OLEH :
KELOMPOK 6
3. HERA IRAMA
4. HZ MASRIASI NAINGGOLAN
5. JAYANTI MEYLANI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat kehidupannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mini riset
Studi Masyarakat Indonesia.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Drs. Nahor Manahat
Simanungkalit, M.Si. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Mitigasi dan Bencana,
kami juga ucapkan terima kasih kepada Orang Tua teman kami yang telah membantu proses
penelitian dan teman-teman yang memberikan kami semangat dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami tahu bahwa makalah laporan mini riset ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karenanya, kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi kami.Semoga
kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.1 Definisi Tanah Longsor......................................................................................................6
2.2 Prinsip Tanah Longsor........................................................................................................7
2.3 Jenis Tanah Longsor...........................................................................................................7
2.4 Penyebab Tanah Longsor...................................................................................................8
2.5 Dampak Tanah Longsor bagi Masyarakat Sekitar..............................................................9
2.6 Upaya Pencegahan Tanah Longsor..................................................................................10
2.7 Pendekatan Keruangan Tanah Longsor............................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan graphein berarti
tulisan. Jadi, secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.Oleh karena itu, geografi
sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yangdipelajari dalam geografi bukan hanya
mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di
luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi
(Soegimo, 2009).
Menurut seminar lokakarya di Semarang tahun 1988 menyepakati definisi geografi adalah
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Bintarto dalam Soegimo (2009:26)
mengatakan bahwageografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi
danperistiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupunyang
menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatankeruangan, ekologi,
dan regional untuk kepentingan program, proses, dankeberhasilan pembangunan.
Geografi adalah ilmu pengetahuan tentang perkembangan nasional dan pengujian terhadap
teori-teori yang menjelaskan dan memperkirakan distribusi spasial dan lokasi berbagai
karakteristik dari permukaan bumi (Yeatesand Hagget dalam Yunus, 2008).
Salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana alam tanah longsor, tanah
longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng (Pusat Vulkanologi
Mitigasi Bencana Geologi, 2008). Dampak dari bencana ini sangat merugikan, baik dari segi
lingkungan maupun sosial ekonomi.
1.3 Tujuan
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan
pada tanah/batuan penyusun lereng (BNPB, 2010).Dalam menjelaskan tanah longsor, para ahli
mendefinisikannya sebagai berikut :
1. Longsor adalah suatu pergerakan material ke bawah dan ke luar lereng karena
pengaruh gravitasi (Varnes, 1978).
3. Tanah longsor atau landslide adalah suatu kejadian atau peristiwa geologi yang
disebabkan oleh pergerakan massa batuan, tanah atau puing-puing yang menuruni
suatu lereng (Cruden, 1991).
4. Longsor adalah perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan media
transportasi seperti air, udara atau es (Dikau dkk, 1996).
5. Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah
tropis basah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gerakan massa tersebut tidak hanya
kerusakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian, ataupun
adanya korban manusia, akan tetapi juga kerusakan secara tidak langsung yang
melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah bencana dan
sekitarnya. Bencana gerakan massa tersebut cenderung semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya aktivitas manusia (Hardiyatmo, 2006).
6. Tanah longsor terjadi apabila tanah sudah tidak mampumendukung berat lapisan tanah
diatasnya karena ada penambahan bebandipermukaan lereng, berkurangnya daya ikat
antar butiran tanah dan perubahanlereng menjadi lebih terjal (Majid, 2008).
Dari beberapa penjelasan para ahli tersebut, kami menyimpulkan bahwa tanah longsor adalah
peristiwa geologi yang ditandai dengan bergeraknya tanah atau bebatuan secara alami dari
tempat tinggi ke tempat lebih rendah.
Prinsip fenomena tanah longsor dijelaskan oleh Nandi (2007:6) bahwa tanah longsor terjadi
apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan
umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkangaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta beratjenis tanah batuan.
Umumnya proses terjadinya tanah longsor dimulai dari air yang meresap kedalam tanah akan
menambah bobot tanah, jika air tersebut menembus sampai lapisan kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir makatanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak
mengikuti lereng.
Beberapa jenis tanah longsor yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1) Longsoran Translasi; bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2) Longsoran Rotasi; bergeraknya massa tanah dan batuan padabidang gelincir berbentuk
cekung.
3) Pergerakan Blok; perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4) Runtuhan Batu; terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lainbergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lerengyang terjal hingga
menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5) Rayapan Tanah; jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah
waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiang
telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6) Aliran Bahan Rombakan; terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah inidapat menelan korban cukup banyak.
Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia, seperti yang terjadi pada
Kabupaten Sidikalang. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa
manusia adalah aliran bahan rombakan (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, 2008).
i. Lereng Terjal; lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong.Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air
lautdan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180˚,
apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
ii. Curah Hujan; musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan
air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-
pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup kebagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengambang kembali dan dapat menyebabkan terjadinya longsor bila tanah tersebut
terletak pada lereng yang terjal.
iii. Jenis Tanah; jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liatdengan ketebalan lebih dari 2,5 m dari sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis
ini memiliki potensi terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.Selain itu
tanah ini sangat retan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air
dan pecah ketika hawa terlalu panas.
iv. Penggunaan Lahan; tanah longsor sering terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air dilereng yang terjal. Pada lahan persawahan,
akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek
dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan, akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam
dan umumnyaterjadi didaerah longsoran lama.
v. Gempa Bumi; akibat tekanan yang hebat sehingga mengakibatkan longsornya
lereng- lereng yang lemah.
vi. Penebangan pohon secara liar, penambangan berlebihan, atau berat berlebih akibat
pembangunan perumahan sehingga mengakibatkan ketidak seimbangan lereng.
Nandi (2007) mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor
antara lain; dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampak
terhadap keseimbangan lingkungan.
Bencana tanah longsor memiliki dampak yang besar terhadapkehidupan, khususnya manusia.
Bila tanah longsor itu terjadi pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,
maka korban jiwa yang ditimbulkan akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor itu
terjadi secara tiba-tiba tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.
Dampak yang ditimbulkan adalah banyak menelan korban jiwa, terjadinya kerusakan
infrastruktur publik seperti jalan, jembatan dan sebagainya, kerusakan bangunan seperti gedung
perkantoran dan perumahan penduduk serta sarana peribadatan, menghambat proses aktivitas
manusia dan merugikan baik masyarakat yang terdapat di sekitar bencana maupun
pemerintahan (Nandi, 2007).
Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat terjadinya tanah longsor adalah
terjadinya kerusakan lahan, hilangnya vegetasi penutup lahan, terganggunya keseimbangan
ekosistem, lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis, dapat menutup
lahan yang lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif lainnya (Nandi, 2007).
Tim Mini Riset kami telah mewawancarai beberapa warga Kabupaten Sidikalang yang tinggal
di daerah sekitar longsor. Mereka mengatakan bahwa memang sering terjadi longsor walaupun
vegetasi penutupnya lebat di daerah ini. Topografi lereng khas daerah dataran tinggi dan
intensitas curah hujan yang tinggi membuat akar tanaman tak mampu menyerap air dengan
cepat, sehingga tanah sangat retan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air
dan pecah ketika hawa terlalu panas dan juga akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Dampaknya, longsoran menimbun jalan dan menutup akses jalan, namun sampai saat ini tak
pernah memakan korban jiwa.
1) Membuat terasering.
2) Menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui
retakan tersebut.
3) Penebangan pohon sesuai peraturan.
4) Tidak menggali tanah dibawah lereng terjal.
Dalam menelaah persoalan keruangan, geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu:
2) Pendekatan Ekologis
Pendekatan ini adalah gabungan dari pendekatan keruangan dan ekologis. Pendekatan
Analisis Komplek Wilayah digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki
tingkat kerumitan tinggi karena banyak yang harus diperhatikan seperti ekonomi, sosial,
budaya, politik dan keamanan. Dalam menghadapi permasalahan keruangan di suatu wilayah
yang rumit, geografi menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Hal ini disebabkan karena
permasalahan yang terjadi seringkali melibatkan wilayah lain sehingga keterkaitan antar
wilayah tidak dapat dihindarkan.
Adapun penyebab wilayah ini memiliki keterkaitan karena adanya perbedaan antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Perbedaan tersebut menciptakan hubungan
fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang sifatnya
kompleks dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang bervariasi juga. Selain itu, setiap
masalah disebabkan lebih dari satu faktor dan biasanya bersifat kompleks. Oleh karena itu,
dibutuhkan analisis yang kompleks untuk mencari solusi secara lebih luas dan kompleks pula.
Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis.
Begitu pula dengan analisisnya, tentu menggabungkan analisis keruangan dan analisis
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami petik dari hasil miniriset kami ini adalah tanah longsor
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau
material campuran tersebut bergerak kebawah dan keluar dari lereng.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan memperdayakan
masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor serta
upaya antisipasi dini yang harus dilakukan,sehingga pengembangan dan penyempurnaan
manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam sakl nasional, regional dan lokal secara
berkelanjutan denga memanfaatkan perkembangan teknologi informadi dan menggalang
kebersamaan segenap lapisan masyarakat.
3.2 Saran
Kami selaku penyusun makalah laporan mini riset menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. BNPB. 2010.
Intensitas Tanah Longsor 2010. Jakarta: BNPB.
Majid, Kusnoto Alvin. 2008. Tanah Longsor dan Antisipasinya. Semarang: CV Aneka ilmu.
Nandi. 2007. Longsor. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi. 2008. Zona Kerentanan Gerakan Tanah.
Bandung: ESDM.