Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES & UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA SUATU NEGARA


GEOGRAFI BUDAYA DAN POLITIK

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Mbina Pinem, M.Si.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Afiaty Zata Dini (3193131034)

Daffa Rosdannysyah Zulti (3193131012)

Nur Maya Sari (3191131005)

KELAS D GEOGRAFI 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah
yang berjudul “Proses dan Unsur-unsur Terbentuknya Suatu Negara”. Makalah yang masih perlu
dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata pelajaran Geografi Budaya dan Politik yang
secara garis besar memuat tentang proses dan unsurnya.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
kami tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan terima kasih kami
ucapkan keapada semua pihak yang telah membantu. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3. Tujuan Makalah....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Definisi Negara......................................................................................................................5
2.2 Teori Terbentuknya Suatu Negara.........................................................................................5
2.2.1 Teori Perjanjian Masyarakat (kontrak sosial).................................................................5
2.2.2 Teori Pengalihan Hak.....................................................................................................6
2.2.3 Teori Penaklukan............................................................................................................6
2.2.4 Teori Organis..................................................................................................................7
2.2.5 Teori Ketuhanan.............................................................................................................7
2.2.6 Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal atau Matriarkhal)..............................................7
2.2.7 Teori Metafisis (idealistis)..............................................................................................8
2.2.8 Teori Alamiah.................................................................................................................8
2.3 Unsur-unsur Negara...............................................................................................................8
2.3.1 Wilayah...........................................................................................................................9
2.3.2 Rakyat...........................................................................................................................12
2.3.3 Pemerintahan yang Berdaulat.......................................................................................14
2.3.4 Pengakuan dari Negara Lain.........................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
3.2. Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti layaknya sebuah organisasi, negara memiliki anggota, tujuan dan peraturan.
Anggota negara adalah warganya, tujuan negara biasanya tercantum dalam pembukaan
konstitusinya (undang-undang dasar), sedang peraturannya dikenal sebagai hukum. Bedanya
dengan organisasi yang lain, negara berkuasa di atas individu-individu dan di atas organisasi-
organisasi pada suatu wilayah tertentu. Peraturan negara berhak mengatur seluruh individu dan
organisasi yang ada pada suatu wilayah tertentu, sedangkan peraturan organisasi hanya berhak
mengatur pihak yang menjadi anggotanya saja. Peraturan negara bersifat memaksa, bila ada yang
tidak mematuhinya, negara mempunyai hak untuk memberikan sanksi, dari sanksi yang bersifat
lunak (denda) sampai sanksi yang bersifat kekerasan (hukum bunuh misalnya). Sepanjang
sejarah manusia hidup di atas permukaan bumi, manusia telah bernegara. Mulai dari negara
dalam bentuknya yang paling primitif yaitu negara kesukuan, negara kota, sampai negara
kerajaan, negara republik dan negara demokrasi. Ahli-ahli ilmu kenegaraan saling berbeda
pendapat tentang apa itu negara, sehingga muncul beberapa teori bagaimana suatu negara
terbentuk.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu negara?


2. Apa saja teori terbentuknya negara?
3. Apa saja unsur-unsur negara?

1.3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjawab persoalan pada
rumusan masalah yang ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Negara

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

2.2 Teori Terbentuknya Suatu Negara

Mengenai asal-usul berdirinya suatu negara, teori-teori yang dibangun lebih bertumpu
kepada hasil pemikiran teoritis-deduktif, dibandingkan dengan kajian empiris-induktif. Dalam
ilmu politik dikenal banyak teori tentang lahirnya sebuah negara, teori-teori tersebut merupakan
pengaruh dari perkembangan ilmu-ilmu sosial. Para ahli umumnya membagi delapan teori
mengenai terbentuknya sebuah negara sebagai berikut :

1. Teori perjanjian masyarakat (kontrak sosial).


2. Teori pengalihan hak.
3. Teori penaklukan.
4. Teori organis.
5. Teori ketuhanan.
6. Teori garis kekeluargaan (partiarkhal atau matriarkhal).
7. Metafisis (idealistis).
8. Teori alamiah.

2.2.1 Teori Perjanjian Masyarakat (kontrak sosial)

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat dengan tokoh utamanya
adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan JJ. Rosseau. Teori ini mengemukakan bahwa negara
didirikan atas dasar kesepakatan para anggota masyarakat. Mereka kemudian menyerahkan hak-
hak yang dimilikinya untuk diatur oleh negara. Negara berdiri atas kompromi-kompromi politik
antar warga masyarakat, maka kelangsungan negara yang dibentuk sangat tergantung dari
bagaimana warga masyarakat mampu saling bekerjasama dan mengakomodasi setiap perbedaan
yang muncul dengan jalan dialog atau musyawarah.

Thomas Hobbes mengemukakan bahwa lahirnya negara adalah dengan adanya


kesepakatan untuk membentuk negara, maka rakyat menyerahkan semua hak yang mereka miliki
sebelumnya secara alamiah (sebelum adanya negara), untuk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan
negara.

John Locke mengatakan bahwa sebagian besar anggota masyarakat membentuk persatuan
terlebih dahulu, baru kemudian anggota masyarakat tersebut menjadi rakyat dari suatu negara
yang didirikan. Negara dalam pandangan John Locke tidak berkuasa secara absolut sebagaimana
pandangan Hobbes. Hal ini karena dalam ralitasnya, ada bagian yang dimiliki masing-masing
orang yaitu hak asasi.

Jean Jacques Rosseau dalam bukunya yang terkenal Du Contract Social (1762),
meletakan dasar berdirinya sebuah negara, yakni dengan menge mengemukakan paham
kedaulatan rakyat. Yaitu adanya suatu perjanjian atau kesepakan untuk membentuk negara, tetapi
rakyat tidak sekaligus harus menyerahkan hak-hak yang dimilikinya untuk diatur negara. Agar
partisipasi rakyat dapat tersalurkan maka rakyat wajib memilih wakil-wakilnya untuk duduk
dalam pemerintahan yang didirikan serta menyusun birokrasi pemerintah secara lebih
partisipatif.

2.2.2 Teori Pengalihan Hak

Teori pengalihan hak merupakan teori negara yang dipelopori oleh Sir Robert Filmer dan
Loyseau. Pengertian umumnya adalah bahwa hak yang dimiliki oleh negara pada hakikatnya
diperoleh setelah rakyat melepaskan sebagian hak yang dimilikinya atau rakyat membiarkan
berlakunya hak tersebut untuk dikelola oleh negara. Pada umumnya pengalihan hak tepat
diterapkan untuk mengkaji terbentuknya negara monarkhi. Pengalihan hak ini dapat dianalogikan
kepada pembentukan negara sebagai hasil revolusi.

2.2.3 Teori Penaklukan


Teori penaklukan banyak dikemukakan oleh ilmuwan politik antara lain, Ludwig
Gumplowitz, Gustav Ratzenhover, Georg Simmel, dan Lester Frank Ward. Teori ini erat
kaitanya dengan doktrin “kekuatan menimbulkan hak”. Bahwa pihak atau kelompok yang kuat,
akan menaklukan pihak atau kelompok lainya, dan selanjutnya mendirikan sebuah negara.
Pembuktian dan penggunaan kekuatan berlaku sebagai dasar terbentuknya negara.

2.2.4 Teori Organis

Teori organis merupakan teori yang banyak dipengaruhi oleh cara pandang dalam ilmu
eksakta, dengan tokohnya, Georg Wilhelm Hegel, J.K. Bluntscli, John Salisbury, Marsiglio
Padua, Pfufendrorf, Henrich Ahrens, J.W Scelling, FJ Schitenner dan lain sebagainya. Negara
adalah suatu organisme. Negara lahir sebagai analogi kelahiran makhluk hidup lainya. Jika ada
embrionya dari masyarakat-masyarakat atau suku-suku bangsa, maka perlahan-lahan
berkembang masyarakat atau suku bangsa tersebut menjadi sebuah negara.

Teori organis mengenai lahirnya negara dapat dianalogikan dengan teori historis atau
teori evolusi. Negara tumbuh sebagai hasil suatu evolusi yang memerlukan proses panjang.

2.2.5 Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan pada awalnya banyak dianut oleh sebagian besar ilmuwan politik pada
abad 18 M, dengan tokohnya Thomas Aquinas. Kekuasaan atas negara dan terbentuknya negara
adalah karena hak-hak yang dikaruniakan oleh Tuhan. Dalam implementasinya setiap kebijakan
negara senantiasa mengatasnamakan Tuhan, sehingga rakyat harus mematuhi apa yang telah
diputuskan pemimpinya.

2.2.6 Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal atau Matriarkhal)

Teori ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu sosiologi dan antropologi, yang
mendunia sejak awal abad 19 M, dengan tokohnya Henry S. Maine, Herbert Spencer, dan
Edward Jenks. Menurut teori ini negara dapat terbentuk dari perkembangan suatu keluarga yang
menjadi besar dan kemudian bersatu membentu negara, sehingga negara yang terbentuk
adakalanya manganut garis kekeluargaan berdasarkan garis ayah (patriarkhal), dan bahkan
adakalanya garis ibu (matriarkhal).

Teori ini juga disebut sebagai teori perkembangan suku. Orang-orang yang mempunyai
hubungan darah (kekeluargaan) berkembang menjadi suatu suku, kemudian berkembang secara
lebih luas lagi sampai membentuk suatu negara.

2.2.7 Teori Metafisis (idealistis)

Teori metafisis banyak mendapat pengaruh dari para ahli filsafat, dengan tokohnya yang
terkemuka adalah Immanuel Kant. Negara ada, lahir, dan terbentuk karena memang seharusnya
ada dengan sendirinya, maka ketika jumlah manusia semakin banyak secara otomatis negara
akan lahir dengan sendirinya. Dalam prosesnya, negara adalah kesatuan supranatural,
terbentuknyapun karena dorongan supranatural atau metafisis.

2.2.8 Teori Alamiah

Teori alamiah merupakan pandangan awal tentang berdirinya sebuah negara, dengan
tokohnya Aristoteles. Negara terbentuk karena kodrat alamiah manusia. Sebagai zoon politikon
(manusia politik yang bermasyarakat), maka manusia membutuhkan adanya negara. Sehubungan
dengan kebutuhan alamiah inilah, maka dibentuk sebuah negara dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.3 Unsur-unsur Negara

Sebagai sebuah organisasi, negara memiliki unsur-unsur yang tidak dimiliki oleh
organisasi apapun yang ada di dalam masyarakat. Secara umum, unsur negara ada yang bersifat
konstitutif dan ada pula yang bersifat deklaratif. Unsur konstitutif maksudnya unsur yang mutlak
atau harus ada di dalam suatu negara. Sedangkan unsur deklaratif hanya menerangkan adanya
negara.

Adapun unsur-unsur negara yang bersifat konstitutif adalah harus ada rakyat, wilayah
tertentu, dan pemertintahan yang berdaulat. Ketiga unsur tersebut bersifat konstitutif karena
merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya negara. Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada
atau tidak lengkap, maka tidak bisa disebut sebagai negara.

Di samping itu, terdapat pula unsur deklaratif, yakni harus ada pengakuan dari negara
lain. Unsur deklaratif ini sangatlah penting karena pengakuan dari negara lain merupakan
sebagai wujud kepercayaan negara lain untuk mengadakan hubungan, baik hubungan bilateral
maupun multilateral.

Yang dimaksud dengan unsur- unsur negara adalah bagaian-bagian yang menjadikan
negara itu ada, unsur- unsur negara adalah :

2.3.1 Wilayah

Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara. Jika warga negara merupakan dasar
personal suatu negara, maka "wilayah" merupakan landasan material atau landasan fisik negara.
Suatu bangsa nomaden (selalu berpindah-pindah) tidak mungkin mempunyai negara, walaupun
mereka perbatasannya. Di dalam batas- batas itu negara menjalankan yurisdiksi teritorial atas
orang dan benda memiliki warga dan penguasa sendiri. Luas wilayah negara yang ditentukan
oleh yang berada dalam wilayah itu, kecuali ada beberapa golongan orang dan benda yang
dibebaskan dari yurisdiksi itu. Contohnya adalah perwakilan diplomatik negara asing dengan
harta benda mereka. Wilayah negara secara umum dapat dibedakan atas wilayah daratan,
wilayah lautan, wilayah udara, dan wilayah ekstrateritorial.

1) Wilayah Daratan

Wilayah daratan tidak sepenuhnya dapat dimiliki sendiri oleh suatu negara. Ini berarti
bahwa suatu negara harus berbagi suatu wilayah daratan dengan negara lain. Hal itu jika negara-
negara tersebut berada dalam suatu wilayah darat yang sama, seperti benua atau pulau yang
sama. Perbatasan wilayah suatu negara umumnya disepakati melalui suatu perjanjian antarnegara
(perjanjian internasional). Perjanjian tersebut dapat berbentuk bilateral apabila hanya
menyangkut kepentingan dua negara, dan dapat pula berbentuk multilateral jika perbatasan
dengan negara lain itu melibatkan lebih dua negara. Batas-batas daratan biasanya ditentukan
dalam perjajian perbatasan dengan negara-negara tetangga. Sebagai batas biasanya ditentukan
ciri-ciri alamiah seperti gunung dan sungai. Kadang-kadang batas "buatan" harus dibangun,
misalnya dalam bentuk tembok pembatas. Batas wilayah suatu negara dengan negara lain di
darat dapat berwujud :

o Batas alamiah, yaitu batas suatu negara dengan negara lain yang terjadi secara
alamiah, seperti dalam bentuk sungai, pegunungan dan hutan
o Batas buatan, batas suatu negara dengan bentuk negara lain yang sengaja dibuat
oleh manusia dalam bentuk pagar tembok, pos penjagaan, dan kawat berduri
o Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu negara dengan negara lain yang
dapat ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis
bujur. Misalnya, letak negara Indonesia secara geografis berada pada 6°LU -
11°LS, 95°BT- 141°BT.
2) Wilayah Lautan

Tidak semua negara diberi anugerah memiliki laut, apalagi kalau negara tersebut berada
di tengah-tengah benua. Negara yang demikian disebut dengan negara land-locked (negara yang
tidak memili laut). Negara yang memiliki wilayah laut patut bersyukur karen wilaya ini dapat
dijadikan modal bagi kesejahteraan rakyat dan negara. Sebagaimana wilayah daratan, wilayah
laut pun memiliki batas-batas. Pada mulanya ada dua konsep dasar mengenai wilayah lautan,
yaitu sebagai berikut :

o Res nullius, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa laut dapat diambil dan
dimiliki oleh setiap negara. Konsep ini dikembangkan oleh John Sheldon (1584-
1654) dari Inggris dalam bukunya Mare Clausum- The Right and Dominion of the
Sea.
o Res communis, yaitu konsepsi yang beranggapan bahwa laut adalah milik
masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimiliki oleh setiap negara.
Konsep ini dikembangkan oleh Hugo de Groot dari Belanda (1608) dalam
bukunya Mare Liberum (laut bebas).

Saat ini, wilayah laut yang masuk ke dalam wilayah negara tertentu disebut perairan
wilayah atau laut teritorial. Di luar wilayah laut merupakan lautan bebas atau perairan
internasional (mare liberum). Mengenai wilayah laut Indonesia, pada mulanya PBB
menetapkannya sejauh 3 mil (1 mil = 1852 meter) dari pantai pada waktu surut. Pada tanggal 10
desember 1982, PBB (UNCLOS) menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut Internasional III di
Jamaika. Hasil konferensi ini ditandatangani oleh 119 peserta. Sejumlah 117 peserta mewakili
negara dan dua peserta mewakili organisasi internasional. Konferensi ini menetapkan bahwa
wilayah laut terdiri atas hal-hal sebagai berikut :

o Laut teritorial, yaitu wilayah yang menjadi hak kedaulatan penuh suatu negara di
laut. Lebaranya adalah 12 mil laut diukur dari pulau terluar kepulauan suatu
negara pada saat air surut.
o Zona bersebelahan, yaitu wilayah yang laut yang lebarnya 12 mil dari laut
teritorial suatu negara. Jadi, kalau negara sudah memiliki wilayah teritorial sejauh
12 mil, maka wilayahnya menjadi 24 mil laut diukur dari pantai
o Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya
200 mil ke laut bebas. Di zona ini, negara pantai berhak menggali dan mengolah
segala kekayaan alam untuk kegiatan ekonomi eksklusif negara tersebut. Di
dalam zona tersebut, negara pantai berhak menangkap nelayan asing yang
ditemukan sedang menangkap ikan.
o Landas kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan laut di luar laut teritorial
dengan kedalaman 200 m atau lebih.
o Landas benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya lebih dari 200 mil
laut. Di tempat ini, negara boleh mengelola kekayaan dengan kewajiban membagi
keuntungan dengan masyarakat Indonesia.
3) Wilayah Udara

Wilayah udara suatu negara dapat diklaim berdasarkan perjanjian internasional.


Perjanjian internasional yang pernah disepakati mengenai wilayah udara suatu negara adalah
konvensi Paris 1919 dan Konvensi Chicago 1944. Di Indonesia, ketentuan wilayah udara suatu
negara diatur dalam UU No. 20 tahun 1982. Berdasarkan UU tersebut dinyatakan bahwa batas
wilayah kedaulatan dirgantara yang termasuk orbit geostasioner adalah setinggi 35.761 km.
Dalam Konvensi Paris (1949) dinyatakan dalam bahwa negara-negara merdeka dan berdaulat
berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya, seperti untuk kepentingan
radio, penerbangan dan satelit. Ada dua teori tentang konsepsi wilayah udara yang dikenal saat
ini, yaitu sebagai berikut :
I. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory)
Penganut teori udara bebas terbagi dalam dua aliran antara lain sebagai berikut :
i. Aliran kebebasan ruang udara tanpa batas. Aliran ini berpendapat bahwa ruang
udara itu bebas dan dapat digunakan oleh siapapun. Tidak ada negara yang
mempunyai hak dan kedaulatan di ruang udara.
ii. Aliran kebebasan udara terbatas. yang berpendapat bahwa setiap negara berhak
mengambil tindakan tertentu untuk memelihata keamanan dan keselamatannya
dan negara kolong (negara bawah, subjacent state) hanya mempunya hak terhadap
wilayah/zona teritorial.
II. Teori Negara Berdaulat di Udara (The Air Sovereignty)
i. Teori kemanan, teori yang menyatakan bahwa suatu negara mempunyai
kedaulatan atas wilayah udaranya sampai batas yang diperlukan untuk menjaga
kemananan negara itu.
ii. Teori pengawasan Cooper adalah kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan
negara yang bersangkutan untuk mengawasi ruang udara yang ada diatas
wilayahnya secara fisik dan ilmiah.
iii. Teori udara schacter adalah teori yang wilayah udara harus sampai suatu
ketinggian, di mana udara masih mengangkat (mengapungkan) balon dan pesawat
udara.
4) Wilayah Ekstrateritorial

Wilayah ekstrateritorial adalah wilayah suatu negara yang berada di luar wilayah negara
itu. Dengan kata lain, wilayah negara tersebut berada di wilayah negara lain atau di luar wilayah
teritorial suatu negara. Contoh untuk ini adalah kantor kedutaan besar suatu negara di negara lain
atau kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan berbendera suatu negara. Seorang dua besar
memiliki hak ekstrateritorial, selain itu kekebalan diplomatik (hak imunitas yang bersifat
pribadi), yaitu hak kedaulatan atas bangunan, gedung dan halaman keduataan besar sampai
sebatas pagar. Tak seorang pun boleh memasuki halaman kedutaan besar tanpa izin dari negara
atau kedutaan besar yang bersangkutan.

2.3.2 Rakyat
Rakyat secara devinitive sebagai sekumpulan manusia yang hidup disuatu tempat yang
dilawankan dengan makhluk- makhluk lain yang hidup didunia. Beberapa istilah yang erat
pengertiannaya dengan rakyat :

a) Rumpun (Ras)
Rumpun diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan
karena mempunyai ciri- ciri jasmaniah yang sama. Karena persamaan ciri- ciri
jasmaniah ini sendiri maka penduduk dunia ini dibagi- bagi dalam macam- macam
rumpun seperti rumpun melayu, kuning, putih, hitam, dll.
b) Bangsa (Volks)
Bangsa diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan
karena mempunyai perasaan kebudayaan, misalnya Bahasa, adat, agama, dll. Oleh
karena itu orang menyebut bangsa arab, walaupun didalamnya terdiri bangsa- bangsa
mesir, irak, yordania, dll.
c) Nazi (Natie)
Natie juga sering disebut dengan bangsa akan tetapi mempunyai ciri yang berbeda.
Natie diartikan sebagai sekumpulan manusia yangmerupaka suatu kesatuan karena
mempunyai kesatuan politik yang sama, contoh: Swis karena sebenarnya terdiri dari
bangsa-bangsa yang berbeda bahasanya sehingga negara itu disebut sebagai negara
nasional karena negara itu didirikan atas keadaan nasional.

Setelah diuraikan arti rumpun, bangsa dan natie maka rakyat itu mempunyai arti yang
netral dan rakyat sebagai salah satu unsur daripada negara harus dihubungkan dengan ikatannya
dengan negara karena itu rakyat harus dimaksudkan sebagai warga negara yang dibedakan
dengan orang asing.

Ikatan seseorang yang menjadi warga negara menimbulkan hak dan kewajiban maka
kedudukan seorang warga negara dapat disimpulkan dalam empat hal yang disebut:

a. Status positif
Memberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan positif daripada negara mengenai
perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara
membentuk badan-badan penyenggaraan negara demi kepentingan warganya.
b. Status negative
Status negatif seorang warga negara akan memberi jaminan kepadanya bahwa negara
tidak boleh mencampuri terhadap hak- hak asasi warga negaranya terkecuali untuk
kepentingan umum.
c. Status pasif
Status pasif ini merupakan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk mentaati dan
tunduk terhadap segala perintah negaranya, contoh: wajib militer saat terjadi perang.

Mengenai soal kewarganegaraan masing-masing negara menganut asas yang


menguntungkan, misalnya orang mengenal dua macam asas kewarganegaraan dan lainnya adalah
campuran dari kedua asas itu.

1. Ius Sanguinus, adalah suatu asas dimana seseorang menjadi warga negara negara
berdasarkan keturunan jadi seorang menjadi WNI karena dia lahir di Indonesia
dengan orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia.
2. Ius Soli, adalah suatu asas yang seorang menjadi warga negara berdasarkan tempat
kelahiran. Jadi seorang menjadi WNI bila dia lahir diwilayah Indonesia.

Bisa dikatakan dengan campuran apabila kedua asas itu diperlakukan.

2.3.3 Pemerintahan yang Berdaulat

Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap
rakyatnya merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Pemerintahan lain atau negara lain tidak
berkuasa di wlayah dan atas rakyat negara itu. Kekuasaan seperti itu disebut kedaulatan
(sovereignty). Jadi, kedaulatan adalah kekuasaan terntinggi dalam suatu negara yang berlaku
terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat negara itu. Kedaulatan negara itu bersifat (1) asli,
karena bukan berdasarkan kekuasaan lain; (2) tertinggi, karena tidak ada kekuasaan lain yang
lebih tinggi di atasnya; dan (3) tidak dapat dibagi-bagi, karena baik ke dalam maupun keluar,
negara itu berdaulat sepenuhnya.

Menurut Jean Bodin, ada empat sifat kedaulatan, yaitu (1) asli, artinya kekuasaan itu
tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi; (2) permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada
selama negara itu berdiri, walaupun pemegang kedaulatan berganti-ganti; (3) tunggal (bulat,
artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
dibagi-bagi kepada badan lain; dan (4) tidak terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh
kekuasaan lain. Bila ada kekuasaan lain yang membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang
dimilikinya akan lenyap. Pemerintah bida dibedakan atas pemerintah dalam arti luas dan
pemerintah dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan alat perlengkapan
negara yang memegang kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Di pihak
lain, pemerintah dalam arti sempit adalah seluruh alat perlengkapan negara yang melaksanakan
fungsi pemerintahan saja, yaitu lebmaga negara yang melaksanakan fungsi pemerintahan saja,
yaitu lembaga eksekutif (presiden dan para menteri) yang bertugas menjalankan undang-undang
yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Adapun kedaulatan yang dimiliki pemerintah dapat
berupa :

 Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintah memiliki kewenangan tertinggi dalam


mengatur dan menjalankan organsiasi negara sesuai dengna peraturan
perundangan yang berlaku
 Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan tidak
tunduk kepada kekuatan lain. Pemerintah harus pula menghoramti kekuasaan
negara yang bersangkutan dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

2.3.4 Pengakuan dari Negara Lain

Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang memperkuat terbentuknya sebuah
negara. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang menerangkan bahwa suatu negara
telah berdiri sehingga negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain. Pengakuan dari negara
lain terdiri atas dua macam antara lain sebagai berikut :

1) Pengakuan de facto, adalah pengakuan yang berdasarkan kenyataan yang berupa ada
atau fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara.
o Pengakuan de facto yang bersifat tetap, adalah pengakuan dari negara lain
terhadap suatu negara yang bisa menimbulkan hubungan di bidang
perdagangan dan ekonomi.
o Pengakuan de facto yang bersifat sementara, adalah pengakuan yang diberikan
oleh negara lain tanpa melihat perkembangan negara tersebut. Apabila negara
tersebut hancur, maka negara lain akan menarik pengakuannya.
2) Pengakuan de jure, adalah pengakuan yang berdasarkan pada pernyataan resmi
menurut hukum internasional.
o Pengakuan de jure bersifat tetap, adalah pengakuan dari negara lain yang berlaku
untuk selamanya karena kenyataan yang menunjukkan adanya pemerintahan yang
stabil.
o Pengakuan de jure bersifat penuh, adalah terjadinya hubungan antarnegara yang
mengakui dan diakui dalam hubungan dagang, ekonomi dan diplomatik. Negara
yang mengakui berhak menempati konsulat atau membuka kedutaan di negara
yang diakui.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab II,  negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi
yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh
pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Unsur-unsur pembentuk negara terdiri atas
Rakyat, Wilayah, Pemerintah yang berdaulat dan pengakuan dari Negara lain. Unsur-unsur
negara antara lain rakyat atau masyarakat, wilayah/daerah, meliputi udara, darat, dan perairan
(perairan bukan merupakan syarat mutlak) dan pemerintah yang berdaulat. Beberapa teori
terjadinya negara adalah teori perjanjian masyarakat (kontrak sosial), teori pengalihan hak, teori
penaklukan, teori organis, teori ketuhanan, teori garis kekeluargaan (partiarkhal atau
matriarkhal), metafisis (idealistis), dan teori alamiah.

3.2. Saran

Dengan banyaknya perkembangan pada awal pembentukan sebuah negara hingga


sekarang, semoga bisa berkembang dan termanfaatkan dengan baik sesuai unsur-unsur yang
dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tugassekolah.com/2016/01/penjelasan-unsur-unsur-negara-secara-detail-dan-
lengkap.html

http://agil-asshofie.blogspot.co.id/2011/11/teori-asal-mula-negara.html

Anda mungkin juga menyukai