Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN BENCANA GEOLOGI

Studi Kasus Longsor di Perumahan Bukit Sukanagara Resort, Soreang,


Kabupaten Bandung
Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Bencana Geologi

Disusun Oleh :

Otniel Iriano Jousuba Simopiaref

072001500087

Program Studi Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi

Universitas Trisakti

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bencana Geologi.
Penulis mengucapkan syukur atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas kelompok dari mata kuliah
Bencana Geologi dengan judul “Kajian Bencana Geologi –Studi
Kasus Longsor di Perumahan Bukit Sukanagara Resort”. Dalam proses pengerjaan
tugas ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Geologi Bencana, bapak Muhammad Adimas Amri
ST., MT. dan juga teman-teman.
Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, untuk itu
apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jakarta, 1 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Pengkajian ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lokasi Kajian Bencana Longsor ................................................................... 4

2.2 Kajian Bahaya ............................................................................................... 5

2.2.1 Pergerakan Tanah dan Banjir Bandang .................................................. 5

2.2.2 Timbunan Tanah Hasil Longsor ............................................................. 5

2.2.3 Puing-Puing Reruntuhan Bangunan........................................................ 6

2.3 Kajian Kerentanan ......................................................................................... 6

2.3.1 Kerentanan fisik ...................................................................................... 6

2.3.2 Kerentanan sosial .................................................................................... 8

2.3.3 Kerentanan ekonomi ............................................................................... 8

2.4 Kajian Kapasitas ............................................................................................ 9

2.4.1 Pengetahuan Risiko Bencana .................................................................. 9

2.4.2 Dinding Penahan Tanah .......................................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11


3.2 Saran ............................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13
Lampiran ............................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta ruang lingkup kajian. Sumber: Google Maps......................................4


Gambar 2. Kondisi rumah terdampak longsor (28/10/2018).......................................6
Gambar 3. Kondisi bangunan di kemiringan................................................................7
Gambar 4. Kondisi tanah sekitar Sukanagara Resort....................................................7
Gambar 5. Dinding penahan tanah................................................................................9
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana).

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana alam geologi adalah semua peristiwa atau kejadian di alam yang
berkaitan dengan siklus-siklus yang terjadi di bumi atau segala sesuatu yang
disebabkan oleh faktor-faktor geologi. Faktor-faktor geologi tersebut dapat berupa
struktur dan tekstur tanah dan batuan, jenis tanah dan batuan, pola pengaliran
sungai, topografi[ 1 ]
, struktur geologi (lipatan dan patahan), tektonik, maupun
gunung api. Faktor-faktor geologi tersebut selain menyebabkan adanya potensi
bencana, pada kenyataannya faktor-faktor geologi tersebut memberi arti penting
dalam kehidupan dan siklus kehidupan di bumi kita ini.

Berikut adalah beberapa bencana yang umum disebabkan oleh faktor-faktor geologi:
1. Tsunami
2. Gempa bumi
3. Letusan gunung api

4. Kekeringan

1 Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit
alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak
hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap
lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal.

1
5. Longsor

Dalam kajian ini kami mengambil kasus bencana longsor. Tanah longsor
(landslide) adalah massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun
lereng (percampuran tanah dan batuan) yang bergerak menuruni lereng. Tanah
longsor sendiri adalah jenis dari “pergerakan massa” (mass wasting), dimana
tanah dan batuan bergerak mengikuti arah lereng dikarenakan pengaruh gaya
gravitasi. Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya gerakan massa,
terdapat beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya proses tersebut
antara lain kemiringan lereng dan air. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air,
gaya kohesi antar mineral akan semakin lemah, sehingga memungkinkan
partikelpartikel tersebut dengan mudah untuk bergeser. Selain itu air juga akan
menambah berat massa material, sehingga dapat menyebabkan material meluncur
ke bawah. Secara umum longsor dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
berdasarkan tipe pergerakannya, yaitu: Longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran material rombakan.
Longsor dan gerakan tanah merupakan peristiwa umum yang terjadi di daerah
berlereng tidak stabil dan dipicu oleh curah dan intensitas hujan. Sering
diakibatkan oleh pengrusakan lahan, penggundulan hutan, tidak adanya pelindung
tanah secara memadai. Atau adanya lapisan impermeable (batuan keras kedap air,
lapisan lempung) di bawah lapisan tanah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul laporan, terdapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kajian variabel bahaya bencana longsor yang terdapat di lokasi


Perumahan Bukit Sukanagara Resort?
2. Bagaimana kajian variabel kerentanan bencana longsor yang terdapat di lokasi
Perumahan Bukit Sukanagara Resort?
3. Bagaimana kajian variabel kapasitas terhadap bencana longsor yang terdapat di
lokasi Perumahan Bukit Sukanagara Resort?

2
1.3 Tujuan Pengkajian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
faktor bahaya, kerentanan, dan kapasitas terhadap terjadinya bencana longsor di
desa Sukanagara.

3
BAB II PEMBAHASAN

Gambar 1. Peta ruang lingkup kajian. Sumber: Google Maps.

Lokasi kajian kami terletak pada kawasan Perumahan Bukit Sukanagara


Resort, Sukanagara, Sorenag, Kab. Bandung. Menurut data BPBD, Kecamatan
Soreang termasuk ke dalam 16 kecamatan yang rawan terjadi longsor.

2.2 Kajian Bahaya

4
Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera
pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam. (Gunawan dan
Martowiyoto, 2015). Kajian bahaya yang terdapat di lokasi diantaranya :

2.2.1 Pergerakan Tanah dan Banjir Bandang


Kecamatan Soreang merupakan salah satu kecamatan yang termasuk
ke dalam wilayah yang memiliki potensi pergerakan tanah dan banjir
bandang. Dikutip dari website resmi PVMBG (Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi), terdapat 28 wilayah di kawasan Bandung
Selatan yang rawan pegerakan tanah dengan kategori menengah-tinggi.

Kategori menengah artinya, zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah


jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan
lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami
gangguan. untuk kategori tinggi artinya, zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama
dapat aktif kembali.

PVMBG juga mencatat terdapat 12 kecamatan/wilayah di Kabupaten


Bandung yang juga berpotensi terjadi banjir bandang. Ke-12 wilayah itu
yakni Arjasari, Banjaran, Cimaung, Cimenyan, Ciwidey, Ibun, Kertasari,
Majalaya, Pananjung (Cangkuang), Pasir jambu, Rancabali, serta Soreang.

2.2.2 Timbunan Tanah Hasil Longsor


Bila bangunan didirikan di daerah bukit dengan kemiringan tinggi,
maka tidak menutup kemungkinan bila terjadi longsor, rumah tersebut
akan tertimbun langsug oleh tanah longsoran.

2.2.3 Puing-Puing Reruntuhan Bangunan

5
Gambar 2.
Kondisi rumah terdampak longsor (28/10/2018)

Material bangunan yang runtuh karena pergerakan tanah dapat


menimbulkan korban jiwa. Akan lebih bahaya jika terjadi pada
permukiman yang padat.

2.3 Kajian Kerentanan


Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana (Peraturan Ketua BNPB No.2 tahun 2012). Kajian kerentanan yang
terdapat di lokasi diantaranya :

2.3.1 Kerentanan fisik


Kerentanan fisik meliputi kondisi bangunan dan infrastruktur (jalan
dan jembatan). Dapat dikatakan rentan karena konstruksi yang dibuat
belum memerhatikan dampak risiko longsor.

2.3.1.1 Lokasi Permukiman

6
Gambar 3. Kondisi bangunan di kemiringan

Kawasan permukiman berada di daerah bukit yang tanahnya


bersifat labil. Pondasi bangunan didirikan di atas tanah urugan
yang tidak sampai ke tanah keras di bawahnya. Rumah-rumah
dibangun di atas lahan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat.
Vegetasi disana pun hanya ada tanaman pertanian dan pohon non-
kayu sehingga kurang baik dalam menahan tanah.

2.3.1.2 Jenis tanah

Gambar 4. Kondisi tanah sekitar Sukanagara Resort

Jenis tanah pada daerah Sukanagara didominasi oleh tanah podsolik.


Tanah podsol ini merupakan salah satu jenis tanah yang proses

7
pembentukannya sangat dipengaruhi oleh curah hujan serta suhu udara.
Tanah podsol peka terhadap erosi tanah, karena daya menahan airnya yang
masih sangat jelek dan mempunyai sifat yang mudah basah, sehingga ketika
tanah ini terkena air tanah maka tanah podsol ini akan menjadi subur. Maka
tanah ini sebaiknya digunakan untuk lahan pertamian saja, bukan lahan
permukiman.

Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLB) tanah podsolik termasuk
ke dalam kategori kepekaan terhadap longsor yang tinggi, berikut
klasifikasinya :

2.3.2 Kerentanan sosial


Penduduk asli desa Sukanagara rata-rata adalah orang dewasa dan
lansia. Selama kami menyusuri jalan, yang kami temui seperti itu.
Sehingga dikhawatirkan karena kondisi sosial ini, membuat kerentanan
akan bahaya semakin tinggi

2.3.3 Kerentanan ekonomi


Mayoritas penduduk desa Sukanagara yang tinggal di
nonperumahaman cluster bekerja sebagai petani. Sehingga dapat
dikatakan kemampuan ekonomi mereka untuk menghadapi bahaya
kurang siap.

2.4 Kajian Kapasitas


Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian akibat bencana. (Peraturan Ketua
BNPB No. 2 tahun 2012). Kajian kapasitas yang terdapat di lokasi yaitu :

8
2.4.1 Pengetahuan Risiko Bencana
Saat kami melakukan ground check, salah satu warga mengatakan bahwa
mereka tidak pernah ada sosialisasi informasi mengenai rawannya terjadi
longsor di daerahnya. Mereka juga merasa aman-aman saja mendirikan
bangunan dalam keadaan miring dan berada di daerah yang diliputi tanah
urugan.

2.4.2 Dinding Penahan Tanah

Gambar 5. Dinding penahan tanah

Dalam kajian ini, kapasitas yang ada di Perumahan Bukit


Sukanagara Resort adalah upaya pengembang perumahan yang
membangun dinding penahan tanah yang konstruksinya dari batu dan
semen. Namun benteng yang dibuat tidak sesuai, karena sebaiknya
benteng yang dibangun untuk menahan tanah longsor dibuat miring.
Adapun teknik konstruksinya berupa soil nailing. Soil nailing dapat
meminimalisir terjadinya longsor. Tekniknya adalah tanah dibor secara
miring, kemiringan itu agak ke dalam lalu kemiringan itu dimasukkan
besi beton, lalu dilakukan grooting (dimasukkan campuran semen).
Dengan menggunakan cara ini, air yang masuk ke dalam tanah nantinya
akan tertahan oleh besi beton yang telah dimasukkan ke dalam tanah
tersebut.

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat, akibat kombinasi dari
bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan kajian yang telah kami lakukan, kondisi desa Sukanagara perlu
diwaspadai. Semakin banyak lahan kosong dan lahan pertanian yang beralih
fungsi menjadi permukiman. Tentu risiko bencana longsor di desa
Sukanagara akan meningkat. Pendirian bangunan (perkerasan) perlu
memerhatikan kondisi lingkungan yang ada.

3.2 Saran
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana longsor
antara lain :

1. Wilayah Bandung Selatan perlu perhatian khusus dari pemerintah


terkait ancaman pergerakan tanah dan longsor.
2. Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, seperti disediakannya
jaluar evakuasi saat terjadi longsor dan pemindahan penduduk yang
tinggal di pinggir tebing yang mudah longsor ke daearah yang lebih
aman.

3. Penyuluhan terhadap masyarakat dapat membantu mengatasi dampak


bencana, karena siaga bencana diperlukan agar tidak menimbulkan
korban dan meminimalisir kerugian.
4. Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana longsor.

10
5. Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan.

11
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64321/Chapter%20II.pdf

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/94051/1/A18asz.pdf

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/lahankering/berler

eng2.pdf https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/tanah-podsol

http://jabarekspres.com/2018/9-rumah-sukanagara-resort-ambruk/

https://www.jawapos.com/jpg-today/04/04/2019/waspada-28-titik-di-
kabupatenbandung-berpotensi-pergerakan-tanah/
https://www.academia.edu/39979972/KAJIAN_BENCANA_GEOLOGI?
show_app_store_popup=true

12
Lampiran

13
15
16

Anda mungkin juga menyukai