Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH : KEPERAWATAN BENCANA II

PEMODELAN POTENSI ALIRAN BAHAN ROMBAKAN (DEBRIS


FLOW) ATAU BANJIR BANDANG
DI DESA POI, KECAMATAN DOLO SELATAN,
KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH
PASKA GEMPABUMI PALU M7.4 OKTOBER 2018

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Dila Nurul Arsyi 7. Nurhayati
2. Doni Dermawan 8. Putri Nuraeni
3. Irfan Maulana Ramdhan 9. Riska Nurapisa
4. Juwita Syafara Rahmawanti 10. Robi Anugrah
5. Muhammad Idzharrusman 11. Tri Anti Putri
6. Novina Tri Utama 12. Wildan Suheri

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
Jl. Karamat No.36 Telp. (0266) 210215 Sukabumi 43122
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Pemodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) Atau Banjir
Bandang Di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018”. Adapun maksud dan tujuan
dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dari berbagai
pihak seperti dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Sukabumi, Desember 2020

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
a. Tujuan Umum ................................................................................. 2
b. Tujuan Khusus.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Daerah Bencana ..................................................................... 3
B. Situasi Dampak Bencana .................................................................... 5
C. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah........................................ 6
D. Pemodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan....................................... 7
Menggunakan RAMMS........................................................................
E. Pembahasan........................................................................................... 10
F. Kesimpulan dan Rekomendasi.............................................................. 13
G. Banjir Bandang..................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran bahan rombakan (debris flow) adalah fenomena campuran air,
lumpur, dan kerikil sampai bongkah mengalir dengan kecepatan tinggi menuruni
lereng (Varnes, 1978). Aliran ini umumnya terbentuk akibat curah hujan yang
tinggi yang mengikis dan memobilisasi tanah atau batuan lepas di lereng curam.
Aliran bahan rombakan berbeda dengan banjir berdasarkan komponennya. Wilford
drr. (2004) menyebut-kan bahwa aliran bahan rombakan mempunyai konsentrasi
sedimen lebih dari 20% sedangkan banjir normal kurang dari 20%. Selain itu,
aliran bahan rombakan mampu membawa klastika berukuran besar dan umumnya
mempunyai imbrikasi yang buruk. Biasanya aliran ini akan membuat struktur
endapan berupa morfologi yang dikenal sebagai kipas aluvial. Aliran bahan
rombakan di Indonesia sering disebut banjir bandang. Banjir Bandang adalah
banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai.
Kota Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah pada pukul 18.02 WITA,
28 September 2018. Gempabumi tersebut memicu terjadinya gerakan tanah di
kawasan perbukitan di Palu, Sigi, dan Donggala. Gempa bumi mengakibatkan
pergerakan tanah di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi
SulawesiTengahpada koordinat 01°09’10.8” LU dan 119°52’01.2” BT. Kondisi
material longsoran sudah menumpuk pada alur alir dan menggantung sehingga
dikhawatikanakan berkembang menjadi aliran bahan rombakan yang dapat
mengancam penduduk yang tiggal di Desa Poi, Kec. Dolo Selatan.
Untuk menentukan zona bahaya potensi aliran bahan rombakan tersebut,
dilakukan pemodelan aliran bahan rombakan dengan perangkat lunak Rapid Mass
Movement Simulatin (RAMMS). Rapid Mass Movement Simulatin (RAMSS)
merupakan salah satu program untuk mensimulasikan aliran debris. Pemodelan

1
2

dilakukan dengan memasukkan parameter-parameter tertentu sepert volume, friksi,


densitas, dll. Hasil pemodelan ini berupa zonasi landaan debris yang mungkin
dapat terjadi di Desa Poi. Berdasarkan model tersebut, lokasi tii kumpul dan
rencana evakuasi darurat dapat dievaluasi lebih lanjut dengan mempertibangkan
kemungkinan zona landaan aliran bahan rombakan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Permodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) atau
Banjir Bandang di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018

C. Tujuan Masalah
a. Tujuan Umum
Mengetahui Permodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow) atau
Banjir Bandang di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi,
Sulawesi Tengah Paska Gempabumi Palu M7.4 Oktober 2018
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kondisi daerah bencana
2. Mengetahui situasi dampak bencana
3. Mengetahui faktor penyebab terjadinya gerakan tanah
4. Mengetahui permodelan potensi aliran bahan rombakan menggunakan
RAMMS
5. Mengetahui pembahasan permodelan aliran bahan rombakan
menggunakan RAMMS
6. Mengetahui kesimpulan dan rekomendasi
7. Mengetahui banjir bandang
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Daerah Bencana


1. Morfologi
Secara umum fisiografi Daerah Donggola–Sigi bagian selatan terdiri
dari pematang timur dan pematang barat yang dipisahkan oleh Sesar Palu
Koro. Pematang barat memiliki ketinggian lebih dari 2000 meter di atas
permukaan laut, tetapi di Donggala menurun hingga muka laut. Pematang
timur dengan memiliki variasi topografi dengan ketinggian antara 400 meter
hingga 1900 meter di atas permukaan laut.
Morfologi di lokasi longsor Desa Poi merupakan bagian timur
Pematang Barat. Perubahan morfologi sangat jelas dari dataran menjadi
perbukitan terjal. Bentuk morfologi pada alur lereng yang longsor berangsur
angsur menyempit pada lembah kecil. Perbedaan elevasi juga sangat tinggi
dari 95 m menjadi 950 m (mahkota longsor).
2. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pasangkayu (Sikudo dkk, 1993),
lokasi longsor Desa Poi termasuk dalam Batuan terobosan Granit (Tmpi).
Hal ini didukung pengamatan di lapangan pada area perbukitan sekitar
longsor banyak dijumpai bongkah bongkah Granit dan tanah lapukan Granit.
Sedangkan di area pemukiman termasuk dalam Formasi Pakuli (Qp) yang
terdiri atas konglomerat dan batupasir yang merupakan endapan kipas
alluvium dan teras sungai. Aluvium (Qa) adalah endapan termuda,
merupakan endapan sungai dan rawa.
3. Keairan dan Tata Guna Lahan
Secara umum pada wilayah Perbukitan Pematang Barat dialiri oleh
beberapa aliran sungai baik sungai yang mengalir sepanjang tahun maupun
sungai musiman yang membentuk pola sejajar menuju ke arah timur
4

bergabung dengan Sungai Palu. Pada lokasi longsor Desa Poi merupakan
aliran sungai musiman. Terdapat beberapa sumber mata air di Desa Poi,
namun beberapa tertutup oleh material longsor. Tata guna lahan pada lokasi
gerakan tanah secara umum didominasi oleh hutan dan kebun. Sedangkan
pemukiman berada pada lembah di sekitar Sungai Palu.
4. Kerentanan Gerakan Tanah
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Sulawesi
Tengah (PVMBG, 2009), daerah lokasi gerakan tanah termasuk dalam
Potensi Gerakan Tanah Menengah - Tinggi. Artinya daerah ini mempunyai
tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini
dapat terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama akibat curah hujan yang
tinggi.
5

B. Situasi Dampak Bencana


Jenis Gerakan tanah yang terjadi di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah adalah longsoran (slide) dengan
dimensi besarpada lereng perbukitan sebelah barat permukiman Desa Poi.
Longsoran ini terjadi pada perbukitan dengan kemiringan lereng sangat terjal
pada ketinggian 950 mdpl dengan gerakan relatif barat daya – timur laut pada
arah N450-500E. Longsoran yang dipicu gempa bumi ini mengakibatkan
terbentuknya tumpukan material longsoran dan menutup alur alir di lembahnya.
Tumpukan material yang terbentuk memiliki lebar 340 meter dengan panjang
mencapai 950 m ke arah lembah yang berada di atas permukiman. Tumpukan
material yang menutup alur tersebut saat ini dalam kondisi menggantung dan
berpotensi berkembang menjadi aliran bahan rombakan jika dipicu oleh hujan.
Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, sebelumnya kejadian banjir
bandang (aliran bahan rombakan) pernah terjadi pada tahun 1992 dan 2007.
Tidak ada catatan korban jiwa, namun rumah penduduk terendam banjir dan
lumpur.Selain potensi aliran bahan rombakan, dijumpai juga retakan-retakan dan
nendatan pada permukaan tanah pada jaur menuju lokasi potensi aliran bahan
rombakan. Retakan ini berada di sebelah barat permukiman Desa Poi dengan
lebar antara 5cm sampai mencapai 30 cm dan ketinggian nendatan mencapai 1 m.
Dampak gerakan tanah:
1. Masyarakat khawatir akan terjadi aliran bahan rombakan yang dapat
melanda permukiman pada jarak 2 km.
2. Sekitar 200 KK di Desa Poi Kecamatan Dolo Selatan terancam jika material
longsoran tersebut berkembang menjadi aliran bahan rombakan dan melanda
permukiman.
3. Jalan pada ruas Palu-Bangga di Desa Poi terancam tertutup material bahan
rombakan jika terjadi terjadi aliran bahan rombakan.
6

C. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah


Gerakan tanah di lokasi ini di picu oleh gempa bumi yang berpusat di
daerah Sirenjadi zona sesar Palu Koro yang terjadi pada hari Jumat 28 September
2018 sekitar pukul 18.02 WITA dengan Magnitude 7,4. Proses tektonik pada
7

jalur sesar aktif yang terjadi mengakibatkan terbentuknya kekar – kekar (retakan)
pada permukaan tanah batuan penyusun lokasi gerakan tanah. Kondisi ini
mengakibatkan batuan dan tanah penyusun mengalami penurunan tahanan
gesernya akibat terbentuknya zona lemah berupa retakan – retakan tersebut.
Guncangan gempa bumi yang kuat mengakibatkan batuan yang sebelumnya
sudah lemah dan lapuk semakin kehilangan kekuatan hubungan antar butirnya.
Dengan melemahnya kekuatan tahanan geser, ditambah kemiringan lereng yang
sangat terjal mengakibatkan tanah begerak ke luar dan menuruni lereng.

D. Pemodelan Potensi Aliran Bahan Rombakan Menggunakan RAMMS


RAMMS (Rapid Mass Movement) adalah sebuah perangkat lunak untuk
pemodelan numerik dinamik yang didesain awalnya untuk pemodelan longsoran
salju (snow avalanches) (Christen et al., 2010) yang kemudian diaplikasikan
untuk pemodelan aliran massa yang lain seperti lahar (Quan Luna, 2007) dan
aliran debris (Kowalski, 2008). RAMMS dikembangkan oleh tim ahli dari WSL
institute for Snow and Avalanche Research SLF dan Swiss Federal Institute for
Forest, Snow and Landscape Research WSL.
RAMMS Debris Flow dikembangkan untuk mensimulasikan aliran debris
pada morfologi/medan yang kompleks. Modul RAMMS sudah digunakan di
Swiss dan belahan dunia lain untuk analisis bahaya debris flow dan membantu
mendesain mitigasi bencana. RAMMS menggabungkan metode solusi numerik
dengan input fitur yang bermanfaat dan visualisasi yang mudah digunakan,
RAMMS menggunakan model kontinum aliran fluida Voellmy-Salm (Salm,
1993) berdasarkan hukum aliran fluida Voellmy dan menjelaskan aliran
debris sebagai hidrolika berdasarkan kedalaman rata-rata model
kontinum. Model ini membagi resistansi fiksi menjadi 2 yaitu dry-Coulomb
typefriction yang berskala dengan tegangan normal dan viscousturbulent friction
(ξ). (koefisien ξ). Sehingga persamaan friksi S (Pa) menjadi:
8

ρ: berat jenis aliran H: tinggi aliran g : percepatan


ω: sudut kelerengan U: kecepatan aliran gravitasi
Persamaan tersebut terus dikembangkan hingga RAMMS versi 1.6.2
dimodifikasi dengan menambahkan kohesi (C). Sehingga persamaannya
berubah menjadi

Input data RAMMS meliputi data DEM, daerah inisiasi, parameter


gesekan, volume, dan beberapa parameter lain (debit aliran, kecepatan,
dan kohesi) tergantung aliran yang ingin dimodelkan. Untuk daerah
inisiasi terdapat 2 pilihan menggunakan block release atau hydrograph.
Block release dipakai untuk aliran debris sederhana atau dangkal tanpa
kanal. Sedangkan hydrograph lebih cocok untuk aliran debris besar
berkanal. Untuk pemodelan di Desa Poi digunakan block release karena
keterbatasan data hydrograph.
DEM yang digunakan untuk pemodelan didapatkan dari DEMNAS
BIG (http://tides. big.go.id/DEMNAS/) dengan resolusi 8 m. Selain
DEM, RAMMS juga membutuhkan data orthophoto untuk tampilan 2D.
Data orthophoto untuk pemodelan ini menggunakan hillshade dari DEM.
Pemodelan potensi aliran bahan rombakan dilakukan dengan
beberapa pendekatan skenario. Karena aliran banjir bandang (debris flow)
dapat bervariasi mulai dari yang pekat (granular) atau cair (muddy). Jenis
aliran tersebut akan berdampak pada besar kecilnya zona landaan yang
mungkin terjadi. Buku Manual RAMMS memberikan saran dalam
menyesuaikan variasi aliran tersebut sesuai Tabel 8.1.
9

Tabel 8.1 Setting viscous-turbulent friction parameter ξ

Sedangkan untuk µ secara umum nilai yang disarankan berkisar dari


0,05 – 0,4 (nilai lebih dari 0,4 jarang memberikan hasil simulasi yang
bagus). Dalam pemodelan potensi banjir bandang pada Desa Poi
diberikan beberapa input variasi parameter dengan metode block release
seperti pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2 input parameter pemodelan RAMMS
Volume 3164516 m3 (berdasarkan
perhitungan otomatis RAMMS
menyesuaikan dengan area initial
block release mengikuti area longsor
di hulu)
Densitas 2000 kg/ m3 (Gravel sand)
µ (dry-Coulomb 0,1 – 0,3
typefriction)
ξ (viscous-turbulent 500 – 700 m/s2 (aliran dimodelkan
friction) intermediate)
c (kohesi) 0 (dianggap cohesionless)
10

Hasil Pemodelan dapat dilihat pada Tabel 8.3 berikut:

Parame Area Max Max Flow Max


ter (Landaan) Velocity Height Pressure
(ξ/ µ) (m2) (m/s) (m) (kPa)
500 m/s2/ 692826.8 39.1761 77.6441 3069.53
0,1 374073 36.0114 68.2949 2593.64
500 m/s2/ 225201 32.3675 64.6701 2095.32
0,2 726720.6 40.6647 80.0784 3307.23
500 m/s2/ 380066.1 37.3099 70.1700 2784.06
0,3 228232.6 33.5282 65.5998 2248.28
600 m/s2/ 769225.8 42.3094 82.4428 3580.17
0,1 393913 38.3434 71.4455 2940.44
600 m/s2/ 219484 34.4273 66.4651 2370.48
0,2
600 m/s2/
0,3
700 m/s2/
0,1
700 m/s2/
0,2
700 m/s2/
0,3

E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemodelan aliran bahan rombakan menggunakan
RAMMS dengan variasi friksi yang berbeda (ξ = 500 – 700 m/s2, µ = 0,1 –
0,3) didapatkan hasil dengan perbedaan yang cukup signifikan. Secara
umum perubahan ξ dari 500 – 700 dengan µ yang sama menghasilkan
perbedaan yang relative tidak jauh berbeda. Semakin tinggi ξ semakin
besar pula daerah landaan, ketinggian aliran, kecepatan, dan tekanannya.
Hanya saja selisih besarannya tidak terlampau jauh satu sama lain.
Sedangkan perubahan µ dengan ξ yang sama memberikan dampak yang
sangat signifikan. Perbedaan area landaan, kecepatan, ketinggian aliran,
11

dan tekanan sangat tajam. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa


pemodelan menggunakan RAMMS sangat sensitif terhadap nilai µ.
Tabel 8.4 Hasil Pemodelan RAMMS

Parameter (ξ/ Area (Landaan) Max Velocity Max Flow


µ) (m2) (m/s) Height (m)
500 m/s2/ 0,2 374073 36.0114 68.2949
600 m/s2/ 0,2 380066.1 37.3099 70.1700
700 m/s2/ 0,2 393913 38.3434 71.4455
600 m/s2/ 0,1 726720.6 40.6647 80.0784
600 m/s2/ 0,2 380066.1 37.3099 70.1700
600 m/s2/ 0,3 228232.6 33.5282 65.5998

Hasil pemodelan RAMMS kemudian dievaluasi lebih lanjut, model


mana yang akan diterapkan untuk evaluasi potensi bencana di Desa Poi.
Model dengan µ = 0,3 (lebih granular) mempunyai zona landaan di
bawah estimasi dimana landaan tidak mencapai Desa Poi. Model dengan
µ = 0,1 (cair) mempunyai zona landaan paling besar dan jauh serta
membentuk kipas alluvial. Model dengan µ = 0,2 berada diantaranya dan
sudah membentuk kipas alluvial. Berdasarkan hasil tersebut, dipilihlah µ
= 0,1 dengan asumsi kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.
Sedangkan untuk variasi ξ cenderung mempunyai perbedaan yang tidak
terlalu signifikan. Nilai ξ = 600 dipilih dengan asumsi aliran dianggap
mempunyai turbulensi intermediate.
Pada saat dilakukan pemeriksaan lokasi pengungsian, masyarakat
menginginkan lokasi pengungsian di sebelah utara Desa Poi di lokasi
yang berbatasan dengan Desa Benggala. Lokasi ini bila ditampalkan
dengan zona landaan hasil pemodelan berada di luar zona tersebut. Lokasi
ini relatif aman untuk evakuasi dan pengungsian bila dilakukan sebelum
bahan rombakan bergerak atau sebelum hujan turun. Karena bila saat
aliran bahan rombakan terjadi melewati alur sungai yang membelah Desa
Poi justru akan berbahaya bagi warga yang tinggal di wilayah selatan
12

apabila evakuasi ke utara karena harus melewati sungai landaan aliran


bahan rombakan. Oleh karena itu sebaiknya titik kumpul atau evakuasi
dibuat di dua titik yaitu utara dan selatan. Sehingga bagi warga yang
tinggal di selatan dari zona aliran bahan rombakan dapat mengevakuasi
diri ke selatan menuju Desa Pulu yang berlokasi lebih tinggi dan jauh dari
alur atau mulut lembah.
13

F. Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan hasil pemodelan untuk potensi aliran bahan rombakan
di Desa Poi menggunakan RAMMS dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
 Variasi µ (dry-Coulomb typefriction) pada pemodelan menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan. RAMMS sangat sensitive pada
perubahan nilai µ (dry-Coulomb typefriction) dibandingkan dengan
nilai ξ (viscous- turbulent friction).
 Model yang diterapkan untuk evaluasi menggunakan nilai ξ = 600 m/s 2
dan µ = 0,1 dengan hasil pemodelan menunjukkan luas area landaan
380066.1 m2.
 Hasil evaluasi pemodelan menunjukkan bahwa aliran akan membentuk
kipas alluvial yang melanda sebagian besar Desa Poi, oleh karena itu
lokasi titik kumpul/ evakuasi mutlak diperlukan.
 Lokasi titik kumpul sementara yang direkomendasikan Kepala Desa
Poi terletak di luar zona landaan hasil pemodelan. Lokasi ini relatif
aman untuk evakuasi dan pengungsian bila dilakukan sebelum bahan
rombakan bergerak atau sebelum hujan turun.
Saran dan rekomendasi teknis:
 Segera dilakukan normalisasi aliran pada alur yang tertutup material
longsoran untuk menghindari terjadinya akumulasi air yang dapat
terbendung pada bagian atas material longsoran dan memicu jebolnya
tumpukan material longsoran secara tiba-tiba.
 Seluruh aktivitas agar dilakukan dengan selalu memperhatikan
keselamatan jiwa dan kondisi cuaca. Jika turun hujan seluruh aktivitas
agar dihentikan.
 Dilakukan patroli mandiri selama 24 jam yang melibatkan warga dan
aparat pemerintah setempat untuk mengamati perkembangan material
14

longsoran dan retakan yang terbentuk.


 Dilakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang (BMKG)
dalam memprediksi cuaca ke depan di sekitar lokasi penumpukan
material longsoran.
 Agar dibuatkan lokasi pengungsian dan titik kumpul yang menjauh
dari potensi aliran bahan rombakan khususnya ke arah selatan
(Menuju Desa Pulu).

G. Banjir Bandang
1. Gambaran Singkat
Banjir bandang merupakan banjir besar yang mengalir dan
menghanyutkan banyak material seperti air, pasir, tanah, batu, lumpur dan
kayu yang bergerak ke dataran lebih rendah. Volume konsentrasi material,
dan kecepatan aliran banjir bandang menjadikan fenomena ini menjadi
sangat berbahaya bagi manusia. Dengan bermacam-macan material yang
ikut hanyut bersama banjir bandang, aliran banjir bandang dapat merusak
apa saja yang berada dalam jangkauan alirannya. Pada kondisi morfologis
dataran dengan tingkat kelerengan sedang sampai tinggi, aliran banjir
bandang bahkan dapat mencapai kecepatan hingga 160km/jam.
Banjir bandang dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan
kadang sulit untuk diprediksi. Secara umum, banjir bandang berpotensi
terjadi di kawasan aliran sungai yang terbentuk dari lembah perbukitan
dengan kemiringan yang curam dan memiliki sumber air yang melimpah.
Daerah aliran sungai ini juga akan semakin rawan bila terdapat banyak
material pendukung longsoran dan penyumbatan sungai.
Salah satu penyebab utama banjir bandang adalah terbentuknya
penyumbatan sungai berupa bendungan alami akibat longsornya tanah dari
lereng-lereng di sepanjang aliran sungai. Bendungan alami ini biasanya
15

terbentuk dari berbagai material longsoran berupa batu, tanah, dan kayu di
sepanjang lereng. Kejadian longsor ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
geologi batuan/tanah pembentuk lereng, perpohonan, kemiringan lereng, tata
guna lahan dan struktur geologi daerah tersebut.
Bendungan alami yang terbentuk karena longsor ini menyebabkan air
hujan dan air yang turun dari lereng-lereng perbukitan tertahan sehingga
terbentuk danau atau tampungan air dalam jumlah besar. Volume air yang
terbendung tersebut semakin lama akan bertambah banyak - yang pada
umumnya dipicu oleh hujan deras di daerah hulu. Ketika bendungan alami
tidak sanggup lagi menahan jumlah air yang terakumulasi, maka bendungan
alami tersebut akan mengalami kebocoran dan kerusakan. Hal tersebut
menyebabkan tumpahnya air dengan volume yang sangat besar dan mengalir
deras melalui aliran sungai dan membawa serta berbagai material atau puing
yang memiliki daya rusak yang besar.
Selain disebabkan oleh proses alamiah, banjir bandang juga dapat
disebabkan oleh peristiwa jebolnya bendungan atau waduk. Hujan lebat yang
mengguyur permukaan tanah dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
penambahan debit air pada waduk atau bendungan. Volume air yang
semakin tinggi dapat mengakibatkan tanggul tidak kuat menahan tekanan
dari debit air yang tertampung. Tanggul tersebut akan jebol dan mengalirkan
semua air yang ditampung. Aliran air yang besar ini dapat menyapu kawasan
yang berada di sekitar waduk, terutama kawasan yang memiliki ketinggian
lebih rendah dari waduk atau bendungan tersebut. Bencana banjir bandang
akibat kebocoran tanggul seperti ini pernah terjadi pada tanggul Situ Gintung
di Jawa Barat pada tahun 2009 yang merusak ratusan rumah penduduk dan
mengakibatkan lebih dari 100 korban hilang dan meninggal dunia.
16

2. Upaya Mitigasi
Banjir bandang merupakan bencana yang pada umumnya bermula
dari longsoran tanah di daerah aliran sungai hulu, oleh karena itu diperlukan
adanya pemantauan rutin yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di
daerah hilir untuk memastikan kondisi kawasan aliran sungai hulu yang
rawan. Kesadaran komunitas masyarakat diperlukan dalam merawat daerah
aliran sungai agar tetap lestari. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan
membentuk kelompok masyarakat yang bertugas untuk melaksanakan
pemantauan secara rutin kondisi sungai serta bergotong-royong dalam
menormalisasi kawasan aliran sungai yang rawan terhadap longsor. Selain
itu jejaring komunikasi antara masyarakat hulu dan hilir juga perlu diperkuat
sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir bandang.
Lebih lanjut, untuk meminimalisir ancaman bencana banjir bandang
akibat kegagalan teknologi seperti kerusakan tanggul atau bendungan
diperlukan upaya berkesinambungan dari pemerintah dan masyarakat untuk
terus memantau kondisi bendungan maupun lingkungan sekitar bendungan.
Pemantauan dan perawatan perlu dilaksanakan secara rutin. Dalam hal ini
pemerintah daerah juga perlu mengalokasikan anggaran yang cukup karena
hal ini merupakan salah satu upaya dalam pengurangan risiko bencana.
Selain itu pemantauan daerah sekitar lingkungan bendungan juga perlu terus
dijaga. Daerah resapan air di sekitar bendungan perlu dipertahankan agar
dapat dipastikan debit air yang masuk kedalam danau penampungan air
bendungan tidak melebihi kapasitas tampung bendungan tersebut.
Upaya PRB akan selalu sejalan dengan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pemerintah daerah, khususnya
BPBD diharapkan dapat memetakan seluruh daerah rawan terpapar banjir
bandang dan menjalankan program-program pengetahuan mengenai langah-
langah pencegahan sampai dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir
17

bandang. Selain itu peraturan tataruang berbasis PRB juga perlu diterapkan
secara tegas agar kedepannya masyarakat dapat dijauhkan dari ancaman-
ancaman bencana.
a. Mitigasi pra bencana
1) Membuat Standar Operasional Prosedure bencana banjir di
lingkungan RT/RW
2) Membersihkan saluran pembuangan limbah cair rumah tangga seperti
got atau sungai kecil
3) Sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir dalam menghadapi banjir
4) Menyiapka perlengkapan yang relevan dengan bencana banjir
5) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan
bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-
langkah apa yang harus dilakukan.
6) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah di zona
rawan banjir (bisa menggunakan aplikasi inarisk)
7) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute
evakuasi dan daerah yang lebih tinggi
8) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir
dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga
terpencar-pencar
9) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan
tetangga apabila banjir terjadi
10) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga
hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan
air minum
11)  Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW.
18

12) Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan banjir


di tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung jawab posko
banjir.
13) Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan LSM
untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung guna
evakuasi.
14) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan
konfirmasi.
15) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga
tentang curah hujan dan kondisi air.
16) Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai,
senter, korek gas, dan lilin.
17)  Siapkan obat-obatan darurat.
18) Amankan dokumen penting.
b. Mitigasi saat bencana
1) Pantau perkembangan cuaca di tempat kejadian
2) Warga yang terkena banjir dihimbau menjaga kesehatan agar tidak
menambah korban banjir
3) Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-
tempat lain yang tergenang air.
4) Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya
banjir bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa
peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
5) Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau
di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih berharga
diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
19

6) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak


berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik.
Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda
berdiri di atas/dalam air.
7) Jika ada perintah evakuasi dan Anda harus meninggalkan rumah:
Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air
dapat mengakibatkan Anda jatuh.
8) Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang
tidak bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek
kepadatan tempat Anda berpijak.
9) Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai
naik, abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus
banjir dengan cepat.
10) Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga
seandainya kehabisan air bersih.
11) Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan
akan dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang
tiba tanpa peringatan.
c. Mitigasi pasca bencana
1) Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir
2) Memeriksa ketersediaan air bersih
3) Memperbaiki jamban, dan saluran pembuangan air limbah
4) Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan
tidak kotor ataupun tersumbat
5) Tidak menggunakan air bersih secara semena – mena
6) Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan bantuan seperti
tempat tinggal, obat, makanan dan pakaian
20

7) Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bangunan yang sudah


tidak layak pakai
8) Menjauhkan kabel agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
9) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air
banjir.
10) Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
11) Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
12) Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
13) Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa
kotoran setelah banjir.
14) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN).
15) Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
21

3. Matriks Kajian Resiko


Berdasarkan hasil kajian risiko bencana yang disusun oleh BNPB pada
tahun 2015, terlihat bahwa jumlah jiwa terpapar risiko bencana banjir
bandang tersebar terutama di Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi dengan
jumlah seluruh Indonesia melebihi 9 juta jiwa dan nilai aset terpapar
melebihi Rp. 44 Triliun. Secara rinci, hasil kajian risiko bencana banjir
bandang dapat terlihat dalam tabel berikut.
22

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jenis Gerakan tanah yang terjadi di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah adalah longsoran (slide) dengan
dimensi besar pada lereng perbukitan sebelah barat permukiman Desa Poi.
Longsoran yang dipicu gempa bumi ini mengakibatkan terbentuknya tumpukan
material longsoran dan menutup alur alir di lembahnya. Diperlukan mitigasi
bencana untuk mengatasi hal tersebut dimulai dari mitigasi pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana.

B. Saran
Perlu adanya kajian lebih lanjut dalam penerapan pemodelan pada daerah
potensi banjir bandang sebelum terjadi bencana tersebut. Diharapkan analisator
selanjutnya lebih terperinci dalam menganalisis pemodelan yang diterapkan di
daerah yang rawan bencana.
23

DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2018). Resiko Bencana Indonesia. BNPB.


BPBD Grobogan. (2019). Retrieved 12 13, 2020, From BPBD Grobogan:
https://bpbd.grobogan.go.id/
Pusgen. (2018). Kajian Gempa Palu Provinsi Sulawesi Tengah 28 September 2018
(M7,4). Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perumahan Dan Permukiman,
Badan Penelitian Dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat.
Kristiawan, Yohandi., Sumaryono. (2020). Pemodelan Aliran Bahan Rombakan di
Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Jurnal lingkungan dan bencana geologi.

Anda mungkin juga menyukai