminan Persalinan (Jampersal), dan Pelayanan Kesehatan Bergerak
Anggaran tersebut digunakan rata-rata digunakan untuk pengadaan infrastruktur kesehatan,
danobat dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur kesehatan, meliputi7:
a. Pembangunan Puskesmas;
a. DAK Nonfisik Bidang Kesehatan adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan operasional bidang kesehatan
yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional;
d. Kepala Daerah dapat menetapkan peraturan kepala daerah terkait standar biaya dan
pedoman pelaksanaan kegiatan sesuai kondisi daerah dengan tetap mengacu pada peraturan yang
lebih tinggi. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
tidak boleh duplikasi dengan sumber pembiayaan APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya;
e. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi merupakan koordinator dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan Evaluasi DAK Nonfisik Bidang Kesehatan. Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/Kota di Kabupaten/Kota yang mendapatkan DAK Bidang Kesehatan wajib
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Daerah Provinsi;
f. Kegiatan dalam Rencana Kegiatan DAK harus mengacu kepada Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran berjalan. Pemilihan kegiatan
sesuai dengan prioritas dan permasalahan di masing-masing daerah yang diselaraskan dengan
prioritas kegiatan dalam rangka mencapai prioritas nasional bidang Kesehatan;
4. Faslan Syam Sajiah DS. Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia The Efficiency
of Health Expenditure in Indonesia : J Anggar dan Keuang Negara Indones. 2019;1(2):97–
113.
5. Budi Eko Siswoyo, SKM, MPH D. Dana Alokasi Umum [Internet]. Available from:
https://manajemen-pembiayaankesehatan.net/index.php/component/content/article/80-
sumber-dana/169-dana-alokasi-umum
6. Sri Fadillah, SKM D. Dana Alokasi Khusus [Internet]. Available from: https://manajemen-
pembiayaankesehatan.net/index.php/80-sumber-dana/170-dana-alokasi-khusus
7. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Non Fisik Bidang Kesehatan. 2022;170(170):2022.