Eratosthenes adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan kata ‘Geografi’ dalam bukunya yang
berjudul Geographika. Secara etimologi, nama geografi diambil dari dua kata bahasa Yunani, yaitu geo yang berarti bumi,
dan graphein yang artinya tulisan.
Sedangkan geografi menurut harfiah adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, penduduk, flora, fauna, udara, iklim,
dan segala hal yang berinteraksi dengannya. Meskipun disebut sebagai ‘ilmu bumi’ atau ‘tulisan tentang bumi’, geografi
tidak hanya mengkaji hal-hal yang berada di permukaan bumi, tetapi juga di luar angkasa.
Setelah mengetahui definisi geografi secara etimologis dan harfiah, berikut definisi Ilmu Geografi menurut para
tokoh di dunia.
1. Bintarto
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat sifat bumi, menganalisis gejala-gejala
alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur unsur bumi dalam ruang dan waktu.
2. Daldjoeni
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan kepada manusia mengenai beberapa cangkupan yang
terdiri atas tiga hal pokok, yaitu cangkupan spasial (ruang), cangkupan ekologi (kondisi), dan cangkupan region
(wilayah).
4. Hartshorne
Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional
tentang sifat variabel permukaan bumi.
5. Eratosthenes
Geografi adalah penulisan tentang bumi
6. Immanuel Kant
Geografi merupakan ilmu dan objek studinya adalah benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar pada
wilayah di permukaan bumi.
7. Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
Geografi sebagai ilmu tentang persamaan dan perbedaan gejala geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau
kelingkungan dalam konteks keruangan.
8. Karl Ritther
Geografi adalah suatu telaah mengenai bumi sebagai tempat hidup manusia. Dalam kajiannya, studi geografi
mencakup semua fenomena yang terdapat di permukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang
terkait dengan kehidupan manusia, termasuk aktivitas manusia juga turut dibahas.
9. Alexander
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia.
Pendekatan Geografi
Pendekatan dalam geografi yaitu pendekatan spasial (keruangan), pendekatan ekologi (kelingkungan), dan pendekatan
regional (kewilayahan), dari ketiga pendekatan tersebut terdapat satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan spasial (keruangan).
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari perbedaan fenomena geosfer
dalam ruang. Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi
tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing masing aspek-aspek keruangannya.
Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya
(Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1991: 12).
Pendekatan keruangan merupakan ciri khas yang membedakan ilmu geografi dengan lainnya. Menurut
Nursid Suraatmadja (1981: 78) menyebutkan pendekatan keruangan terdiri dari pendekatan topik,
pendekatan aktivitas manusia dan pendekatan regional. Dalam penelitian ini, dilihat dari pendekatan aktivitas
manusia yaitu mendeskripsikan aktivitas manusia dalam ruang.
Pendekatan ini diarahkan pada aktivitas manusia dalam sebuah ruang untuk mengungkapkan aktivitas
manusia yang ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala- gejala lain serta
interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan.
Hal ini berarti menggambarkan aktivitas manusia yang menciptakan kearifan lokal berupa kesenian Reyog
dan upaya mempertahankan kesenian dengan interaksinya, baik manusia dengan manusia maupun dengan alam
sekitar yang terjadi pada satu ruang yaitu Desa Sumoroto. Kegiatan kesenian merupakan aktivitas manusia
dalam menyesuaikan dengan kondisi ruang sebagai bentuk adaptasi dan penyesuaian dengan kondisi ruang yaitu
tempat asal usul kerajaan Bantarangin.
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini berfokus pada analisis ruang dan wilayah dalam kaitannya dengan fenomena geosfer.
Prinsip-prinsip yang ditekankan dalam pendekatan keruangan meliputi persebaran, interaksi, dan deskripsi
fenomena geosfer.
Contohnya, dalam konteks Indonesia, pendekatan keruangan digunakan untuk memahami masalah
pengangguran. Para geografer akan menganalisis jenis pengangguran, penyebabnya, persebarannya,
intensitasnya, dan hubungannya dengan fenomena lain.
2. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara manusia dan lingkungan alam. Dalam pendekatan ini, geografer
mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan alam, serta bagaimana lingkungan alam
mempengaruhi perilaku manusia.
Sebagai contoh, dalam musim hujan, daerah-daerah berbukit sering mengalami tanah longsor karena
penebangan pohon yang tidak diikuti dengan reboisasi.
Dengan menggunakan pendekatan ekologi, geografer dapat mengidentifikasi faktor-faktor fisik yang memicu
tanah longsor dan melihat bagaimana perilaku manusia berkontribusi pada masalah tersebut.
Sebagai contoh, pemerintah DKI Jakarta perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah sekitarnya untuk
mengatasi masalah banjir. Selain itu, hal ini juga harus mengelola daerah aliran sungai dan ruang terbuka hijau
secara terpadu.
Pendekatan ini membuat geografer untuk merencanakan solusi yang komprehensif untuk masalah geosfer yang
kompleks.
Prinsip Geografi
Prinsip geografi terbagi menjadi empat, yaitu prinsip persebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi atau
keruangan.
1. Prinsip Persebaran
Prinsip persebaran atau distribusi menyatakan suatu gejala dan fenomena yang tersebar secara tidak
merata dan tidak sama di permukaan bumi. Gejala atau fenomena tersebut dapat berupa fenomena fisik maupun
fenomena sosial. Fenomena geografi yang bisa diteliti misalnya bentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Prinsip ini bisa digunakan untuk mengungkapkan hubungan antar fenomena secara menyeluruh. Prinsip
persebaran juga dipakai untuk memperkirakan keadaan mendatang. Contoh dari prinsip persebaran adalah
persebaran flora dan fauna di Indonesia, persebaran potensi air, dan persebaran penduduk transmigran di
Indonesia.
2. Prinsip Interelasi
Prinsip interelasi adalah hubungan yang saling terkait antara gejala yang satu dengan gejala geografi
yang lain di dalam suatu ruang. Hubungan yang saling terkait ini bisa terjadi antara fenomena fisik dan
fenomena sosial. Intinya, prinsip ini dapat dipakai untuk mengurai hubungan antara gejala-gejala dalam suatu
ruang yang saling mempengaruhi.
Contoh dari prinsip ini adalah kekeringan yang terjadi akibat dampak fenomena La Nina, fenomena banjir yang
terjadi akibat penebangan hutan pada wilayah hulu, dan tsunami di suatu wilayah setelah ada gempa laut.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip geografi berikutnya adalah prinsip deskripsi. Prinsip ini digunakan untuk menjelaskan lebih jauh
tentang gejala-gejala di muka bumi yang dapat diamati. Persebaran dan hubungan dari gejala serta fenomena ini
biasanya disajikan dalam bentuk grafik, data, maupun peta.
Contoh dari prinsip deskripsi adalah penggambaran angka pengangguran pada provinsi Jawa Barat, grafik peta
lempeng tektonik di dunia, peta wilayah lautan pada kawasan Timur Tengah, dan peta penggunaan tanah untuk
menganalisis wilayah dan kesesuaian lokasi.
4. Prinsip Korologi
Terakhir, ada prinsip korologi. Prinsip ini merupakan yang paling komprehensif karena merupakan
perpaduan ketiga prinsip sebelumnya. Tiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan memadukan prinsip
persebaran, interelasi, dan deskripsi. Prinsip korologi dapat menunjukkan perbedaan gejala, fenomena, dan
fakta antar wilayah.
Contoh penggunaan prinsip ini misalnya untuk mengetahui masalah suhu udara, perlu penelitian mengenai
perbedaan suhu udara pada pedesaan dan perkotaan, penyebab timbulnya udara sejuk di pedesaan, dan
pengaruh banyaknya pepohonan di desa terhadap suhu udara sejuk di wilayah pedesaan dibanding perkotaan.
Contoh lainnya, mencari tahu mengenai kesenjangan pembangunan di Pulau Jawa dan Pulau Timur Indonesia,
perlu meneliti jumlah sumber daya di kedua pulau, penyebab pembangunan di Pulau Jawa lebih maju, dan lain-
lain.
Konsep Geografi
Konsep geografi yang diusulkan dalam SEMLOK 1989 dan 1990 dalam buku Suharyono dan
Moch. Amien (1994: 27-35), terdapat 10 konsep yaitu konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola,
morfologi, aglomerasi, nilai guna, interaksi dan interdependensi, diferensiasi areal, keterkaitan
keruangan (asosiasi), yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah
menjadi ciri khusus ilmu dan pengetahuan geografi, yaitu „dimana‟. Konsep lokasi ada dua
yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif.
a) Lokasi absolut adalah konsep lokasi yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah meskipun kondisi
tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin berubah.
b) Lokasi relatif adalah konsep lokasi yang relatif lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim
juga disebut sebagai letak geografis. Arti lokasi ini berubah-ubah sesuai dengan keadaan
daerah sekitar.
Konsep lokasi pada penelitian ini menjadi penting karena menunjukkan letak salah satu tempat yang
memiliki pengaruh dalam kesenian Reyog dan merupakan asal usul Kerajaan Bantarangin, sehingga
mudah diketahui yaitu di Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.
2) Konsep Jarak
Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial, ekonomi
maupun juga untuk kepentingan pertahanan. Jarak dapat merupakan faktor pembatas yang
bersifat alami, sekalipun arti pentingnya juga bersifat relatif sejalan dengan kemajuan
teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan
pokok kehidupan (air, tanah subur, pusat pelayanan, pengangkutan barang penumpang). Oleh
karena itu jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur
pada peta (dengan memperhatikan skala peta), tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak
tempuh baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya
angkutan.
Konsep jarak dalam penelitian ini berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi
kesenian Reyog mampu dikenal di wilayah dalam hingga keluar. Desa Sumoroto yang
merupakan asal usul kerajaan Bantarangin ini merupakan tempat yang strategis dimana dekat
dengan wilayah perbatasan dan tidak terlalu jauh dari pusat kota.
3) Konsep Interaksi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya, obyek atau tempat satu dengan
tempat lain. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu
sama dengan apa yang ada di tempat lain. Oleh karena itu senantiasa terjadi interaksi atau
bukan interdependensi antara tempat yang satu dengan tempat wilayah yang lain. Karena
masyarakat yang memperkenalkan kesenian ini hingga ke luar wilayah kepada masyarakat luas
khususnya pelaku kesenian di wilayah Desa Sumoroto membuat kesenian Reyog dapat dikenal
ke wilayah lain.
1. Aurora Borealis
Pada belahan dunia selatan juga dikenal dengan nama Aurora Australis, Aurora Borealis adalah partikel
bermuatan listrik dari matahari yang telah mencapai bagian teratas atmosfir bumi dan menjadi sangat aktif.
Aurora biasanya sering terlihat di daerah dekat kutub dan pada waktu dimana siang dan malam sama panjang.
2. Mirages / Fatamorgana
Fatamorgana muncul ketika cahaya terbias dan menghasilkan gambar dari suatu object atau langit
padahal sebenarnya tidak ada. Fenomena ini biasanya terjadi di permukaan panas, seperti jalan aspal atau gurun
pasir.
3. Mammatus Clouds / Awan Mammatus
Bentuk awan yang aneh ini sering diasosiasikan dengan badai, dan tidak dapat dimengerti sepenuhnya bagaimana awan ini
terbentuk.
Fire rainbow adalah fenomena yang sangat jarang yang muncul hanya pada saat matahari sedang tinggi
yang membuat sinarnya melewati awan cirrus yang tinggi yang berisi kristal-kristal es.
Awan Noctilucent adalah awan yang sangat tinggi secara atmosfir yang membiaskan cahaya pada senja ketika matahari telah
tenggelam, mengiluminasi/menyinari langit dengan sumber cahaya yang tak tampak.
Peta
Peta adalah representasi grafis atau visual dari permukaan bumi atau bagian tertentu dari permukaan bumi. Peta
akan menyajikan informasi geografis, seperti topografi (ketinggian dan bentuk lahan), hidrografi (sungai, danau,
dan laut), perbatasan politik, jalan, bangunan, hingga fenomena alam lainnya.
1) Peta berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya, peta terbagi lagi menjadi 2 (dua), yakni peta umum dan peta khusus.
a. Peta Umum
Peta yang menggambarkan penampakan segala hal yang ada di permukaan bumi di satu wilayah. Peta umum
dibedakan menjadi:
Peta topografi, berisi gambaran bentuk permukaan bumi yang dilengkapi dengan relief permukaan bumi,
seperti perairan (hidrografi), ketinggian suatu tempat, dan sebagainya.
Peta korografi, berisi gambaran bentuk permukaan bumi secara umum saja. Contoh peta korografi, yaitu
atlas.
b. Peta Khusus
Peta yang menggambarkan penampakan dengan fokus tertentu. Contohnya:
2) Berdasarkan Skala
Bagaimana pembagian jenis peta menurut skalanya?
a. Peta Datar
Peta datar sering juga disebut dengan peta planimetri. Peta datar adalah peta dua dimensi yang permukaannya
berbentuk datar. Gambar pada peta ini hanya dibedakan menggunakan warna dan simbol.
b. Peta Timbul
Kebalikannya nih, peta timbul adalah peta yang permukaannya berbentuk tida dimensi. Peta timbul disebut juga
dengan peta stereometri. Karena bentuknya yang tiga dimensi, membuat gambarannya mirip dengan keadaan
permukaan bumi yang sebenarnya. Misalnya, kalau petanya menggambarkan daerah pegunungan, maka
bentuknya akan menjulang layaknya gunung-gunung. Tapi, versinya saja yang lebih kecil.
c. Peta Digital
Nah, kamu inget nggak di awal tadi kita sempat membahas tentang Google Maps. Itu merupakan salah satu
contoh peta digital. Secara definisi, peta digital adalah peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam
komputer.
Simbol Peta
Benua
Benua merupakan suatu wilayah daratan dengan luas wilayah yang begitu besar dan berada di atas
permukaan bumi. Atau bisa diartikan juga jika benua merupakan wilayah daratan yang saling terhubung,
dimana garis pantas dengan batas darat lainnya akan membentuk tepi benua.
Pada tahun 1912, sebelum teori tentang pergerakan lempeng dicetuskan, ilmuwan dari Universitas
Humboldt Berlin, yakni Alfred Wegener mempresentasikan temuan menariknya yang menggemparkan dunia,
berjudul “Die Entstehung der Kontinente und Ozeane” (Asal Usul Benua dan Lautan). Dalam presentasinya
itu, Wegener mempublikasikan bahwa pada zaman Mesozoikum (300 juta tahun yang lalu), semua benua yang
ada saat ini pernah menyatu menjadi satu daratan sebagai Supercontinent yang kemudian pecah. Alfred
Wegener dalam presentasinya, menyebut cikal bakal dari semua benua ini dengan nama “Pangea”.
Salah satu fakta yang melandasi penelitian Alfred Wegener pertama kali adalah karena ditemukan
kesamaan bentuk garis pantai di Amerika Selatan bagian Timur dan Afrika Barat. Untuk membuktikan
hipotesisnya ini benar, Alfred Wegener kemudian melakukan penelitian lebih dalam untuk menemukan bukti
geologi dan paleontologis untuk menopang teorinya. Hasil penelitiannya sudah terangkum dalam beberapa fakta
berikut.
1. Relevansi Fosil
Sejak dimunculkannya postulat tentang teori Continental Drift yang menjelaskan bahwa daratan dan benua di
bumi bergerak, banyak temuan yang turut serta membantu membenarkan teori ini. Salah satu hal yang menjadi
bukti teori Wegener ini yakni mengenai keberadaan fossil yang identik di 2 tempat yang berbeda padahal
dipisahkan oleh samudera. Salah satu contoh fosil yang ditemukan identik ini yakni fosil Mesosaurus, fosil ini
ditemukan di 2 tempat, yakni di Afrika Selatan dan Amerika Selatan bagian Timur. Mesosaurus sendiri disebut
sebagai hewan reptil seperti buaya modern yang tidak mungkin bisa bergerak menyeberangi lautan. Beberapa
fosil yang ditemukan serupa tapi terpaut jarak yang jauh adalah Lystrosaurus yang hanya ditemukan di
Antartika, India dan Afrika Selatan, serta fosil Cynognathus yang hanya ditemukan di Afrika Selatan dan
Amerika Selatan.
2. Pegunungan Yang Identik
Salah satu bukti tentang Continental Drift atau pergeseran benua adalah terdapatkan kesamaan jenis, struktur,
dan umur batuan pada 2 pegunungan yang sama. Salah satunya ialah kesamaan umur, jenis batuan, dan struktur
pada pegunungan Appalachia di Amerika Serikat bagian Timur dengan pegunungan di Greenland bagian timur.
Alfred Wegener menjelaskan bahwa pegunungan ini terbentuk di barisan yang sama ketika belum terjadi
pergeseran benua.
Menurut para ahli, gempa adalah getaran yang terjadi di bumi akibat adanya pergerakan lempeng tektonik.
Gempa dapat terjadi di permukaan bumi atau di dalam bumi dan dapat menyebabkan kerusakan struktur
bangunan dan bencana alam lainnya. Selain itu, para ahli juga menyatakan bahwa gempa dapat terjadi secara
tiba-tiba dan dapat memiliki intensitas yang berbeda-beda, tergantung pada faktor seperti kedalaman sumber
gempa, jenis dan kondisi lempeng tektonik, serta kondisi geologi di wilayah yang terkena dampak.
Seismograf adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur gempa bumi. John Milne adalah
seorang ahli geologi Inggris yang dikenal karena menemukan seismograf, sebuah alat yang digunakan untuk
mendeteksi getaran bumi. Ia lahir pada tahun 1850 di Liverpool, Inggris, dan menghabiskan sebagian besar
hidupnya di Jepang, di mana ia mengembangkan teknologi seismograf dan membantu mempelajari gempa
bumi. Ia meninggal pada tahun 1913.
1. Gempa tektonik
Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di bawah permukaan Bumi.
Gempa ini biasanya disebabkan oleh kegiatan tektonik lempeng, seperti ketika dua lempeng saling bergerak dan
bertabrakan atau terpisah satu sama lain. Gempa tektonik dapat menyebabkan kerusakan yang besar di sekitar
daerah tempat terjadinya gempa.
2. Gempa vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik. Gempa ini biasanya terjadi di dekat
gunung berapi atau wilayah yang memiliki aktivitas vulkanik. Pada gempa vulkanik, pergerakan dari magma
atau lava di dalam gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa. Gempa vulkanik biasanya tidak
sebesar gempa tektonik, tetapi dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan di sekitar gunung berapi.
4. Gempa lokal
Gempa lokal adalah gempa yang tidak terasa oleh masyarakat di sekitar tempat terjadinya gempa, tetapi dapat
terdeteksi oleh alat seismograf. Gempa lokal biasanya disebabkan oleh aktivitas tektonik di dalam Bumi, seperti
gerakan lempeng tektonik atau patahan-patahan di dalam litosfer. Gempa lokal biasanya tidak menimbulkan
kerusakan besar, tetapi dapat menyebabkan getaran yang terasa oleh orang-orang di sekitarnya.
ACEH SINGKIL - Gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo (M) 4,4 mengguncang Kabupaten
Aceh Singkil , Provinsi Aceh, pada Jumat (16/2/2024) pukul 15.22 WIB. Kepala Balai BMKG Wilayah I
Medan, Hendro Nugroho menerangkan, hasil analisis BMKG menunjukkan pusat gempa bumi terletak
pada koordinat 2.15° Lintang Utara (LU) dan 97.85° Bujur Timur (BT). Tepatnya berlokasi di laut pada
jarak 21 kilometer Tenggara Kabupaten Aceh Singkil di kedalaman 31 kilometer.
Hendro Nugroho menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter,
gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal, akibat adanya aktivitas Megathrust.
"Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi dirasakan di daerah Kabupaten Aceh Singkil pada
siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah,
jendela, pintu berderik dan dinding berbunyi,” tutur Hendro Nugroho kepada MPI, Jumat (16/2/2024).
Hendro menambahkan, gempa dirasakan di daerah Kota Subulussalam dengan getaran yang dirasakan
nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Namun hingga saat ini, ujar Hendro
Nugroho, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi tersebut.
Batuan
Batuan adalah kumpulan mineral yang telah mengeras atau membeku. Batuan menjadi benda alam
sebagai penyusun utama pada bumi. Proses terbentuknya batuan berlangsung selama jutaan tahun. Siklus batuan
diawali dari terbentuknya batuan beku, pelapukan batuan beku, pergerakan batuan, sedimentasi, metamorfosis
dan pencairan magma kembali. Batuan dapat dibedakan berdasarkan komposisi mineral dan kimia dengan
tekstur partikel dan proses pembentukannya.
Terdapat tiga jenis batuan penyusun diantaranya batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
1. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma pijar. Umumnya batu ini berada pada lapisan kerak bumi.
Hingga saat ini setidaknya terdapat 700 jenis batuan beku yang telah teridentifikasi.
Batuan Tubir
Batuan tubir dapat disebut sebagai batuan kristal karena strukturnya terdiri dari kristal – kristal. Jenis batuan ini
dalam proses pembentukannya terjadi di dalam kulit bumi. Batuan tubir memiliki bongkahan kristal yang
berukuran besar akibat proses pendinginan yang berjalan lambat. Contoh dari batuan tubir adalah batu granit.
Batuan Leleran
Batuan leleran juga disebut sebagai batuan beku luar terbentuk karena proses pembekuan yang terjadi pada
bagian luar bumi. Proses terbentuknya batuan leleran terjadi karena penurunan temperatur yang terjadi sangat
cepat. Batuan leleran dapat berbentuk kristal kecil, kristal besar, maupun bahan amorf. Contoh batuan leleran
adalah batu apung.
Batuan Korok
Batuan korok dapat disebut juga batuan gang. Batuan ini terbentuk di korok atau gang dengan proses
pendinginan batuan yang berlangsung lebih cepat. Batuan korok dapat berupa kristal kecil dan kristal besar.
Contoh batuan korok adalah granit fosfir.
Intrusive
Batuan intrusive terbentuk didalam maupun di bawah permukaan bumi. Batuan jenis ini merupakan bentuk dari
pembekuan magma kerak bumi sehingga memiliki bentuk dan tekstur kasar.
Ekstrusif
Batuan ekstrusif terbentuk di atas permukaan kerak bumi. Proses ini disebabkan proses pencairan magma di
dalam kerak bumi. Proses pembentukan batuan jenis ini terjadi lebih cepat dibandingkan jenis batuan intrusive.
Hal ini terjadi karena proses pembekuannya berada di permukaan bumi.
Hipabissal
Batuan hipabissal terbentuk oleh proses naik turunnya magma dalam mantel atau kerak bumi. Batuan ini
terbentuk antara batuan vulkanik dan plutonik.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk karena adanya endapan dengan struktur yang mudah lepas dan terbawa air, angin dan
es. Endapan yang menumpuk dan mengeras kemudian menjadi batuan. Proses pengerasan pada batuan sedimen
dinamakan pembaruan. Berikut adalah jenis – jenis batuan sedimen :
Batuan sedimen aeris (aeolis) dimana proses pengangkutan batuan ini dibantu oleh angin. Contoh tanah los,
tuf dan pasir gurun.
Batuan sedimen glasial dimana proses pengangkutannya melalui media perantara es seperti moraine
Batuan sedimen aquatis dimana batu – batu yang telah dierkatkan antara satu dan yang lain.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau dinamakan malihan adalah batuan hasil perubahan dari batuan beku dan endapan yang
terjadi akibat proses metamorphosis. Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada
sebelumnya yaitu protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau fisika yang cukup besar.
Pasalnya, protolith atau batuan asal akan dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius.
Cuaca dapat berubah-ubah dalam waktu singkat yaitu hanya beberapa jam saja dan ditandai dengan
perbedaan siang dan malam. Cuaca terjadi karena perbedaan suhu dan kelembaban udara yang terjadi antara
suatu tempat dengan tempat lainnya. Ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang cuaca adalah
meteorologi. Di Indonesia terdapat lembaga yang khusus mengamati cuaca yaitu Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang berpusat di Jakarta. BMKG bertugas untu mencatat dan mengamati
aktifitas udara, meliputi suhu dan tekanan udara, curah hujan, angin serta aktifitas awan. Selain berpusat di
Jakarta, BMKG juga memiliki stasiun-stasiun pemantau cuaca yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Iklim adalah kondisi atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas. Iklim sendiri
ditentukan berdasarkan perhitungan waktu yang biasanya mencapai 11 tahun hingga 30 tahun”.
Iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi wilayah tersebut, yang artinya
perbedaan iklim pada suatu daerah dipengaruhi oleh posisi relatif matahari terhadap daerah tersebut di planet
bumi.
Matahari adalah sumber energi sekaligus pengendali iklim bagi bumi, sehingga posisi relatif matahari
bisa menimbulkan gerak udara dan arus laut.
Bumi di bagian khatulistiwa lebih banyak menerima matahari. Sementara di kutub utara dan kutub
selatan, matahari hanya singgah sebentar. Selain itu, laut juga berpengaruh terhadap iklim. Laut menguasai 70
persen permukaan bumi. Sehingga, laut sangat berpengaruh terhadap iklim. Arus laut membawa air hangat ke
satu arah, dan air dingin ke arah yang lain. Perairan di permukiaan bumi menjaga suhu di sekitarnya tetap
sedang. Dengan adanya perairan, musim dingin tidak terlalu dingin, sedangkan musim panas tidak terlalu panas.
Angin juga menentukan iklim. Angin punya berbagai suhu dan kelembaban.
Setelah mengetahui pengertian dan perbedaan antara cuaca dan iklim, alangkah lebih baiknya kita juga
mengetahui unsur-unsur cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim mempunyai unsur-unsur yang sama, yaitu :
1. sinar matahari,
2. suhu,
3. kelembaban udara,
4. angin,
5. curah hujan dan
6. awan.
Pengetahuan mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari,
seperti pertanian, komunikasi, penerbangan, pelayaran dan perdagangan. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim:
1) Sinar Matahari
Unsur cuaca dan iklim yang pertama adalah sinar matahari. Matahari merupakan pusat dalam sistem tata
surya, dimana seluruh planet-planet di tata surya mengelilingi matahari. Proses planet bumi berputar pada
porosnya disebut rotasi, sedangkan proses bumi beredar mengelilingi matahari dikenal dengan istilah revolusi.
Kedua hal ini, baik rotasi maupun revolusi bumi berpengaruh bagi perubahan cuaca dan iklim.
Matahari akan memancarkan sinarnya ke segala sudut bumi dengan dibantu proses rotasi dan revolusi,
sehingga berpengaruh bagi cuaca dan iklim. Berbagai dampak perubahan iklim dan cuaca ini juga dibahas pada
buku Educomics Plants Vs Zombies: Cuaca Dan Iklim yang dikemas melalui ilustrasi sehingga lebih mudah
dimengerti.
2) Suhu
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer atau udara yang timbul
karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar
matahari.
Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan
sudut yang datangnya tegak lurus.
Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima
bumi.
Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya,
sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan. Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan
mempengaruhi panas yang diterima bumi.
Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi. Persebaran suhu atau
temperatur udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu persebaran horizontal dan vertikal.
3) Angin
Unsur cuaca dan iklim selanjutnya adalah angin. Angin adalah udara yang bergerak yang disebabkan adanya
perbedaan suhu pada suatu wilayah. Perbedaan suhu di bumi mengakibatkan perubahan tekanan udara dan
menyebabkan terjadinya angin. Tekanan udara di suatu daerah akan naik jika suhunya rendah, dan sebaliknya.
4) Awan
Unsur cuaca dan iklim selanjutnya adalah awan. Awan adalah titik- titik air atau kristal- kristal es halus di
atmosfer yang berkumpul menjadi satu. Udara dari permukaan bumi yang naik akan menjadi dingin, sehingga
menambah kelembapan udara. Udara akan mencapai titik jenuh dengan air dan menjadi awan ketika mencapai
ketinggian tertentu. Jumlah awan sangat dipengaruhi oleh perbedaan musim, misalnya musim kemarau jumlah
awan hanya sedikit, dan sebaliknya musim penghujan jumlah awan akan meningkat.
5) Kelembapan udara
Kelembapan udara merupakan unsur cuaca dan iklim selanjutnya. Kelembapan udara adalah jumlah uap air
yang terdapat di udara. Kelembapan udara berpengaruh bagi pengendapan air di dalam udara yang bisa
berbentuk awan, kabut, embun serta hujan. Kelembapan udara terdiri dari dua macam, yaitu kelembapan relatif
dan kelembapan absolut. Kelembapan udara pada suatu wilayah dapat diukur dengan menggunakan suatu alat
yang disebut hidrografi.
6) Curah hujan
Unsur cuaca dan iklim yang terakhir adalah curah hujan. Curah hujan merupakan tingkat intensitas hujan pada
suatu daerah. Proses terjadinya hujan diawali dengan penguapan air di sumber-sumber air, yaitu sungai, danau,
laut dan samudera. Uap air tersebut naik ke udara dan semakin meninggi terbawa angin dan berubah menjadi
awan. Lalu awan akan melepaskan kandungan airnya ketika mencapai titik jenuh. Arah hujan di suatu tempat
diukur dengan alat yang disebut obrometer.
Iklim
Iklim merupakan statistik cuaca dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dapat diukur dengan menilai
beberapa unsur, seperti pola variasi dalam suhu, tekanan pada lapisan atmosfer, curah hujan, kelembaban,
jumlah partikel atmosfer, pengaruh angin, dan variabel meteorologi lain yang ada di daerah tertentu dalam
jangka waktu lama.
1) Iklim Tropis
Iklim tropis ini terjadi di kawasan sekitar garis khatulistiwa atau equator seperti negara Indonesia. Pada iklim
tropis ini, cuaca terasa hangat sepanjang hari atau tidak terasa dingin. Sebagian iklim tropis lainnya yaitu hutan
hujan tropis yang memiliki curah hujan tinggi.
Inilah ciri kawasan yang berada di garis khatulistiwa. Sedangkan yang jauh dari garis khatulistiwa, kawasannya
lebih kering hingga gurun atau padang pasir.
2) Iklim Subtropis
Selain itu, ada iklim subtropis. Umumnya iklim ini berada pada lintang 20° sampai 40°. Wilayah iklim subtropis
juga memiliki musiman dan suhu harian yang beragam dari wilayah tropis. Misalnya di daerah mediterranean
seperti Italia dan Yunani, wilayah ini iklim yang hangat. Musim panasnya lebih kering, sementara musim
dinginnya hanya basah. Iklim subtropis memiliki curah hujan yang cukup atau sedang sepanjang tahunnya.
Iklim subtropis juga menghasilkan suhu musiman yang cukup beragam. Meski begitu, yang biasanya terjadi
adalah empat musim yaitu musim panas, musim dingin, musim semi, dan musim gugur
3) Iklim Sedang
Iklim sedang atau sering disebut iklim siklon bisa dijumpai pada bumi belahan utara atau bagian utara garis
khatulistiwa. Pada daerah ini, kutub yang dingin bertemu dengan wilayah yang udaranya hangat. Maka
hasilnya, hujan salju sering ditemui di daerah beriklim sedang ini.
4) Iklim Dingin
Iklim dingin tentunya semua wilayah sekitarnya sangat dingin. Wilayah ini berada di bagian kutub bumi, yaitu
kutub selatan dan kutub utara. Kedua wilayah ini memiliki musim dingin yang terjadi sepanjang tahun. Di
beberapa titik area Kutub, suhunya bahkan di bawah 0°C atau membeku. Sebagian tempat lain memiliki es dan
salju, dan lapisan tanah bagian bawahnya juga membeku.
Iklim di Indonesia :
Selain iklim secara umum yang ada di belahan dunia, Indonesia sendiri memiliki beberapa iklim, di
antaranya:
Biasanya wilayah Asia tenggara yang memiliki iklim tropika ini, sedangkan negara seperti Amerika Utara dan
Eropa memiliki iklim subtropis. Iklim tropis ini juga ada di Indonesia, iklim ini bersifat panas, jadi wilayah
Indonesia juga seringkali panas, yang menjadikan curah hujan naik atau hujan tropika.
3) Iklim Laut
Indonesia yang juga merupakan negara kepulauan, mempunyai banyak wilayah laut, hal ini mengakibatkan
terjadinya penguapan air laut menuju atmosfer, dan menjadi udara yang lembab, dan memiliki curah hujan yang
tinggi.
5) Iklim Pegunungan
Wilayah yang memiliki iklim pegunungan, biasanya udaranya lebih sejuk, dan sering turun hujan. Hujan yang
turun di daerah ini merupakan hujan orografis. Hal itu mengakibatkan banyak tumbuhan hidup dengan subur.
Cakupan wilayah dan pengamatan tentang cuaca lebih sempit dan terbatas, sedangkan cakupan wilayah dan
pengamatan iklim lebih luas.
Waktu pengamatan terhadap cuaca di suatu daerah dapat dilakukan selama 24 jam, sedangkan waktu
pengamatan iklim dilakukan selama kurun waktu 11-30 tahun.
Cuaca mempunyai sifat yang cepat berubah dan tidak stabil, sedangkan iklim mempunyai sifat yang stabil
dan sulit berubah.
Prediksi mengenai cuaca mudah dilakukan, sedangkan prakiraan iklim sulit dilakukan.
Contoh cuaca dalam kehidupan sehari-hari: Cuaca pagi hari di Yogyakarta hujan dan cuaca pada sore
hari diperkirakan cerah Cuaca siang hari di Jakarta mendung, tetapi tiba-tiba cuaca menjadi panas
Contoh iklim dalam kehidupan sehari-hari: Adanya perbedaan iklim tropis dan subtropis Indonesia dan
negara yang berada di garis lintang khatulistiwa memiliki iklim tropis. Negara dengan iklim subtropis
seperti Jepang dan Korea Selatan terdapat musim salju Nah, itulah pembahasan mengenai perbedaan cuaca
dan iklim beserta penjelasan dan contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat.