Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL PENELITIAN GEOSFER DI

KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Oleh:Samuel R.Simanjuntak

Kelas :X-4
SMA NEGERI 1 DOLOKSANGGUL

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................................2

1.4 Manfaat......................................................................................................................................2

1.5 Batasan Istilah............................................................................................................................2

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan...........................................................................................4

2.2 Landasan Teori...........................................................................................................................5

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian.............................................................7

3.2 Pendekatan Penelitian................................................................................................................7

3.3 Jenis Data Penelitian..................................................................................................................7

3.4 Sumber Data Penelitian.............................................................................................................7

3.5 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................................8

3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................................................8

BAB IV : PEMBAHASAN 4.1 Analisis Fenomena Geosfer..........................................................9

4.2 Pendekatan Keruangan............................................................................................................13

4.3 Pendekatan Ekologis................................................................................................................13

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan............................................................................................15

5.2 Saran........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I : PENDAHULUAN :/BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geografi adalah ilmu yang mempelajari bumi dan segala sesuatu yang berada
diatasnya seperti penduduk, flora, fauna, iklim, udara dan segala interaksi (Bintaro,
1979). Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai gejala-gejala
alamiah yang terdapat dipermukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada
lapisan air, tanah, dan udara (atmosfer) yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Juga mempelajari bentang alam (landscape) seperti bentuk lahan, jenis batuan, bahan
pelapukan batuan, tanah, air, udara, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan laut (Maryani,
2006 ). Sedangkan menurut (Hagget, 1983) Geografi merupakan pengetahuan yang
mempelajari fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita rasakan sebagai gejala
geografi. Perubahan cuaca, terjadinya pasang surut air laut, gempa bumi, banjir,
perubahan penggunaan lahan, migrasi penduduk, serta perubahan jumlah penduduk
merupakan suatu gejala geografi, namun banyak masyarakat memahami geografi dengan
sangat sempit, identik hanya berisi gambaran peta bumi, padahal geografi adalah sebuah
ilmu yang sangat luas.
Patuk merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 16 Km dari Wonosari,
ibu kota Kabupaten Gunungkidul ke arah barat laut melalui jalan nasional ruas Kota
Yogyakarta-Wonosari. Pusat pemerintahannya berada di Desa Patuk. Yang memiliki
ketinggian 200-700 mdpl. Bentang alamnya berbukit-bukit dan terdapat sungai di atas
permukaan tanah. Arah pengembangan zona utara yaitu ke bidang pertanian serta
sebagai daerah konservasi sumber daya air. Penggunaan lahan yang paling mendominasi
di Kecamatan Patuk adalah lahan tegalan. Penggunaan lahan sebagai tegalan
dikarenakan mayoritas penduduk Kecamatan Patuk bekerja di bidang pertanian. Hal itu
menunjukkan bahwa lahan terbangun yang ada di Kecamatan Patuk lebihi sedikit
dibandingkan lahan non terbangun.

1
Berdasarkan uraian yang telah diterangkan pada latar belakang di atas, maka penulis
membatasi pembahasan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.Rumusan Masalah
1) Bagaimana fenomena geosfer dalam ruang di daerah kecamatan patuk?

2) Bagaimana pola pendekatan keruangan di daerah kecamatan patuk?

3) Bagaimana pendekatan ekologis masyarakat didaerah kecamatan patuk?

1.3Tujuan

Tujuan penelitian merupakan bagian yang penting dari suatu penelitian, karena akan
menentukan arah dari hasil penelitian secara terperinci. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1) Mengetahui fenomena geosfer dalam ruang di daerah kecamatan patuk

2) Mengetahui pendekatan keruangan di daerah kecamatan patuk

3) Mengetahui pendekatan ekologis masyarakat di daerah kecamatan patuk

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang penulis harapkan dapat memberikan sumbangan antara lain sebagai
berikut:
1) Mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang fenomena geosfer dalam ruang desa
di kecamatan patuk.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi penelitian
sejenis untuk selanjutnya.
3) Hasil penelitian ini diharapkan dan melengkapi pengetahuan secara teoritis dan praktis
berkaitan dengan pengetahuan tentang fenomena geosfer dalam ruang desa di kecamatan
patuk.
1.5 Batasan Istilah

1) Fenomena

Menurut Brown (1994), fenomena adalah suatu gejala yang timbul menjadi gaya magnet
yang membuat ketertarikan untuk di teliti.
2) Ruang

2
Menurut Ayadinata (1992), Ruang merupakan seluruh permukaan bumi yang terdiri dari
lapisan biosfer, tempat hidup tumbuh-tumbuhan, manusia dan hewan.
3) Desa

Menurut R. Bintarto, Desa adalah perwujudan, atau perwujudan sosial, geografis, ekonomi, politik, dan
budaya dari satu daerah dalam kaitannya dengan dan pengaruh dari yang lain
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1) Penelitian yang pernah diteliti oleh Hastuti tahun 2006 dengan judul Dinamika
Konsep Dan Pendekatan Geografi. Penelitian ini berisi tentang geografi sebagai ilmu
mengalami dinamika Dalam menemukan konsep dan metode pengembangan
keilmuannya. Dinamika tersebut berkaitan dengan perkembangan peradaban cipta,
rasa, dan karsa manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup di muka bumi ini.
Geosfer meliputi atmosfer litosfer hidrosfer biosfer dan antroposfer menjadi objek
kajian geografi tentu saja berdampingan dengan disiplin ilmu lain yang memiliki
objek kajian serupa. Geografi sebagai disiplin ilmu holistik yang memadukan unsur
alam dan manusia memiliki pendekatan utama yang membedakan dengan disiplin
ilmu lain agar tidak saling bertabrakan. Pendekatan geografi keruangan kelingkungan
dan kewilayahan memerlukan alat bantu memecahkan masalah dan perkembangan
ilmu seperti peta, citra, radar, statistik, matematika dan sistem informasi geografi.
2) Penelitian yang pernah diteliti oleh Hastuti tahun 2007 dengan judul Ada Apa Dengan
Geografi Manusia. Penelitian ini berisi tentang geografi metetakkan manusia sebagai
faktor utama menawarkan posibilism kemudian probabilisme mengandung unsur
hubungan timbal batik antara alam dan manusia datam struktur, pola, dan proses pada
tempat dan waktu tertentu di muka bumi kemudian menekankan kajian
antropocentris. Antropocentris menekankan manusia sebagai pusat perhatian geografi,
ini sebagai awal semakin berkembangnya devisi geografi manusia. Di Indonesia,
ketika geografi dikembangkan mulai dari Sd sampai perguruan tinggi seolah kurang
konsisten karena terbagi dalam devisi terpisah, yaitu datam ranah ilmu alam dan bgtt
ranah ilmu humaniora. Perhatian lebih serius masih diperlukan agar geografi manusia
dapat memberikan kontribusi pada pengembangan geografi sebagai ilmu dan
pemecahan persoalan manusia di muka bumi ini.

3
3) Penelitian yang pernah diteliti oleh yulinda atikah sari dan anjela pattiwael tahun
2019 dengan judul keterkaitan lingkungan geografi, kondisi sosial ekonomi dan
pembagian kerja secara seksual diperdesaan. Penelitian ini berisi tentang kondisi
sosial dan ekonomi kedua dusun penelitian berbeda secara jelas. Dusun Bantarjo
dengan lingkungan geografi yang jauh lebih baik dibanding Dusun KalitengahLor,
berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi juga jauh lebih baik. Hal itu dapat dilihat
dari fasilitas sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, ekonomi, yakni pasar dan
pertokoan), tersedianya sarana dan prasarana transportasi untuk bergerak ke tempat
lain yang lebih mudah. Indikasi yang terlihat dari pendidikan suami istri, bila di
Dusun Bantarjo dijumpai suami istri berpendidikan Pascasarjana, danbagian terbesar
tamat Sekolah Lanjutan Pertama, sedang di Dusun Kalitengah Lor paling tinggi
Sekolah Lanjutan Pertama, sedang bagian terbesar hanya tamat Sekolah Dasar.
Indikasi lain mengenai rerata pendapatan rumah tangga Dusun Bantarjo dibanding
Dusun Kalitengah Lor dengan perbandingan 4:1. Implikasinya, ketimpangan
pendapatan lebih tinggi di Dusun BantaIjo,meskipun dalam tingkatan sedang, dan
Dusun Kalitengah Lor pada tingkatan rendah. Konsekuensinya integrasi sosial di
Dusun Kalitengah Lor lebih kuat dibanding Dusun Bantarjo.

2.2 Landasan Teori

1) Pengertian Geosfer

Menurut Teks Modern Geosfer mengacu pada bagian Bumi yang padat; ini digunakan
bersama dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer untuk menggambarkan sistem Bumi
(interaksi sistem ini dengan magnetosfer kadang-kadang terdaftar). Dalam konteks
itu, terkadang istilah litosfer digunakan sebagai pengganti geosfer atau bagian Bumi
yang padat. Litosfer, bagaimanapun, hanya mengacu pada lapisan paling atas dari
Bumi padat (batuan kerak samudera dan benua dan mantel paling atas).
2) Pengertian Hidrosfer

Hidrosfer adalah jumlah total air di sebuah planet. Hidrosfer meliputi air yang ada di
permukaan planet, bawah tanah, dan di udara. Hidrosfer dapat berupa cairan, uap,
atau es (national geographic). Di Bumi, air yang berbentuk cair ada di permukaan
dalam bentuk lautan, danau dan sungai. Itu juga ada di bawah tanah, seperti air tanah,

4
di sumur dan akuifer. Uap air paling terlihat sebagai awan dan kabut. Bagian beku
dari hidrosfer Bumi terbuat dari es (gletser, tutup es, dan gunung es). Bagian beku
dari hidrosfer tersebut dinamakan kriosfer.
3) Pengertian Atmosfer

Menurut Encyclopaedia Britannica, Atmosfer adalah lapisan gas dengan ketebalan


ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa lapsan dan berfungsi melindungi bumi
dari radiasi dan pecahan meteor.
4) Pengertian Biosfer

Pengertian biosfer Michael Allaby: biosfer adalah suatu bagian lingkungan hidup
organisme yang ditemukan serta mereka berinteraksi dengan membentuk sistem
kelompok yang stabil, efektif untuk keseluruhan ekosistem pada planet.
5) Pengertian Antroposfer

Secara etimologi, antroposfer berasal dari kata antrophos yang memiliki arti manusia
dan sphaira yang memiliki arti lapisan. Sehingga disimpulkan, pengertian antroposfer
adalah suatu Lapisan manusia dan juga kehidupannya di permukaan bumi. Interaksi
antara manusia dan lingkungan fisik yang berbeda pada tiap wilayah menyebabkan
perbedaan fisik manusia atau ras manusia.
6) Pengertian Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari


perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Analisis keruangan merupakan pendekatan
yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang
muka bumi dengan membahas masing masing aspek-aspek keruangannya.
Aspekaspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial
budaya masyarakatnya (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1991: 12).
7) Pengertian Pendekatan Ekologi

Pendekatan ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (1977) merupakan suatu


perspektif mengenai metodologi dalam mempelajari perkembangan kepribadian yang
mempertimbangkan aspek-aspek di luar individu, yaitu dari sisi lingkungan di mana
individu berada. Pendekatan ekologi melihat manusia sebagai bagian suatu sistem.

5
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Kecamatan Patuk merupakan gerbang masuk utama menuju wilayah Kabupaten


Gunungkidul dari Kabupaten lain di D.I. Yogyakarta. Secara geografis, Kecamatan Patuk
berbatasan dengan Kecamatan Gedangsari di bagian utara dan timur, Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman di bagian barat daya, Kecamatan Piyungan dan Dlingo Kabupaten Bantul
di bagian barat, Kecamatan Playen di bagian selatan dan timur. Kecamatan Patuk memiliki
luas wilayah sebesar 72,04 Km² atau 4,85 persen dari seluruh wilayah daratan Kabupaten
Gunungkidul.
Secara administrasi, Kecamatan Patuk terbagi menjadi 11 (sebelas) desa yaitu Beji,
Bunder, Nglanggeran, Nglegi, Ngoro-oro, Patuk, Pengkok, Putat, Salam, Semoyo, Terbah.
Setiap desa terbagi menjadi beberapa Rukun Warga (RW) dan rukun warga terbagi menjadi
beberapa Rukun Tetangga (RT). Desa yang terluas yaitu Desa Nglegi dengan luas 9,31 Km².
Sedangkan Desa Patuk mempunyai luas wilayah terkecil yaitu seluas 2,91 Km² atau
mencakup 4,04 persen dari luas wilayah Kecamatan Patuk.
Batas-batas wilayah Kecamatan Patuk sebagai berikut:

Sebelah Timur : Gedangsari

Sebelah Selatan : Kepanewon Playen

Sebelah Barat : Kecamatan Piyungan, Bantul. Sebelah


Utara : Kecamatan Gedangsari

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif deskriptif.

6
3.3 Jenis Data Penelitian

Dikarenakan saat ini sedang pandemi semua data yang kami dapatkan berasal dari Buku,
Internet, Artikel Ilmiah, Youtube, dsb yang kami dapatkan secara Online.

3.4 Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian adalah
manusia atau peneliti itu sendiri. Sumber data dalam penelitian ini adalah unsur fisik
geografis daerah Kecamatan Patuk.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada. Teknik ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang kondisi Geografis Kecamatan Patuk.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang
proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data dengan
menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu:
1) Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan
disimpulkan.
2) Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat
penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut
dapat ditarik kesimpulan.
3) Menarik kesimpulan/verifikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
selama penelitian berlangsung, sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran
kembali yang melintas di pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan.

7
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Fenomena Geosfer

1) Litosfer

Kecamatan Patuk merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Gunungkidul yang


berada dizona utara atau disebut sebagai wilayah Batur Agung dengan ketinggian
200m700m diatas permukaan laut. Keadaan topografi berupa perbukitan, terdapat sumber
air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah.

8
2) Pedosfer

Jenis tanah di kecamatan Patuk didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik
dan sedimen taufan dan beberapa jenis tanah yang lainnya seperti; podsolik, alluvial,
organosol dan gleisol. Jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija,
padi, kelapa, karet, dan kopi. Untuk tekstur tanahnya liat.

9
3) Hidrosfer

Jenis tanah sangat menentukan terhadap potensi longsor dan erosi. Tanah yang
gembur mudah menyerap air yang masuk ke dalam tanah sehingga mengakibatkan
terjadinya potensi longsor. Jenis tanah di Kecamatan Patuk terdiri dari empat jenis tanah,
yaitu latosol (Ferralsols), mediterian merah (acrisols), rendzina (vertisols), dan litosol.
Luas dari jenis tanah latosol yaitu, 3774.39 ha, mediterian merah seluas 65.77 ha,
rendzina seluas 670.73 ha dan litosol seluas 2543.99 ha. Jenis tanah latosol dan litosol
10
menghasilkan skor akhir paling rendah, yaitu 6, semua hasil skor dapat dilihat pada Tabel
1. Sehingga, hal tersebut dimungkinkan bahwa jenis tanah latosol dan litosol berpotensi
menimbulkan tanah longsor.
Tabel 1. Skor jenis tanah
No Jenis Tanah Skor
1 Latosol (Ferrasols) 6
2 Mediteran Merah (Acrisol) 10
3 Rendzina (Vertisols) 10
4 Litosol 6

4) Atmosfer

Wilayah Kecamatan Patuk termasuk daerah beriklim tropis dengan topografi


wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Kondisi umum
klimatologi Kecamatan Patuk secara umum menunjukkan dengan curah hujan berjumlah
2.323 per30 tahun dengan rata-rata 193 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan sedangkan bulan
kering berkisar 5 bulan. Kecamatan Patuk memiliki suhu udara rata-rata harian 27,7 oC,
suhu minimum 23,2o C dan suhu26 maksimum 32,4o C. Kelembaban nisbi berkisar
11
antara 80% - 85%, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi
oleh musim. Berikut data tabel curah hujan untuk wilayah Kecamatan Patuk.
Tabel 2.Curah hujan rata-rata tahunan selama tiga puluh (30) tahun periode 1981-2010 di
Kecamatan Patuk
Curah Hujan (Milimeter)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah
338 383 368 214 97 66 36 20 20 132 292 357 2.323
Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, 2016 5)

5) Biosfer

Kecamatan Patuk memiliki penggunaan lahan yang sangat bervariasi antara lain,
kebun, permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak belukar, dan tegalan.
Penggunaan lahan didominasi oleh tegalan seluas 2831.06 ha, kebun seluas 1632.28 ha
dan sawah tadah hujan seluas 1071.83 ha. Sedangkan permukiman, semak belukar dan
sawah irigasi masing-masing seluas 912.8 ha, 525.97 ha dan 80.98 ha. Dari keenam
penggunaan lahan tersebut tegalan dan kebun dapat mempengaruhi terjadinya tanah
longsor. Hal tersebut dikarenakan kedua penggunaan lahan tersebut memiliki skor paling
rendah dibandingkan dengan penggunaan lahan lain. Hasil perhitungan skor variabel
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skor penggunaan lahan

12
No Penggunaan Lahan Skor
1 Kebun 6
2 Permukiman 9
3 Sawah irigasi 12
4 Sawah tadah hujan 12
5 Semak belukar 9
6 Tegalan 6

4.2 Pendekatan Keruangan

Secara umum pendekatan keruangan wilayah Kecamatan Patuk merupakan wilayah yang
didominasi perbukitan dan digunakan untuk pemukiman. Wilayah ini merupakan wilayah
yang rawan gempa dan tanah longsor karena berada pada lewatan sesar opak dan memiliki
bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan 25 derajat. Bentuk permukaan lahan yang
dihasilkan oleh proses alam. Kecamatan Patuk memiliki bentuk lahan antara lain, zona
perbukitan <15% dengan luas 3209.38 ha. zona perbukitan 15 – 40% dengan luas 3844.07 ha
dan zona perbukitan 40% dengan luas 503.31 ha.

4.3 Pendekatan Ekologis

Berdasarkan aktivitas, kegiatan ekonomi dan pariwisata adalah yang paling menonjol.
Potensi ekonomi yang menarik investasi adalah pertanian dan pusat perbelanjaan untuk
wisatawan disekitar daerah wisata yang ada di wilayah adminstrasi Kecamatan Patuk. Untuk
ekonomi Sebagian besar penduduk Kecamatan Patuk bermata pencaharian sebagai petani.
Sebagian lahan pertanian di daerah ini merupakan lahan pertanian sawah tadah hujan,
sebagian lagi lahan bukan sawah. Ada beberapa komoditas tanaman padi dan palawija yang
utama di Kecamatan Patuk yaitu padi sawah, padi ladang, ubi kayu, jagung, kedelai, dan
kacang tanah. Pada tahun 2018, luas panen padi sawah Kecamatan Patuk mencapai 2.316,1
Ha, sedangkan padi ladang hanya 1.666 Ha. Untuk tanaman palawija, tercatat komoditi
kacang tanah menjadi komoditi unggulan dengan luas panen mencapai 4.638,1 Ha. Untuk
pariwisata di Kecamatan Patuk, Obyek wisata yaitu Ekowisata Gunung Api Purba
Nglanggeran, Embung Nglanggeran, Air terjun Kedungkandang, Air terjun Banyunibo, Air
terjun Geduro, Air terjun Jurug Gedhe, Gua Watu Joglo, Taman Bunga Amarilis.
13
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kecamatan Patuk merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Gunungkidul yang berada
dizona utara atau disebut sebagai wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200m-700m diatas

14
permukaan laut. Jenis tanah di kecamatan Patuk didominasi latosol dengan batuan induk
vulkanik dan sedimen taufan dan beberapa jenis tanah yang lainnya seperti; podsolik,
alluvial, organosol dan gleisol. Wilayah Kecamatan Patuk termasuk daerah beriklim tropis
dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst.
Kondisi umum klimatologi Kecamatan Patuk secara umum menunjukkan dengan curah
hujan berjumlah 2.323 per30 tahun dengan rata-rata 193 hari/ tahun. Kecamatan Patuk
memiliki penggunaan lahan yang sangat bervariasi antara lain, kebun, permukiman, sawah
irigasi, sawah tadah hujan, semak belukar, dan tegalan. Penggunaan lahan didominasi oleh
tegalan seluas 2831.06 ha, kebun seluas 1632.28 ha dan sawah tadah hujan seluas 1071.83 ha.
Sedangkan permukiman, semak belukar dan sawah irigasi masing-masing seluas 912.8 ha,
525.97 ha dan 80.98 ha.
Secara umum pendekatan keruangan wilayah Kecamatan Patuk merupakan wilayah yang
didominasi perbukitan dan digunakan untuk pemukiman. Wilayah ini merupakan wilayah
yang rawan gempa dan tanah longsor karena berada pada lewatan sesar opak dan memiliki
bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan 25 derajat.
Berdasarkan aktivitas, kegiatan ekonomi dan pariwisata adalah yang paling menonjol.
Potensi ekonomi yang menarik investasi adalah pertanian dan pusat perbelanjaan untuk
wisatawan disekitar daerah wisata yang ada di wilayah adminstrasi Kecamatan Patuk.
5.2 Saran

Untuk mengetahui secara lebih mendetail dan lebihh baik lagi mengenai wilayah
Kecamatan Patuk dibutuhkan kuliah lapangan untuk mengkaji wilayah Kecamatan Patuk
lebih baik lagi. Karena pengalaman dilapangan akan memberikan bukti yang konkret dan
dapat memvalidasi berbagai hipotesis penelitian apakah benar atau salah. Kondisi di lapangan
secara nyata akan lebih mudah memverifikasi studi yang dikaji ataupun penemuan terhadap
objek baru yang akan menambah pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

1) Hastuti, Hastuti. "DINAMIKA KONSEP DAN PENDEKATAN GEOGRAFI." Geomedia:

Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian 4.2 (2006).

15
2) Hastuti, Hastuti. "Ada Apa Dengan Geografi Manusia?." Geomedia: Majalah Ilmiah dan
Informasi Kegeografian 5.2 (2007).
3) Pattiwael, Anjela. "KETERKAITAN LINGKUNGAN GEOGRAFI KONDISI SOSIAL
EKONOMI DAN PEMBAGIAN KERJA SECARA SEKSUAL DI PERDESAAN." (2019).
4) Purnomo, N. H; 2015. Bentanglahan Geografi Yogyakarta & Sekitarnya. Penerbit Ombak;
Yogyakarta

View publication stats

16

Anda mungkin juga menyukai