(UTS)
Disusun oleh:
INDAH AYU NURSITA RAHMAWATI (2220110077)
Contoh wilayah fungsional misalnya di suatu wilayah lereng pada sebuah gunung mulai
dari lereng atas sampai dengan lereng kaki, disambung dengan daerah dataran rendah
hingga akhiurnya ke tepi sebuah pantai. Penduduk di lereng atas hidup dari kehutanan,
penduduk di lereng di bawahnya hidup dari perkebunan, penduduk di lereng bawah
hidup dari pertanian, penduduk yang berada di dataran mungkin perkotaan dan hidup
dari usaha pelayanan jasa, sedangkan penduduk yang berada di tepian laut hidup sebagai
nelayan.
Di antara mereka saling membutuhkan dan mengisi kekurangan masing-masing. Untuk
memenuhi kebutuhan hidunya nelayan akan “menyumbangkan” lauk pauk ikan laut
sedangkan dari petani akan membantu beras untuk dimasak menjadi nasi. Kira-kira
orang dari daerah pegunungan yang memiliki sayuran akan menyumbangkan apa?
Dalam wilayah fungsional, semua komponen dapat diperhitungkan peranan dan
hubungan kegiatan antara komponen tersebut. Wilayah formal sebagaimana telah
dijelaskan di atas dapat disebut “wilayah fungsional” asalkan komponen yang berada
dalam wilayah tersebut diperhitungkan keterkaitan dan perannya masing-masing.
Karena itu dalam wilayah fungsional, hal yang khas dari ciri wilayah bukan didasarkan
atas keseragaman atau kesamaannya (sebagaimana pada wilayah formal) tetapi dalam
wilayah fungsional; beberapa kegiatan yang berbeda menjadi komponen-komponen
yang menciptakan suatu sistem kehidupan wilayah fungsional yang menciptakan suatu
sistem kehidupan wilayah fungsional. Kehidupan kota adalah wilayah fungsional karena
kota tidak dapat “hidup” tanpa ada daerah hinterland-nya (wilayah belakang yang
menyediakan hasil-hasil pertanian).
Menurut Jayadinata (1999), adanya wilayah formal dan fungsional dapat memudahkan
bagi para perencana untuk melakukan pendekatan dalam mengembangan wilayah
tersebut. Berdasarkan pembedaan wilayah tersebut, dalam perencanaan wilayah dibagi
dua pendekatan yaitu:
Pendekatan teritorial, untuk perencanaan suatu wilayah formal. Perencanaan wilayah
macam ini memperhitungkan mobilisasi terpadu dari semua sumber daya manusia dan
sumberdaya alam dari suatu wilayah tertentu yang dicirikan oleh perkembangan
sejarahnya. Sejarah dijadikan salah satu faktor yang mengikat antar anggota masyarakat
sehingga membentuk wilayah terirorial tertentu. Perencanaan wilayah teritorial atau
formal diarahkan untuk peningkatan perkembangan untuk melayani aspirasi dan
kebutuhan masyarakat yang berada di dalamnya. Perluasan wilayah dalam
pengembangan wilayah formal akan dibatasi oleh batas wilayah lain yang berbatasan.
Pendekatan fungsional, yaiu suatu perencanaan yang memperhitungkan lokasi berbagai
kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem perkotaan mengenai berbagai
pusat dan jaringan. Dalam perencanaan akan dikembangkan model-model perencanaan
seperti model gravitasi, analisis masukan-keluaran, pusat pertumbuhan, dan lain-lain.
Perluasan wilayah fungsional memperhitungkan dan mengambil manfaat dari keadaan
wilayah lain yang berbatasan dalam interaksi dan memenuhi kebutuhan yang tidak
dimiliki oleh masing-masing wilayah bersangkutan.
Akhirnya dari masing-masing pengertian tentang ruang ternyata memiliki fungsi yang
berbeda-beda, walauapun pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
diklasifikasikan sesuai fungsinya sehingga dapat dilakukan pengaturan ruang agar lebih
nyaman, berguna, dan dapat berkelanjutan.
Konsep tempat
Konsep tempat (place) merujuk kepada suatu wilayah di mana orang hidup berada.
Dalam analisis geografi, konsep tempat memiliki peran penting karena kedudukan dan
konstribusi tempat memberi banyak arti dan makna bagi manusia dan organisme lainnya.
Sebut saja geografer Jerman Friederich Ratzel dalam tulisannya Pitche Geographie (1897),
di mana gagasan-gagasan kontemporer tentang determinisme lingkungan diterapkan
terhadap kajian negara. Memfokuskan lokasi strategis pada skala global, pada tahun 1904
Harold Mackinder menyuguhkan toeri daerah poros (pivot area), belakangan dinamakan
kembali dengan heartland theory yang menjadi landasan kajian-kajian geografi (Taylor,
2000: 783).
Belakangan ini, seorang sosiolog Inggris yang berusaha menganalisis peranan
tempat ke dalam ilmu-ilmu sosial adalah Anthony Giddens dengan teori strukturasi
(structuration) dalam karyanya The Constitution of Society (1984), di mana locale menjadi
kata kuncinya. Pengertian locale adalah situasi di mana interaksi sosial terjadi, dan karena
semua interaksi memerlukan orang-orang yang terelibat serta hadir di waktu dan tempat
tertentu, maka locale sering merupakan tempat. Pada gilirannya, locale adalah wilayah
penting di mana interaksi berlangsung dan identitas kelompok berkembang (Johnston,
2000: 761-762).
Tampaknya Giddens, trinspirasi oleh hasil penelitian Torsten Hagerstrand (1982),
seorang ahli geografi Swedia yang mengemukakan teori kontekstualnya mengenai geografi
waktu. Ia menegaskan bahwa proyek-proyek yang melibatkan interaksi antarindividu dapat
dilakukan jika hanya pihak-pihak yang terlibat hadir di tempat tersebut. Mengingat bahwa
sebuah tempat memiliki isi (siapa yang ada di sana) dan waktu (kapan seseorang berada di
situ dan dengan siapa mereka berada) yang merupakan pengaruh-pengaruh penting terhadap
perilaku dan sosialisai individu kelomppok terhadap tempat (Johnston, 2000: 762).
Studi lain tentang pentingnya tempat di kemukakan oleh Massey dalam karyanya
Spatial Division of Labour (1984) mengatakan bahwa masalah geografi dari restrukturisasi
industri dapat dipahami hanya jika konteks tempat terjadi perisriwa tersebut dipahami,
terutama yang menyangkut sifat hubungan sosial yang bervariasi antara satu tempat dengan
tempat lainnya, di mana tempat yang satu dapat lebih menarik bagi investor dibanding
tempat lain. Hal itu mendorong bentuk riset yang substansial, di mana tempat (place)
dipandang sama dengan lokalitas dalam struktur ekonomi, sosial, budaya dan politik diteliti
sebagai sarana dalam memahami hal apa yang membuat lokalitas-lokalitas itu berada dan
apa implikasinya bagi perubahan di masa depan.
Nilai penting karakteristik suatu tempat dalam masa lalu, sekarang dan masa depan
terhadap suatu tempat-tempat yang strategis secara ekonomi, selalu memiliki daya tarik
tersendiri bagi pengembangan politik-ekonomi. Hal itu disebabkan makin meningkatnya
mobilitas dua faktor utama produksi, yaitu modal dan tenaga kerja. Suatu tempat harus
memiliki daya tarik bagi investasi dan pekerja, mereka terlibat dalam manajemennya harus
bekerja sesuai dengan tujuan tersebut. Hal itu telah menimbulkan ketertarikan untuk
menciptakan dan menjual tempat kepada berbagai kelompok bisnis.
Teori lokasi
a. Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara
geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap
lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan
lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal
(local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan
(transferred input); dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani,
2007)
b. Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan
pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von
Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila
makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke
pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih)
antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki
kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya
untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke
pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin.
Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan
akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
c. Weber (1909) menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber
pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan
bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di
mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi
dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan
konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum.
Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku
atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber
dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).
d. Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota,
dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem
geometri, di mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat
berarti dan model ini disebut sistem K = 3. Model Christaller menjelaskan model area
perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap
komoditi yang dinamakan range dan threshold.
e. Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), berbeda
dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi). Losch
mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang
dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch
cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
f. D.M. Smith memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan
konsep average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang
terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat
kurva biaya rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antara
average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang
memberikan keuntungan maksimal.
g. McGrone (1969) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan
keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis
dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di
masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan
pertimbangan lain membuat model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan.
h. Menurut Isard (1956), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan
pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard
(1956) menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi
sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson (1969)
mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi
pada pusat kegiatan sebagai usaha untuk mengurangi ketidakpastian dalam keputusan
yang diambil guna meminimumkan risiko. Dalam hal ini, baik kenyamanan (amenity)
maupun keuntungan aglomerasi merupakan faktor penentu lokasi yang penting, yang
menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga menghasilkan
konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.
i. Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya
daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan
untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi
tersebut. Model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
j. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan
produksi (industri) itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala
besar) secara komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan
disiplin. Berbagai faktor yang ikut dipertimbangkan dalam menentukan lokasi, antara
lain ketersediaan bahan baku, upah buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya
serap pasar lokal, dan aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang
dituju (terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu negara
dan, kebijakan daerah (peraturan daerah).
k. Menurut teori lokasi, tempat yang sentral cepat berkembang dan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Alfred Weber (1909 :
lokasi industri ditentukan berdasarkan biaya transportasi terendah.
Kriteria prakondisi pemilihan lokasi industri:
a. Wilayah seragam/homogen (topogrfi dan penduduk)
b. Ketersediaan sumber daya atau bahan mentah upah buruh standar.
c. Biaya transportasi minimal.
d. Tempat merupakan suatu konsep yang terkait pada lokasi dalam ruang dan dapat
membentuk suatu pola.
Terdapat tiga pola persebaran, yaitu :
a. Pola bergerombol;
b. Pola tersebar tidak merata;
c. Pola tersebar merata.
d. Pendekatan Keruangan
1. Sistem Keruangan sebagai suatu pendekatan dalam geografi.
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi dengan menekankan pada penyebaran
penggunaanruang dan penyediaan ruang yang akan digunakan.Analisa keruangan
memerlukan data spasial yang terdiri atas data fisis dan data sosial.
2. Difusi keruangan
Terdapat tiga difusi keruangan, yaitu :
a. Difusi ekspansi (expansion diffusion)
Proses penyebaran material atau informasi ke wilayah yang lebih luas.
Difusi ekspansi merupakan proses penyebaran keterangan, materi atau lain sebagainya
berdasarkan satu daerah ke daerah lain melalui suatu populasi. Pada proses ini fakta dan
material akan disebarkan permanen terdapat serta kadang lebih intensif di loka asalnya.
Ini berarti akan terjadi penambahan anggota baru dalam populasi antara dua periode
waktu dan nantinya akan merubah struktur keruangan populasi secara menyeluruh.
Contoh berdasarkan teori ini merupakan anjuran untuk menggunakan internet yang
dimulai sang mereka yg tinggal dekat kota lalu diikuti masyarakat lain yg jauh menurut
kota hingga desa. Difusi perluasan dibedakan sebagai dua yaitu difusi menjalar
(contagious diffusion) dan difusi kaskade (cascade diffusion).
b. Difusi penampungan (relocation diffusion)
Proses berpindahnya material atau informasi ke wilayah lain, di mana di tempat asal
tidakterdapat lagi material atau informasi tersebut.
Difusi relokasi merupakan proses proses yang sama menggunakan penyebaran
keruangan dimana liputan atau materi yg didifusikan meninggalkan daerah usang serta
berpindah ke wilayah baru. Contohnya merupakan transmigrasi dimana terjadi
perpindahan penduduk berdasarkan daerah padat ke daerah yg sporadis penduduknya.
Penduduk dalam hal ini sangat berperan penting dalam keseimbangan lingkungan dan
kelangsungan hidupnya, karena semakin banyak jumlah penduduk akan berdampak
negative pada pada lingkungan misalnya pertama, Berkurangnya lahan seperti sawah
dan perkebunan akibat dijadikan sebagai kawasan pemukiman penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat ini, tentunya berpengaruh pada kehidupan
sosial dan keseimbangan lingkungan. misalnya pengangguran, kemsikinan maupun
ketersediaan produksi pangan dan kelestarian alamnya. Bertambahnya jumlah
penduduk, berdampak pada perubahan sosial masyarakat Indonesia.
Dampak dinamika kependudukan terhadap lingkungan diantaranya
adalah: permukiman dengan pengelolaan yang tidak terkontrol, meningkatnya
pencemaran lingkungan, terjadinya kerusakan hutan dan alih fungsi lahan.
Tidak hanya itu, penelitian dari satelit Gravity Recover and Climate
Expertiment (GRACE) milik NASA dan German Space Agency, disebutkan bahwa
mengembangnya daerah khatulistiwa disebabkan oleh mencairnya lapisan es di
Greendland dan Antartika.
Sejak awal, keadaan planet bumi memang tidak bulat sempurna akibat rotasi.
Sehingga hal itu membuat air di permukaan bumi lebih banyak berkumpul di kawasan
khatulistiwa dibanding di daerah kutub.
Di pertengahan tahun 1990-an, bumi dinyatakan bertambah gemuk di bangian
tengah. Itu artinya bumi semakin elips. Seperti bola yang ditekan dari atas ke bawah
(gepeng). Lingkang pinggangnya makin mmebesar dan para ilmuwan belum bisa
memastikan penyebabnya.
Menurut simulasi komputer dan analisis yangdilakukan oleh Scott Tremaine
dari Institute for Advandced Study di Princeton, New Jersey dan Tomer Yavetz dari
Princeton University, keadaan ini akan menyelematkan bumi dari jatuhnya satelit.
Apabiila bumi memiliki bentuk bulat sempurna, banyak di antara satelit akan
jatuh ke atsmosfer dan terbakar dalam hitungan bulan atau tahun.
Gejala biotik dibedakan menjadi dua, yakni gejala alam kebendaan dan gejala alam
kejadian.
a) Gejala alam kebendaan biotik merupakan keadaan atau ciri ciri khusus yang dimiliki
oleh mahkluk hidup. Sebagai contoh: Tumbuhan putri malu ( Mimosa pudica )
memiliki ciri ciri bunganya berwarna merah muda , batangnya berduri , dan daunnya
menutup jika disentuh.
b) Gejala alam kejadian biotik merupakan rangkaian kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan oleh semua makhluk hidup seperti tumbuh , bergerak , berkembang biak,
menanggapi rangsang, dan mengeluarkan zat sisa. Sebagai contoh: Kupu kupu itu
sedang terbang kesana kemari , mencari madu . Dan mengisap sari sari bunga tersebut.
Sebagai contoh : Lebah belang terbang disekitar bunga mawar merah yang batangnya
berduri untuk mengambil madu.
Komponen Biotik : Lebah belang dan bunga mawar merah. Kira-kira yang manakah
yang gejala alam kejadian dan gejala alam kebendaan komponen biotik ?
Gejala alam kebendaan komponen biotik: Pola belang pada lebah , warna merah dan
duri pada mawar.
Gejala alam kejadian komponen biotik: Terbang dan mengambil madu.
Gejala alam biotik dapat berdampak positif maupun negatif, diantaranya:
a) Contoh gejala alam biotik yang berdampak positif
aktivitas cacing tanah yang dapat menyuburkan sawah
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Ni Luh Kartini, seorang ahli tanah dari
Universitas Udayana-Bali. Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah
memang lebih subur dibandingkan yang tidak. Aktivitas yang dilakukan cacing
tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah.
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi pertumbuhan tanaman. Selain
itu, lubang bekas galian cacing tanah akan memperbaiki sistem aerasi dan drainase
secara alami di dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur.
b) Contoh gejala alam biotik yang berdampak negatif
Hama tanaman merajalela
Hama tanaman yang menyerang tanaman budidaya di persawahan maupun kebun
merupakan salah satu contoh gejala alam biotik. Faktor yang menyebabkan
permasalahan tersebut yaitu terbunuhnya musuh alami hama tersebut, baik karena
penggunaan pestisida yang berlebihan atau karena hadirnya predator musuh alami.
Penyebaran virus flu burung
Virus flu burung atau H5N1 muncul sebagai akibat terjadinya mutasi genetik pada
berbagai jenis unggas. Adanya perpindahan yang tidak dapat dikendalikan, unggas-
unggas yang terinfeksi akan menularkan virus ini pada unggas lain di tempat
barunya. Penyebaran virus ini pun dapat menjangkiti manusia.
Penyebaran virus HIV
Virus ini hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya. Virus ini pada mulanya hanya
ditemukan pada hewan sebangsa simpane di Benua Afrika. Namun karena
kesamaan jumlah kromosom, virus ini akhirnya dapat menjangkiti manusia.
Penyebarannya virus ini sangat sulit untuk dikendalikan karena metode
penularannya sangat bervariasi.
Punahnya spesies langka
Kelangkaan spesies hewan maupun tumbuhan merupkan bentuk gejala alam biotik.
Fenomena ini terjadi akibat dari lambatnya laju perkembangbiakan spesies-spesies
tersebut. Selain itu, dipengaruhi juga oleh adanya perburuan liar. Beberapa contoh
spesies langka di dunia yang terancam punah misalnya badak bercula satu,
trenggiling, macan sumatera, panda, gajah, burung cendrawasih, dan lain
sebagainya.
Gejala abiotik dibedakan menjadi menjadi, yakni gejala alam kebendaan dan gejala alam
kejadian.
a) Gejala alam kebendaan abiotik merupakan keadaan atau ciri ciri benda tak hidup.
Sebagai contoh : sifat udara : menempati ruang , dapat bergerak bebas , volumenya
tidak tetap , dan tidak berwarna ; Air dapat bergerak bebas sesuai dengan keadaan
ruang dan volumenya tetap; Tanah ada yang berwarna merah , hitam ,dan kuning ;
Tanah dapat merupakan tanah liat , tanah lempung , tanah gembur ; cahaya dapat
menembus udara dan air; batu ada yang kecil dan ada yang besar , ada yang berwarna
hitam ada pula yang berwarna cokelat ; Api bercahaya , warnanya merah atau ungu ;
Api mempunyai sifat panas sehingga dapat membakar .
b) Gejala alam kejadian abiotik merupakan peristiwa yang terjadi pada benda tidak
hidup.Sebagai contoh : udara berpindah dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat
yang bertekanan rendah ; Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah ;
Salju turun pada musim dingin.