DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Deden Abdul Halim (C1AA17032)
Desti Firgiawanty (C1AA17035)
Dila Nurul (C1AA17038)
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya, makalah “Pembiayaan Kesehatn Provinsi Jawa Barat Tahun
2016” telah kelompok selesaikan. Yang mana makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan yang harus terpenuhi.
Kami menyadari makalah ini belum memenuhi harapan bagi pembaca
khususnya dosen yang memberikan tugas ini. Akibat keterbatasan kelompok
untuk mengerjakannya, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
mengerjakannya Bersama secara langsung. Maka tugas ini kami kerjakan secara
daring.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu teman sejawat dalam
menambah informasi dalam sector kesehatan khususnya program pembiayaan
kesehatan.
Terimakasih kepada pihak pihak yang sudah membantu dalam proses
pengerjaan makalah ini. Tak lupa kami memohon tanggapan dan saran dari para
pembaca khususnya dosen kami, sebagai masukan dan perbaikan untuk makalah
makalah selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana pembangunan jangka menengah nasional di bidang Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan
pemerataan pelayanan kesehatan, dengan focus pada Daerah Tertinggal,
Perbatasan, dan Kepulauan Terluar (DTPK), serta meningkatkan
perlindungan finansial, melalui Penerimaan Bantuan Iuran.
Berdasarkan kondisi umum (dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat 2016), kesehatan ibu dan anak membaik namun belim signifikan dan
kesenjangan masih cukup lebar, angka kematian ibu dan bayi (AKI&AKB)
masih cukup tinggi, disparitas masih lebar yang mana persalinan kesehatan
tertinggi berada di DIY (99%) dan terendah berada di Maluku (25,2%);
cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi berada di DIY (81,3%) dan
terendah berada di Papua (29,2%). Data status gizi di Indonesia diantaranya,
permasalahan kekurangan gizi, terutama pendek (stunting), wasting/kurus
dialami oleh 12,1% balita, serta ibu hamil di Indonesia mengalami anemia
(37,1%).
Untuk itu, diperlukannya anggaran dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik itu anggaran yang berasal dari pemerintah,
maupun sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Salah satunya pembiayaan kesehatan bersumber
APBD, diantaranya digunakan untuk program promkes, pengembangan
lingkungan sehat, pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit menular dan
tidak menular, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, pelayanan
administrasi perkantoran, peningkatan kapasitas sumber daya aparatur,
peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana aparatur, serta
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan.
1
2
B. Pembatasan Masalah
1. Apa itu pembiayaan kesehatan?
2. Bagaimana pembiayaan kesehatan di Provinsi Jawa Barat?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pembiayaan kesehatan
2. Mengetahui kondisi pembiayaan kesehatan di Provinsi Jawa Barat
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik berasal dari
sumber pemerintah, maupun sumber lainnya yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan (Dinkes Jabar, 2016).
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yaitu berdasarkan (Azwar dalam Setyawan, 2015) :
a. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan,
maka dilihat pengertian ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia
pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta,
yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada
seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional
(operational cost).
b. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal
ini biaya kesehatan menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu pemerintah juga turut serta,
yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus
4
43.65%
56.35%
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik berasal dari
sumber pemerintah, maupun sumber lainnya yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan (Dinkes Jabar, 2016).
Pembiayaan Kesehatan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
dan Anggaran PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri).
Pembiayaan APBD Provinsi Berdasarkan Peruntukan menunjukkan
bahwa sebagian besar dana bersumber APBD dialokasikan untuk APBD
Dinkes sebesar Rp.258.647.615.064,- (56,35%) dari biaya total. Sedangkan
sebagian kecil lainnya digunakan untuk APBD Bankeu sebesar
Rp.200.363.430.867,- (43,5%) dari biaya keseluruhan.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
pembiayaan kesehatan. Dan diharapkan agar pemerintah meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
8
DAFTAR PUSTAKA