Anda di halaman 1dari 14

PERSEBARAN PERMUKIMAN, ANALISIS TETANGGA TERDEKAT

MAKALAH

Dosen Pengampu : DRS.MBINA PINEM,M.SI.

OLEH KELOMPOK : 2

Dafa Rizky Prayoga (3192431006)


Irwanto Buulolo (3193331033)
Ruth Ellyana Ganda (3192431014)

Kelas: Pendidikan Geografi D 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si selaku
Dosen yang telah mengajarkan mata kuliah Persebaran Permukiman, serta tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah menyediakan
fasilitas. Tanpa jasa kedua orang tua kami, tugas ini tidak dapat
terselesaikan.
Untuk kedepannya, semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan untuk kepentingan belajar.
Tentu kami menyadari bahwa tugas yang kami buat ini memiliki banyak
kesalahan, karena itu dengan penuh kerendahan hati kami mohon maaf. Saran
disertai kritik yang membangun dengan kerendahan hati kami menerima demi
kesempurnaan makalah yang kami buat ini.

Medan, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................ 6

2.1 Pola Permukiman .....................................................................................................................6

2.2 ANALISIS TETANGGA TERDEKAT ....................................................................7


BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................13


3.2 Saran ..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya aktifitas manusia dalam
memanfaatkan sumber daya lahan yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan,
sandang, pangan dan perumahan. Pemukiman merupakan salah satu bentuk tempat
tinggal manusia. Umumnya manusia akan tinggal berdekatan atau berkelompok
dengan manusia lain yang memilik kesamaan. Dengan kesamaan tempat tinggal
manusia sehingga membentuk pola persebaran permukiman, yang secara jelas
dipengaruhi oleh variasi penggunaan lahan, kondisi topografi, ketinggian tempat
danfaktor aksesibilitas daerah kondisi sosial-ekonomi, yang dalam perekmbangannya
akan sangat mempengaruhi pola maupun persebaran pemukiman di suatu daerah.
Persebaran permukiman di wilayah desa-kota pembentukannya berakar dari pola
campuran antara ciri perkotaan dan perdesaan. Terdapat beberapa perbedaan
mendasar antara pola pemukiman di perkotaan dan di perdesaan. Dalam hal ini
wilayah permukiman di perkotaan yang sering disebut sebagai permukiman, memiliki
keteraturan bentuk secara fisik, artinya sebagian besar rumah menghadap secara
teratur arah jalan. Sedangkan karakteristik kawasan permukiman penduduk desa
ditandai oleh ketidakteraturan bentuk fisik rumah dengan pola cenderung
mengelompok membentuk perkampungan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana analisis pola permukiman
2.bagaimana analisis permukiman dengan analisis tetangga terdekat
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1.Agar para pembaca dapat mengetahui pola permukiman
2..Agar para pembaca mengetahui pola permukiman dengan analisis tetangga terdekat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pola Permukiman

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata housing
dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya
pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta
prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati,
yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3).
Pengertian pola permukiman dan persebaran (dispersion) permukiman mempunyai hubungan
yang erat. Persebaran permukiman membicarakan hal dimana terdapat pemukiman di suatu
daerah. Dengan kata lain persebaran pemukiman berbicara tentang lokasi permukiman. Pola
permukiman membicarakan sifat dari persebaran permukiman tersebut. Dengan kata lain,
pola permukiman adalah susunan persebaran permukiman.Secara garis besar pola persebaran
permukiman berbentuk pola permukiman mengelompok dan pola permukiman menyebar.
Pola persebaran pemukiman mengelompok tersusun dari dusundusun atau bangunan-
bangunan rumah yang lebih kompak dengan jarak tertentu, sedangkan pola persebaran
permukiman menyebar terdiri dari dusun-dusun atau bangunan-bangunan rumah yang
tersebar dengan jarak tertentu (Hudson F.S dalam Agus Dwi Martono, l1996). Persebaran
permukiman di wilayah desa-kota pembentukannya berakar dari pola campuran antara ciri
perkotaan dan perdesaan. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara pola pemukiman di
perkotaan dan di perdesaan. Dalam hal ini wilayah permukiman di perkotaan yang sering
disebut sebagai permukiman, memiliki keteraturan bentuk secara fisik, artinya sebagian besar
rumah menghadap secara teratur ke arah jalan. Sedangkan karakteristik kawasan permukiman
penduduk desa ditandai oleh ketidakteraturan bentuk fisik rumah dengan pola cenderung
mengelompok membentuk perkampungan (Su Ritohardoyo, 2000).
Persebaran permukiman sangat menentukan terhadap pola permukiman, dalam hal ini ada
tiga variasi persebaran yaitu:
 Mengelompok (clustered), apabila permukiman-permukiman Terscbut cenderung
berkelompok pada satu atau dua bagian tempat,
 Acak (Random), apabila tidak ada susunan tertentupada sebuah persebaran,
 Seragam (Uniform), apabila permukiman permukiman tersebut jaralknya sama atau
sama jauhnya dengan tetangganya.
Pola permukiman menurut Singh dalam Ritohardoyo (1989: 54), membedakan permukiman
menjadi tiga kelompok antara lain:
 Pola pemukiman mengelompok biasanya dipengaruhi oleh
faktor- faktor permukaan lahan yang datar, lahan subur, curah
hujan relatif kurang,kebutuhan akan kerja sama, ikatan sosial,
ckonomi, agama, kurangnya keamanan waktu lampau, tipe
pertanian, lokasi industri dan mineral.
 Pola pemukiman tersebar biasanya dipengaruhi oleh topografi
yang kasar, keanekaragaman kesuburan lahan, curah hujan, air
permukaan yang melimpah, keamanan waktu lampau dan
suasana kota.
 Pola pemukiman seragam yaitu pola suatu permukiman dapat
dipengaruhi pula oleh lingkungan fisikal seperti relief, sumber
air, jalur drainase, kondisi lahan, serta kondisi sosial ckonomi,
tata guna lahan, rotasi tanaman, prasarana transportasi,
komunikasi serta kepadatan penduduk

Pola persebaran permukiman, secara jelas dipengaruhi oleh variasi penggunaan lahan,
kondisi topografi, ketinggian tempat dan faktor aksesibilitas daerah, kondisi sosial-ekonomi
penduduk maupun fasilitas sos ia-ekonomi, yang dalam perkembangannya akan sangat
mempengaruhi pola maupun perserbaran permukiman di suatu daerah.Terjadinya
keanekaragaman pola persebaran permukiman sebagai wujud dari persebaran penduduk yang
tidak merata. Hal tersebut akan menimbulkan terjadinya berbagai masalah yang bervariasi
pula di wilayah satu dengan wilayah yang lain, baik pada kehidupan penduduk beserta
lingkungan saat ini, maupun bagi rencana pengembangan permukiman itu sendiri di masa
mendatang. Lereng merupakan pembatas yang penting bagi penggunaan lahan. Kemiringan
lereng yang sesuai untuk areal permukiman adalah lereng yang memiliki kelas kemiringan
lereng <15 % atau yang memiliki topografi datar landai. Sedangkan lereng yang memiliki
kelas lereng diatas 159% tidak sesuai untuk permukiman, hal ini terkait dengan bahaya erosi
atau tanah longsor. Ditinjau dari letak ketinggian wilayah, faktor ini mempunyai hubungan
erat dengan kualitas lahan. Bahwa semakin meningkatnya letak ketinggian tempat suatu
wilayah, maka semakin meningkat pula kekasaran topografinya. Sebaliknya, dari letak
ketinggian tempat ini lebih banyak menunjukkan bahwa keadaan permukaan air sumur
semakin dalam dengan semakin meningkatnya letak ketinggian tempat, sehingga
kemungkinan untuk terjadinya pengelompokkan permukiman secara teratur maupun
penyebaran secara teratur sangat kecil. Dengan demakin meningkatnya letak ketinggian
tempat pada suatu wilayah, pola permukiman semakin tersebar secara tidak teratur. Daerah-
daerah dengan permukaan air tanah yang dalam menyebabkan adanya sumur-sumur yang
sangat sedikit, karena pembuatan pembuatan sumur-sumur itu akan memakan biaya dan
waktu yang banyak. Dengan demikian maka sebuah sumber air, dalam hal ini sumur menjadi
pemusatan penduduk. Sebaliknya, permukaan air tanah yang dangkal memungkinkan
pembuatan sumur-sumur dimana-mana. Sehingga perumahan penduduk dapat didirikan
dengan pemilihan tempat yang ada.

Terdapatnya permukiman dalam artian sempit disuatu wilayah, tentu disebabkan oleh
adanya kemungkinan untuk hidup bagi masyarakat kampung yang bersangkutan, sesuai
dengan keahlian atau ketrampilan mereka. Makin besarnya kemungkinan untuk hidup yang
diberikan suatu wilayah, semakin besar pula kemungkinan jumlah manusia yang tinggal di
wilayah tersebut, atau semakin besar pula terjadinya pemusatan penduduk wilayah tersebut
(Su Ritohardoyo, 1989). Perkembangan kemajuan jaman memicu munculnya banyak jalan
raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya yang ramai
membantu pertumbuhan ekonomi penduduk yang tinggal di sekitarnya untuk membangun
permukiman di sepanjang jalan raya. Sehingga mendorong tumbuhnya permukiman di
sepanjang jalan. Pengaruh jalan terhadap persebaran permukiman dapat dilihat dari panjang
jalan dan kepadatan jalan di suatu daerah.Apabila terdapat permukiman dan bangunan serta
pusat-pusat kegiatan pada suatu daerah maka jumlah jalan yang ada akan semakin banyak.
(Banowati, 2006).Ditinjau dari perkembangan bentuk-bentuk penggunaan lahan untuk usaha
pertanian rakyat, bahwa perkembangan tertinggi dari usaha pertanian kecil
adalahpersawahan dengan pengairan teratur, apabila memungkinkan penduduk akan
membuat sawah pada medan dengan lereng yang bagaimanapun, baik rawa, lereng gunung
dan daerah datar. Dengan demikian, daerah-daerah usaha pertanian lahan sawah merupakan
daerah pusat penduduk yang terbesar (Su Ritohardoyo, 1989).
2.2 Analisis Tetangga Terdekat
Analisis tetangga terdekat adalah sebuah analisa untuk menentukan suatu pola
permukiman penduduk. Dengan menggunakan perhitungan analisa tetangga terdekat, sebuah
permukiman dapat ditentukan polanya, misalnya pola mengelompok, tersebar ataupun
seragam. Analisa tetangga terdekat memerlukan data tentang jarak antara satupermukiman
dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya yang terdekat. Pada
hakekatnya, analisa tetangga terdekat digunakan untuk daerah dimana antara satu
permukiman dengan permukiman lain tidak ada hambatan-hambatan alamiah yang belum
dapat teratasi, misalnya jarak antara dua permukiman yang relatif dekat tetapi dipisahkan
oleh jurang atau sungai besar
Pola persebaran dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol atau
mengelompok (clustered patten), pola tersebar tidak merata (random pattern), dan pola
terscbar merata (dispersed pattern). Pola bergerombol atau mengelompok sering jjuga
disebut dengan aglomerasi. (Bintarto dan Surastopo, 1987). Analisa tetangga terdekat atau
yang lebih dikenal dengan nama nearest neighbour analysis memerlukan data tentang jarak
antara satu permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman
tetangganya yang terdekat. Analisa ini dikenalkan oleh Clark dan Evans menupakan suatu
metode analisa kuantitatif geografi yang digunakan untuk menentukan pola persebaran
pemukiman.

Dalam melakukan analisa tetangga terdekar ini harus diperhatikan berbagai langkah sebagai
berikut:
1. Tentukan batas wilayah yang akan diamati , kami menggunakan peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) lembar 1507 - 431(Pacitan) dengan skala 1:25.000.
2. Berikan nomor urut bagi setiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya.
3. Ukurlah jarak tedekat, yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran
jarak ini
5.Hitunglah besar parameter tetangga terdekat.
Salah satu cara untuk mengukur pola permukiman sapat menggunakan model
analisis tetangga terdekat (ncarest neighbor analysis) yaitu dengan menghitung besarnya
parameter tetangga terdekat. analisis ini dilakukan dengan mengukur jarak antar pemukiman.
Untuk mengetahui apakah pola pemukiman yang dianalisis temasuk mengelompok,
acak atau seragam, nilai hasil perhitungan dibandingkan dengan continuum (rangkaian
kesatuan) nilai parameter tetangga terdekat (T) untuk masing-masing pola, sehingga dapat
diketahui apakah pola yang terbentuk berupa pola mengelompok, pola acak (random), atau
pola seragam.
T Pola
0 – 0,7 Mengelompok
0,71 – 1,4 Acak
1,41 – 2,15 Seragam atau menyebar

Untuk mengetahui pola permukiman penduduk di beberapa desa di Kecamatan


Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dengan menggunakan peta yang
memiliki skala 1 : 25.000 telah diperoleh data :
JARAK
TITIK PADA JARAK
NO. TITIK TERDEKA PETA SEBENARNYA
T
(cm) (cm) (km)
1 2 3 3,5 87500 0,875
2 3 2 3,5 87500 0,875
3 4 5 0,9 22500 0,225
4 5 4 0,9 22500 0,225
5 6 5 1,8 45000 0,45
6 9 10 1,5 37500 0,375
7 10 9 1,5 37500 0,375
8 14 15 0,75 18750 0,1875
9 15 16 0,5 12500 0,125
10 16 15 0,5 12500 0,125
11 21 22 1,85 46250 0,4625
12 22 21 1,85 46250 0,4625
13 23 24 0,4 10000 0,1
14 24 23 0,4 10000 0,1
15 26 27 0,4 10000 0,1
16 27 28 0,3 7500 0,075
17 28 27 0,3 7500 0,075
18 29 30 0,5 12500 0,125
19 30 29 0,5 12500 0,125
20 32 33 0,5 12500 0,125
21 33 32 0,5 12500 0,125
22 38 39 1 25000 0,25
23 39 38 1 25000 0,25
24 40 41 0,7 17500 0,175
25 41 40 0,8 20000 0,2
26 42 41 0,8 20000 0,2
n = 26 ∑d 6,7875
Dengan nilai Σd = 6,7875 km dan n = 26, maka dengan menggunakan beberapa
rumus dapat diperoleh nilai T .
∑d
Ju =
n

6,7875
= = 0,26106
26
l (pada peta) = 16 cm
l (lapangan) = 16 cm x 25.000
= 400.000 cm
L uas (A) = p x l
= 4 km
= 4 km x 7,0625 km
p (pada peta) = 28,25 cm
= 28,25 km2
p (lapangan) = 28,25 cm x 25.000
= 706.250 cm

= 7,0625 km

n
P=
A

26
= = 0,92035
28,25

1
Jh =
2√P

1
= = 0,521187
2√0,92035

Ju
T=
Jh

0,26106
= = 0,50089
0,521187
Daerah yang diteliti adalah beberapa desa di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Data penelitian diperoleh dari peta yang panjang dan lebarnya
secara berturut-turut adalah 28,25 cm dan 16 cm. Dengan menggunakan skala peta
1 : 25.000, dapat diketahui luas daerah penelitian adalah 28,25 km2. Dari hasil perhitungan
diatas diperoleh nilai T  atau parameter tetangga terdekatnya, yaitu 0,50089. Dengan
memperhatikan kontinuum tentang nilai tetangga terdekat, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pola penyebaran permukiman di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar
adalah mengelompok (cluster).

Berdasarkan asosiasi yang terdapat di peta, pola permukiman di Kecamatan


Karanganyar, Kabupaten Karanganyar mengelompok dan merupakan rural farming atau 
merupakan pedesaan yang sifatnya pertanian. Pola permukiman penduduk mendekati areal
persawahan, perkebunan atau ladang, dan memanjang di sepanjang jalan. Pola permukiman
penduduk yang mengelompok ini sebagian besar karena para penduduk berprofesi sebagai
petani sehingga mereka bermukim di sekitar areal persawahan mereka. Hal itu dikarenakan
agar mereka dapat dengan mudah mengolah sawah mereka dan menjaganya. Selain itu, pola
permukiman penduduk yang mengelompok ini karena beberapa alasan, yaitu berasosiasi
sosial, alasan keamanan dan juga keagamaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata housing
dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang
artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah
beserta prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda
mati, yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim
atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3). Analisis tetangga terdekat adalah sebuah analisa
untuk menentukan suatu pola permukiman penduduk. Dengan menggunakan perhitungan
analisa tetangga terdekat, sebuah permukiman dapat ditentukan polanya, misalnya pola
mengelompok, tersebar ataupun seragam. Analisa tetangga terdekat memerlukan data
tentang jarak antara satu permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu
permukiman tetangganya yang terdekat. Pada hakekatnya, analisa tetangga terdekat
digunakan untuk daerah dimana antara satu permukiman dengan permukiman lain tidak ada
hambatan-hambatan alamiah yang belum dapat teratasi, misalnya jarak antara dua
permukiman yang relatif dekat tetapi dipisahkan oleh jurang atau sungai besar. Pola
persebaran dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol atau mengelompok
(clustered patten), pola tersebar tidak merata (random pattern), dan pola terscbar merata
(dispersed pattern). Pola bergerombol atau mengelompok sering jjuga disebut dengan
aglomerasi. (Bintarto dan Surastopo, 1987). Analisa tetangga terdekat atau yang lebih
dikenal dengan nama nearest neighbour analysis memerlukan data tentang jarak antara satu
permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya yang
terdekat. Analisa ini dikenalkan oleh Clark dan Evans menupakan suatu metode analisa
kuantitatif geografi yang digunakan untuk menentukan pola persebaran pemukiman.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini semoga bisa menjadi referensi dan bisa dijadikan sumber
yang relevan bagi pembaca. Tentu banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis agar menjadi
acuan untuk penulisan makalah ke depan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://penerbitombak.com/product/geografi-transportasi/

https://www.academia.edu/30603533/Pengantar_Transportasi_3_Jenis_Pergerakan_dan_Mo
da_T ransportasi

https://www.academia.edu/18686115/Moda_transportasi

https://www.academia.edu/37609573/MAKALAH_PRASARANA_TRANSPORTASI_DA
RAT_ 1

Anda mungkin juga menyukai