Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP GEOGRAFI

A. Konsep Ruang

Konsep geografi adalah kajian meliputi permukaan bumi sebagai planet serta variasi


cara hidup dan karaktersitik wilayah, pentingnya wilayah bagi manusia, serta pentingnya
lokasi untuk memahami suatu peristiwa sehingga kemudian nantinya terbentuk
berdasarkan pola abstrak yang berkaitan dengan gejala konkrit geografi.

Geografi pada hakekatnya merupakan studi yang mempelajari tentang persamaan


dan perbedaan fenomena geosfer berdasarkan sudut pandang kewilayahan serta
kelingkung , an dalam konteks keruangan. Sebagai salah satu bidang studi yang memiliki
peran penting dalam memahami kondisi planet bumi tentu saja geografi memiliki konsep
dasar yang dikenal pula dengan konsep esensial sehingga memungkinkan eksplorasi
untuk mengetahui hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan budaya yang
berada dalam ruang.

Dimana berbagai jenis konsep dasar geografi tersebut menyediakan kerangka kerja
yang digunakan geografer untuk menafsirkan dan merepresentasikan informasi tentang
dunia.  Komponen spasial dalam geografi selalu berkaitan dengan bagaimana susunan
kenampakan dalam struktur bumi. Konsep dasar yang dikenal konsep esensial geografi
sejatinya adalah serangkaian unsur yang penting dalam memahami fenomena geosfer
atau berbagai jenis kejadian geografi. Penjabaran terhadap konsep-konsep tersebut
tentusaja senantisa berkaitan dengan penyebaran relasi, fungsi, bentuk, dan proses yang
terjadi.

1
Adapun konsep dasar geografi menurut para ahli, diantaranya yaitu:

a. Nursid Sumaatmadja, Konsep geografi adalah suatu pola abstrak yang berkaitan
dengan gejala-gejala nyata tentang geografi sehingga dalam konsep geografi
tersebut terdapat nilai guna, keterkaitan ruang, interaksi, serta interdependensi.
b. N. Daldjoeni, Konsep geografi adalah bentuk penghargaan budayawi terhadap
bumi yang mencangkup konsep regional (wilayah), iri khusus keadaan wilayah,
lokalisasi, interaksi keruangan, skala wilayah, dan terkait dengan konsep
perubahan

1. Pengertian Ruang

Ruang adalah tempat yang memberikan kita hidup karena di dalamnya


terdapat unsur-unsur yang diperlukan untuk kehidupan. Karena itu, menurut
istilah geografi umum yang dimaksud dengan ruang (space) adalah seluruh
permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan,
binatang, dan manusia.

Sedangkan menurut istilah geografi regional bahwa ruang adalah suatu


wilayah yang mempunyai batasan geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik,
sosial, atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan
tanah dibawahnya, serta lapisan udara di atasnya. Menurut Sumaatmadja,
mengatakan bahwa wujud ruang dipermukaan bumi berbentuk tiga dimensi,
bentangannya berupa daratan dan perairan, sedangkan kearah vertikal berupa
lapisan udara, dalam ruang ini berlokasi benda hidup dan benda mati serta gejala-
gejala yang satu sama lainnya beriteraksi.

Ilmu geografi sangat menekankan eksistensi ruang sebagai pendekatan


kerangka analisisnya. Analisis keruangan (spatial) mempelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat – sifat penting atau serangkaian sifat-sifat penting. Ahli geografi
akan bertanya faktor – faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan
bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih
efektif dan efisien. Dengan kata lain, dalam analisis keruangan harus diperhatikan
adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua,

2
penyediaan ruang yang akan digunakan atau dimanfaatkan untuk pelbagai
kegunaan yang dirancang.

Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur


(spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus,
1997). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan
strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-
elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimpulkan dalam tiga
bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis
(line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada


permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu
dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1) What? Struktur ruang apa itu?

2) Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

3) When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?

4) Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

5) How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

6) Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur

Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan


manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu
dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

Dalam melakukan pendekatan terhadap gejala dan masalah, geografi akan


menggunakan pendekatan topik utama, biasanya mencari apa yang menjadi pusat
perhatian manusia. Misalnya di daerah tertentu topik yang menjadi perhatian

3
utama adalah kelaparan. Maka kelaparan inilah yang menjadi sorotan utamanya.
Artinya dapat dijuga dikatakan ruang di mana kelaparan berlangsung.
Kelaparan di daerah yang bersangkutan diungkapkan jenis-jenisnya,
sebab-sebabnya, penyebarannya, intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala
yang lain dan dengan masalah secara keseluruhan. Pokoknya hal-hal yang
berkenaan dengan topik kelaparan harus diungkapkan sedalam-dalamnya,
sehingga diperoleh deskripsi ruang geografi mengenai kelaparan tersebut.

Diharapkan bahwa pengungkapan topik kelaparan tadi berkenaan dengan


penyebarannya, interelasinya, deskripsi dan sebab-sebabnya, dapat
mengungkapkan masalah geografi di daerah bersangkutan secara lebih luas. Hal
yang sama dapat pula dilakukan terhadap topik-topik lainnya, seperti
pengangguran, erosi, kenakalan remaja, kekurangan air, industri, dan lain-lain
sebagainya.

Yang menjadi pegangan utama dalam melakukan pendekatan topik ini


yaitu bahwa tidak boleh dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi
wadah gejala atau topik yang kita dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusia
dan keadaan fisisnya tidak boleh diabaikan. Berdasarkan landasan keruangan ini,
kita akan dapat mengungkapkan karakteristik kelaparan di daerah/wilayah yang
bersangkutan bila dibandingkan dengan gejala atau kelaparan di daerah/ wilayah
yang lainnya.

Pada pendekatan keruangan lainnya, pendekatan utama diarahkan kepada


aktivitas manusianya (human activities). Pertanyaan utama pada jenis pendekatan
ini ialah bagaimana kegiatan manusia atau penduduk di suatu wilayah yang
bersangkutan? Jadi, hal-hal yang berkenaan dengan aktivitas penduduk itu
menjadi sorotan utama.

Pengungkapan aktivitas penduduk ini ditinjau dari penyebarannya,


interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala gejala lain yang berkenaan dengan
aktivitas tadi. Ditinjau dan penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis
aktivitas tadi sehubungan dengan matapencarian yang dilakukan penduduk.
Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah pegunungan, apakah di dataran rendah,

4
apakah dekat dengan sungai, apakah jauh dan sungai, apakah di pantai, dan
demikianlah seterusnya.

Dari penyebaran kegiatan penduduk tadi, kita akan dapat pula


mengungkapkan interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah, dengan keadaan
hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi, dengan keadaan tinggi-
rendah permukaan, dan dengan faktor-faktor geografi lainnya.

Dengan demikian, kita akan dapat pula membuat suatu deskripsi tentang
aktivitas penduduk tadi berdasarkan penyebarannya dalam ruang, dan berdasarkan
interelasi keruangannya dengan gejala-gejala lain serta dengan masalah sebagai
sistem keruangannya.

5
Gambar konsep ruang

2. Ruang menurut ekologi

Ekologi khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara


manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi atau
ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku pada bidang ilmu ini sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan geografi dalam memandang aspek ruang. Menurut ekologi,
ruang dipelajari, ditelaah dan dianalisis sebagai sesuatu gejala atau sesuatu
masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi.

Ruang menurut ekologi sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan


dan penyesuaian antara penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungannya
pada area atau daerah tertentu. Jadi dalam hal ini, interelasi manusia dengan alam
lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi, atau
dengan perkataan lain dengan menggunakan pendekatan ekologi.

Sebagai sebuah ekosistem, suatu ruang dipandang atau diarahkan kepada


hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alamnya.
Pada pendekatan ekologi suatu daerah pemukiman ditinjau sebagai suatu bentuk
ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan
alamnya. Demikian pula jika kita mengkaji daerah pertanian, daerah perindustrian,
daerah perkotaan dan lain-lain sebagainya.

6
Pendekatan ekologi pada studi geografi, bukan merupakan metode
pendekatan satu-satunya. Pendekatan ekologi ini merupakan metode pendekatan
pelengkap untuk melakukan pendekatan masalah yang tidak dapat didekati atau
ditelaah oleh metodemetode lainnya.

3. Ruang menurut ilmu wilayah

Berdasarkan konsep pewilayahan, ruang permukaan bumi dibatasi oleh


keadaan fisik, sosial, dan batas administrasi pemerintahan. Jika satu kesatuan alam
permukaan bumi menunjukkan ciri-ciri yang relatif sama maka dinamakan
sebagai ruang geografi (space). Ciri-ciri yang relatif sama tersebut misalnya
seragam dalam hal keadaan fisik permukaannya, kebudayaan masyarakatnya
mempunyai ciri yang khas, dan ruang tersebut menunjukkan suatu sistem
kehidupan dalam keterikatan yang kentara. Ruang geografi yang memiliki ciri
khas tertentu disebut wilayah (region).

Jadi apa bedanya antara ruang dan wilayah? Wilayah, sebagaimana yang
telah dijelaskan, merupakan kesatuan alam yang seragam dan/atau kesatuan
masyarakat dengan kebudayaan yang khas sehingga dapat dibedakan satu wilayah
dengan wilayah yang lain. Penamaan wilayah yang bersangkutan tentunya
bergantung pada satuan alam atau kesatuan budaya yang digunakan.

Dalam geografi, kesatuan wilayah dapat ditentukan berdasarkan pada


sejumlah region. Contoh region (wilayah) yang dicirikan unsur fisik antara lain
wilayah geologi (geological region), wilayah tubuh atau jenis tanah (soil region),
wilayah vegetasi (vegetation region), dan lain-lain; sedangkan wilayah yang
namanya didasarkan pada sosial-budaya manusia misalnya wilayah ekonomi,
wilayah sejarah, wilayah perkotaan, wilayah perdesaan, dan lain-lain.

Suatu wilayah dapat ditentukan dalam ukuran yang luas tetapi dapat pula
dalam ukuran yang lebih sempit tergantung dari kerincian dalam
mengindentifikasi kesamaan atau keseragamannya. Contoh wilayah yang luas
misalnya wilayah Asia Tenggara, Wilayah Eropa barat, Wilayah Amerika Latin,
Wilayah Afrika Tengah, dan lain-lain. Wilayah yang disebutkan di atas masing-

7
masing memiliki karakteristik yang khas. Relatif memiliki keseragaman budaya,
keseragaman tingkat peradaban, dan lain-lain sehingga jika diperbandingkan
antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya dapat dibedakan dengan jelas.

Dalam skala yang lebih kecil, ukuran wilayah dapat pula ditentukan. Di
Pulau Jawa memiliki wilayah-wilayah yang dapat dibedakan baik secara fisik
maupun sosialbudaya masyarakatnya. Secara fisik misalnya ada wilayah geologi
Banten, wilayah geologi Zone Bandung, dan lain-lain. Secara sosial-budaya kita
juga mengenal adanya wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa), wilayah Kebudayaan
Pasundan, Wilayah Kesultanan Yogyakarta, dan lain-lain. Pewilayahan macam itu
disebut pewilayahan secara formal (formal region) karena mengidentifikasi
wilayah dengan menunjukkan objek-objek yang ada pada wilayah tersebut.

Tidak semua wilayah dapat digambar pada peta tematik dengan tegas,
karena mengalami kesulitan dalam menarik garis yang sebenarnya. Contohnya
wilayah Pantura, merupakan wilayah yang relatif sulit ditentukan karena batas
wilayah Pantai Utara Jawa tidak seluruhnya memiliki ciri yang seragam atau
homogen. Wilayah Pantura hanya didasarkan pada suatu daerah yang dilalui oleh
jalan raya yang “kebetulan” menelusuri tepian pantai utara Pulau Jawa. Istilah
wilayah Pantai Utara Jawa menjadi sangat terkenal pada saat lebaran (Hari Raya
keagamaan) yang mudik memanfaatkan jalur jalan yang membentang dari Jakarta
hingga Surabaya.

Karena banyak orang yang mengalami kesulitan dalam penentuan batas


wilayah, maka umumnya akan diidentifikasi pada fungsi tertentu yang kemudian
dikenal dengan istilah kawasan. Kawasan industri artinya suatu wilayah yang
difungsikan atau dimanfaatkan untuk pengembangan sejumlah industri. Kawasan
perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kawasan perkampungan, pertanian,
kehitanan, dan lain-lain.

Selain wilayah formal, ada pula yang disebut wilayah fungsional (functional
region) atau wilayah nodus yaitu suatu bagian dari permukaan bumi, di mana
beberapa keadaan alam yang berlawanan memungkinkan timbulnya bermacam-

8
macam kegiatan, yang hasilnya berbeda dan saling mengisi dalam keperluan
kehidupan manusia, karena itu sering pula disebut wilayah organik.

Contoh wilayah fungsional misalnya di suatu wilayah lereng pada sebuah


gunung mulai dari lereng atas sampai dengan lereng kaki, disambung dengan
daerah dataran rendah hingga akhiurnya ke tepi sebuah pantai. Penduduk di lereng
atas hidup dari kehutanan, penduduk di lereng di bawahnya hidup dari
perkebunan, penduduk di lereng bawah hidup dari pertanian, penduduk yang
berada di dataran mungkin perkotaan dan hidup dari usaha pelayanan jasa,
sedangkan penduduk yang berada di tepian laut hidup sebagai nelayan.

Di antara mereka saling membutuhkan dan mengisi kekurangan masing-


masing. Untuk memenuhi kebutuhan hidunya nelayan akan “menyumbangkan”
lauk pauk ikan laut sedangkan dari petani akan membantu beras untuk dimasak
menjadi nasi. Kira-kira orang dari daerah pegunungan yang memiliki sayuran
akan menyumbangkan apa?

Dalam wilayah fungsional, semua komponen dapat diperhitungkan


peranan dan hubungan kegiatan antara komponen tersebut. Wilayah formal
sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat disebut “wilayah fungsional” asalkan
komponen yang berada dalam wilayah tersebut diperhitungkan keterkaitan dan
perannya masing-masing. Karena itu dalam wilayah fungsional, hal yang khas dari
ciri wilayah bukan didasarkan atas keseragaman atau kesamaannya (sebagaimana
pada wilayah formal) tetapi dalam wilayah fungsional; beberapa kegiatan yang
berbeda menjadi komponen-komponen yang menciptakan suatu sistem kehidupan
wilayah fungsional yang menciptakan suatu sistem kehidupan wilayah fungsional.
Kehidupan kota adalah wilayah fungsional karena kota tidak dapat “hidup” tanpa
ada daerah hinterland-nya (wilayah belakang yang menyediakan hasil-hasil
pertanian).

Menurut Jayadinata (1999), adanya wilayah formal dan fungsional dapat


memudahkan bagi para perencana untuk melakukan pendekatan dalam
mengembangan wilayah tersebut. Berdasarkan pembedaan wilayah tersebut,
dalam perencanaan wilayah dibagi dua pendekatan yaitu:

9
Pendekatan teritorial, untuk perencanaan suatu wilayah formal.
Perencanaan wilayah macam ini memperhitungkan mobilisasi terpadu dari semua
sumber daya manusia dan sumberdaya alam dari suatu wilayah tertentu yang
dicirikan oleh perkembangan sejarahnya. Sejarah dijadikan salah satu faktor yang
mengikat antar anggota masyarakat sehingga membentuk wilayah terirorial
tertentu. Perencanaan wilayah teritorial atau formal diarahkan untuk peningkatan
perkembangan untuk melayani aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang berada di
dalamnya. Perluasan wilayah dalam pengembangan wilayah formal akan dibatasi
oleh batas wilayah lain yang berbatasan.

Pendekatan fungsional, yaiu suatu perencanaan yang memperhitungkan


lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem
perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Dalam perencanaan akan
dikembangkan model-model perencanaan seperti model gravitasi, analisis
masukan-keluaran, pusat pertumbuhan, dan lain-lain. Perluasan wilayah
fungsional memperhitungkan dan mengambil manfaat dari keadaan wilayah lain
yang berbatasan dalam interaksi dan memenuhi kebutuhan yang tidak dimiliki
oleh masing-masing wilayah bersangkutan.

B. Bumi Sebagai Planet

Kondisi Bumi pada awal terbentuknya berbeda dengan kondisi sekarang. Pada
saat itu, bahan Bumi masih homogen atau seragam tanpa benua dan samudra.
unsur yang ada di dalamnya terdiir dari silikon, oksida besi, magma dan sebagian
kecil berupa unsur kimia lainnya. Pada awal pembentukan seluruh bagian planet Bumi
relatif dingin, namun lama kelamaan meningkat suhunya menjadi seperti saat ini.
Sejumlah ahli memberikan penjelasan dengan mengajukan tiga faktor penyebab
naiknya suhu di Bumi, yaitu karena adanya akresi, kompresi dan disintegrasi atau
penguraian unsur-unsur radioaktif. Akresi adalah penambahan panas karena bumi
dihujani oleh benda-benda angkasa. Energi dari benda-benda angkasa tersebut

10
berubah menjadi panas. Kompresi adalah proses pemadatan Bumi karena gaya
gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibanding bagian
luarnya. Tingginya suhu pada bagian inti Bumi mengakibatkan unsur besi mencair.
Sedangkan disintegrasi adalah proses penguraian unsur-unsur radioaktif seperti
uranium, thorium dan potasium, di mana pada saat proses penguraian diiringi dengan
proses pelepasan panas.

Gambar bumi sebagaoi pelanet

C. Cuaca Dan Iklim

Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif
sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur
cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang
hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap
jamnya. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi
wilayah yang luas.
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian,
khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan
dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan
suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari
kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca
dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau

11
meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam
jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu
pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-
gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di
atmosfer permukaan bumi.
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang
abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-
elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang.
Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup
memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman
serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu
berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun
penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti
penting.

Gambar cuaca dan iklim

D. Konsep Lokasi

Konsep lokasi atau sering disebut juga konsep letak adalah konsep utama sejak awal
pokok lokasi dibedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi
absolut adalah lokasi yang pasti di permukaan bumi yang dapat ditentukan dengan
sistem koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi tersebut mutlak dan tidak akan
berubah angka koordinatnya. Sedangkan lokasi relatif bersifat dinamis atau dalam ilmu
geografi disebut sebagai letak geografis dikaitkan dengan titik strategis suatu tempat.
Nilai tinggi rendahnya objek dipengaruhi oleh objek lain yang ada kaitannya dengan

12
objek pertama yang menjadi titik perhatiannya. Contoh lokasi relatif pada daerah yang
dingin orang-orang cenderung berpakaian tebal atau hangat.

Gambar konsep lokasi

E. Konsep Jarak

Konsep jarak berkaitan panjang satu objek dengan objek lain. Konsep jarak ini juga
terbagi menjadi dua yaitu jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut artinya jarak
dalam satuan tertentu atau jarak sebenarnya. Pada jarak relatif digambarkan dalam 3
peta, yaitu peta isokronik mengaitkan jarak dengan waktu; peta isofodik mengaitkan
jarak dengan biaya yang dikeluarkan; dan peta isotacik mengaitkan wilayah dengan
kecepatan angkut yang sama. Konsep jarak dihubungkan dengan keuntungan yang
diperoleh sehingga manusia cenderung memperhitungkan jarak. Contoh jarak relatif,
yaitu harga tanah naik jika dekat dengan pusat kota dibandingkan dengan harga tanah di
pedesaan.

F. Konsep Aksebilitas

Konsep geografi ini mengacu pada kemudahan untuk mencapai suatu objek yang
dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu wilayah. Keterjangkauan tergantung dari jarak
yang ditempuh dan yang diukur dengan jarak fisik, biaya, waktu, serta berbagai
hambatan medan yang dialami. Seiring majunya teknologi transportasi dan ekonomi
membuat keterjangkauan semakin tinggi sehingga jarak menjadi sangat singkat dan
dunia menjadi global yang lebih mudah dijangkau. Keterjangkauan yang rendah tentu

13
akan berpengaruh terhadap sulitnya pencapaian kemajuan dan mengembangkan suatu
wilayah. 

Contoh fenomena yang berkaitan dengan konsep keterjangkauan dalam kehidupan


sehari-hari adalah distribusi bahan pangan dari Kabupaten Pacitan ke Kota Malang lebih
mudah daripada distribusi bahan pangan ke Kabupaten Gunung Kidul.

G. Konsep Pola

Konsep ini mengacu pada susunan atau penyebaran fenomena pada ruang muka
bumi. Konsep pola merupakan bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau
interaksi alam dengan alam maupun sosial budaya. Contoh penerapan fenomena yang
berkaitan dengan konsep pola adalah pola pemukiman penduduk di wilayah pesisir
memanjang mengikuti alur garis pantai.

Gambar konsep pola

H. Konsep Morfologi

Konsep morfologi menjelaskan tentang daratan muka bumi adalah hasil penurunan
atau pengangkatan wilayah melalui proses geologi, seperti erosi dan sedimentasi.
Konsep morfologi ini juga berkaitan dengan bentuk lahan yang terkena erosi,
pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan tanah, dan ketersediaan air. Bentuk dataran
dengan kemiringan tidak lebih dari 5 derajat adalah wilayah yang cocok digunakan

14
untuk pemukiman dan usaha pertanian maupun usaha-usaha yang lain. Konsep
morfologi berhubungan dengan bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan
hubungannya dengan aktivitas manusia. Contohnya bentuk lahan akan terkait dengan
erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan lapisan tanah, ketersediaan air, dan
lain-lain.

Gambar konsep morfologi

I. Konsep Algomerasi

Konsep geografi ini adalah kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok


pada suatu wilayah. Konsep aglomerasi ini merupakan kecenderungan persebaran yang
bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan menguntungkan baik
mengingat kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Pola aglomerasi penduduk ini dibedakan menjadi tiga yaitu pola mengelompok, pola
tersebar secara acak dan pola tersebar teratur.

Contoh fenomena yang berkaitan dengan konsep aglomerasi adalah kecenderungan


pengelompokan tempat tinggal di kota bagi masyarakat yang berasal dari daerah yang
sama seperti fenomena kampung madura, kampung betawi, dan kampung-kampung
lainnya. 

J. Konsep Nilai Kegunaan

Konsep nilai kegunaan berhubungan dengan interaksi manusia dan lingkungan yang
memberikan suatu nilai penting pada aspek-aspek tertentu. Konsep ini dapat dilihat dari

15
ruang terbuka hijau suatu kota atau kawasan pemukiman mempunyai nilai kegunaan
dalam geografi.

K. Konsep Interaksi dan Interdependensi

Konsep interaksi merupakan hubungan timbal balik antar dua daerah atau lebih
yang dapat menghasilkan kenyataan baru, penampilan, dan masalah. Konsep interaksi
dan interdependensi menyatakan ketergantungan setiap wilayah dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri tetapi memerlukan hubungan dengan daerah lain sehingga
memunculkan hubungan interaksi (timbal balik) dalam bentuk arus barang, jasa,
komunikasi, persebaran ide, dan lain sebagainya. Contohnya, interaksi kota dan desa
terjadi karena adanya perbedaan potensi alam. Desa memproduksi bahan baku
sedangkan kota menghasilkan produk industri.

L. Konsep Diferensiasi Area

Konsep ini melihat dari kondisi fisik, sumber daya, dan manusia yang berbeda di
daerah atau wilayah. Berbagai gejala dan problem geografis yang tersebar dalam ruang
mempunyai karakteristik yang berbeda. Contoh dari konsep ini dapat dilihat dari
permasalahan perkotaan yang sejenis pada kota yang berbeda memerlukan alternatif
pemecahan masalah yang berbeda sesuai dengan karakteristik keruangannya.

M. Konsep Keterkaitan Kruangan

Geografi merupakan ilmu sintesis artinya saling berkaitan antara fenomena fisik dan
manusia yang mencirikan suatu wilayah dengan corak keterpaduan atau sintesis tampak
jelas pada kajian wilayah. Luasnya cakupan objek kajian geografi membawa akibat pada
pokok dan subpokok bahasan yang disajikan dalam pelajaran geografi di bangku
sekolah.

Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain atau
adanya saling keterkaitan antar wilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial
penduduknya. Contoh: apabila dikaji melalui peta maka terdapat konservasi spasial atau
keterkaitan wilayah antara wilayah A, B, C dan D. kekeringan dan kebanjiran di Jakarta
juga tidak lepas kaitannya dengan terjadinya pengalihan fungsi lahan di daerah hulu
sekitar kawasan Puncak-Cianjur.

16
17

Anda mungkin juga menyukai