Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Dila Nurul Arsyi 7. Nurhayati
2. Doni Dermawan 8. Putri Nuraeni
3. Irfan Maulana Ramdhan 9. Riska Nurapisa
4. Juwita Syafara Rahmawanti 10. Robi Anugrah
5. Muhammad Idzharrusman 11. Tri Anti Putri
6. Novina Tri Utama 12. Wildan Suheri
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Pemodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) Atau Banjir
Bandang Di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018”. Adapun maksud dan tujuan
dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dari berbagai
pihak seperti dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Sukabumi, Desember 2020
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
a. Tujuan Umum ................................................................................. 2
b. Tujuan Khusus.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Daerah Bencana ..................................................................... 3
B. Situasi Dampak Bencana .................................................................... 5
C. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah........................................ 6
D. Pemodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan....................................... 7
Menggunakan RAMMS........................................................................
E. Pembahasan........................................................................................... 10
F. Kesimpulan dan Rekomendasi.............................................................. 13
G. Banjir Bandang..................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran bahan rombakan (debris flow) adalah fenomena campuran air,
lumpur, dan kerikil sampai bongkah mengalir dengan kecepatan tinggi menuruni
lereng (Varnes, 1978). Aliran ini umumnya terbentuk akibat curah hujan yang
tinggi yang mengikis dan memobilisasi tanah atau batuan lepas di lereng curam.
Aliran bahan rombakan berbeda dengan banjir berdasarkan komponennya. Wilford
drr. (2004) menyebut-kan bahwa aliran bahan rombakan mempunyai konsentrasi
sedimen lebih dari 20% sedangkan banjir normal kurang dari 20%. Selain itu,
aliran bahan rombakan mampu membawa klastika berukuran besar dan umumnya
mempunyai imbrikasi yang buruk. Biasanya aliran ini akan membuat struktur
endapan berupa morfologi yang dikenal sebagai kipas aluvial. Aliran bahan
rombakan di Indonesia sering disebut banjir bandang. Banjir Bandang adalah
banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai.
Kota Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah pada pukul 18.02 WITA,
28 September 2018. Gempabumi tersebut memicu terjadinya gerakan tanah di
kawasan perbukitan di Palu, Sigi, dan Donggala. Gempa bumi mengakibatkan
pergerakan tanah di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi
SulawesiTengahpada koordinat 01°09’10.8” LU dan 119°52’01.2” BT. Kondisi
material longsoran sudah menumpuk pada alur alir dan menggantung sehingga
dikhawatikanakan berkembang menjadi aliran bahan rombakan yang dapat
mengancam penduduk yang tiggal di Desa Poi, Kec. Dolo Selatan.
Untuk menentukan zona bahaya potensi aliran bahan rombakan tersebut,
dilakukan pemodelan aliran bahan rombakan dengan perangkat lunak Rapid Mass
Movement Simulatin (RAMMS). Rapid Mass Movement Simulatin (RAMSS)
merupakan salah satu program untuk mensimulasikan aliran debris. Pemodelan
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Permodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) atau
Banjir Bandang di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018
C. Tujuan Masalah
a. Tujuan Umum
Mengetahui Permodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) atau
Banjir Bandang di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi,
Sulawesi Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kondisi daerah bencana
2. Mengetahui situasi dampak bencana
3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya gerakan tanah
4. Mengetahui permodelan potensi aliran bahan rombakan menggunakan
RAMMS
5. Mengetahui pembahasan permodelan aliran bahan rombakan
menggunakan RAMMS
6. Mengetahui kesimpulan dan rekomendasi
7. Mengetahui banjir bandang
3
BAB II
PEMBAHASAN
bergabung dengan Sungai Palu. Pada lokasi longsor Desa Poi merupakan
aliran sungai musiman. Terdapat beberapa sumber mata air di Desa Poi,
namun beberapa tertutup oleh material longsor. Tata guna lahan pada lokasi
gerakan tanah secara umum didominasi oleh hutan dan kebun. Sedangkan
pemukiman berada pada lembah di sekitar Sungai Palu.
4. Kerentanan Gerakan Tanah
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi
Tengah (PVMBG, 2009), daerah lokasi gerakan tanah termasuk dalam
Potensi Gerakan Tanah Menengah - Tinggi. Artinya daerah ini mempunyai
tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini
dapat terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama akibat curah hujan yang
tinggi.
5
jalur sesar aktif yang terjadi mengakibatkan terbentuknya kekar – kekar (retakan)
pada permukaan tanah batuan penyusun lokasi gerakan tanah. Kondisi ini
mengakibatkan batuan dan tanah penyusun mengalami penurunan tahanan
gesernya akibat terbentuknya zona lemah berupa retakan – retakan tersebut.
Guncangan gempa bumi yang kuat mengakibatkan batuan yang sebelumnya
sudah lemah dan lapuk semakin kehilangan kekuatan hubungan antar butirnya.
Dengan melemahnya kekuatan tahanan geser, ditambah kemiringan lereng yang
sangat terjal mengakibatkan tanah begerak ke luar dan menuruni lereng.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemodelan aliran bahan rombakan menggunakan
RAMMS dengan variasi friksi yang berbeda (ξ = 500 – 700 m/s2, µ = 0,1 –
0,3) didapatkan hasil dengan perbedaan yang cukup signifikan. Secara
umum perubahan ξ dari 500 – 700 dengan µ yang sama menghasilkan
perbedaan yang relative tidak jauh berbeda. Semakin tinggi ξ semakin
besar pula daerah landaan, ketinggian aliran, kecepatan, dan tekanannya.
Hanya saja selisih besarannya tidak terlampau jauh satu sama lain.
Sedangkan perubahan µ dengan ξ yang sama memberikan dampak yang
sangat signifikan. Perbedaan area landaan, kecepatan, ketinggian aliran,
11
G. Banjir Bandang
1. Gambaran Singkat
Banjir bandang merupakan banjir besar yang mengalir dan
menghanyutkan banyak material seperti air, pasir, tanah, batu, lumpur dan
kayu yang bergerak ke dataran lebih rendah. Volume konsentrasi material,
dan kecepatan aliran banjir bandang menjadikan fenomena ini menjadi
sangat berbahaya bagi manusia. Dengan bermacam-macan material yang
ikut hanyut bersama banjir bandang, aliran banjir bandang dapat merusak
apa saja yang berada dalam jangkauan alirannya. Pada kondisi morfologis
dataran dengan tingkat kelerengan sedang sampai tinggi, aliran banjir
bandang bahkan dapat mencapai kecepatan hingga 160km/jam.
Banjir bandang dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan
kadang sulit untuk diprediksi. Secara umum, banjir bandang berpotensi
terjadi di kawasan aliran sungai yang terbentuk dari lembah perbukitan
dengan kemiringan yang curam dan memiliki sumber air yang melimpah.
Daerah aliran sungai ini juga akan semakin rawan bila terdapat banyak
material pendukung longsoran dan penyumbatan sungai.
Salah satu penyebab utama banjir bandang adalah terbentuknya
penyumbatan sungai berupa bendungan alami akibat longsornya tanah dari
lereng-lereng di sepanjang aliran sungai. Bendungan alami ini biasanya
15
terbentuk dari berbagai material longsoran berupa batu, tanah, dan kayu di
sepanjang lereng. Kejadian longsor ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
geologi batuan/tanah pembentuk lereng, perpohonan, kemiringan lereng, tata
guna lahan dan struktur geologi daerah tersebut.
Bendungan alami yang terbentuk karena longsor ini menyebabkan air
hujan dan air yang turun dari lereng-lereng perbukitan tertahan sehingga
terbentuk danau atau tampungan air dalam jumlah besar. Volume air yang
terbendung tersebut semakin lama akan bertambah banyak - yang pada
umumnya dipicu oleh hujan deras di daerah hulu. Ketika bendungan alami
tidak sanggup lagi menahan jumlah air yang terakumulasi, maka bendungan
alami tersebut akan mengalami kebocoran dan kerusakan. Hal tersebut
menyebabkan tumpahnya air dengan volume yang sangat besar dan mengalir
deras melalui aliran sungai dan membawa serta berbagai material atau puing
yang memiliki daya rusak yang besar.
Selain disebabkan oleh proses alamiah, banjir bandang juga dapat
disebabkan oleh peristiwa jebolnya bendungan atau waduk. Hujan lebat yang
mengguyur permukaan tanah dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
penambahan debit air pada waduk atau bendungan. Volume air yang
semakin tinggi dapat mengakibatkan tanggul tidak kuat menahan tekanan
dari debit air yang tertampung. Tanggul tersebut akan jebol dan mengalirkan
semua air yang ditampung. Aliran air yang besar ini dapat menyapu kawasan
yang berada di sekitar waduk, terutama kawasan yang memiliki ketinggian
lebih rendah dari waduk atau bendungan tersebut. Bencana banjir bandang
akibat kebocoran tanggul seperti ini pernah terjadi pada tanggul Situ Gintung
di Jawa Barat pada tahun 2009 yang merusak ratusan rumah penduduk dan
mengakibatkan lebih dari 100 korban hilang dan meninggal dunia.
16
2. Upaya Mitigasi
Banjir bandang merupakan bencana yang pada umumnya bermula
dari longsoran tanah di daerah aliran sungai hulu, oleh karena itu diperlukan
adanya pemantauan rutin yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di
daerah hilir untuk memastikan kondisi kawasan aliran sungai hulu yang
rawan. Kesadaran komunitas masyarakat diperlukan dalam merawat daerah
aliran sungai agar tetap lestari. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan
membentuk kelompok masyarakat yang bertugas untuk melaksanakan
pemantauan secara rutin kondisi sungai serta bergotong-royong dalam
menormalisasi kawasan aliran sungai yang rawan terhadap longsor. Selain
itu jejaring komunikasi antara masyarakat hulu dan hilir juga perlu diperkuat
sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir bandang.
Lebih lanjut, untuk meminimalisir ancaman bencana banjir bandang
akibat kegagalan teknologi seperti kerusakan tanggul atau bendungan
diperlukan upaya berkesinambungan dari pemerintah dan masyarakat untuk
terus memantau kondisi bendungan maupun lingkungan sekitar bendungan.
Pemantauan dan perawatan perlu dilaksanakan secara rutin. Dalam hal ini
pemerintah daerah juga perlu mengalokasikan anggaran yang cukup karena
hal ini merupakan salah satu upaya dalam pengurangan risiko bencana.
Selain itu pemantauan daerah sekitar lingkungan bendungan juga perlu terus
dijaga. Daerah resapan air di sekitar bendungan perlu dipertahankan agar
dapat dipastikan debit air yang masuk kedalam danau penampungan air
bendungan tidak melebihi kapasitas tampung bendungan tersebut.
Upaya PRB akan selalu sejalan dengan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pemerintah daerah, khususnya
BPBD diharapkan dapat memetakan seluruh daerah rawan terpapar banjir
bandang dan menjalankan program-program pengetahuan mengenai langah-
langah pencegahan sampai dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir
17
bandang. Selain itu peraturan tataruang berbasis PRB juga perlu diterapkan
secara tegas agar kedepannya masyarakat dapat dijauhkan dari ancaman-
ancaman bencana.
a. Mitigasi pra bencana
1) Membuat Standar Operasional Prosedure bencana banjir di
lingkungan RT/RW
2) Membersihkan saluran pembuangan limbah cair rumah tangga seperti
got atau sungai kecil
3) Sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir dalam menghadapi banjir
4) Menyiapka perlengkapan yang relevan dengan bencana banjir
5) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan
bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-
langkah apa yang harus dilakukan.
6) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah di zona
rawan banjir (bisa menggunakan aplikasi inarisk)
7) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute
evakuasi dan daerah yang lebih tinggi
8) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir
dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga
terpencar-pencar
9) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan
tetangga apabila banjir terjadi
10) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga
hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan
air minum
11) Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenis Gerakan tanah yang terjadi di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah adalah longsoran (slide) dengan
dimensi besar pada lereng perbukitan sebelah barat permukiman Desa Poi.
Longsoran yang dipicu gempa bumi ini mengakibatkan terbentuknya tumpukan
material longsoran dan menutup alur alir di lembahnya. Diperlukan mitigasi
bencana untuk mengatasi hal tersebut dimulai dari mitigasi pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana.
B. Saran
Perlu adanya kajian lebih lanjut dalam penerapan pemodelan pada daerah
potensi banjir bandang sebelum terjadi bencana tersebut. Diharapkan analisator
selanjutnya lebih terperinci dalam menganalisis pemodelan yang diterapkan di
daerah yang rawan bencana.
23
DAFTAR PUSTAKA