Anda di halaman 1dari 236

Materi 10.

1 PENGETAHUAN DASAR
GEOGRAFI
Materi ini akan membahas tentang apa, dan bagaimana ilmu geografi mendekati obyek
kajiannya. ini adalah materi dasar untuk memahami geografi sebagai sebuah ilmu.
dengan memahami geografi orang akan lebih bijak memandang bumi dan alam semesta
sebagai ruang kehidupan. materi ini untuk membimbing pada memahahami pengetahuan dasar
geografi, dan bagaimana penerapan ilmu pengetahuan geografi dalam kehidupa sehari-hari.
Contents [hide]
 1 Ruang lingkup pengetahuan geografi.
 2 Objek studi dan aspek geografi.
o 2.1 Objek Studi
 2.1.1 Lithosfer
 2.1.2 Atmosfer
 2.1.3 Hidrosfer
 2.1.4 Biosfer
 2.1.5 Antorposfer
o 2.2 Aspek
 2.2.1 Aspek Fisik
 2.2.2 Aspek Sosial
 3 Konsep esensial geografi dan contoh terapannya.
o 3.1 Lokasi
o 3.2 Jarak
o 3.3 Morfologi
o 3.4 Keterjangkauan
o 3.5 Pola
o 3.6 Aglomerasi
o 3.7 Nilai Kegunaan
o 3.8 Interaksi dan Interdependensi
o 3.9 Diferensiasi Area
o 3.10 Keterkaitan Ruangan
 4 Prinsip geografi dan contoh terapannya.
o 4.1 Prinsip Penyebaran
 4.1.1 Contoh:
o 4.2 Prinsip Interelasi
 4.2.1 Contoh interelasi fisik dengan sosial:
 4.2.2 Contoh interelasi sosial dengan sosial:
 4.2.3 Contoh interelasi fisik dengan fisik:
o 4.3 Prinsip Deskripsi
o 4.4 Prinsip Korologi
 5 Pendekatan geografi dan contoh terapannya
o 5.1 Pendekatan Keruangan
o 5.2 Pendekatan kelingkungan
o 5.3 Pendekatan Kewilayahan
o 5.4 Bagikan ini:
o 5.5 Menyukai ini:

Ruang lingkup pengetahuan geografi.


Menurut Bintarto Geografi merupakan sebuah Ilmu mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala di permukaanbumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik
secarafisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan.
Daljeoni berpandangan bahwa Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan
manusia mencakup tiga hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam
hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala baik yang alami maupun manusiawai di
muka Bumi.
Pengertian Ilmu Geografi yang telah dikonvesikan dalam seminar dan lokakakrnya Ikatan
Geograf Indonesia (IGI) di Semarang pada tahun 1989, adalah:

“Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka
bumi) dengan sudut padang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam
konteks keruangan (space).”

Kesimpulalan penulis bahwa geografi merupakan cabang ilmu yang memilki gendre yang
unik karena di dalamnya menyangkut ilmu alam juga humaniora. objek-objek studi
ilmu geografi selalu beririsan dengan ilmu-ilmu lain baik ilmu alam atau ilmu sosial dan yang
membedakannya adalah pada pendekatannya. seperti dalam mempelajari hewan dan
tumbuhan geografi mendekatinya dengan kontek persebarannya, hubungannya dalam
ekosistem, serta geografi membagi perwilayahannya. Pada sudut pandang ini geografi jelas
berbeda dengan biologi atau kedokteran.

Objek studi dan aspek geografi.


Objek studi dan aspek geografi
Objek Studi
Objek studi geografi adalah terkait dengan apa yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan
geografi. Dua hal pertama objek material, yang kedua obejek formal.

Objek formal geografi menyangkut pendekatan geografi, antara lain, pendekatan keruangan,
kelingkungan atau ekologi, dan kewilayahan atau regional.
Objek material geografi adalah geogsfer. Geosfer menyangkut empat atau lima unsur. Litosfer,
Atmosfer, Hidrosfer, dan Biosfer yang di dalamnya termasuk Antroposfer.
Lithosfer
Lithosfer adalah kulit bumi dan bagian bagiannya. termasuk di dalamnya lapisan bumi, tenaga
yang mengubah bentuk muka bumi, dan kompleksitas permukaan bumi, serta
fenomena yang terjadi padanya.

Cabang ilmu geografi yang mempelajari fenomena ini adalah antara lain:
Geologi, Geomorpologi, Mineralogi, Seismologi, Vulkanologi, dll.

Atmosfer
Atmosfer merupakan bagian dari bumi yang menutupi bumi dari permukaan hingga
batas bumi dengan luar angkasa. di dalamnya termasuk fenomena iklim dan cuaca,
selubung ozon, pantulan gelombang elektormagnetik yang dimanfaatkan
untuk media komunikasi, serta pengaruh benda-benda angkasa yang dapat masuk ke bumi.

Ilmu yang mempelajar Atmosfer antara lain: Klimatologi, Geofisika, serta Meteorologi.

Hidrosfer
Hidrosfer adalah menyangkut lapisan air yang ada dipermukaan bumi atau di dalam bumi,
obejek ini sangat penting karena air mengisi lebih dari 70 persen permukaan bumi. Baik air
yang ada di darata, lautan, atau di bawah permukaan.

Ilmu yang mempelajari ini antara lain: Hidrologi dan Osenaografi.

Biosfer
Biosfer adalah lapisan makhluk hidup, menyangkut hewan dan tumbuhan terkait dengan ciri-
ciri pengelompokan dan persebarannya.

Cabang yang mempelajari biosfer adalah biogeografi.

Antorposfer
Anrofosfer adalah manusia yang meninggali bumi. Cabang ilmu geografi mempelajari lapisan
ini adalah ilmu-ilmu geografi sosial, dan gografi manusia, seperti Geografi Sosial, Geografi
Ekonomi, Geografi Politik, Geografi Pariwisata, Serta Geografi Penduduk.

Aspek
Aspek Fisik
Aspek fisik geografi mengkaji segala fenomena yang ada di geosfer yang tentunya dapat
mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. antara lain:

Aspek Topologi, membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu
wilayah, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri
khas tertentu.
Aspek Biotik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur vegetasi
(tetumbuhan atau flora, dunia binatang (fauna) dan kajian penduduk.
Aspek Non Biotik, membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur kondisi tanah,
hidrologi (tata air) baik perairan darat maupun laut dan kondisi iklim dari suatu wilayah.
Aspek Sosial
Membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur tradisi, adat-istiadat, komunitas,
kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga sosial.
Aspek Ekonomi, membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur pertanian,
perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan, transportasi dan pasar.
Aspek Budaya, membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur pendidikan,
agama, bahasa dan kesenian.
Aspek Politik membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan unsur ke pemerintahan
yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
Konsep esensial geografi dan contoh terapannya.
10 Konsep dasar geografi yang dirumuskan oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI):

Lokasi
Suatu tempat atau letak daerah di mana adanya keterkaitan suatu objek di muka bumi. Konsep
ini terbagi dua yaitu: Absolut dan relatif.

Tempat atau letak lokasi absolut dilihat dari garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut letak
atau tempatnya dapat dilihat dari garis lintang dan garis bujur. Keadaan lokasi absolut ini statis
karena berpedoman pada garis astronomi bumi, yang menyebabkan perbedaan iklim (garis
lintang) dan waktu (garis bujur).

Sedangkan lokasi relatif sangat penting karena lebih banyak kajiannya dalam geografi yang
biasa disebut dengan letak geografis. Lokasi ini bisa berubah-ubah sesuai objek yang ada di
sekitarnya.

Jarak
Konsep ini berperan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi juga politik. Jarak merupakan
hal yang cukup diperhitungkan oleh manusia karena berhubungan dengan keuntungan yang
didapat. Konsep ini terbagi dua yaitu: jarak mutlak dan relatif.

Jarak mutlak ialah lokasi yang dinyatakan dengan satuan ukuran meter maupun kilometer.

Sedangkan jarak relatif dinyatakan dalam bentuk lamanya perjalanan atau waktu yang
ditempuh.

Morfologi
Yang dimaksud dengan konsep morfologi adalah sebuah konsep yang menjelaskan mengenai
bentuk permukaan bumi sebagai hasil dari proses alam dan kaitannya dengan aktivitas atau
kegiatan manusia.

Contoh perjalanan dari Serang ke Garut melewati jalan yang berliku-liku dan melewati
perbukitan.

Contoh lain yaitu bentuk lahan akan berhubungan dengan erosi, ketersediaan-nya air,
pengendapan dan lainnya.
Keterjangkauan
Kemudahan dalam mengakses jarak yang ditempuh, tidak berkaitan dengan jarak yang
ditempuh jauh akan tetapi adanya sarana dan prasarana penunjang untuk memudahkan atau
mencapai jarak yang ditempuh.

Sebagai contoh daerah Lampung penghasil sawit dan karet dan Jakarta memiliki tempat
perindustrian untuk menghasilkan minyak. Kedua daerah tersebut saling berinteraksi melalui
sarana transportasi yang dapat dijangkau seperti mobil dan kapal untuk menghubungkan
keduanya berinteraksi.

Pola
Merupakan bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya atau alam dengan alam di mana
konsep pola ini berhubungan dengan persebaran fenomena di muka bumi.

Contohnya dalam pola aliran sungai yang dipengaruhi oleh kondisi geologi dan jenis batu pada
daerah aliran sungai tersebut.

Aglomerasi
Yang dimaksud konsep ini ialah adanya pengelompokan penduduk dan segala aktivitasnya di
suatu daerah atau wilayah.

Contohnya suatu penduduk biasanya cenderung berkumpul sesuai gendernya, ada daerah
perkampungan kumuh, perumahan elite, daerah pengrajin yang terbuat dari bambu rotan,
industri tekstil di Cilegon dan lain sebagainya.

Nilai Kegunaan
Konsep ini berkaitan dengan nilai guna, di mana manfaat maupun kelebihan yang dimiliki
suatu wilayah menjadi nilai tersendiri bagi wilayah lain yang bisa dikembangkan dan dapat
menunjang kesejahteraan suatu wilayah karena potensi yang dimiliki dari suatu wilayah
tersebut.

Sebagai contoh, suatu wilayah yang memiliki tempat yang sejuk dan memiliki pemandangan
alam yang indah bisa berpotensi untuk dijadikan tempat berwisata atau rekreasi. Begitu juga
dengan wilayah yang memiliki banyak lahan kosong bisa dijadikan tempat yang cocok untuk
membangun properti atau gedung.

Interaksi dan Interdependensi


Merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan realitas bahwa keberadaan suatu daerah
atau wilayah akan mempengaruhi daerah lain dan pada dasarnya suatu daerah tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya interaksi dari daerah lain. Sehingga
mengakibatkan adanya hubungan komunikasi, perdagangan ataupun migrasi.
Contohnya: pemasok tenaga kerja biasanya dari pedesaan dan sebagai pemasok bahan-bahan
produksi kebanyakan di kota. Atau sebaliknya tanaman padi tumbuh subur di area persawahan
di desa akan di distribusikan ke kota atau daerah yang membutuhkan.

Diferensiasi Area
Di mana konsep ini saling terkait yang memiliki ciri khas unik dari suatu wilayah. Konsep ini
membandingkan dua wilayah karena setiap wilayah memiliki ciri khas yang berbeda-beda
dengan bertujuan untuk menunjukkan perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah
lain.

Keterkaitan Ruangan
Yaitu suatu konsep yang menunjukkan tingkat keterkaitan suatu wilayah yang menyebabkan
terjadinya interaksi sebab-akibat di antar wilayah.

Contohnya seperti suatu daerah yang memproduksi beras mengalami gagal panen beras akan
mengakibatkan wilayah daerah lain mengalami kelaparan ataupun kekurangan bahan pokok
atau melambungnya harga beras di pasaran.

Contoh lain seperti terjadinya kebakaran di provinsi Riau mengakibatkan terjadinya polusi
udara di Singapura dan wilayah lain yang berdekatan.

Prinsip geografi dan contoh terapannya.


Prinsip Penyebaran
Prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta geografi dalam
peta serta mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. hal
tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak merata antara wilayah yang
satu dengan wilayah yang lain.

Contoh:
Wilayah rawan banjir di DKI Jakarta 30 persen berada di Jakarta timur, 20 persen di Jakarta
barat, 10 persen di Jakarta pusat, 20 persen di Jakarta selatan, dan 20 persen di Jakarta barat.

Prinsip Interelasi
Prinsip interelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik dan non fisik.
prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau fakta Geografi di suatu wilayah tertentu.

Contoh interelasi fisik dengan sosial:


Banjir di Jakarta sering kali diakibatkan oleh perilaku buruk warganya. Kebiasaan membuang
sampah ke sungai, mendirikan bangunan di bantaran kali.

Contoh interelasi sosial dengan sosial:


meningkatnya angka kemiskinan cenderung menumbuhkan perilaku kriminal di masyarakat.

Contoh interelasi fisik dengan fisik:


Tingginya curah hujan menyebabkan erosi dan tanan longsor.

Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang
gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi
dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik maupun tabel.

Prinsip Korologi
Ini disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala, fakta, dan
masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang.

Pendekatan geografi dan contoh terapannya


Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi
dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial
processess) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan ketampakan struktur, pola dan
proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen pembentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) ketampakan
titik (point features), (2) ketampakan garis (line features), dan (3) ketampakan bidang (areal
features).

Contoh dalam teks:

Minyak bumi banyak terdapat di daerah Cepu, Blora dan Cilacap di Jawa Tengah,
Sungai Gerong dan Plaju di Palembang, Dumai dan Sungai Pakning (Riau),
Tanjung Pura, Langkat (Sumatera Utara), Tarakan, Balikpapan dan Kutai
(Kalimantan Timur). Berbagai jenis hasil minyak bumi dimanfaatkan untuk
bermacam-macam keperluan seperti: avtur untuk bahan bakar pesawat terbang,
bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor, kerosin untuk bahan baku lampu
minyak, solar untuk bahan bakar kendaraan diesel, LNG (Liquid Natural
Gas) untuk bahan bakar kompor gas, oli ialah bahan untuk pelumas mesin, vaselin
ialah salep untuk bahan obat, parafin untuk bahan pembuat lilin, aspal untuk
bahan pembuat jalan.
baca lengkap di: Persebaran Barang Tambang di Indonesia dan Proses Geomorfik
Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi
pada lingkungan. Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan
manusia dengan lingkungan fisiknya. Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang
dikenal dengan Ekosistem. Salah satu teori dalam pendekatan atau analisis ekologi adalah teori
tentang lingkungan.

Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.
Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan
lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.

Contoh dalam teks:

Degradasi lingkungan hidup yang terjadi di Jakarta ditunjang pula oleh faktor
kurangnya “political will” dan kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan
kepentingan pelestarian lingkungan serta lemahnya penegakan hukum
(peraturan) di bidang yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
baca lengkap di: Tingkat Degradasi Lingkungan Hidup di Jakarta
Pendekatan Kewilayahan
Dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang
saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah
perpaduan antara keduanya.

Pendekatan kompleks kewilayahan ini mengkaji bahwa fenomena geografi yang terjadi di
setiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk karakteristik wilayah.
Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya interaksi suatu wilayah dengan wilayah lain
untuk saling memenuhi kebutuhannya. semakin tinggi perbedaannya maka interaksi dengan
wilayah lainnya semakin tinggi.***

Materi 10.2 PENGETAHUAN DASAR


PEMETAAN
Peta merupakan elemen sangat penting bagi ilmu geografi. Peta sudah dibuat manusia sejak
zaman Babilonia (2300 SM), dibuat dalam lempengan berbentuk tablet dari bahan tanah liat.
seiring perkembangan zaman peta turus mengalami transfomasi. di mesir (1292 – 1225 SM) peta
telah dibuat dalam gulungan kertas berbahan kulit. Orang mesir membuat peta untuk
menggambarkan persil-persil tanah pertanian dekat Sungai Nil. Peta yang lebih realistik di buat
oleh orang Yunani dengan sistem koordinat segi empat. Eratosthenes, meletakan dasar – dasar
ilmu geo desi dan kartografi. pengaruh ilmu ini cukup kuat higga muncul Peta – peta dunia
pertama yang di buat oleh Claudius Ptolemaeus di Alexandria.
Peta terus berkembang hingga saat ini, tidak hanya dari sisi keilmuan atau teknik
pembuatannya, bahan yang digunakan untuk menampilkan peta juga terus mengalami
perkembangan, Mulai dari peta pada tablet tanah liat, peta pada lembaran kertas yang ditulis
tangan, hinga sekarang peta pada screen monitor computer, smart phones, dan tablet modern.
Penggunaan peta juga semakin beragam. Peta sebagai basis informasi spasial, hingga peta
sebagai basis analisis spasial.
Contents [hide]
 1 Memahami dasar-dasar pemetaan, pengindraan jauh, dan SIG.
o 1.1 Pengertian peta
o 1.2 Komponen-komponen peta
o 1.3 Proyeksi Peta
 2 Mengetahui jenis peta dan penggunaanya.
o 2.1 Jenis Peta
 2.1.1 Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
 2.1.2 Peta Berdasarkan Sumber Datanya
o 2.2 Peta berdasarkan skala
 2.2.1 Peta berdasarkan tingkat kedetailan
o 2.3 Pengunaan dan pemanfaatan peta
 3 Memahami jenis-jenis citra pengindraan jauh dan interpretasi citra
o 3.1 Pengertian pengindraan Jauh
o 3.2 Komponen Pengindraan Jauh
 3.2.1 Sumber tenaga
 3.2.2 Atmosfer
 3.2.3 Sensor
 3.2.4 Objek
 3.2.5 Pengguna
o 3.3 Jenis-jenis citra pengindraan jauh
o 3.4 Resolusi Citra
 3.4.1 Resolusi Spasial
 3.4.2 Resolusi Spektral
 3.4.3 Resolusi Radiometrik
 3.4.4 Resolusi Temporal
o 3.5 Interpretasi Citra
 3.5.1 Unsur Interpretasi Citra
o 3.6 Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh
 4 Menjelaskan secara teoritis pengolahan data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG)
o 4.1 Pengertian SIG
o 4.2 Komponen-komponen SIG
o 4.3 Data SIG
o 4.4 Simtem Kerja SIG
o 4.5 Pemanfaatan SIG
o 4.6 Jenis-jenis saletit pengindraann jauh
o 4.7 Bagikan ini:
o 4.8 Menyukai ini:

Memahami dasar-dasar pemetaan, pengindraan


jauh, dan SIG.
Pengertian peta
Agar sampai pada pengertian peta coba perhatikan persamaan dan perbedaan antara peta,
globe, dan denah di bawah ini.

Bidang Penggunaan
JENIS Informasi
Gambar Skala

Peta Bentuk muka bumi Datar Dengan skala

Globe Bentuk muka bumi Bola Dengan skala

Denah Bentuk muka bumi Datar Tanpa skala


Peta adalah gambar muka bumi sebagian atau seluruhnya pada bidang datar, yang diperkecil
menggunakan skala. (International Cartographic Association (ICA). Peta dengan globe dan
denah memiliki persamaan yaitu sama-sama menggambarkan muka bumi, perbedaannya peta
dan denah pada bidang datar globe pada bidang bola, peta dan globe memiliki skala sedang
denah tidak.

Komponen-komponen peta
Continue reading: Komponen-komponen peta

Beberapa komponen yang ada pada peta digunakan untuk memperjelas informasi peta antara
lain:
Judul Peta, judul peta menggambarkan informasi tentang isi peta, dan peruntukan pembuatan
peta.
Tanda Orientasi untuk menunjukkan arah mata angin, biasanya arah utara ke atas dengan
simbol tanda panah.
Skala peta, ada tiga jenis skala peta, (1) skala angka, (2) skala grafis, dan (3) skala verbal.
Lettering, atau tulisan pada peta.
Legenda, berisi keterangan simbol yang digunakan pada peta
Simbol peta, ada tiga jenis simbol peta, (1) simbol titik, biasanya digunakan untuk menandai
suatu lokasi (2) simbol garis, untuk menunjukkan bentuk-bentuk objek yang linier, seperti
jalan, sungai, atau batas wilayah, (3) simbol area, untuk menandakan wilayah yang memiliki
luas.
Garis koordinat untuk menunjukkan lokasi absolute suatu tempat pada garis lintang (paralel)
dan garis bujur (meridian) bumi.
Lembaga pembuat, data ini penting untuk menunjukkan kredibelitas sebuah peta
Peta inset adalah peta lain dengan sekala yang berbeda yang dimunculkan pada peta induk
Sumber peta, biasanya peta disusun atas berbagai sumber informasi.
Garis tepi, salah satu perbedaan peta dengan lukisan adalah peta selalu menggunakan garis
tepi
Tahun pembuatan, data ini untuk menunjukkan aktualitas peta.
Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah metode untuk menggambar bentuk muka bumi dari bidang lengkung ke
bidang datar. Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh
terabaikan, yaitu: (1) peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (2) peta harus equidistan, yaitu peta harus
mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah
dikalikan dengan skala. (3) peta harus konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada
peta harus dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.
Ada tiga jenis proyeksi dasar dalam menggambar peta, yaitu:

Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital

Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar, zenital (normal) bila bidang
datar menyentuh bola bumi pada titik kutub bumi. zenital (transversal) jika bidang datar
menyentuh bumi pada salah satu titik di ekuator. zenital (obliq) jika bidang datar menyentuh
bumi pada salah satu titik di lintang tengah.
Proyeksi zenital normal sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun akan
mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk menggambarkan daerah yang
berada di sekitar khatulistiwa.

Proyeksi Kerucut

Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Kerucut (normal) bila garis tengah
kerucut menyentuh bola bumi pada salah satu garis lintang tengah bumi. Kerucut
(transversal) jika garis tengah kerucut menyentuh bumi pada salah satu garis meridian
bumi. Kerucut (obliq) jika kerucut menyentuh bumi pada secara menyilang.
Proyeksi kerucut normal sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada pada
lintang tengah seperti pada negara-negara di Eropa.

Proyeksi Silinder

Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Silinder (Normal) jika lingkaran
tengah silinder menyentuh bumi pada equator, Silinder (transversal) jika lingkaran tengah
silinder menyentuh bumi pada garis meridian. Silinder (obliq) bila lingkaran tengah silinder
ditempatkan menyilang dari garis lintang dan bujur bumi.
Proyeksi silinder normal sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah
khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang berada di lintang
sedang hingga sekitar kutub.

Mengetahui jenis peta dan penggunaanya.


Jenis Peta
Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
1. Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau
budaya.
2. Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema
tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta
persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
Peta umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

 Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.
Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur.
Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
ketinggian yang sama.
 Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.
 Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan
wilayah yang sangat luas.
Peta Berdasarkan Sumber Datanya
1. Peta turunan (Derived Map)yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah
ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
2. Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta berdasarkan skala
1. Peta kadaster (sangat besar) adalah peta yang berskala > 1: 100 sampai > 1: 5000. Contoh:
Peta pertanahan, Peta Pertambangan
2. Peta besar adalah peta yang berskala > 1: 5000 sampai > 1: 250.000. Contoh: peta
kecamatan/kabupaten
3. Peta sedang adalah peta yang berskala > 1: 250.000 sampai > 1: 500.000. Contoh: peta
provinsi
4. Peta kecil adalah peta yang berskala > 1: 500.000 sampai > 1: 1.000.000. Contoh: peta negara
5. Peta geografis (sangat kecil) adalah peta yang berskala > 1: 1.000.000 ke bawah. Contoh:
Peta benua/dunia
Peta berdasarkan tingkat kedetailan
1. Peta detail, peta yang skalanya > 1:25.000
2. Peta semi detail, peta yang skalanya > 1:50.000
3. Peta tinjau, peta yang skalanya > 1:250.000
Pengunaan dan pemanfaatan peta
Secara umum penggunaan peta terbagi dua: Pertama peta sebagai basis informasi, pengguna
peta menggunakan peta sekedar membaca informasi yang terdapat pada peta terkait dengan
lokasi, jarak, atau area yang tergambar pada peta. contohnya seorang pengguna Trans Jakarta
memperharikan peta rute bus agar tidak salah naik bus.
Kedua peta sebagai basis analisis, informasi yang terdapat pada peta digunakan untuk
menghitung, memprediksi, memanipulasi, sehingga peta memiliki kemanfaatan yang luas.
contohnya ojek online menggunakan peta untuk menghitung berapa ongkos yang harus
dibayarkan oleh konsumennya.
Memahami jenis-jenis citra pengindraan jauh dan
interpretasi citra
Pengertian pengindraan Jauh
Menurut LILLESAND dan KIEFER, 1986 Pengindraan jauh adalah ilmu untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, wilayah atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek, wilayah yang dikaji.

Penjelasan lain menerangkan bahwa pengindraan jauh adakah ilmu untuk medapatkan
informasi mengenai permukaan bumi yang diambil dari jarak jauh CAMPBEL,1994

Komponen Pengindraan Jauh


Ada lima komponen pengindraan jauh. Yaitu:

Sumber tenaga
Dalam pengindraan jauh harus ada tenaga untuk memantulkan atau memancarkan objek di
permukaan bumi. Tenaga yang digunakan adalah tenaga elektromagnetik, dengan sumber
utamanya adalah matahari. Tenaga lain yang bisa digunakan adalah sumber tenaga buatan,
sehingga dikenal adanya pengindraan jauh sistem pasif dan pengindraan jauh sistem aktif.
Pengindraan Jauh Sistem Pasif, Pada pengindraan jauh sistem pasif, tenaga yang
menghubungkan perekam dengan objek di bumi dengan menggunakan tenaga alamiah yaitu
matahari (dengan memanfaatkan tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya bisa
dilakukan pada siang hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Pengindraan Jauh Sistem
Aktif, Pada pengindraan jauh sistem aktif, perekamannya dilakukan dengan tenaga buatan
(dengan tenaga pancaran), sehingga memungkinkan perekamannya dapat dilakukan pada
malam hari maupun siang hari, dan di segala cuaca.
Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar
matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua spektrum
elektromagnetik mampu menembus lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil saja yang mampu
menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan gas. Hambatan
atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan hamburan. Hamburan adalah pantulan ke segala
arah yang disebabkan oleh benda-benda yang permukaannya kasar dan bentukannya tidak
menentu, atau oleh benda-benda kecil lainnya yang berserakan. Bagian dari spektrum
elektromagnetik yang mampu menembus atmosfer dan sampai ke permukaan bumi disebut
jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak
yang dibatasi oleh gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.

Sensor
Sensor berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek.
Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan resolusi spasial.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.
1) Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebagai
detektornya yang bekerja pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik
adalah bentuk foto udara.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi
pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar X sampai gelombang radio dengan pita
magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor elektrik ini adalah dalam
bentuk citra.
Objek
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke
sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak lebih cerah,
sedangkan objek yang pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak gelap.
Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi menjadi tiga variasi, yaitu:
 variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah dan
gelap,
 variasi spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran,
tinggi, serta panjang, dan
 variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.
Pengguna
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh pengguna data.
Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil pengindaraan jauh juga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan
data dari sistem pengindraan jauh. Data yang sama dapat digunakan untuk mencari info yang
berbeda bagi pengguna (user) yang berbeda pula. Berdasarkan kerincian, keandalan, dan
kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh akan menentukan dapat diterima atau tidaknya
data pengindraan jauh oleh pengguna (user).

Jenis-jenis citra pengindraan jauh


Proses penginderaan jauh akan menghasilkan hasil keluaran atau yang dinamakan sebagai
citra. Citra dapat kita bagi menjadi dua macam yakni Citra Foto dan Citra Nonfoto.
Citra Foto, merupakan gambaran suatu objek dari hasil proses pemotretan udara yang
biasanya menggunakan pesawat udara. Hasil ini lebih sering kita sebut sebagai foto udara. Citra
foto sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni:
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
 Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ini akan menghasilkan warna
yang sangat kontras sehingga cocok untuk membedakan antara dua zat, misalnya untuk
melihat tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan aspal dll.
 Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
tampak disekitar warna biru hingga sebagian warna hijau (sekitar 0,4 – 0,56 mikrometer).
Dari sini banyak objek yang bisa nampak jelas dan bisa melihat objek di bawah permukaan
air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini sangat cocok untuk mempelajari
daerah pantai.
 Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum cahaya
tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek akan sama dengan kepekaan mata. Foto
pankromatik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pankromatik hitam-putih dan foto
infra merah.
 Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama seperti warna aslinya.
Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas, sumber kebakaran hutan (titik api),
perencanaan kota dll.
 Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia militer, pertanian atau perkebunan (untuk
membedakan tumbuhan yang sehat dengan yang sakit).
Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi
 Foto tegak merupakan foto yang diambil tegak lurus terhadap permukaan bumi atau sekita 0
sampai 10 derajat.
 Foto miring merupakan foto yang diambil dengan sudut minimal 10 derajat terhadap
permukaan bumi. Nah, foto miring/condong ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
foto agak condong (cakrawala masih nampak) dan foto sangat condong (cakrawala tidak
tampak).
Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
 Foto tunggal yaitu foto yang dibuat menggunakan kamera tunggal.
 Foto jamak yaitu foto yang dibuat lebih dari satu pada saat waktu yang sama di daerah lokasi
yang sama.
Berdasarkan Warna yang Digunakan
 Foto bewarna semu akan menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya.
 Foto bewarna asli akan menghasilkan seperti warna objek aslinya.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
 Foto udara merupakan foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara.
 Foto satelit atau foto orbital merupakan foto yang dibuat dari satelit.
Citra nonfoto merupakan citra yang diambil menggunakan sensor, biasanya menggunakan
satelit. Dan istilah yang dikenal yaitu citra satelit. Citra nonfoto dapat kita bedakan menjadi tiga
jenis yaitu:
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
 Citra infra merah termal merupakan citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal.
Perbedaan warna disebabkan karena adanya perbedaan suhu antar objek.
 Citra radar dan citra gelombang mikro merupakan citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro.
Berdasarkan Sensor yang Digunakan
 Citra tunggal merupakan citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
 Citra multispektral merupakan citra yang dibuat dengan sensor jamak.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
 Citra dirgantara (Airborne image) merupakan citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara).
 Citra satelit (Satellite/Spaceborne Image) merupakan citra yang dibuat dari antariksa atau
angkasa luar.
Sumber: baca di sini
Resolusi Citra
Ada empat jenis resolusi citra antra lain:

Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa
dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Pada
potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yag bisa
dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Garis
film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi)
dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan
resolusi yang lebih tinggi.
Resolusi spasial dari citra non-fotografik (yang tidak menggunakan film) ditentukan dengan
beberapa cara. Paling umum digunakan adalah berdasarkan dimensi dari instantaneous field of
view (IFOV) yang diproyeksikan ke bumi. IFOV ini merupakan fungsi dari ukuran detektor,
tinggi sensor dan optik. Pada sensor digital seperti generasi Landsat dan SPOT, sensor
merekam kecerahan semua obyek yang ada di dalam IFOV. Kecerahan adalah jumlah radiasi
yang dipantulkan atau diemisikan dari permukaan bumi. Dengan kata lain, IFOV adalah suatu
areal pada suatu permukaan bumi yang memiliki nilai campuran kecerahan yang dapat diukur.
Nilai kecerahan suatu pixel diperoleh dari BV-nya IFOV, namun ukuran pixel bisa lebih kecil
atau lebih besar dari ukuran IFOV, tergantung dari bagaimana BV tersebut disampel (direkam)
sensor.
Perlu diperhatikan bahwa resolusi spasial dari suatu sistem cocok untuk suatu kepentingan
tertentu sehingga obyek di permukaan bumi tidak hanya bisa dideteksi (detectable) tapi juga
diidentifikasi (recognizable) dan dianalisis. Detectability adalah kemampuan dari sistem
penginderaan jauh untuk merekam keberadaan suatu obyek atau feature dalam suatu bentang
alam. Sebagai contoh, jalan aspal yang walaupun mempunyai ukuran lebih kecil dari resolusi
spasialnya, tetapi dapat juga direkam oleh sensor karena memberikan kontras (BV) yang
tinggi. Recognizability adalah kemampuan dari seorang interpreter untuk mengidentifikasi
suatu obyek yang dideteksi oleh sensor.
Resolusi Spektral
Resolusi spektral diartikan sebagai dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang
dimiliki oleh sensor. Sebagai contoh, potret hitam-putih memiliki resolusi yang lebih rendah
(0,4 mikro meter – 0,7 mikrometer) dibandingkan dengan Landsat TM band 3 (0,63
mikrometer – 0,69 mikrometer). Dengan jumlah band-band sempit yang banyak maka pemakai
atau peneliti dapat memilih kombinasi yang terbaik sesuai dengan tujuan dari analisis untuk
mendapatkan hasil yang optimal. TM mempunyai 7 band dengan lebar setiap band-nya yang
sempit tetap rentang band yang digunakan lebar (mulai band biru sampai band termal),
sedangkan SPOT 5 mempunyai 4 band dengan rentang dari band hijau sampai dengan
inframerah sedang, ini berarti bahwa TM memiliki resolusi spektral yang lebih baik
dibandingkan dengan SPOT.

Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik adalah ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang
dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek permukaan bumi. Sebagai contoh, radian pada
panjang gelombang 0,6 – 0,7 mikrometer akan direkamoleh detektor MSS band 5 dalam
bentuk voltage. Kemudian analog voltage ini disampel setiap interval waktu tertentu (contoh
untuk MSS adalah 9,958E-6 detik) dan selanjutnya dikonversi menjadi nilai integer yang
disebut bit. MSS band 4, 5, dan 7 dikonversi ke dalam 7 bit sehingga akan menghasilkan 128
nilai diskrit yang berkisar dari 0 sampai 127. MSS band 6 mempunyai resolusi radiometrik 6 it
atau nilai integer diskrit antara 0 – 63. Generasi kedua data satelit seperti TM, SPOT, dan
MESSR mempunyai resolusi radiometrik yang lebih tinggi akan memberikan variasi informasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan citra yang mempunyai resolusi radiometrik yang lebih
rendah.
Resolusi Temporal
Pertimbangan resolusi ini menjadi penting ketika penginderaan jauh dibutuhkan dalam rangka
pemantauan dan atau deteksi obyek permukaan bumi yang terkait dengan variasi musim
(waktu). Dalam bahasa sederhananya, resolusi temporal adalah interval waktu yang
dibutuhkan oleh satelit untuk merekam areal yang sama, atau waktu yang dibutuhkan oleh
satelit untuk menyelesaikan siklus orbitnya. Resolusi temporal adalah frekuensi suatu sistem
sensor merekam suatu areal yang sama. Sebagai contoh, Landsat TM mempunyai
ulangan overpass 16 hari, SPOT 26 hari, JERS-1 44 hari, NOAA AVHHR 1 hari, dan IRS 22 hari.
Untuk areal yang luas dan interval waktu yang singkat, citra inderaja dapat memberikan
informasi yang sangat berharga. Ini sangat bermanfaat dalam kegiatan pemonitoran jangka
pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi, beberapa satelit mempunyai kemampuan untuk
melakukan perekaman dengan posisi di luar garis orbitnya dengan variasi waktu berkisar
anatara satu sampai lima hari. Oleh karena itu, resolusi temporal yang aktual sangat
bergantung pada jenis sensor, lebar overlap antar jalur rekam dan ketinggian satelit.

Sumber: baca di sini


Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. (Estes dan Simonett dalam
Sutanto, 1994:7), Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian
kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu:
(1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat
obyek yang bukan air.
(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan
keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, obyek yang
tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu motor.
(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan mengamati jumlah
penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut perahu motor yang berisi
dua belas orang.
Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai
citra tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap
dibandingkan unsur interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi
citra terdiri :

Rona dan Warna, Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.
Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut merupakan lokasi
semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang
berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan
warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah
yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna
hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
Bentuk, Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu
obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk
persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.
Ukuran, Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran
meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar
lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa
membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan
ukurannya.
Tekstur, Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan
digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda.
Pola, atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Bayangan, sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan
karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek
menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi
objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan
melihat banyangannya.
Situs. Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di
sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu
obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk
melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya.
Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya
hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun
kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien
miring/pegunungan.
Asosiasi, Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi
adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis
pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan
sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya
menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra
yang digunakan, maka semakin menciut lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan
obyek dengan cara ini disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of
evidence).

Sumber: Baca di sini


Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh
Pada saat ini, pemanfaatan jasa penginderaan jauh cenderung meningkat. Kebutuhan manusia
terhadap pentingnya data dan informasi yang akurat tentang permukaan bumi, telah menjadi
pemicu bagi perkembangan dan kemajuan teknologi penginderaan jauh tersebut.
Pemanfaatan jasa penginderaan jauh dalam berbagai sektor kehidupan dewasa ini, antara lain
sebagai berikut.
Bidang meteorologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:
 mengamati iklim suatu daerah, yaitu melalui pengamatan tingkat perawanan dan kandungan
air dalam udara.
 membantu analisis cuaca dan peramalannya, yaitu dengan menentukan daerah tekanan
tinggi dan daerah tekanan rendah.
 mengamati sistem pola angin permukaan.
 memetakan data meteorologi dan klimatologi.
Bidang hidrologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
 pemantauan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
 pemetaan luas daerah dan intensitas banjir.
 mengamati kecepatan aliran sungai.
 mengamati arah aliran sungai.
Bidang oceanografi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:
 pengamatan pasang surut dan gelombang air laut;
 studi perubahan pantai, abrasi, dan sedimentasi;
 pemetaan potensi sumber daya laut.
Bidang geologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
 penentuan struktur batuan suatu wilayah;
 pemantauan wilayah bencana;
 pemetaan daerah gunung api.
Bidang geomorfologi
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
 mengamati bentuk, panjang, dan arah lereng;
 mengamati kekasaran lereng;
 mengamati gerak massa batuan;
 mengamati beda ketinggian;
 mengamati bentuk lembah.
Bidang pertanian
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
 mengetahui jenis tanah;
 mengetahui sifat fisik tanah;
 mengetahui tanaman yang terserang hama;
 mengetahui kandungan air dalam tanaman.
Bidang perencanaan
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
 menentukan arah pengembangan suatu wilayah;
 menentukan lokasi pembangunan;
 menentukan model pengembangan suatu wilayah.
Sumber: baca di sini
Lebih lengkap tentang materi ini: baca di sini
Menjelaskan secara teoritis pengolahan data dalam
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengertian SIG
Menurut sumber Esri (1990), bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kumpulan
terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (Prahasta,
Eddy. 2006)

SIG adalah sistem untuk mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan analisis
data spasial (keruangan) serta data non- spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai
informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil,
pengelolaan maupun kebijaksanaan.
Berikut adalah beberapa keuntungan penggunaan SIG (Hanafi. 2011)
SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan,
menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan perbaikan
data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan. SIG dengan
mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk menampilan informasi-
informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada
sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya. SIG memiliki kemampuan untuk
menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi menjadi beberapa layer data
spasial, dengan layer permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali.
Komponen-komponen SIG
Ada lima komponen SIG, masing-masing memiliki peranan yang vital bagi berjalannya
SIG. Antara lain:
1. Daya Manusia (user), Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan,
karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi
manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu
analisa yang dibutuhkan.
2. Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem informasi
geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan
penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen
yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah tools untuk melakukan input dan
transformasi data geografis, sistem manajemen basis data, tools yang mendukung query
geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan
akses pada tools geografi.
3. Hardware, Sistem informasi geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang
sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal ini
disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya membutuhkan
ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan
processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam sistem informasi
geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.
4. Aplikasi sistem informasi geografis dalam proses perencanaan, Sistem informasi
geografis sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan
manajemen sumber daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya.
keunggulan sistem informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang tersebut
adalah karena kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut
sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.
5. Data, Hal yang merupakan komponen penting dalam sistem informasi geografis adalah data.
Secara fundamental sistem informasi geografis bekerja dengan dua tipe data yaitu data
vektor dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut
sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah,
data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya.
Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular.
Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan
bumi, sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis
tersebut (Pahlevy. 2010.)
Sumber: baca di sini
Data SIG
Data dalam SIG terdiri dari dua jenis data, yaitu data spasial dan data atribut.

Data spasial
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi. Data
spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi dan proyeksi seluruh
fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa fenomena alamiah dan buatan
manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi yang ada di peta merupakan representasi
dari obyek di muka bumi.Adapun data spasial ini memiliki tiga bentuk data yaitu: (1) Titik
(dot) Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suatu obyek. Titik tidak
mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol baik pada peta maupun
dalam layar monitor. Contoh : Lokasi Fasilitasi Kesehatan, Lokasi Fasilitas Kesehatan, dll. (2)
Garis (polyline). Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan
merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh : Jalan Raya, Sungai, dll. (3) Area
(polygon) Area merupakan representasi obyek dalam dua dimensi. Contoh : Danau, Wilayah
Kecamatan, dll.
Data Atribut
Data atribut merupakan data yang mempresentasikan aspek-aspek deskripsi/penjelasan dari
suatu fenomena di permukaan bumi dalam bentuk kata-kata, angka, atau tabel. Data atribut
berfungsi untuk menggambarkan gejala topografi karena memiliki aspek deskriptif dan
kualitatif. Oleh karena itu, data atribut sangat penting dalam menjelaskan seluruh objek
geografi. Contohnya, atribut kualitas tanah terdiri atas status kepemilikian lahan, luas lahan,
tingkat kesuburan tanah dan kandungan mineral dalam tanah.
Data atribut bisa berupa data kuantitatif (angka) seperti data jumlah penduduk dan dapat
berupa data kualitatif (mutu) seperti data tingkat kesuburan tanah.
Sumber: baca di sini
Simtem Kerja SIG
Dalam menyusun sebuah sistem, kita memerlukan beberapa tahapan. Tak terkecuali dalam
menyusun sistem informasi geografis ini. Diperlukan beberapa tahapan untuk dapat
menghasilkan suatu hasil yang dituju. Dalam menyusun sistem informasi geografis, setidaknya
melewati 5 tahapan yang terdiri atas tahap memasukkan data, tahap pengelolaan data, tahap
manipulasi dan analisis data, tahapan keluaran data, dan tahap penggunaan data. Tahapan-
tahapan ini akan kita jelaskan lebih jelasnya satu per satu.

1. Tahap memasukkan data


Tahap pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem informasi geografis adalah tahap
memasukkan data. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa data merupakan kumpulan dari
informasi- informasi yang diperlukan. Maka dari itulah sifat data adalah sangat penting. Data
perlu dimasukkan agar terekam dalam sistem sehingga dapat diolah dan menghasilkan suatu
output yang dapat digunakan. Data yang dimasukkan dalam tahapan ini terdiri atas akuisisi
data dan proses awal. Data awal yang dibutuhkan disebut dengan database. Database
merupakan data yang dikumpulkan selama survei dimasukkan dalam komputer atau peta- peta
yang telah ada dilarik secara optik dan dimasukkan dalam komputer. Database ini bisa
digunakan lebih lanjut, dan dapat diperoleh dari penelitian lapangan, kantor pemerintahan,
peta, serta data citra penginderaan jauh. Sementara bentuk datanya sendiri telah kita bahas
dalam komponen data diatas, yakni data spasial dan data atribut. Dalam tahap memasukkan
data terdapat proses yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:

 Digitatasi
 Editing
 Pembangunan topologi
 Transformasi proyeksi
 Konversi format data
 Pemberian atribut
Dalam melakukan proses input data, tentu sifat yang diperlukan adalah kehati- hatian dan juga
kejelian supaya tidak ada yang keliru. Kekeliruan dalam proses ini kelak akan menjadi hal yang
sangat rumit dan bahkan bisa berakibat fatal karena tahap ini merupakan proses atau tahap
paling awal dimana langkah- langkah selanjutnya akan sangat bergantung terhadap hasil dari
tahap ini.

2. Tahap pengelolaan data


Tahapan yang kedua adalah tahapan pengelolaan data. Tahapan pengelolaan data ini dilakukan
ketika data sudah berhasil dimasukkan. Tahapan kedua ini merupakan pengelolaan tahapan
dasar. Dalam tahapan yang kedua ini, kita akan menjumpai proses pengarsipan data dan juga
proses pemodelan.

3. Tahapan manipulasi dan analisa data


Tahapan yang ketiga adalah tahapan manipulasi data dan juga analisis data. Melalui proses
pemasukkan data, peta- peta dasar tersebut diubah menjadi data digital. Setelah dilakukan
proses editing, peta siap digunakan untuk proses analisa. Sebagai salah satu contoh analisis
yang bisa dilakukan oleh sistem informasi geografis adalah buffer. Ada beberapa proses yang
dilakukan dalam tahap ini, antara lain sebagai berikut:

 Operasi pengukuran
 Analisis daerah penyangga atau buffering
 Analisis tumpang susun atau overlay
Ketiga proses tersebut akan kita lakukan pada tahapan yang ketiga ini yakni tahapan
manipulasi dan analisa data. Pada beberapa tahapan yang dilakukan, tahapan manipulasi data
dan analisa data ini seolah menjadi tahapan yang inti seperti halnya jantungnya pada tahapan
ini. Tahapan kedua ini juga disebut dengan tahapan proses. Dalam tahapan proses, analisis
yang digunakan ini terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut:

 Analisis lebar
Analisis lebar merupakan analisis yang mengolah data dalam komputer yang kemudian
menghasilkan daerah tepian sungai yang lebar.

 Analisis penjumlahan aritmatika


Analisis penjumlahan aritmatika merupakan analisis yang mengolah data dalam komputer,
kemudian menghasilkan penjumlahan. Analisis ini dapat dipakai untuk peta berklasifikasi yang
akan menghasilkan klasifikasi baru.

 Analisis garis bidang


Analisis garis bidang merupakan analisis pengolahan data yang dapat dipakai untuk
menentukan region atau wilayah dalam radius tertentu. Sebagai contoh adalah untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan bajir dan juga rawan penyakit.

Nah itulah beberapa jenis analisa yang terdapat dalam sistem informasi geografis. Jenis- jenis
analisa ini dibutuhkan sesuai dengan kebutuhannya masing- masing.

4. Tahap pengeluaran data


Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengeluaran data. Tahap pengeluaran data merupakan
tahapan yang masuk ke dalam dua tahapan terakhir dalam tahapan sistem informasi geografis.
Tahapan pengeluaran data berarti termasuk ke dalam output proses tersebut. Data yang telah
diolah kemudian dikeluarkan, kemudian ditampilkan atau disajikan. Suatu skala peta sering
ditentukan berdasarkan kebutuhan pengguna peta dan juga media cetak peta. Proses
penentuan skala ini bisa dilakukan dengan mengunakan software tertentu. Dalam tahapan ini
terdapat beberapa proses yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut:

 Transformasi skala
 Generalisasi
 Tampilan perspektif.
Data yang telah melalui proses analisa oleh sistem informasi geografis akan memberikan
informasi pada pengguna data sehingga dapat dipakai untuk berbagai kepentingan seperti
pengambilan keputusan. Bentuk output atau keluaran dari sistem informasi geografis ini dapat
berbentuk peta cetakan atau hard copy, rekaman atau soft copy dan juga tayangan atau display.
Sumber: baca di sini
Pemanfaatan SIG
SIG dengan segala kemampuannya dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang.
Beberapa contoh penerapan dan pemanfaatan SIG adalah sebagai berikut.
Bidang Sumber Daya Alam
Dalam bidang sumber daya alam SIG mempunyai peranan untuk menginventarisasi,
manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata
guna lahan, menganalisis daerah persebaran tambang, dan sebagainya.
Bidang Perencanaan Ruang
Dalam bidang perencanaan ruang SIG dapat digunakan untuk merencanakan pemukiman
penduduk, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi
industri, pasar, menganalisis daerah rawan bencana, dan sebagainya.
Bidang Kependudukan
Dalam bidang kependudukan SIG berperanan untuk penyusunan data pokok, penyediaan
informasi kependudukan dan sosial ekonomi, sistem informasi untuk pemilihan umum, dan
sebagainya.
Bidang Pertanahan
Dalam bidang pertanahan SIG digunakan untuk mengetahui persebaran dan jenis-jenis tanah,
manajemen pertanahan, dan sejenisnya.
Bidang Pariwisata
Dalam bidang pariwisata SIG dapat digunakan untuk inventarisasi daerah pariwisata dan
analisis daerah unggulan untuk pariwisata.
Bidang Telekomunikasi
Dalam bidang telekomunikasi SIG dapat digunakan untuk inventarisasi jaringan
telekomunikasi, perizinan lokasi jaringan telekomunikasi, dan analisis perluasan jaringan
telekomunikasi dan sebagainya.
Bidang Kelautan
Dalam bidang kelautan SIG dapat digunakan untuk inventarisasi dan pengamatan daerah
pasang surut, daerah pesisir pantai/laut, taman laut dan sejenisnya.
Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan SIG berguna untuk penentuan kesesuaian lokasi pendidikan, sistem
informasi kependidikan, alat bantu pemahaman dan pembelajaran untuk masalah-masalah
geografi bagi peserta didik.
Bidang Transportasi dan Perhubungan
Dalam bidang transportasi dan perhubungan SIG berguna untuk inventarisasi jaringan
transportasi dan pembuaatan jalur alternatif baru untuk kelancaran arus transportasi.
Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan SIG berguna untuk penyediaan data atribut dan data spasial yang
menggambarkan distribusi atau pola spasial penyebaran penyakit, dan lain-lain.
Bidang Militer
Dalam bidang militer SIG berguna dalam penyediaan data spasial untuk analisis rute-rute
perjalanan logistik, peralatan perang, dan lain sebagainya.
Sumber: baca di sini
Jenis-jenis saletit pengindraann jauh
Landsat: Pelajari lebih lanjut
Quick Bird: Pelajari lebih lanjut
Materi 10.3 LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN GEOGRAFI
Penelitian bak pisau bermata dua, dapat membedah secara internal maupun eksternal dari
sebuah ilmu pengetahuan. Geografi dikatagorikan sebagai sebuah ilmu tentu memiliki prasyarat
yang ketat, kerena sebagai ilmu geografi harus memenuhi kriteria-kriteria seperti harus
rasional, dan harus empiris. Soerjono Soekanto menegaskan bahwa ilmu pengetahuan haruslah
tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan di mana selalu
dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang
mengetahuinya.
Dua tantangan bagi geografi sebagai ilmu pengetahuan. Pertamatantangan internal, yakni
mampukah geografi sebagai ilmu secara terus menerus memenuhi kriteria sebagai
ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan haruslah logis (masuk akal), ilmu pengetahuan harus objektif, atau sesuai
berdasarkan objek yang dikaji dan didukung dari fakta impiris. Harus bersifat metodik, karena
ilmu pengetahuan diperoleh dari cara tertentu dan teratur yang dirancang, diamati dan
terkontrol. Harus sistematik, disusun dalam satu sistem satu dengan saling berkaitan dan
menjelaskan sehingga satu kesatuan dan ilmu pengetahuan haruslah dapat berlaku umum
atau universal, berlaku untuk siapapun dan dimana pun, dengan tata cara dan variabel
eksperimentasi yang lama untuk hasil yang sama. Ilmu pengetahuan barus bersifat kumulatif
berkembang dan tentatif, ilmu pengetahuan selalu bertambah yang hadir sebagai ilmu
pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang salah harus diganti dengan yang benar disebut sifat
tentatif.
Tantangan yang kedua adalah tantangan eksternal, yaitu tentang fungsi geografi sebagai ilmu
pengetahuan mendekati objek kajiannya, ada tiga fungsi ilmu pengetahuan. yakni
1. Ilmu Pengetahuan itu harus dapat menjelaskan, (a) Deduktif, artinya ilmu pengetahuan
harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan
sebelumnya. (2) Probablistik, maksudnya ilmu pengetahuan dapat menjelaskan mengenai pola
pikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga memberikan kepastian yang tidak
mutlak dan bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti. (3) Fungsional, artinya ilmu
pengetahuan menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara menyeluruh.
Terakhir (4) Genetik, ilmu pengetahuan harus mampu menjelaskan suatu faktor mengenai
gejala-gejala yang sering terjadi.
2. Meramalkan, ilmu pengetahuan menjelaskan faktor sebab akibat suatu kejadian atau
peristiwa seperti disaat harga naik.
3. Mengendalikan, ilmu pengetahuan yang mengendalikan harus dapat mengendalikan gejala
alam berdasarkan suatu teori.
Oleh sebab itu ilmu pengetahuan tidak akan pernah lepas dari penelitian. dalam wikipedia
bahasa indonesia disebutkan bahwa penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses
investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk
menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini
menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah
laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan
tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh
mengenai suatu subjek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau
metode ilmiah.
Jadi penelitian bak pisau bermata dua, yang pertama adalah fungsionalisasi ilmu terhadap
objek kajiannya, yang kedua penelitian dapat bersifat menguji terhadap kebenaran ilmu itu
sendiri.

Contents [hide]
 1 Mengamati fenomena geografis.
o 1.1 Litosfer
o 1.2 Atmosfer
o 1.3 Hidrosfer
o 1.4 Biosfer
o 1.5 Antroposfer
 2 Merumuskan pertanyaan penelitian geografi.
 3 Mengumpulkan serta mengolah data geografis.
o 3.1 Jenis data penelitian
 3.1.1 Menurut cara memperolehnya:
 3.1.2 Menurut sumbernya
 3.1.3 Menurut sifatnya
 3.1.4 Menurut waktu pengumpulannya
o 3.2 Metode Pengumpulan Data
 3.2.1 Wawancara
 3.2.2 Observasi
 3.2.3 Angket (kuesioner)
 3.2.4 Studi Dokumen
o 3.3 Pengolahan Data Penelitian
 3.3.1 Langkah-langkah pengolahan data
 4 Menganalisis data geografis.
o
 4.0.1 Analisis Data Kualitatif
 4.0.2 Analisis Data Kuantitatif
 5 Membuat laporan penelitian.
o
 5.0.1 Bagian Pembukaan
 5.0.2 Bagian isi
 5.0.3 Bagian Penutup
o 5.1 Bagikan ini:
o 5.2 Menyukai ini:

Mengamati fenomena geografis.


Continue Reading: Mengamati fenomena geografis
Fenomena geosfer sebagai objek material kajian geografi, sebagaimana telah di bahas pada
materi 1. merupakan ruang telaah geografi sebagai ilmu pengetahuan untuk dapat
menjelaskan, meramalkan, bahkan mengendalian tiap elemen dari objek material geosfer
tersebut.

Geosfer yang tersusun dari litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, ditambah antroposfer.
merupakan objek-objek yang amat luas yang harus didekati oleh goegrafi dengan objek
formalnya. Yaitu keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan.
Banyak konteks dari tiap objek kajian geografi yang dapat dimamati sekaligus didekati. Semua
hal menarik untuk diamati dan didekati, bergantung dari sudut pandang mana objek tersebut
didekati. yang terpenting adalah sisi kebermanfaatan dari hasil sebuah kajian ilmu
pengetahuan.

Fenomena geosfer yang dapat diamati dan dikaji antara lain:

Litosfer
hal-hal menarik dari kajian tentang litosfer seperti:

1. Pergerakan lempeng tektonik yang memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia, seperti
gempa bumi, vulkansme, atau bergesernya lokasi dipermukaan bumi yang berefek pada
perubahan arah kiblat bagi masjid-masjid kaum muslim di seluruh dunia.
2. Kajian tentang erosi dan sedimentasi di termukaan bumi, Erosi dalam sekala besar bagi
sungai adalah hilangnya bantaran sungai yang menjadi pembatas sungai dengan aktivitas
manusia. Sedimentasi yang besar bagi sungai adalah pendangkalan sungai yang dapat
berefek banjir dan sungai sulit menjadi media transportasi, karena perahu besar akan
kandas. Erosi juga dapat mengurangi kesuburan tanah.
Atmosfer
hal-hal menarik dari kajian tentang atmosfer seperti:

1. Lapisan atmosfer bumi akan terus menarik untuk diamati, karena tiap lapisannya memiliki
kebermanfaatan yang luas bagi kehidupan di muka bumi. Perubahan cuaca dan iklim pada
lapisan terbawahnya, pengaruh radiasi matahari berupa sinar ultra violet yang berdampak
pada kesehatan manusia pada lapisan kedua, kejatuhan meteor hingga persoalan satelit
komunikasi erat kaitannya dengan lapisan atmosfer.
2. Atmosfer juga adalah sarana transportasi, perubahan arah dan kecepatan angin, kondisi
perawanan adalah hal-hal yang terus diperhatikan oleh kedirgantaraan.
3. Hal-hal lain tentang atmosfer yang terus menjadi trend untuk diamati dan menjadi objek
penelitian seperti, pemanasan global, perubahan lapisan ozon, anomali iklim dunia adalah
objek yang sangat menarik untuk diamati.
Hidrosfer
hal-hal menarik dari kajian tentang hidrosfer seperti:

1. Intrusi air laut ke air tanah darat karena ekspotasi berlebih pada air tanah dalam, sehingga
terjadi penurunan kwalitas air tanah yang berujung pada degradasi daya dukung lingkungan.
2. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), yang dapat berefek pada terganggunya siklus air
secara makro. Kelebihan air pada musim penghujan berdampak banjir pada daerah hilir, dan
kekurangan air pada musim kemarau berdampak kekeringan pada daerah hilir.
3. Fenomena kelautan yang memiliki dampak amat luas dan menjadi konsentrasi berfikir yang
rumit. Mulai dari sumber daya kelautan, hingga lintas batas negara, juga laut sebagai sarana
perhubungan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim.
Biosfer
hal-hal menarik dari kajian tentang biosfer seperti:
1. Persebaran hewan dan tumbuhan di dunia. Hewan dan tumbuhan sebagai sumber daya
memiliki karakterisrik yang unik untuk diamati dan di telaah. Kaitan hewan dan tumbuhan
dengan ekosistemnya sangat mempengaruhi kuantitas dan persebarannya.
2. Kepunahan hewan dan tumbuhan endemik karena hilangnya ekosistem tempat mereka
tinggal, perburuan, serta gejala alam lain. Perlu pendekatan yang lebih komprahensif karena
sangat terkait dengan keberlangsungan kehidupan umat manusia.
3. Berkurangnya tutupan hutan sebagai sumber penghasil oksigen, akibat kebakaran hutan
sebagai gejala alam atau keserakahan manusia.
Antroposfer
hal-hal menarik dari kajian tentang antrofosfer seperti:

1. Meningkat pesatnya jumlah penduduk dunia, sebagai bom waktu demografi. Angka
kelahiran yang tinggi di negara-negara berkembang, berbanding terbalik dengan penurunan
jumlah kelahiran bayi di negara maju. Faktor-faktor serta efek dari hal tersebut masih
menjadi objek yang menarik untuk diamati.
2. Munculnya konflik etnis, karena perbedaan budaya dan geografi.
3. Meningkatnya pembentukan negara kawasan, menghablurnya batas negara, dunia yang
mengarah pada globalisasi tanpa batas. Hal ini akan menjadi isu baru tentang fenomena
kependudukan. Mobilitas penduduk antar negara, kesenjangan kesejahtraan, hingga konflik
antar negara bangsa. Merupakan bahasan cerdas bagi geografi ekonomi, geografi budaya,
juga geografi politik.
Merumuskan pertanyaan penelitian geografi.
Sebuah pertanyaan adalah awal dari ilmu pengetahuan. satu pertanyaan naif saja dari seorang
anak dapat menjadi pengetahuan yang amat dalam untuk di selami. Pernah ada salah satu
siswa bertanya. “Apakah di luar angkasa ada oksigen?” Pertanyaan ini terdengar naif, namun
jika ditelaah lebih dalam pertanyaan ini akan beranak pada pertanyaan lainnya. Seperti;
mengapa di luar angkasa tidak ada oksigen? Apa sebenarnya oksigen atau udara yang kita
hirup? Dari mana oksigen berasal? Apa yang dapat menghasilkan oksigen? dapatkah kita
memproduksi oksigen? Bagaimana memproduksi oksigen di luar angkasa? Jawaban-jawaban
pertanyaan itu jika dapat diwujudkan adalah penemuan ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Apakah semua pertanyaan adalah pertanyaan penelitian. Apa senenarnya pertanyaan


penelitian. Sesungguhnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang
terjadi antara:

1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Pertanyaan penelitian selalu merujuk pada pokok permasalahan penelitan. Munculnya
permasalahan adalah fenomena yang terjadi akibat adanya kesenjangan. Ada syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan
kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,


2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi,
kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state
of the arts),
4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum
diketahui masyarakat luas, dan
7. Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
Sumber: baca di sini
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif
sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab
sebagai berikut:

1. Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,


2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan diteliti,
3. Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa tersebut,
4. Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi,
dan
5. Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat
secara luas di masa yang akan datang.
Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman
(2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga macam pertanyaan,
yaitu:

1. Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan
menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
2. Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan
menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian
kualitatif.
3. Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena
yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan atau korelasi, pengaruh
antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.
Contoh rumusan pertanyaan penelitan geografi, contoh-contoh pertanyaan penelitian ini
diambil dari sejumlah jurnal penelitian geografi.

1. Bagaimana efektivitas Pengelolaan Sistem Irigasi di Daerah Irigasi Panunggal Kota


Tasikmalaya”?
2. Bagaimana hidrograf banjir DAS Luk Ulo terkait perubahan tutupan lahan di DAS Luk Ulo?
3. Berapa besar perubahan luas hutan mangrove dari tahun 1994-2001 di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran?
4. Bagaimana dampak Pemanfaatan Bantaran Sungai Untuk Permukiman Terhadap Kualitas
Lingkungan di Kelurahan Pasar Krui Kecmatan Pesisir Tengan Kabupaten Pesisir Barat?
Mengumpulkan serta mengolah data geografis.
Esensinya pengumpulan dan pengolahan data penelitian geografi sama saja dengan ilmu-ilmu
yang lain, perbedaanya adalah pada karakteristik objek penelitian. teknik pengumbulan dan
pengolahan data penelitan berbeda-beda bergantung dari jenis penelitian itu sendiri.

Sebelum masuk pada data penelitian, harus dilihat dulu hipotesis penelitian. hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus
dibuktikan kebenarannya, Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang
ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan
sebelumnya.

Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan
adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf,
angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan
dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu
konsep.

Jenis data penelitian


Jenis-jenis data dapat dikategorikan sebagai berikut:

Menurut cara memperolehnya:


1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari
subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek
penelitian.
Menurut sumbernya
1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam sebuah
organisasi.
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan di luar sebuah
organisasi
Menurut sifatnya
1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti.
2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka.
Menurut waktu pengumpulannya
1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu tertentu.
2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/ kegiatan.
Sumber: baca di sini
Metode Pengumpulan Data
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian.
Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula
digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode pengumpulan
data antara lain:

Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode
wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau
skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.

1. Wawancara terstruktur, Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan


pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya
sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan
berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
2. Wawancara tidak terstruktur, Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas.
Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan
spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari
responden.
Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor
dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari
responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi.
Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat
dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data
observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

1. Participant observation, Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung


dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
2. Non participant observation, Berlawanan dengan participant observation, non participant
observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni
kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

1. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian
untuk menjawab. Sementara itu,
2. kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk
dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini
juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini,
pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek
penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam
dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi
2. Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang
lain, misalnya: biografi.
Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data penelitian dilakukan untuk menjadikan data tersebut lebih mudah dipahami.
Pengolahan diartikan sebagai mengerjakan, mengusahakan dan berupaya menjadikan supaya
suatu barang lebih terlihat berbeda dari yang lainnya dan membuatnya lebih sempurna.

Langkah-langkah pengolahan data


1. Penyusunan data, Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk
mengecek apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekap semua. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Penyusunan data harus dipilih data yang
ada hubungannya dengan penelitian, dan benar-benar otentik. Adapun data yang diambil
melalui wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat interviwer.
2. Klasifikasi data, Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan
memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh
peneliti. Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis.
3. Pengolahan data, Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan
permasalahan yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan
tetapi semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang
menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen. Jenis data akan menentukan apakah
peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan
menggunakan teknik statistika baik statistika non parametrik maupun statistika parametrik.
Statistika non parametrik tidak menguji parameter populasi akan tetapi yang diuji adalah
distribusi yang menggunakan asumsi bahwa data yang akan dianalisis tidak terikat dengan
adanya distribusi normal atau tidak harus berdistribusi normal dan data yang banyak
digunakan untuk statistika non parametrik adalah data nominal atau data ordinal.
4. Interpretasi hasil pengolahan data, Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan
analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang
berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya.
Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak
melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian, dan
secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam
penelitian.
sumber: baca di sini
Menganalisis data geografis.
Menganalisis data ialah proses mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam susunan pola,
kategori,dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data geografi dibagi menjadi dua, analisis
data kualitatif dan analisis data kuantitatif:

Analisis Data Kualitatif


Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, menyintetiskan, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.

Analisis data kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:

1. Reduksi Data, Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan
usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada dalam data penelitian. Dengan kata lain proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan
catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.
Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan data yang
diperoleh selama penggalian data di lapangan. Data yang diperoleh dalam penggalian data
sudah barang tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering dijumpai data yang
tidak ada kaitannya dengan tema penelitian tetapi data tersebut bercampur baur dengan
data yang ada kaitannya dengan penelitian. Maka dengan kondisi data seperti, maka peneliti
perlu menyederhanakan data dan membuang data yang tidak ada kaitannya dengan tema
penelitian. Sehingga tujuan penelitian tidak hanya untuk menyederhanakan data tetapi juga
untuk memastikan data yang diolah itu merupakan data yang tercakup
dalam scope penelitian.
2. Penyajian data, Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad Idrus bahwa:
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi
yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan
dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya
berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan
dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean
pada setiap subpokok permasalahan.
3. Kesimpulan atau verifikasi, Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses
analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan
dengan mencari hubungan, persamaan, atauperbedaan. Penarikan
kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaianpernyataan dari subyek
penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsepdasar dalam penelitian
tersebut.
Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif umumnya berbentuk angka-angka atau bilangan-bilangan analisis data dalam
dalam penelitian kuantitatif berdifat deduktif artinya data tersebut diolah untuk mengetahui
kebenaran teori yang ada sebelumnya.

Analisis kuantitatif yang biasa digunakan adalah analisis statistik. Biasanya


analisis ini terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:

Statistik Deskriptif, Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk
deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan.
Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan antara lain:

1. Penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuan
penelitian, apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi
2. Penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon, ogive, diagram
batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram lambang.
3. Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median modus).
4. Penghitungan ukuran letak (kuartil, desil, dan persentil).
5. Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, deviasi
kuartil, mean deviasi, dan sebagainya).
Statistik Inferensial. Kalau dalam statistik deskriptif hanya bersifat memaparkan data, maka
dalam statistik inferensial sudah ada upaya untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan
membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Biasanya analisis ini
mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang jumlahnya banyak, dan dari hasil
analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan terhadap populasi. Oleh karena itulah
statistik inferensial ini juga disebut dengan istilah statistik induktif.
Berdasarkan jenis analisisnya, statistik inferensial terbagi ke dalam dua bagian:

1. Analisis Korelasional. Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk
mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih.
2. Analisis Komparasi. Analisis komparasi adalah teknik analisis statistik yang bertujuan untuk
membandingkan antara kondisi dua buah kelompok atau lebih.
sumber: baca lengkap di sini
Membuat laporan penelitian.
Contoh susunan laporan penelitian geografi dapat dibaca di bawah ini.

Bagian Pembukaan
Bagian pembukaan meliputi sebagai berikut.

1. Judul penelitian/karya tulis.


2. Halaman pengesahan (kepala sekolah).
3. Halaman persetujuan (guru pembimbing)
4. Halaman persembahan dan moto (apabila perlu).
5. Kata pengantar.
6. Abstrak.
7. Daftar isi.
8. Daftar gambar.
9. Daftar tabel.
10. Daftar lampiran.
Bagian isi
Bagian isi meliputi sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang penelitian/masalah.
2. Identifikasi masalah.
3. Maksud dan tujuan penelitian.
4. Manfaat penelitian.
Bab II Landasan Teori
1. Telah pustaka.
2. Landasan teoritik.
3. Hipotesis.
Bab III Metodologi Penelitian
1. Identitas variabel.
2. Populasi dan penentuan sampel penelitian.
3. Metode pengumpulan data.
4. Model analisis dan teknik analisis (apabila menggunakan statistik)
Bab IV Analisis Data
1. Latar belakang objek penelitian.
2. Analisis data.
Bagian Penutup
Bagian penutup meliputi sebagai berikut.

Bab V Kesimpulan dan Saran-saran


1. Kesimpulan
2. Saran-saran
halaman tambahan

1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
Materi 10.4 BUMI SEBAGAI RUANG
KEHIDUPAN
Sampai detik ini belum ditemukan planet di Jagat raya yang persis sama dengan bumi yang kita
tinggali. tanahnya, airnya, gunung-gunungnya, atmosfernya, seluruh elemen yang melekat pada
bumi, adalah anugrah Tuhan yang wajib kita syukuri. Karena semuanya sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia. Pertanyaan tentang lahirnya bumi, dan bagaimana bumi
berproses sehingga seperti saat ini, adalah pertanyaan sejarah yang kita tidak tahu kapan akan
terjawab tuntas. Teori akan melahirkan anti teori, dan anti teori berikutnya. Menyibak tabir
gelap alam semesta, adalah tantangan umat manusia.
Contents [hide]
 1 Teori pembentukan planet Bumi.
o 1.1 Teori pembentukan Jagat Raya
 1.1.1 1. Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat)
 1.1.2 2. Teori “Keadaan Tetap” (Stabil)
o 1.2 Teori pembentukan Tata Surya
 1.2.1 5. Teori Kabut (Teori Nebula)
 1.2.2 6. Teori Planetesimal
 1.2.3 7. Teori Bintang Kembar
 2 Perkembangan kehidupan di Bumi.
o 2.1 Teori terbentuknya bumi
 2.1.1 11. Teori Kontraksi
 2.1.2 12. Teori Geosinklin
 2.1.3 13. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
 2.1.4 14. Teori konveksi
 2.1.5 15. Teori Lempeng Tektonik
 2.1.6 Fase Pembentukan Bumi
o 2.2 Kehidupan di muka Bumi
 2.2.1 Arkaekum
 2.2.2 Paleozoikum
 2.2.3 Mesozoikum
 2.2.4 Neozoikum
 2.2.5 Bumi rumah bagi kehidupan
 3 Dampak rotasi dan revolusi Bumi terhadap kehidupan di Bumi.
o 3.1 Rotasi Planet Bumi menimbulkan berbagai dampak berikut:
 3.1.1 Peredaran Semu Harian Benda-Benda Langit
 3.1.2 Pergantian Siang dan Malam
 3.1.3 Perbedaan Waktu dan Pembagian Waktu Internasional
 3.1.4 Perbedaan Percepatan Gravitasi Bumi
 3.1.5 Pembelokan Arah Angin
 3.1.6 Pembelokan Arus Laut
o 3.2 Dampak Revolusi Planet Bumi bagi Kehidupan
 3.2.1 Perubahan Lama Siang dan Malam
 3.2.2 Gerak Semu Matahari
o 3.3 Bagikan ini:
o 3.4 Menyukai ini:

Teori pembentukan planet Bumi.


Teori pembentukan Jagat Raya
1. Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat)
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah
peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi
mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan
Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta,
awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga
hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula
sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya
Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang
didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.

Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori
ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai
“hipotesis atom purba”. Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert
Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang.
Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander
Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan
galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana
yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan
bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang
secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan
tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang,
semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan
pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem. Berbagai
pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut,
yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-
pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa
adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan
dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam
semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak
pengembangan awal tersebut.

Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi
kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam
semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam
semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan
dahsyat.

Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan
secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif “keadaan tetap”
bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah
hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan
antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam
usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan
pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah
penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan
ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah
terjadi.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar
merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada’ ini pada akhirnya
diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert
Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar
kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan
ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal
peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan
mereka.Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke
ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit
bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa
ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai
penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori
Big Bang.

2. Teori “Keadaan Tetap” (Stabil)


Continue Reading: Teori “Keadaan Tetap”
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama
berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari
ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu
kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini
diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam
ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna
menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula
bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.

3. Teori “Mengembang dan Memampat” (The Oscillating Theory)


Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya
terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau
mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah
galaksi-galaksi.

Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan
bintang yang telah terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan
keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya
adalah tahap mengembang dan kemudian memampat lagi.

4. Teori “Alam Semesta Quantum”


Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam
semesta adalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori
ini, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.

Teori pembentukan Tata Surya


5. Teori Kabut (Teori Nebula)
Teori kabut dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant pada tahun 1775.
Teori ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Simon De Laplace, seorang
matematikawan Prancis.
Teori kabut menyatakan bahwa mula-mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas,
terutama hidrogen dan helium, dan debu-debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat
. Akibatnya kabut mulai menyusut. Akibat penyusutan dan rotasi ini terbentuklah sebuah
cakram datar dibagian tengahnya. Matahari berada dipusat cakram. Cakram ini terus berputar
lebih cepat sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas membentuk materi. Dari materi ini
akhirnya terbentuklah planet-planet yang tetap mengitari matahari. Satelit dari planet
terbentuk dengan cara yang sama.

Proses terbentuknya tata surya menurut teori kabut (nebula):


(1) Nebula berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari. (2) Terbentuk
Matahari dan planet lain yang masih Berpijar. (3) Matahari terbentuk planet-planet bertebaran
tak terarah. (4) Matahari berputar pada porosnya, planet-planet terbentuk atmosfernya. (4)
Planet terbentuk atmosfer, dibumi telah muncul kehidupan karena sudah ada lapisan atmosfer.

6. Teori Planetesimal
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlein dan F. R. Moulton, ilmuwan Amerika
awal abad ke-20. Teori ini mengatakan mula-mula ada matahari yang berpapasan dengan
sebuah bintang. Oleh karena letaknya berdekatan, tarikan gravitasi bintang menyebabkan
sebagian matahari tertarik kearah bintang tersebut.
Ketika bintang menjauh bahan-bahan itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke matahari, dan
sebagian menjadi gumpalan-gumpalan kecil (planetesimal) yang mulai melayang diangkasa
sebagai planet-planet yang mengelilingi matahari.

7. Teori Bintang Kembar


Teori ini ditemukan pada tahun 1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan bahwa mula-mula
ada 2 buah bintang kembar kemudian salah satu bintang meledak. Oleh karena pengaruh gaya
gravitasi, maka bintang yang meledak menjadi kepingan-kepingan kecil yang bergerak
mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak merupakan matahari
sedangkan kepingan-kepingan yang mengitarinya menjadi planet-planet.

8. Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan
disempurnakan oleh P. Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang
lebih 5 milyar tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses
pemampatan ini membuat partikel-partikel debu dan gas tertarik kebagian dalam menuju
pusat awan membentuk bola dan terus berotasi. Rotasi inipun bertambah cepat dengan
ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke pusat awan.

Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih membentuk cakram,
bagian tengah tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat saling menekan, maka bagian tengah
menjadi panas dan berpijar (disebut protosun atau cikal bakal matahari). Bagian tepinya
terpecah-pecah akibat rotasi yang cepat. Bagian tengah ini yang akhirnya menjadi matahari
dan bagian tepi yang terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang
tetap berotasi. Protoplanet akhirnya membeku dan menjadi planet-planet serta anggota tata
surya lainnya.

9. Teori Pasang Surut Bintang


Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata
surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.
Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan
Harold Jeffreys. Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas
Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari. Gas-gas tersebut terlepas
dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-
bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet
dan satelit.

10. Teori Kondensasi


Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Sumber: baca di sini
Perkembangan kehidupan di Bumi.
Teori terbentuknya bumi
11. Teori Kontraksi
Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses
pengerutan dan semakin menyusut. Kerutan-kerutan itulah sebagai pegunungan, lipatan yang
kita kenal sampai sekarang. Teori Descartes dan Suess (1596 – 1650) ini disebut teori
kontraksi.
James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852) menguatkan teori ini bahwa bumi mengalami
pengerutan karena pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas, sehingga
mengakibatkan bumi tidak rata.

12. Teori Geosinklin


Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada
tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang
sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan
Andes.
Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi
selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan
sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk
pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan
mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat
menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan
baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori
geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi
merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama
yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

13. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)


Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep
Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa
utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang
dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta
tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak
menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan
bahwa pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia,
dan pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
14. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan
astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di
atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak
bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak
rata.

Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton University. Pada
tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin, Hess mengemukakan pendapatnya
tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung
tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian
tersebar ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.

15. Teori Lempeng Tektonik


Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Me Kenzie dan Robert Parker.
Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya, seperti
pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep
yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.

Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng
yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua
sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam dan bercampur dengan
materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan (transform
fault) yang ditandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis.

Fase Pembentukan Bumi


Fase-fase pembentukan bumi terdiri atas delapan fase, yaitu sebagai berikut

1. Fase awal mula jadi alam semesta (big bang). Pada saat big bang, bumi terwujud tetapi
bahan-bahannya telah ada bersama dengan bahan-bahan buntang dan planet-planet lain.
2. Fase pembentukan bintang-bintang. Matahari dan bumi sebagai calon tata surya belum
dilahirkan
3. Fase supernova. Yaitu ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang
teramat besar.
4. Fase pendinginan nebula. Barulah setelah ada kejutan lagi dari supernova yang ada di
sekitarnya, gravitasi antarbahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja,
pembentukan sebuah bintang dan atau matahari mulai terjadi.
5. Fase pembentukan matahari dan cincin planet. Sebagian debu dan gas di bagian dalam
nebula mulai berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan.
6. Fase akresi. Pada saat ini bumi dengan susunan materi yang seragam belum ada daratan dan
atau lautan.
7. Fase pembentukan bumi. Bahan bahan dari meteor yang memiliki berat jenis yang lebih
tinggi mulai tenggelam ke pusat bumi. Akibatnya, tebentuklah inti bumi.
8. Pembentukan atmosfer, samudra dan makhluk hidup
Sumber: baca di sini
Kehidupan di muka Bumi
Secara geologis, sejarah bembentukan planet bumi dapat dilihat dengan menggunakan kolom
geologi. Skala geologi secara umum dibedakan menjadi empat devisi yang disebut eon.
Keempat eon itu adalah:

1. Haden (bawah muka bumi)


2. Archean (kuno)
3. Proterozoic (awal kehidupan)
4. Phanerozic (kehidupan yang terlihat)
lebih lengkap pada rincian ini:

Arkaekum
Zaman arkaekum adalah zaman tertua yang berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada
zaman itu bumi masih merupakan bola gas sangat panas yang berputar pada porosnya.
Sehingga pada masa itu kehidupan di bumi belum ada.

Ciri-ciri zaman arkaekum:

1. Belum ada kehidupan


2. Bumi masih berupa bola gas yang sangat panas
3. Berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu
Paleozoikum
Zaman paleozoikum adalah zaman dimana keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih
berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta
tahun. Pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu
(mikroorganisme), hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis ikan, dan jenis
ganggang atau rumput-rumputan.

Adanya hewan dan tumbuhan di bumi pada zaman ini diketahui dari sisa-sisanya yang telah
membatu yang disebut fosil. Fosil ini umumnya ditemukan di batu karang. Zaman ini disebut
juga zaman primer (Zaman pertama). Zaman paleozoikum dibagi menjadi enam periode,
berturut-turut dari yang paling tua: Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.

Ciri-ciri zaman paleozoikum:

1. Sudah mulai terdapat kehidupan berupa mikroorganisme


2. Keadaan bumi masih belum stabil
3. Iklim masih berubah-ubah
4. Curah hujan sangat besar
5. Berlangsung sekitar 340 juta tahun
Mesozoikum
Zaman mesozoikum adalah masa yang berlangsung sekitar 150 juta tahun. Pada zaman itu
perkembangan reptil mencapai puncaknya terutama dinosaurus. Mesozoikum ditandai dengan
aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari
saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini.

Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya.
Iklim hangat yang terjadi sepanjang periode juga memegang peranan penting bagi evolusi dan
diversifikasi spesies hewan baru. Pada akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern
terbentuk.

Ciri-ciri zaman mesozoikum:

1. Terdapat banyak hewan reptil seperti dinosaurus


2. Iklim bumi mulai hangat
3. Merupakan dasar dari kehidupan modern
4. Berlangsung sekitar 150 juta tahun
Neozoikum
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Saat itu keadaan bumi sudah semakin
memungkinkan untuk mendorong munculnya makhluk hidup lainnya seperti binatang
menyusui, sejenis kera dan monyet. Ciri-ciri zaman neozoikum:

1. Merupakan puncak dari hewan mamalia


2. Hewan reptil besar telah punah
3. Iklim bumi sudah mulai stabil
4. Terbagi menjadi dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kuarter
5. Berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu
Zaman Tersier
Zaman Tersier adalah zaman yang berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan
munculnya beragam jenis binatang menyusui (mamalia) termasuk primata seperti kera.
Sedangkan jenis reptil raksasa lambat laun lenyap. Zaman tersier terbagi menjadi zaman
Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen.

Orangutan mulai muncul pada masa Miosen. Daerah asalnya mungkin dari Afrika. Saat itu
Benua Afrika. Saat itu benua Afrika masih bersatu dengan Jazirah, Arab. Daerah Afrika Timur
belum gersang seperti sekarang. Orangutan merupakan kera yang tinggal di pucuk-pucuk
pohon besar. Makanannya terutama buah dan daun-daunan. Mereka menyebar ke hutan di Asia
Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Di akhir masa Moisen terjadi perubahan besar pada kulit bumi dan lingkungan alamnya. Benua
Afrika lepas dari benua Asia sehingga muncul Laut Merah. Dareah hutan di Afrika Timur
berubah menjadi sabana. Beberapa bagian Jazirah Arab menjadi gurun dan hutan di India juga
berkurang. Orangutan tidak menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan lingkungannya.
Mereka kemudian berpindah ke Asia Tenggara yang masih memiliki hutan yang lebat. Sisa-
sisanya masih dapat kita temukan di Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Pada zaman Pliosen, yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu, hidup hewan yang lebih besar
daripada gorilla yang disebut dengan Giganthropus (kera manusia raksasa). Hewan ini
ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Pegununggan Himalaya dan Selat Himla (sebelah utara
India). Giganthropus hidup berkelompok, sehingga mereka dapat berkembang biak dan
menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Giganthropus akhirnya punah karena
sebab yang tidak jelas.

Selain Giganthropus, dari masa yang sama hidup makhluk lain yang disebut dengan
Australopithecus (manusia kera dari selatan). Ada sekitar 65 fosil Australopithecus telah
ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur. Sedangkan di Kalimantan Barat dari kala Eosen
Akhir ditemukan fosil vertebrata yaitu Anthrcotherium dan Choeromus (sejenis babi hutan
purba) yang juga ditemukan di Asia Daratan. Penemuan fosil ini membuktikan bahwa kala
Eosen terakhir, Kalimantan Barat bergabung dengan Daratan Asia.

Ciri-ciri zaman tersier:

1. Berlangsung sekitar 60 juta tahun


2. Telah muncul berbagai jenis manusia purba
3. Terdapat banyak migrasi hewan ke seluruh bagian dunia untuk menyesuaikan
4. iklim
Zaman Kuarter
Zaman kuarter adalah zaman yang ditandai dengan adanya kehidupan manusia seperti
sekarang. Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri zaman kuarter:
Zaman kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman pleistocen danzaman Holocen (Holosin)
1. Sudah terdapat manusia modern (Homo sapiens)
2. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu
3. Keadaan alam masih liar dan labil
4. Bumi masih diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen
5. Daratan di bumi mulai terpecah karena es mencair
6. Manusia purba sudah punah
Kala Pleitosen (Dilivium)
Kala Pleitosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleitosen menjadi sangat
penting karena pada masa ini mulai muncul manusia purba. Keadaan alam pada masa ini masih
liar dan labil karena silih bergantinya dua zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.

Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan Amerika
bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama
bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya permukaan bumi
diberbagai tempat. Karena adanya pergeseran bumi dan kerja gunung-gunung berapi, banyak
hutan, termasuk Indonesia menjadi kering, akibatnya muncul Paparan Sunda (Sunda Plat) dan
Paparan Sahul (Sahul Plat). Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Malaysia barat bergabung dengan
Filipina dan Formossa, Taiwan dan kemudian ke benua Asia. Bergitu pula Sulawesi melalui
Minahasa, Pulau Sangir terus ke Filipina. Antara Jawa Timur dengan Sulawesi Selatan
berhubungan melalui Nusa Tenggara.

Zaman Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di
kutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai banjir besar di
berbagai tempat. Hal ini menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.

Pada kala Pleistosen ini hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu bertahan hidup. Salah
satunya adalah Mammouth (gajah berbulu tebal).

Sedangkan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan binatang dari Asia
Daratan ke Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang melalui Malaysia (Jalan Barat), ada pula yang
melalui Formosa, Filipina, ke Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan timur). Garis Wallace
adalah garis antara selat makassar dan lombok yang merupakan batas antara dua jalan
penyeberangan binatang tersebut.

Selain itu juga, terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis dalam jumlah besar di Peking (China)
yang sejenis dengan Pitecanthropus erectus dari Trinil, Ngawi, (Jawa Timur). Bukit lainnya
adalah ditemukannya alat-alat pacitan di China, Burma (Myanmar) dan Malaysia. Sedangkan
Homo wajakensis yang merupakan nenek moyang bangsa Austrolid pada masa Pleitosen
Tengah dan Pleitosen Atas menyebar dari Asia ke selatan. Sebagian besar dari mereka sampai
ke Benua Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.

Kala Holosen
Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan
air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul tergenang
air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-pulau di nusantara.
Manusia purba lenyap, kemudian muncul manusia cerdas (Homo sapiens) seperti manusia
sekarang.

Sumber: baca di sini


Bumi rumah bagi kehidupan
Ada 10 faktor yang menjadikan bumi sebagai tempat yang cocok bagi kehidupan:

Sumber: baca di sini


1. Orbit bumi terhadap bintangnya, matahari, memiliki jarak yang presisi. Manusia tidak
merasa terlalu panas, dan terlalu dingin. Kondisi ini juga membuat air bisa pada bentuknya,
cairan dan di beberapa bagian tetap menjadi es. Di Mars dan Venus, ditemukan air juga.
Namun, lingkungannya tak memungkinkan air (es) tersebut mencair, mengalir layaknya
sungai-sungai di bumi.
2. Hanya bumi yang memiliki satelit paling tepat posisinya, yakni bulan. Dengan keberadaan
satu satelit, maka bulan bisa mengatur datangnya air pasang serta air surut. Gravitasi antara
bumi dan bulan pun begitu presisi sehingga siklus di bumi menjamin kelangsungan hidup
penghuninya.
3. Rotasi bumi terhadap matahari menjadikan pagi dan siang, iklim dingin dan panas, semua
terjadi sesuai dengan kondisi mahluk hidup di dalamnya. Kita bisa menikmati matahari 12
jam dan bulan 12 jam, bisa menikmati pergantian musim yang memungkinkan flora
melakukan regenerasinya. Sungguh keseimbangan yang penuh presisi.
4. Gravitasi bumi sangat pas. Kalau kita ke Mars atau bulan, tak ada gravitasi sehingga manusia
bisa melompat tinggi hingga puluhan meter. Walau hal tersebut menarik, rasanya susah
menjalani kehidupan dalam kondisi demikian. Di mana hewan dan tumbuhan bisa hidup bila
tanpa gravitasi?
5. Keberadaan Kutub Utara dan Selatan merupakan medan magnetik yang menjaga kestabilan
bumi.
6. Temperatur di bumi paling tepat untuk kehidupan. Bumi kita memang memiliki tempat
dengan suhu dingin serta suhu panas ter-ekstrim (Antartika – 89,2 C, sementara di El Azizia,
Libya, rekor terpanas mencapai 57 C). Tetapi, umumnya mahluk hidup ada dalam suasana
suhu normal. Lagipula, suhu ekstrim di dua tempat tersebut masih jauh lebih baik dari
planet-planet lain.
7. Lebih dari 70% air meliputi bumi. Keberadaan air ini justru menunjang setiap sendi
kehidupan yang ada di bumi.
8. Hingga menjelang abad 20, kondisi bumi masih normal. Tinggi air laut masih memungkinkan
pulau-pulau tetap ada tanpa takut tenggelam. Baru belakangan ini, ketika manusia semakin
gencar melakukan perusakan terhadap alam, maka bumi bereaksi. Air laut pun perlahan-
lahan naik mengancam kehidupan mahluknya.
9. Hutan yang hijau memungkinkan kehidupan berlangsung terus turun-temurun. Proses
fotosintetis menjamin kehidupan mahluk lainnya, hewan dan manusia bisa memanfaatkan
tumbuhan di atas bumi.
10. Bersama air, methane, dan unsur lain di atmosfer menjaga kelangsungan hidup mahluk di
atas bumi. Atmosfer selain menyelimuti bumi dari ancaman sinar kosmik dan benda-benda
asing, juga memungkinkan cahaya yang ada terkontrol sehingga mahluk hidup tetap aman
Dampak rotasi dan revolusi Bumi terhadap
kehidupan di Bumi.
Rotasi Planet Bumi menimbulkan berbagai dampak berikut:
Peredaran Semu Harian Benda-Benda Langit
Benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, dan planet yang tampak pada malam hari seolah-
olah melintas dari timur ke barat. Fenomena ini teriadi akibat rotasi Bumi. Pergerakan benda‐
benda langit ini berlangsung setiap hari dan dikenal dengan peredaran semu harian benda-
benda langit.

Pergantian Siang dan Malam


Rotasi Bumi menyebabkan bagian Bumi yang berhadapan dengan matahari mendapat sinar
Matahari, sedangkan bagian Planet Bumi di sebaliknya tidak mendapat sinar Matahari. Bagian
Bumi yang mendapat sinar Matahari mengalami siang, sebaliknya bagian Planet Bumi yang
tidak mendapat sinar Matahari mengalami malam. Pergantian siang dan malam berlangsung
perlahan. Daerah di sebelah timur mengalami siang lebih dahulu. Waktu siang hari
dimanfaatkan penduduk untuk melakukan kegiatan ekonomi. Sementara itu, waktu malam hari
dimanfaatkan penduduk untuk beristirahat.

Perbedaan Waktu dan Pembagian Waktu Internasional


Rotasi Bumi menyebabkan perbedaan waktu di berbagai tempat di permukaan Bumi. Garis
bujur digunakan untuk menentukan waktu di berbagai tempat di permukaan Bumi. Garis bujur
0° yang melewati Kota Greenwich, Inggris digunakan sebagai dasar pembagian waktu
internasional. Daerah sebelah timur garis bujur 0° disebut bujur timur dan daerah disebelah
baratnya disebut bujur barat. Daerah bujur barat dan bujur timur dibatasi oleh garis bujur
180°. Perbedaan waktu di permukaan Bumi berdampak pada awal dan akhir kegiatan
penduduk seperti waktu kerja dan sekolah.

Perbedaan Percepatan Gravitasi Bumi


Rotasi Bumi menimbulkan gaya sentrifugal. Gaya ini mengakibatkan Bumi tepat di bagian
kutub. Garis tengah Bumi di kutub lebih kecil dibandingkan di ekuator. Perbedaan garis tengah
mengakibatkan gravitasi di daerah kutub lebih besar dari pada di daerah ekuator. Perbedaan
gravitasi Bumi berpengaruh pada kecepatan satelit yang mengorbit Bumi di berbagai tempat.

Pembelokan Arah Angin


Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Akan tetapi, arah
angina tidak sama persis dengan arah gradien tekanan. Angin dari belahan Bumi utara akan
berbelok ke kanan dan angin dari belahan Bumi selatan akan berbelok ke kiri ketika sampai di
daerah ekuator. Gejala ini disebabkan oleh gaya Coriolis, yaitu gaya semu yang timbul akibat
rotasi Bumi. Pembelokan arah angin berdampak pada penyimpangan arah penerbangan. Oleh
Karena itu, pesawat perlu dipantau agar jalurnya sesuai tujuan.

Pembelokan Arus Laut


Arus laut digerakkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut. Arah arus laut mengalami
berbelok akibat pembelokan arah angin. Arus laut dipaksa membelok ketika sampai di ekuator.
Pembelokan arus laut berdampak pada penyimpangan arah pelayaran kapal yang melintasi
samudera sehingga kapal perlu diatur arah jalur tujuannya.

Dampak Revolusi Planet Bumi bagi Kehidupan


Dampak revolusi planet Bumi sebagai berikut:

Perubahan Lama Siang dan Malam


Matahari tidak terbit dari tempat yang sama, tetapi bergeser sedikit demi sedikit. Pergeseran
titik terbit Matahari mengikuti garis edar Matahari. Posisi Matahari bergeser mulai dari
ekuator ke garis balik utara kemudian ke garis balik selatan dengan melewati ekuator. Setelah
sampai di garis balik selatan, posisi Matahari bergeser kembali lagi ke ekuator. Pergeseran
posisi Matahari disebabkan oleh kombinasi revolusi Bumi dan kemiringan sumbu Bumi
terhadap bidang ekliptika.

Pergeseran garis edar Matahari mengakibatkan perubahan lama siang dan malam. Pada waktu
tertentu di suatu tempat di Bumi mengalami malam lebih panjang dibanding siang atau siang
lebih lama daripada malam. Di Kutub Utara malam hari dapat berlangsung selama 24 jam dan
di Kutub Selatan siang hari dapat berlangsung selama 24 jam. Demikian pula sebaliknya.

Pergeseran garis edar Matahari dalam setahun serta perubahan keadaan siang dan malam
sebagai berikut:

Pada tanggal 21 Maret hingga 23 September.


1. Kutub Utara mendekati Matahari, sedangkan Kutub Selatan menjauhi Matahari. Posisi Kutub
Utara paling dekat dengan Matahari pada tanggal 21 Juni.
2. Belahan Bumi utara menerima sinar Matahari lebih banyak dibanding belahan Bumi selatan.
3. Panjang siang di belahan Bumi utara lebih lama dibanding di belahan Bumi selatan.
4. Matahari tampak bergeser ke utara hingga garis balik utara 23°30’ LU apabila diamati dari
ekuator.
Pada tanggal 23 September hingga 21 Maret.
1. Kutub Selatan mendekati Matahari, sedangkan Kutub Utara menjauhi Matahari. Posisi Kutub
selatan paling dekat dengan Matahari pada tanggal 22 Desember.
2. Belahan Bumi selatan menerima sinar matahari lebih banyak dibanding belahan Bumi utara.
3. Panjang siang di belahan Bumi selatan lebih lama dibanding belahan Bumi utara. Di sekitar
Kutub Utara ada daerah yang mengalami malam 24 jam dan di sekitar Kutub Selatan ada
daerah yang mengalami siang 24 jarn.
4. Matahari tampak bergeser ke selatan hingga 23°30’ LS apabila diamati dari ekuator.
Pada tanggal 21 Maret dan 23 September.

1. Kutub Utara dan Kutub Selatan berjarak sama dari Matahari.


2. Belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan menerima sinar Matahari sama banyak.
3. Lama siang dan malam sama panjang di seluruh belahan Bumi.
4. Di daerah ekuator, Matahari tampak melintas tepat di atas kepala.
Gerak Semu Matahari
Posisi matahari terhadap Bumi tidak tetap, tetapi mengalami pergeseran. Posisi Matahari pada
tangga1 22 Desember – 21 Juni bergeser ke utara hingga garis balik utara (GBU), yaitu garis
lintang 23°30’ LU. Sementara itu, pada tangga1 21 Juni – 22 Desember posisi matahari bergeser
ke arah selatan hingga arus balik selatan (GBS), lintang 23°30’ LS. Pada tangga1 21 Maret dan
23 September atau khatulistiwa. Pergeseran posisi Matahari disebut gerak semu harian
Matahari. Sebenarnya matahari tidak bergerak, tetapi Bumi yang bergerak.

Revolusi Bumi dengan sumbu rotasi yang miring menyebabkan seolah-olah posisi Matahari
bergeser. Kita dapat membuktikan adanya gerak semu Matahari dengan mengamati titik terbit
Matahari. Misalnya pada bulan ini Matahari terbit di atas bukit. Setelah sebulan, dua bulan, atau
tiga bulan titik terbit Matahari pasti bergeser mungkin ke sebelah utara atau selatan bukit.

Sumber: baca di sini


Gerak semu ini berdampak pada perubahan iklim di bumi. Perubahan iklim memiliki manfaat
bagi kehidupan antara lain:

1. Siklus air tetap berangsung, mengisi kembali volume air pada sungai-sungai episodik, dan
periodik, sehingga regenerasi tumbuhan dan hewan tetap terjaga.
2. Pergantian musim bagi sebagian hewan adalah masa kawin, untuk terus bereproduksi,
seperti ikan salmon.
3. Pergantian musim juga adalah masa migrasi hewan seperti burung sehingga proses
persebaran hewan dan tumbuhan terus berlangsung.

Materi 10.5 DINAMIKA LITOSFER DAN


DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Download PDF

Download Now!

Contents [hide]
 1 Struktur Lapisan Bumi
 2 Tenaga Yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
o 2.1 Tenaga endogen
 2.1.1 Vulkanisme
 2.1.1.1 Bahaya Gunung Api
 2.1.1.2 Manfaat gunung api
 2.1.1.3 Peristiwa pos vulkanis
 2.1.1.4 Gunung Api di Indonesia
 2.1.2 Seisme (Gempa Bumi)
 2.1.2.1 Skala Gempa
 2.1.3 Tektonisme
 2.1.3.1 Prinsip-prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer
o 2.2 Tenaga Eksogen
 2.2.1 Weathering
 2.2.2 Erosi (Pengikisan)
 2.2.3 Sedimentasi (Pengendapan)
 2.2.4 Pengangkutan Material (Mass Wasting)
 2.2.5 Denudasi
 3 Tanah (Pedosfer)
o 3.1 Lapisan Tanah
o 3.2 Terjadinya Tanah
o 3.3 Jenis Tanah
o 3.4 Tingkatan-tingkatan dalam Proses Perubahan Tanah :
 4 Batuan
o 4.1 Batuan Beku
o 4.2 Batuan Sedimen
o 4.3 Batuan Metamorf (malihan)
o 4.4 Bagikan ini:
o 4.5 Menyukai ini:

Struktur Lapisan Bumi


Lapisan kulit bumi sering disebut litosfer. Berasal dari kata litos artinya
batu, sfeeratau sphaira artinya bulatan. Jadi litosfer adalah lapisan kerak bumi atau kulit bumi
yang terdiri dari batu-batuan yang keras dan tanah, sedangkan tanah itu sendiri berasal dari
batuan yang melapuk. Batu-batuan pembentuk lapisan kerak bumi ini banyak mengandung
mineral-mineral yang berbentuk Kristal dan hablur. Selain itu ada juga beberapa jenis logam.
Tebal kulit bumi tidak merata. Kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal daripada di
bawah samudera. Bumi tersusun atas beberapa lapisan :

Barisfer, yaitu lapisan inti bumi merupakan bahan padat yang tersusun atas
lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Jari-jarinya ± 3.470 Km dan batas luarnya ±
2.900 Km di bawah permukaan bumi.
Asthenosfer (Mantle), adalah lapisan pengantara yaitu lapisan yang terdapat di atas barisfer
setebal ± 1.700 Km. berat jenisnya rata-rata 5 gram/cm3, merupakan bahan cair bersuhu tinggi
dan berpijar.
Litosfer, yaitu lapisan yang terletak di atas asthenosfer, dengan ketebalan ± 1.200 Km. berat
jenisnya rata-rata 2,8 gram/cm3. Litosfer terdiri atas dua bagian :

1. Lapisan Sial, yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisiumdan aluminium,
senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Dalam lapisan ini terdapat batuan antara lain batuan
sedimen, granit, andesit, dan batuan metamorf. Lapisan sial disebut juga lapisan kerak bersifat
padat dan kaku memiliki ketebalan ± 35 Km. kerak ini dibagi menjadi dua bagian yakni :
2. Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian atasnya
dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak ini yang menempati sebagai benua.
3. Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri atas endapan di laut pada bagian atas,
kemudian di bawahnya terdapat Batu-batuan vulkanik dan lapisan yang paling bawah tersusun
atas batuan beku gabro dan peridotit. Kerak ini menempati sebagai samudera.
4. Lapisan Sima, yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisiumdan magnesium dalam
bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada
lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium, yaitu mineral ferromagnesium dan
batuan basalt. Lapisan sima merupakan bahan yang bersifat elastis dan mempunyai ketebalan
rata-rata 65 Km.
Tenaga Yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
Read more: Tenaga Yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri dari tenaga endogen dan eksogen.
Tenaga endogen
Merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga ini dapat memberi bentuk relief di
permukaan bumi. Tenaga endogen ada yang mempunyai sifat membangun dan ada yang
mempunyai sifat merusak. Tetapi secara umum tenaga endogen bersifat membangun. Tenaga
endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi. Pergerakan
ini disebut diastropisme. Adanya tenaga endogen menyebabkan terjadinya pergeseran kerak
bumi. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan permukaan bumi berbentuk cembung, seperti
pegunungan atau gunung berapi, serta berbentuk cekung, seperti laut dan danau. Adapun yang
termasuk tenaga endogen meliputi:
Vulkanisme
Yang dimaksud dengan vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan naiknya
magma dari dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
serta sangat panas. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya
gas yang terkandung di dalamnya. Magma ini dapat berbentuk gas, padat dan cair.

Intrusi magma, adalah aktivitas magma di dalam lapisan litosfer, memotong atau menyisip
litosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma disebut juga plutonisme. Ekstrusi
magma adalah kegiatan magma yang mencapai permukaan bumi. Ekstrusi magma merupakan
kelanjutan dari intrusi magma.
Dilihat dari bentuk dan terjadinya, ada tiga macam gunung api, yaitu:

1. Gunung Api Maar. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan
eksplosif. Bahannya terdiri dari efflata. Contohnya gunung Lamongan di Jawa Timur.
2. Gunung Api Kerucut (Strato). Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan
lelehan effusif, secara bergantian. Bahannya berlapis-lapis, sehingga disebut lava gunung api
strato. Jenis ini yang terbanyak terdapat di Indonesia.
3. Gunung Api Perisai (Tameng). Bentuknya seperti perisai, terjadi karena lelehan maupun cairan
yang keluar dan membentuk lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali.
Sudut kemiringan lereng antara 1o – 10o. contohnya Gunung Maona Loa dan Kilanca di Hawaii.
Kuat atau lemahnya ledakan gunung api tergantung dari: tekanan gas, kedalaman dapur
magma, luasnya dapur magma, dan sifat magma (cair atau kental).

Enam macam erupsi:

Tipe Hawaiian
erupsi yang umumnya berupa semburan lava pijar seperti air mancur dan pada saat bersamaan
diikuti leleran lava pada celah-celah gunung berapi atau kepundan. Semburan ini bisa
berlangsung selama berjam-berjam hingga berhari-hari. Karena sangat cair, semburan lava ini
bisa mengalir berkilometer-kilometer jauhnya dari puncak gunung.

Erupsi tipe Hawaiian merujuk pada Gunung Berapi Kilauea yang terkenal akan semburan
lavanya yang spektakuler. Dua contoh erupsi jenis ini adalah letusan kawah Kilauea Iki di
puncak Gunung Kilauea (1959) dan letusan Maula Ulu pada 1969-1974.

Tipe Merapi
Letupan tipe ini diambil dari letusan gunung Merapi. Tipe letusan ini biasanya terjadi pada
gunung api tipe andesit yang berbentuk kerucut. Fragmen-fragmen guguran lava terbentuk
ketika kubah lava tidak stabil pada gunung api.

Tipe Strombolian
hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal,
umumnya terjadi pada gunung api sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.

Nama Strombolian diadopsi dari letusan gunung berapi Stromboli di Italia.

Beberapa letusan gunung berapi di Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan Gunung
Sinabung di Sumatera Utara dapat dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang mengeluarkan
lava yang cair tipis, tekanan gas yang sedang, material padat, gas, serta cairan.

Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi bersifat terus menerus, berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, serta tak dapat diperkirakan kapan berakhir.

Tipe Vulkanian
erupsi magmatik berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya melontarkan
bongkahan di sekitar kawah. Material yang dilontarkan tidak hanya berasal dari magma tetapi
bercampur dengan batuan samping berupa litik.
Letusan tipe ini dicetuskan Guiseppe Mercalli yang menyaksikan letupan di Pulau Vulcano,
sebelah utara Italia, tahun 1888-1890. Letusan ini diawali dengan letusan freatomagmatik yang
menghasilkan suara dentuman yang sangat keras. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
antara magma dan air di bawah permukaan.

Material yang dihasilkan oleh letusan tipe Vulcanian lebih luas dibandingkan letusan tipe
Hawaiian dan Strombolian. Letusan tipe Vulcanian pernah terjadi pada gunung api Guego
(Guatemala, 1944), Augustine (Alaska, 1976), Sakurajima (Jepang, 1985).

Tipe Pelean
Letusan tipe ini dinamai sesuai dengan letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique, kawasan
Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja terdapat
campuran gabungan lava dan tingkat gas yang tinggi. Saat erupsi, lava tersebut cenderung
encer dan mengalir dengan kecepatan tinggi sehingga sangat membahayakan.
Beberapa contoh letusan tipe Pelean adalah gunung Hibok-Hibok (1948-1951)

Tipe Plinian
merupakan letusan paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan abu setingi
50 kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya erupsi tipe Plinian
berwujud seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai sesuai dengan sejarawan Romawi, Pliny,
yang mencatat sejarah meletusnya Gunung Vesuvius pada tahun 79 Sesudah Masehi.

Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan seluruh puncak gunung, seperti yang terjadi pada
Gunung St Helens pada 1980. Namun, durasinya cukup singkat, kurang dari sehari atau
beberapa hari. Beberapa gunung berapi yang mempunyai karakteristik letusan tipe Planian
yaitu Krakatau (Indonesia, 1883) dan Tambora (Indonesia, 1815).

Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Gunung Api Aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu mengeluarkan
asap, gempa, dan letusan. Misalnya gunung Stromboli.
2. Gunung Api Mati, yaitu gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi. Misalnya
gunung Patuha, gunung sumbing, dan sebagainya.
3. Gunung Api Istirahat, yaitu gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian istirahat
kembali, misalnya gunung Ciremai, gunung Kelud, dan sebagainya.
Bagian-bagian dari gunung berapi terdiri atas:

1. Kaldera, ialah kawah kepundan yang amat besar, luas, dan bertebing curam yang ada di puncak
gunung berapi. Kaldera terjadi sewaktu gunung api meletus dengan hebat dan sebagian dari
puncak gunung api itu terbang, gugur ke dalam pipa kawah.
2. Saluran Diaterma (Saluran Kepundan), yaitu lubang besar yang berbentuk pipa panjang dari
puncak ke sumber magma tempat mengalirnya magma keluar permukaan bumi.
3. Dapur Magma, yaitu sumber dari kumpulan magma yang merupakan panas dari kerak bumi
berada.
4. Sill, adalah magma yang masuk di antara dua lapisan bahan sedimen dan membeku (intrusi
datar).
5. Lakolit, adalah magma yang masuk di antara batuan sedimen dan menekan ke atas sampai
bagian atas cembung dan bagian bawah datar.
6. Batolit, adalah magma yang menembus lapisan batu-batuan dan membeku di tengah jalan.
7. Gang, yaitu batuan dari intrusi magma yang memotong lapisan batuan yang berbentuk pipih
atau lempeng.
8. Apofisa, yaitu cabang dari erupsi korok (gang).
Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi, antara lain:

1. Efflata (Benda Padat).


Menurut asalnya efflata dibagi dua, yakni:
 efflata allogen: berasal dari batu-batuan sekitar pipa kawah yang ikut terlempar, dan
 efflata antogen: berasal dari magma sendiri atau disebut juga pyroclastic.
Menurut ukuran, efflata dibedakan atas:
 bom yaitu batu-batuan besar,
 lapili yaitu batu-batuan sebesar kacang atau kerikil,
 pasir,
 debu, dan
 batu apung.
Bahan Cair
Terdiri atas :

 Lava, yaitu magma yang telah sampai di luar;


 Lahar Panas, berupa lumpur panas mengalir yang terjadi dari magma yang bercampur air.
 Lahar Dingin, yaitu lumpur magma yang telah mendingin.
Ekshalasi (Bahan Gas)
Terdiri atas:

 Solfatara, yaitu gas belerang (H2S) yang keluar dari dalam lubang;
 Fumarol, yaitu uap air;
 Mofet, yaitu gas asam arang (CO2).
B A H AY A G U NU NG AP I
Gunung merapi yang sedang meletus sangat berbahaya karena mengeluarkan:

1. Banjir lahar;
2. Banjir lava;
3. Gelombang pasang;
4. Awan emulsi.
M A NF A A T G U NU NG A P I
Antara lain :

1. Menyuburkan tanah.
2. Dapat mendatangkan hujan.
3. Memperluas daerah pertanian karena semburan dan vulkanik
4. Memperbanyak jenis tanaman budi daya.
5. Menyebabkan letak mineral (barang tambang) dekat dengan permukaan tanah.
6. Menjadi tempat pariwisata dan sanatorium, karena udaranya yang sejuk.
7. Dapat dimanfaatkan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik (geotermal).
P E R I S T I WA P OS V UL KA NI S
Adalah peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati atau yang telah meletus.
Yang termasuk peristiwa pos vulkanis adalah :

1. Makdani, adalah mata air mineral yang biasanya panas. Mata air ini biasanya dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan, khususnya penyakit kulit.
2. Geiser, adalah mata air yang memancarkan air panas secara periodik. Ada yang memancar
setiap jam, satu hari, sampai satu minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai 10 – 100 meter.
Peristiwa mengalirnya magma keluar permukaan bumi disebut dengan erupsi. Berdasarkan
kekuatan letusannya, erupsi gunung berapi dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu :
2. Erupsi Effusif, yaitu erupsi yang terjadi dengan sangat lemah, tidak menimbulkan ledakan2.
3. Erupsi Eksplosif, yaitu erupsi yang terjadi dengan sangat kuat, disertai dengan ledakan2
dahsyat.
4. Erupsi Campuran, kekuatan erupsi campuran tidak sekuat erupsi eksplosif, namun lebih kuat
dari erupsi effusif.
Berdasarkan bentuk dan lokasi dari tempat keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan
menjadi:

1. Erupsi Vent (Erupsi Sentral). Pada erupsi jenis ini, magma keluar melalui pipa kepundan
gunung api dan jangka waktu erupsinya pendek.
2. Erupsi Linear (Fissure Eruption). Erupsi jenis ini tidak melalui lubang kepundan gunung berapi,
melainkan keluar meleleh lewat retakan2 kerak bumi.
3. Erupsi Areal. Yaitu magma keluar melalui lubang yang besar, karena magma terletak sangat
dekat dengan permukaan bumi sehingga magma menghancurkan dapur magma yang
menyebabkan magma meleleh keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow Stone National
Park di Amerika Serikat yang luasnya 10.000 Km2.
G U NU NG A P I D I I NDO NE S I A
Di Indonesia terdapat beberapa deretan pegunungan, yaitu:

1. Deretan pegunungan Sunda, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan berakhir di Pulau Banda.
2. Deretan Sirkum Australia, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Australia, ujung timur
Pulau Irian, masuk melalui bagian tengah Irian dengan puncak tertinggi Jayawijaya.
3. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan pegunungan yang membujur dari Kepulauan
Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan Gunung Una-Una yang
sering meletus) hingga Sulawesi Selatan.
4. Deretan Pegunungan Halmahera, yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari Pulau
Talaut, Pulau Maju dan Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera serta Pulau Ternate dan
Tidore, berbelok ke timur hingga Kepala Burung
5. Deretan Pegunungan Kalimantan, deretan ini bermula dari Pulau Palawan (Filipina) kemudian
masuk ke Kalimantan.
Seisme (Gempa Bumi)
Gempa bumi adalah getaran pada permukaan kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan dari dalam bumi. Timbulnya getaran ini dikarenakan adanya retakan atau dislokasi
pada kulit bumi. Jika terjadinya getaran karena adanya retakan di dasar laut, yang kemudian
merambat melalui air laut, maka terjadilah gempa laut yang dapat mengguncangkan kapal-
kapal dan menimbulkan gelombang pasang yang mencapai puluhan meter tingginya. Peristiwa
ini disebut dengan tsunami.

Dilihat dari intensitasnya ada dua macam jenis gempa yaitu:

1. Macroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan
alat.
2. Microseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan
menggunakan alat perekam.
Hal Ikhwal mengenai gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang ditimbulkannya dapat
diramalkan dan upaya penanggulangannya dapat dilakukan. Ilmu yang mempelajari gempa
bumi, gelombang-gelombang seismik serta perambatannya disebut seismologi.

Dalam kajian seismologi di perlukaan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting
adalah seismograf atau alat untuk mencatat gempa. Ada dua macam seismograf, yaitu:
1. Seismograf Horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
2. Seismograf Vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal.
Sumber gempa di dalam bumi disebut dengan Hiposentrum. Dari hiposentrum ini di teruskan
ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang dalam sekali, dan ada yang dangkal. Di
Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari 500 Km, contohnya di bawah laut
Flores ± 720 Km. Pusat gempa pada permukaan kulit bumi di atas hiposentrum disebut dengan
Episentrum. Kerusakan yang terbesar terdapat di sekitar episentrum. Daerah2 yang mengalami
gempa dapat dibuat peta. Pada peta tersebut ada beberapa macam garis, yaitu:
1. Homoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang pada saat yang sama mengalami
getaran gempa.
2. Isoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang dilalui oleh gempa yang sama
intensitasnya.
3. Pleistoseiste, yaitu garis yang mengelilingi daerah yang mendapat kerusakan terhebat dari
gempa bumi.
Gempa bumi merambat melalui tiga macam getaran, yaitu:

1. Getaran Longitudinal (Merapat Merenggang). Getaran ini berasal dari hiposentrum dan
bergerak melalui dalam bumi, kecepatan getarannya sangat cepat, hingga mencapai 7 sampai
14 Km per jam. Getaran ini datangnya paling awal dan merupakan getaran pendahuluan yang
pertama, itulah sebabnya disebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan
kerusakan
2. Getaran Transversal (Naik-Turun) Getaran ini asalnya juga dari hiposentrum dan bergerak
juga melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4 sampai 7 Km per jam. Getaran ini
datang setelah getaran longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua yang disebut
getaran sekunder.
3. Getaran Gelombang Panjang. Getaran ini asalnya dari episentrum dan bergerak melalui
permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8 sampai 3,9 Km per jam. Getaran ini
datangnya paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran ini yang menimbulkan
kerusakan.
Klasifikasi Gempa
Kita dapat membedakan macam-macam gempa bumi berdasarkan:

Hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa yaitu :

1. Gempa Dalam, jika hiposentrumnya terletak antara 300-700 Km di bawah permukaan bumi.
2. Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya terletak antara 100-300 Km di bawah permukaan
bumi.
3. Gempa Dangkal, jika hiposentrumnya terletak dari 100 Km di bawah permukaan bumi.
Atas dasar bentuk episentrumnya, dibedakan:
1. Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik karena
bentuknya bisa berupa daerah patahan.
2. Gempa Sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau gempa
runtuhan.
Atas dasar letak episentrum gempa, dibedakan atas:

1. Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut.


2. Gempa Daratan, jika episentrumnya di daratan.
Atas dasar jarak episentrum, gempa dibedakan atas:

1. Gempa Setempat, jika jarak tempat gempa terasa sampai ke episentrumnya kurang dari 10.000
Km.
2. Gempa Jauh, jika episentrum dan tempat gempa terasa berjarak sekitar 10.000 Km
3. Gempa Sangat Jauh, jika episentrum dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 Km.
Atas dasar peristiwa yang menyebabkan gempa, dapat dibedakan atas:

1. Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya dislokasi
atau karena gerakan lempeng. Gempa inilah yang dapat berakibat parah, terutama jika jarak
hiposentrumnya dangkal.
2. Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada saat dan sesudah peristiwa letusan
gunung api.
3. Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhnya bagian atas litosfer, karena bagian
sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di daerah kapur.
4. Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya gempa yang
terjadi akibat ledakan dinamit yang di gunakan untuk membuat gua/lubang untuk kegunaan
penggalian atau pertambangan.
Untuk menentukan letak episentrum caranya sebagai berikut:

Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf. Cara ini dengan mengguna-kan 3


seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atau seismograf horizontal yang berarah utara dan
selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat.

Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak satu homoseiste. Cara ini dengan menggunakan
seismograf di tiga tempat yang merasakan getaran gempa pada saat yang sama. Pertama-tama
kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena tiga seismograf maka didapat
dua garis. Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga episentrum terletak pada pertemuan dua
garis sumbu.
Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Untuk menentukan jarak
episentrum digunakan rumus Laska :
∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 Km

∆ = delta = jarak episentrum

S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam satuan
menit.
1′ = satu menit.

Contoh :

Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”.
berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari daerah Z ?
Jawab:
{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 Km
= ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 Km = 3.500 Km.
Sekarang misalnya letak episentrum dari tiga tempat, yaitu Z = 3.500 Km, Y= 5.250 Km,
dan X = 3.750 Km.
Maka cara membuatnya =:
Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 Km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25 cm, X =
3,75 cm.
Buat lingkaran sesuai jari-jari Z,Y,X.
Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum).
Dengan menggunakan lingkaran isoseiste. Dari laporan secara visual dapat dibuat
tanda2 pada peta yang kemudian dapat ditentukan beberapa isoseiste di daerah bencana
gempa. Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar ke arah dalam,
dapat ditentukan tempat episentrum.
S KA L A G E M P A
Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)
I MMI

Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang

II MMI

Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

III MMI

Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

IV MMI

Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang,
gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

V MMI
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah,
barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng
dapat berhenti.

VI MMI

Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester
dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.

VII MMI

Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan
konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-
retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII MMI

Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan
degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik
dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

IX MMI

Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak.
Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah
rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

XI MMI

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa
dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

XII MMI

Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap.
Benda-benda terlempar ke udara.
Skala Richter
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum,
yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa
(seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh,
misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang
terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka
kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter.
Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter. Persamaan dasar yang digunakan adalah:

Di mana A adalah ekskursi maksimum dari seismograf Wood-Anderson

Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan
matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter
yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam
milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau
jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping
ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter
dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis
dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan
memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter.

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia
Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa
yang terjadi di tempat lainnya.

Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di
bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak
representatif lagi.

Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang
magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan
di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.

Skala Richter Efek Gempa

Tidak terasa, namun terekam


2.0-2.9 oleh alat
Terasa dan dapat
10.0-10.9 menghancurkan sebuah benua

Seringkali terasa, namun jarang


3.0-3.9 menimbulkan kerusakan

9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil

< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa

Dapat terasa di separuh sisi


bumi. Biasanya hanya terjadi
akibat tumbukan meteorit
raksasa. Biasanya disertai
dengan gemuruh. Contohnya
tumbukan meteorit di teluk
11.0-11.9 Chesepeak.

Dapat merusak area hingga


6.0-6.9 jarak sekitar 160 km

Dapat menyebabkan kerusakan


serius hingga dalam area
8.0-8.9 ratusan mil

Dapat menyebabkan kerusakan


7.0-7.9 serius dalam area lebih luas

Dapat menyebabkan kerusakan


besar pada bangunan pada area
yang kecil. Umumya kerusakan
kecil pada bangunan yang
5.0-5.9 didesain dengan baik

Dapat diketahui dari


bergetarnya perabot dalam
ruangan, suara gaduh bergetar.
Kerusakan tidak terlalu
4.0-4.9 signifikan.
Bisa terasa di seluruh dunia.
Hanya terekam sekali, saat
tumbukan meteorit di
semenanjung Yucatan, 65 juta
tahun yang lalu yang
12.0-12.9 membentuk kawah Chicxulub

> 13.0 Belum pernah terekam

Tektonisme
Tektonisme adalah perubahan atau pergeseran letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau
vertikal. Jadi yang dimaksud dengan gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang
menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi:

Gerak Epirogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat,
berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas.
Ada dua macam gerak epirogenetik, yaitu:
 Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut
naik;
 Epirogenetk Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut
turun.
Gerak Orogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih cepat dan
meliputi daerah yang tidak begitu luas. Gerak ini disebut juga gerakan pembentuk pegunungan.
Bentuk gerakan orogenetik dapat dibedakan menjadi :
 Wraping (Pelengkungan). Pada muka bumi yang terdapat bentukan jenis ini, dataran akan
melengkung ke atas sehingga terbentuk suatu kubah atau yang disebut juga dengan Dome. Hal
ini disebabkan gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah, khususnya di daerah yang
berbatuan sedimen. Selain kubah, ada juga yang mengarah ke bawah hingga membentuk
cekungan atau basin, diameternya dapat mencapai beberapa mil.
 Folding (Pelipatan). Pelipatan akan terjadi apabila struktur batuan pada suatu daerah
menderita suatu tekanan yang lemah. Namun, berlangsung lama dan belum melampaui titik
patah batuan sehingga hanya membentuk lipatan. Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan
antiklin, sedangkan lembahnya disebut dengan sinklin.
 Jointing (Retakan). Retakan pada muka bumi terbentuk karena adanya pengaruh gaya
regangan yang mengarah ke dua arah yang berlawanan pada muka bumi sehingga terjadi
retakan2, tetapi masih bersambung. Retakan biasanya terjadi pada batuan yang rapuh sehingga
tenaga yang kecil saja sudah dapat membuat muka bumi retak2. Pada umumnya retakan ini
ditemukan pada puncak antiklinal, yang disebut tektonik joint.
 Faulting (Patahan). Jika folding atau pelipatan membentuk muka bumi dalam waktu yang
berlangsung lama maka faulting atau patahan terjadi karena tekanan yang kuat dan
berlangsung sangat cepat. Batuan tidak hanya mengalami retakan, juga
mengalami displacementatau sudah terpisah satu dengan lainnya. Pada umumnya, daerah
sepanjang patahan merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran
batuan kerak bumi. Patahan dapat menyebabkan turunnya bagian kulit bumi atau yang disebut
dengan graben, atau yang sering disebut juga dengan slenk. Selain menyebabkan turunnya
bagian kulit bumi, patahan juga dapat menyebabkan naiknya kulit bumi. Hal ini terjadi apabila
bagian di antara dua patahan mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dari
daerah sekitarnya, atau yang biasa disebut dengan horst.
P R I NS IP - PR I NS IP PE R G E S E RA N L E M P ENG L I T OS F ER
Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer yang
bersifat cair (plastis). Menurut para ahli geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak di sana-sini
sehingga terpecah-pecah membentuk suatu kepingan yang disebut lempeng litosfer dan
bergerak akibat adanya arus konveksi di asthenosfer. Jadi, tanah yang kita injak sebetulnya
bergerak rata2 sejauh 1 – 10 cm per tahun. Dengan adanya gerakan tersebut maka lempeng
litosfer saling berdesakan dan bertumbukan, maka timbul prinsip-prinsip pergeseran lempeng
litosfer, yaitu:
Lempeng litosfer saling bertumbukan (divergensi) di mana salah satunya sampai menyusup di
bawah lempeng litosfer lainnya.

Lempeng litosfer saling berpapasan, yang membentuk sesar mendatar.

Lempeng litosfer saling memisah (konvergensi), yang membentuk pegunungan di tengah


samudera.

Tenaga Eksogen
adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain berasal dari hujan, panas matahari,
angin, aliran air, dan luncuran gletser serta makhluk hidup. Tenaga eksogen dapat mengubah
bentuk permukaan bumi menjadi berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen ini
bersifat merusak. Artinya menyebabkan terjadinya kikisan atau erosi, pelapukan, dan
pengangkutan material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan bentuk sisa (residual)
dan bentuk endapan (depositional). Tenaga eksogen dapat di bagi menjadi:
1. Weathering
(Pelapukan)

Pelapukan adalah segala perubahan dalam batuan karena pengaruh keadaan cuaca (misalnya
air, suhu). Adanya perbedaan temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar pengaruhnya
terhadap batu-batuan.

Macam-macam jenis pelapukan antara lain:

Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik)


Pelapukan mekanik merupakan pelapukan batuan yang tidak disertai dengan perubahan
susunan kimia, seperti batuan yang besar pecah dan berubah menjadi semakin kecil,
selanjutnya sampai halus, tetapi susunan kimianya sama dengan batuan induknya. Sebab-sebab
pelapukan mekanis antara lain:

 Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan perubahan suhu.


 Pengerjaan garam.
 Daya erosi
 Gelombang laut yang memukul pantai.
Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia merupakan pelapukan batuan melalui proses kimia yang disertai dengan
perubahan susunan zat dari mineral batuan induknya. Contohnya : hancurnya batuan karena
larutan batuan kapur yang dicampur oleh air hujan yang banyak mengandung CO2.
Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh organisme-organisme
(tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia). Manusia dapat merusak ekosistem yang lebih besar
lagi, tetapi dapat juga memelihara ekosistem yang sudah rusak dan memperbaharui lagi.
Pelapukan organis sebagian masuk pelapukan fisik dan sebagian masuk pelapukan kimia.

Pelapukan biologis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Pelapukan biologis fisik, misalnya tekanan akar, merayapnya cacing, dan sebagainya.
 Pelapukan biologis kimia, misalnya pelapukan bunga tanah (humus), pengerjaan jasad hidup
pada batuan, yaitu dengan jalan mengeluarkan zat-zat tertentu.
2. Erosi (Pengikisan)
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan
benda-benda seperti air, es, angin, dan gelombang arus.

Macam-macam jenis erosi, yaitu:

Erosi Air
Air yang mengangkut batu-batuan yang hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih besar.
Peristiwa gesekan pada erosi air tergantung pada : kecepatan gerak, daya angkut air, dan
keadaan permukaan.

Abrasi
adalah pengikisan batuan yang disebabkan oleh pengerjaan air laut. Besar kecilnya gelombang
atau kecepatan angin, dapat menimbulkan perubahan bentuk di sepanjang pantai disebut
abrasi platform.

Gletser
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan es . pengikisan oleh es disebut juga
glasial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang tinggi sering terdapat salju abadi atau es. Es
bergerak turun melalui lereng dan mengikis dasar lereng gunung serta mendorongnya ke
lembah.

Korosi
pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan angin

3. Sedimentasi (Pengendapan)
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi di permukaan bumi, baik di daratan yang rata maupun di
lereng-lereng bukit, pegunungan atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-macam kekuatan.
Daerah yang terkena pelapukan maupun yang menerima hasil pelapukan menghasilkan
struktur morfologi yang berbeda-beda.

Bentukan-bentukan dalam proses pengendapan atau sedimentasi di daerah pantai antara lain:

1. Pesisir (Beach).Adalah pantai yang terdiri atas endapan pasir sebagai hasil erosi.
2. Dune Adalah bukit pasir di daerah pedalaman yang terjadi sebagai akibat hembusan angin di
daerah pasir yang luas.
3. Spit dan Bar. spit adalah material pasir sebagai proses pengendapan yang terdapat di muka
teluk, berbentuk memanjang, dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan. Sedangkan
ujung lain terdapat di laut.
4. Bar adalah penggunungan pasir dan kerikil yang diendapkan tepat di seberang teluk. Bila bar
ini menghubungkan dua pulau disebut tambolo.
5. Adalah bentukan dari proses pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran sungai di daerah
pantai. Dalam proses sedimentasi/pengendapan ini akan menghasilkan batuan sedimentasi.
Batuan sedimen juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tenaga alam yang mengangkut dan
tempat sedimen
Jenis-jenis sedimentasi:

Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya


 Sedimen Akuatis : pengendapan oleh air
 Sedimen Aeris (Aeolis) : pengendapan oleh angin
 Sedimen Glasial : pengendapan oleh es
 Sedimen Marine : pengendapan oleh air laut.
Berdasarkan tempatnya
 Teristris : pengendapan di darat
 Sedimen Fluvial : pengendapan di sungai
 Sedimen Limnis : pengendapan di rawa2 atau danau
 Sedimen Marine : pengendapan di laut
 Sedimen Glasial : pengendapan di daerah es.
4. Pengangkutan Material (Mass Wasting)
Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga
terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain.
Proses mass wastingberlangsung dalam empat jenis pergerakan material.
Jenis pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan
adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit
untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa
jenis.
 Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah menuruni lereng.
 Rayapan halus. Yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni
lereng.
 Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
 Rayapan batuan gletser (rock glatzer creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak.
 Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni
lereng di dalam saluran tertentu.
Jenis pergerakan cepat.
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut :

 Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air
menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.
 Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran
tertentu secara pelan hingga sangat cepat.
 Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni
lereng curam.
Longsor lahan (landslide).
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya
berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi menjadi:

 Yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai
suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
 Longsor puing. Yaitu peluncuran puing batuan yang tidak ter padatkan, dan berlangsung cepat
tanpa putaran ke belakang.
 Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal
atau menggantung.
 Longsor batu. Yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni
permukaan lapisan atau sesaran.
 Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam,
Amblesan (subsidens).
Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak
menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material
secara pelan-pelan di daerah massa yang ambles.

5. Denudasi
Adalah proses yang mengakibatkan perendahan relief daratan akibat longsor, pengerjaan
manusia dan lain sebagainya.

Tanah (Pedosfer)
Tanah (Pedosfer) yaitu suatu benda alam yang menempati lapisan kulit bumi yang teratas dan
terdiri atas butir tanah, air, udara, sisa tumbuh2an dan hewan, yang merupakan tempat
tumbuhnya tanaman.
Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peranan tanah yaitu sebagai tempat tegaknya tanaman,
tempat menyediakan unsur-unsur makanan, air, dan tempat menyediakan udara bagi
pernapasan akar. Kehidupan tanaman sangat ditentukan oleh sifat-sifat tanah, yang merupakan
lingkungan hidup sistem perakarannya.

Lapisan Tanah
Dalam garis besarnya lapisan tanah itu dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Lapisan Tanah Atas.
Lapisan ini tebalnya antara 10 cm – 30 cm, warnanya cokelat sampai kehitam-hitaman, lebih
gembur, yang disebut tanah olah atau tanah pertanian. Di sini hidup dan berkembang biak
semua jasad hidup tanah dan merupakan lapisan tanah yang tersubur sebagai tempat hidupnya
tanaman. Warna hitam atau cokelat dan suburnya tanah disebabkan oleh bunga tanah.

2. Lapisan Tanah Bawah.


Lapisan tanah kedua ini tebalnya antara 50 cm – 60 cm, lebih tebal daripada lapisan atas,
warnanya kemerah-merahan. Lebih terang atau lebih muda, dan lebih padat. Lapisan tanah ini
sering disebut dengan tanah cadas atau tanah keras. Di sini kegiatan jasad hidup berkurang.
Tanaman berumur panjang, yang mempunyai akar tunggang yang dalam dapat mencapai
lapisan tanah ini.

3. Lapisan Bahan Induk Tanah.


Lapisan tanah ketiga ini warnanya kemerah-merahan atau kelabu, keputih-putihan. Lapisan ini
dapat pecah dan diubah dengan mudah, tetapi sukar ditembus oleh akar. Di lereng2 gunung
lapisan ini sering kelihatan dengan jelas, di mana lapisan di atasnya telah hanyut oleh hujan.

4. Lapisan Batuan Induk.


Lapisan yang keempat ini disebut batuan induk. Masih merupakan batuan pejal, belum
mengalami proses pemecahan. Inilah merupakan bahan induk tanah yang mengalami
perubahan beberapa proses dan memakan waktu yang lama. Di pegunungan sering kelihatan,
tetapi tumbuh-tumbuhan tak dapat hidup.

Terjadinya Tanah
Tanah terjadi dari batuan induk, kemudian berubah menjadi bahan induk tanah, dan
berangsur-angsur menjadi lapisan tanah bawah, yang akhirnya membentuk tanah atas dalam
waktu yang lama sekali. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah, yaitu:

1. Sinar matahari
2. Air
3. Udara
4. Tumbuh-tumbuhan
5. Makhluk hidup
6. Jasad hidup dalam tanah.
Jenis Tanah
Jenis-jenis tanah, yaitu:

1. Tanah Vulkanis, yaitu tanah yang berasal dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh letusan
gunung berapi. Tanah ini terdapat banyak di sekitar gunung berapi.
2. Tanah Kapur, yaitu tanah yang tembus air, tanah ini kurang subur, dan banyak terdapat di
pegunungan kapur.
3. Tanah Laterit, yaitu tanah vulkanis yang telah kena proses pelarutan karena hujan yang banyak
serta suhu yang tinggi, sehingga warnanya dari kelabu berubah menjadi kemerah-merahan.
4. Tanah Padzol, yaitu tanah vulkanis yang terkena hujan banyak, tetapi dengan suhu yang
rendah, dan banyak terdapat di daerah pegunungan. Warnanya kekuning-kuningan.
5. Tanah Margalit, yaitu tanah yang terjadi dari batuan yang banyak mengandung kapur dengan
pengaruh hujan yang tidak merata sepanjang tahun, sehingga warnanya berubah menjadi
hitam.
6. Tanah Terrarosa, yaitu tanah yang terbentuk karena hasil pelarutan batuan kapur, tanah ini
banyak ditemukan di dasar-dasar lembah dan dolina-dolina pegunungan kapur.
7. Tanah Liat, yaitu jenis tanah yang memiliki butiran yang halus, dan bentuknya berupa lempeng
sifat dari tanah ini, bila kena air sangat lekat dan jika kering menjadi keras dan pecah-pecah.
8. Tanah Napal, yaitu tanah liat yang tercampur dengan batu kapur.
9. Tanah Kaolin, yaitu jenis tanah liat yang baik untuk membuat barang-barang keramik.
10. Tanah Rawang (organosol), yaitu tanah yang terbentuk dari sisa tumbuh-tumbuhan dan
terdapat di daerah yang berpaya-paya dan selalu tergenang air.
11. Tanah Padas, yaitu tanah yang padat, akibat mineral-mineral yang dikeluarkan oleh air dari
lapisan bagian atas tanah.
12. Tanah Aluvial, yaitu tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai.
Tanah ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian.
13. Tanah Pasir, yaitu tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Tanah ini sangat
miskin dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir yang terdapat di pantai-pantai
pasir disebutsand dune. Contohnya pantai Parangtritis, Yogyakarta.
14. Tanah Humus (Bunga Tanah), yaitu tanah yang terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang telah
membusuk. Tanah yang mengandung humus bersifat sangat subur dan umumnya berwarna
hitam.
15. Tanah Lempung (debu), Yaitu tanah yang tidak mudah merembaskan air. Tanah lempung lebih
berat daripada tanah pasir, tetapi lebih ringan daripada tanah liat. Butir-butirnya lebih halus
daripada tanah pasir, tetapi lebih longgar daripada tanah liat.
Tingkatan-tingkatan dalam Proses Perubahan Tanah :
1. Stadium Embrional : tanah yang masih berupa batuan segar.
2. Stadium Yuvernil : tanah muda remaja yang belum begitu produktif.
3. Stadium Veriil : tanah dewasa yang produktif
4. Stadium Seriil : tanah sudah tua dan kurang produktif.
Batuan
Batuan kulit bumi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Batuan Beku, 2) Batuan
Sedimen, 3) Batuan Metamorf (malihan)

1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang mendingin menjadi padat.
Berdasarkan tempat pendinginannya ada tiga macam batuan beku, yaitu:

Batuan Beku Dalam.


Batuan ini disebut juga batuan beku plutonik (batuan beku abyssis), terjadinya jauh di bawah
permukaan bumi, berasal dari magma yang mendingin. Pendinginan sangat lambat, sehingga
berlangsungnya proses kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu, batuan beku dalam terdiri
atas kristal2 penuh, mempunyai struktur (susunan) holokristalin atau granitis. Contohnya :
batu granit, diorit, gabro dan seynit.
Batuan Korok.
Batuan ini terbentuk di dalam korok-korok atau gang-gang di dalam kulit bumi. Karena
tempatnya dekat permukaan, pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya batuan ini terdiri
dari Kristal besar, Kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak mengkristal, yaitu bahan amorf.
Contohnya : granit porfir dan diorit porfirit.
Batuan Leleran/Beku Luar.
Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi, sehingga turunnya temperatur cepat sekali. Zat-zat
dari magma hanya dapat membentuk kristal-kristal kecil, dan sebagian ada yang sama sekali
tidak dapat mengkristal. Contohnya : liparit dan batu apung.
2. Batuan Sedimen
Bila batuan beku lapuk, bagian- bagiannya yang lepas mudah diangkut oleh air, angin, atau es
dan diendapkan di tempat lain. Batuan yang mengendap ini disebut batuan sedimen. Batuan ini
mula2 lunak, tetapi lama-kelamaan menjadi keras karena proses pembatuan.

Dilihat dari perantaranya batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
 Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis. Pengangkut batuan ini adalah angin, contohnya: tanah los,
tanah turf, dan tanah pasir di gurun.
 Batuan Sedimen Glasial. Pengangkutan batuan ini adalah es. Contohnya : moraine (moraine).
 Batuan Sedimen Akuatis. Pengangkutan batuan ini adalah air. Contohnya: Breksi (Brecci)
adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu-batuan yang bersudut tajam yang sudah melekat
satu sama lain. Konglomerat adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu-batuan yang bulat-
bulat yang sudah melekat satu dengan yang lainnya. Batu Pasir adalah batuan sedimen yang
berbutir-butir dan melekat satu sama lain.
Dilihat dari tempat pengendapannya ada tiga macam batuan sedimen, yaitu:
 Batuan Sedimen Lakustre. Adalah batuan sedimen yang diendapkan di danau. Contohnya
: turf danau, tanah liat danau.
 Batuan Sedimen Kontinental. Adalah batuan sedimen yang diendapkan di daratan. Contohnya :
tanah los, tanah gurun pasir.
 Batuan Sedimen Marine. Adalah batuan sedimen yang diendapkan di laut. Contohnya : lumpur
biru di pantai, endapan radiolarian di laut dalam dan lumpur merah.
3. Batuan Metamorf (malihan)
Baca Materi Selanjutnya: Materi 10.6 DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN
Batuan ini merupakan batuan yang telah mengalami perubahan yang dahsyat secara kimiawi.
Asalnya dapat dari batuan beku atau batuan sedimen. Batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:

1. Batuan Metamorf Kontak Batuan ini terjadi akibat suhu yang sangat tinggi. Biasanya terletak
dekat dengan dapur magma. Contohnya : marmer, dan batu bara.
2. Batuan Metamorf Dinamo. Batuan ini terjadi karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu yang
lama, disebut juga metamorf kinetik. Contohnya: batu asbak, antrasit, schist dan shale.
3. Batuan Metamorf Pneumatolitis Kontak Terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi dan
mendapat tambahan gas lain pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Contohnya, batu
permata dan topas.
Materi 10.6 DINAMIKA ATMOSFER DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa
lapisan dan berfungsi melindungi bumi dari radiasi dan pecahan planet lain (meteor).
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer yang menekankan pada lapisan udara yang
menyelubungi bumi. Beberapa hal pokok yang dipelajari dalam meteorologi di antaranya adalah
angin, awan, cuaca, guntur, gejala cahaya, endapan air di udara, serta suhu dan tekanan udara.
download PDF

Download Now!

Contents [hide]
 1 Dua bagian utama atmosfer
 2 Atmosfer dan Lapisannya
 3 Penyelidikan Atmosfer dan Kegunaannya
 4 Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
o 4.1 Unsur-unsur Cuaca
 4.1.1 Suhu atau Temperatur Udara
 4.1.2 Tekanan Udara
 4.1.3 Kelembaban Udara
 4.1.4 Angin
 4.1.4.1 Jenis-jenis Angin
 4.1.4.1.1 Angin Darat dan Angin Laut
 4.1.4.1.2 Angin Gunung dan Angin Lembah
 4.1.4.1.3 Angin Siklon dan Angin Antisiklon
 4.1.4.1.4 Angin Pasat
 4.1.4.1.5 Angin Muson
 4.1.5 Awan
 4.1.6 Curah Hujan
o 4.2 Klasifikasi dan Tipe Iklim
 4.2.1 Iklim dan Faktor Pembentuknya
 4.2.2 Macam-Macam Iklim
 4.2.2.1 Iklim Matahari
 4.2.2.2 Iklim Fisis
 4.2.2.3 Iklim Menurut Köppen
 4.2.2.4 Iklim Menurut Oldeman
 4.2.2.5 Iklim Menurut Mohr
 4.2.2.6 Iklim Menurut Schmidt Ferguson
 4.2.2.7 Iklim Menurut J.W. Junghuhn
 5 Distribusi Curah Hujan di Indonesia
 6 Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam
 7 Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
 8 Gejala Alam Penyebab Perubahan Iklim Global
o 8.1 Efek Rumah Kaca
o 8.2 El Nino
o 8.3 La Nina
o 8.4 Kebocoran Ozon
 9 Lembaga-lembaga penyedia data Cuaca dan Iklim
o 9.1 BMKG
o 9.2 LAPAN
o 9.3 Bagikan ini:
o 9.4 Menyukai ini:

Dua bagian utama atmosfer


Dua bagian utama yang dipelajari di atmosfer sebagai berikut.

1. Bagian atmosfer atas,


Bagian atmosfer atas, yang dimonitor dengan menggunakan balon yang dilengkapi dengan
meterogram (alat pencatat temperatur, tekanan, dan basah udara), juga balon yang dipasangi
alat berupa radio sonde yang dapat memancarkan hasil penyelidikan mengenai temperatur,
tekanan, dan lengas udara ke permukaan bumi.

2. Bagian atmosfer bawah,


Bagian atmosfer bawah, yang dimonitor dengan beberapa alat pencatat secara langsung
dengan menggunakan termometer, anemometer, altimeter, barometer, dan alat lainnya.

Atmosfer dan Lapisannya


Read more: Atmosfer dan Lapisannya
Lapisan atmosfer terdiri atas enam bagian sebagai berikut.

1. Troposfer berada pada 0–12 Km dari muka bumi


Fenomena dan peristiwa cuaca, seperti angin, hujan, awan, halilintar, dan lain-lain terjadi pada
lapisan ini sehingga lapisan ini sangat besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup di bumi
yang langsung berinteraksi.

Troposfer terdiri atas:

1. lapisan planet air, pada ketinggian 0–1 Km,


2. lapisan konveksi, pada ketinggian 1–8 Km, dan
3. lapisan tropopause, pada ketinggian 8–12 Km.
Lapisan pembatas antara lapisan troposfer dengan stratosfer disebut tropopause, merupakan
temperatur yang relatif konstan.

Pada lapisan tropopause aktivitas udara secara konveksi akan terhenti.

Lapisan troposfer di kutub setinggi ± 8 Km dengan suhu ± –46°C, di daerah sedang setinggi ±
11 Km suhu dengan ± –50°C, dan di daerah ekuator setinggi ± 16 Km dengan suhu ± –50°C.
Temperatur troposfer relatif tidak konstan yang berarti semakin tinggi posisinya akan semakin
rendah temperaturnya.

2. Stratosfer, berada pada 12–60 Km dari muka bumi


Stratosfer terdiri atas:

1. lapisan isoterm,
2. lapisan panas, dan
3. lapisan campuran teratas.
Pada ketinggian 35 Km terbentuk ozon (O3) di stratosfer, dan perbedaan ketinggian pada
lapisan ini akan menyebabkan perbedaan temperatur.

Lapisan peralihan antara stratosfer dan mesosfer disebut stratopause, yang temperaturnya
relatif konstan.

Daerah stratopause di ketinggian 50 Km suhu mencapai 5°C.

Lapisan ozon (O3) adalah lapisan yang melindungi troposfer dan permukaan bumi dari radiasi
sinar ultraviolet yang berlebihan sehingga tidak merusak kehidupan di bumi.

3. Mesosfer, berada pada 60–80 Km dari muka bumi


Mesosfer berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi dari kejatuhan meteor. Meteor yang
menuju bumi akan terbakar dan hancur sebelum sampai di permukaan bumi.

Temperatur berkisar antara –50°C sampai 70°C.

Mesosfer terletak di antara lapisan stratopause dan mesopause. Lapisan peralihan antara
mesosfer dengan stratosfer disebut mesopause.

4. Termosfer, berada 80–100 Km dari muka bumi


Sebagian molekul dan atom-atom udara mengalami ionisasi pada lapisan ini. Peristiwa
penambahan dan pengurangan elektron menghasilkan cahaya yang berwarna-warni, cahaya ini
sering terjadi di kutub utara dan selatan yang disebut aurora.

Temperatur termosfer berkisar antara 40°C sampai 1.232°C.

5. Ionosfer, berada 100–800 Km dari muka bumi


Seluruh atom dan molekul udara mengalami ionisasi di dalam lapisan ini.

Daerah ionosfer berkisar mengandung muatan listrik.

Terdapat tiga lapisan pada ionosfer, yaitu:


1. lapisan Kennelly Heavyside (lapisan E), pada ketinggian antara 100–200 Km;
2. lapisan Appleton (lapisan F), pada ketinggian 200–400 Km;
3. gelombang radio mengalami pemantulan (gelombang panjang dan pendek) pada kedua lapisan
di atas;
4. lapisan atom, berada pada ketinggian 400–800 Km.
5. Eksosfer, berada pada lebih dari 800 Km–3.260 Km dari muka bumi
Eksosfer merupakan lapisan atmosfer yang paling luar (jauh) dari bumi.

Pada lapisan inilah meteor mulai berinteraksi dengan susunan gas atmosfer bumi.

Pengaruh gaya berat dan gravitasi bumi pada lapisan ini sangat kecil.

Penyelidikan Atmosfer dan Kegunaannya


Penyelidikan atmosfer mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain, sebagai berikut:

1. sebagai pedoman dalam membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek ataupun
jangka panjang. Ramalan cuaca sangat penting bagi kepentingan pertanian, penerbangan,
pelayaran, peternakan, dan lain-lain;
2. sebagai dasar untuk menyelidiki syarat-syarat hidup dan ada tidaknya kemungkinan hidup di
lapisan udara bagian atas;
3. sebagai pedoman untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dilakukannya hujan buatan di
suatu wilayah tertentu;
4. untuk mengetahui sebab-sebab gangguan yang terjadi pada gelombang radio, televisi, dan
menemukan cara untuk memperbaiki hubungan melalui udara. Penyelidikan atmosfer tersebut
bertempat di stasiun meteorologi atau observatorium meteorologi.
Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang lama (lebih
kurang selama 30 tahun), sedangkan cuaca adalah kondisi atmosfer pada suatu tempat yang
tidak luas pada waktu yang relatif singkat. Dalam pengertian yang lebih singkat cuaca ialah
keadaan udara pada saat tertentu di suatu tempat. Cuaca mempunyai jangkauan waktu 24 jam
dan jika lebih merupakan prakiraan cuaca. Keadaan atmosfer dapat diamati setiap hari.
Misalnya, pada hari berawan, hari hujan, angin kencang, dan sebagainya.

Dengan pengamatan pada Unsur-unsur cuaca, dapat dilakukan perkiraan cuaca pada waktu
dan lokasi tertentu. Untuk itu, sangatlah penting dilakukan pengamatan dan penelitian
mengenai cuaca, iklim, dan Unsur-unsur pembentuknya.

Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah memiliki panas sendiri yang
berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil artinya dibandingkan dengan panas matahari. Panas
matahari mencapai 60 gram kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55
gram/cm2 tiap tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43%
dari keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali ke angkasa.
Panas bumi sangat tergantung kepada banyaknya panas yang berasal dari matahari ke bumi.
Perbedaan temperatur di bumi dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan alamnya.
Indonesia termasuk wilayah beriklim tropis karena terletak pada lintang antara 6°08′ LU dan
11°15′ LS, ini terbukti di seluruh wilayah Indonesia menerima rata-rata waktu penyinaran
matahari cukup banyak. Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi sebagian
dipantulkan kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan segala sesuatu di permukaan
bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sebagai berikut.

1. Lama penyinaran matahari, semakin lama penyinaran semakin tinggi pula temperaturnya.
2. Tinggi rendah tempat, semakin tinggi tempat semakin kecil (rendah) temperaturnya.
3. Sudut datang sinar matahari, semakin tegak arah sinar matahari (siang hari) akan semakin
panas. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang datangnya miring (pagi dan sore hari) lebih
luas daripada yang tegak (siang hari).
4. Keadaan tanah, yaitu tanah yang kasar teksturnya dan berwarna hitam akan banyak menyerap
panas dan tanah yang licin (halus teksturnya) dan berwarna putih akan banyak memantulkan
panas.
5. Angin dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang berasal dari daerah dingin akan
mendinginkan daerah yang dilaluinya.
6. Keadaan udara, banyaknya kandungan awan (uap air) dan gas arang, akan mengurangi panas
yang terjadi.
7. Sifat permukaan, daratan lebih cepat menyerap dan menerima panas daripada lautan.
Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi akan berangsur memanasi udara di
sekitarnya. Pemanasan terhadap udara melalui beberapa cara, yaitu turbulensi, konveksi,
kondensasi, dan adveksi.

Turbulensi ialah penyebaran panas secara berputar-putar dan penyebaran panasnya


menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang belum panas.
Konveksi ialah pemanasan secara vertikal dan penyebaran panasnya terjadi akibat adanya
gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas ini menjadi panas
karena pengaruh udara bawahnya yang sudah terlebih dahulu panas.
Konduksi ialah pemanasan secara kontak langsung atau bersinggungan langsung. Pemanasan
ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat dengan permukaan bumi akan menjadi
panas setelah bersinggungan dengan bumi yang memiliki panas dari dalam.

Adveksi ialah penyebaran panas secara horizontal yang mengakibatkan perubahan fisik udara
di sekitarnya, yaitu udara menjadi panas.
Letak astronomis Indonesia berada pada 94°45′ BT – 141°05′ BT dan 6°08’LU – 11°15′ LS serta
dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga sangat memengaruhi keadaan suhu udara rata-rata
setiap hari sepanjang tahunnya. Posisi Indonesia yang terletak pada daerah lintang rendah
menyebabkan suhu rata-rata tahunan yang tinggi, yaitu kurang lebih kurang lebih 26°C.

Perbedaan suhu juga dipengaruhi oleh ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin
tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya. Perbedaan suhu ini memengaruhi habitat
beragam jenis tanaman yang tumbuh di dalamnya. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan
sehingga luas wilayah perairan sangat luas, hal ini sangat memengaruhi kondisi suhu di
wilayahnya. Karena kondisi tersebut menimbulkan tidak terjadinya perbedaan suhu yang
besar antara suhu maksimum dan suhu minimum tahunannya.

Perubahan suhu di Indonesia terjadi karena faktor-faktor seperti berikut ini:

1. adanya perbedaan suhu siang dan malam; suhu maksimum terjadi pada siang hari sekitar
pukul 13.00–14.00, sedangkan suhu minimum terjadi saat menjelang pagi lebih kurang pukul
04.30;
2. adanya perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut, setiap kenaikan 100 m suhunya turun
lebih kurang 0,5°C.
Unsur-unsur Cuaca
Komponen cuaca antara lain terdiri atas temperatur udara, tekanan udara, curah hujan, angin,
awan, kelembapan udara, dan curah hujan.

1. Suhu atau Temperatur Udara


Panas bumi bersumber dari matahari. Tingkat dan derajat panas matahari diukur dengan
menggunakan alat termometer. Suhu udara di bumi semakin naik ke atmosfer semakin turun,
dengan teori setiap kita naik 100 m suhu akan turun 1°C (udara dalam keadaan kering). Secara
horizontal, suhu di berbagai tempat di permukaan bumi tidak sama. Dengan menggunakan peta
isoterm perbandingan suhu satu tempat dengan tempat yang lain akan mudah dilihat. Garis
isoterm adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan suhu rata-rata yang sama.
Perubahan suhu sepanjang hari dapat diketahui dengan melihat catatan suhu pada termograf
dan termometer. Suhu tertinggi biasa terjadi pada pukul satu atau dua siang, sedangkan suhu
terendah biasa terjadi pukul empat atau lima pagi. Dari rata-rata derajat panas sepanjang
harinya didapatkan suhu harian.

Dalam satu bulan terdapat catatan suhu harian yang tidak sama setiap harinya. Dari catatan
suhu harian selama satu bulan kemudian diambil rata-rata dan dihasilkan suhu bulanan. Suhu
bulanan juga tidak sama setiap bulannya. Daerah dengan topografi rendah relatif lebih panas
dibandingkan daerah berbukit dan pegunungan. Daerah khatulistiwa yang bersifat tropis lebih
panas dibanding daerah subtropis dan kutub.

2. Tekanan Udara
Permukaan bumi ini secara langsung ditekan oleh udara karena udara memiliki massa. Karena
udara adalah benda gas yang menyelubungi bumi dan mempunyai massa, akan terjadi
peristiwa di bawah ini.

1. Massa udara menumpuk di permukaan bumi dan udara di atas menindih udara di bawahnya,
tekanan ini dinamakan tekanan udara.
2. Massa udara dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Hal ini menyebabkan semakin dekat dengan
bumi udara semakin mampat dan semakin ke atas semakin renggang. Akibatnya, semakin
dekat dengan bumi tekanan udara semakin besar dan sebaliknya.
3. Massa udara jika mendapatkan panas akan memuai dan jika mendapatkan dingin akan
menyusut.
Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Toricelli pada tahun 1643
menciptakan barometer air raksa. Karena barometer air raksa tidak mudah dibawa ke mana-
mana, dapat menggunakan barometer aneroid sebagai penggantinya. Tekanan udara akan
berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari
permukaan laut semakin rendah tekanan udaranya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat
akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung tekanan udara adalah milibar,
sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang
sama disebut isobar.

Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut juga dapat diukur dengan menggunakan
barometer. Kenaikan 10 m suatu tempat akan menurunkan permukaan air raksa dalam tabung
sebesar 1 mm. Dalam satuan milibar (mb), setiap kenaikan 8 m pada lapisan atmosfer bawah,
tekanan udara turun 1 mb, sedangkan pada atmosfer atas dengan kenaikan > 8 m tekanan
udara akan turun 1 mb. Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat
dinamakan juga altimeter yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian kapal udara yang
sedang terbang.

3. Kelembaban Udara
Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu: kelembapan mutlak dan kelembapan
nisbi. Kelembapan mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu satuan
volume di udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air di dalam udara berupa
perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air
maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.

Angka-angka persentase tersebut menunjukkan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan
relatifnya berkurang. Oleh sebab itu, nilai kelembapan relatif tertinggi terjadi pada pagi hari
dan nilai terendah terjadi pada sore hari. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan
nisbi adalah higrometer rambut. Higrometer yang mencatat kelengkapan data secara geometris
disebut higrograf.

4. Angin
Perbedaan tekanan udara di satu tempat dengan tempat yang lain menimbulkan aliran udara.
Pada dasarnya angin terjadi disebabkan oleh perbedaan penyinaran matahari pada tempat-
tempat yang berlainan di muka bumi. Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan
udara. Aliran udara berlangsung dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan
tekanan udara yang lebih rendah. Udara yang bergerak inilah yang disebut angin.

Arah angin dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
menggunakan bendera angin. Arah angin juga dapat diketahui dengan menggunakan baling-
baling angin. Pada saat ini telah ditemukan alat yang mampu mengukur arah dan kecepatan
angin secara bersamaan. Arah angin biasanya dinyatakan dalam derajat, 360° atau 0° berarti
angin utara; 90° angin timur; 180° angin selatan; dan 270° angin barat. Kecepatan angin dapat
diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Biasanya digunakan anemometer
mangkuk, yang terdiri atas bagian inti berupa tiga sampai empat mangkuk yang dapat berputar
pada sumbu tegak lurus. Mangkuk-mangkuk tersebut akan berputar jika bagian yang cekung
ditiup angin. Arah dan kecepatan angin pada suatu waktu dapat diketahui melalui anemometer
dan hasil catatannya anemogram yang berupa skala.

Salah satu kegunaan pengukuran arah dan kecepatan angin adalah untuk keperluan
penerbangan dan navigasi di samping untuk keperluan lain. Dengan mengetahui arah dan
kecepatan angin di permukaan bumi, dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan
arah dan panjang landasan pacu pesawat terbang, jumlah penumpang yang harus diangkut,
serta bahan bakar yang diperlukan. Untuk itu, perlu diadakan penyelidikan mengenai arah dan
kecepatan angin pada lapisan udara atas. Studi dan penelitian tentang angin biasa
menggunakan balon udara yang diikuti arah geraknya dengan menggunakan alat teodolit.
Teodolit merupakan teropong yang berfungsi untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal.
Dengan mengetahui kedudukan balon tiap menitnya akan diketahui pula arah dan kecepatan
angin pada ketinggian tertentu. Cara ini hanya terbatas pada ketinggian 6 sampai 7 Km.

Pengukuran di atas ketinggian tersebut dilakukan dengan alat yang disebut rawin. Alat ini
terdiri atas balon yang lebih besar dan dilengkapi dengan reflektor atau pemancar radio. Dalam
penelitian-penelitian modern sekarang ini, satelit mempunyai peranan penting di dalam
melakukan pengukuran pada lapisan-lapisan udara, termasuk penelitian tentang angin.

Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain, sebagai berikut.

Gradien barometrik
Gradien barometrik yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua
garis isobar yang dihitung untuk tiap-tiap 111 Km = 1° di ekuator. Satuan jarak diambil dari 1°
di ekuator yang panjangnya sama dengan 111 Km (1/360 × 40.000 Km = 111 Km).

Hukum Stevenson
Hukum ini menyatakan bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradien
barometriknya. Semakin besar gradien barometriknya semakin besar kecepatannya.

Relief permukaan bumi


Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan dan sebaliknya.

Ada tidaknya pohon-pohon yang lebat dan tinggi


Kecepatan angin dapat dihambat oleh adanya pohon-pohon yang lebat dan tinggi.

Buys Ballot seorang meteorolog berkebangsaan Belanda membuat hukum mengenai arah
angin, yaitu:

”Udara mengalir dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan


minimum. Arah angin akan membelok ke kanan di belahan bumi utara, serta
membelok ke kiri di belahan bumi selatan”.
Pembiasan arah angin terjadi disebabkan oleh rotasi bumi dari barat ke timur, serta bentuk
bumi yang bulat, sesuai hukum coriolis. (pembelokkan arah benda yang bergerak ketika dilihat
dari kerangka acuan yang berputar. Benda yang bergerak lurus dalam kerangka berputar, akan
terlihat belok oleh pengamat yang diam pada kerangka itu).
Lebih lengkap tentang gaya coriolis: Baca di sini
Kekuatan dan kecepatan angin dapat ditentukan dengan skala Beaufort.

Lebih lengkap tentang skala Beaufort: Baca di sini


J E NI S - JE NI S ANG I N
Macam angin akibat sirkulasi udara setempat:
 A NG I N D A RA T DA N A NG I N L A U T
Angin darat bertiup dari darat menuju laut, sedang angin laut bertiup dari laut menuju ke
darat. Angin darat dan angin laut dapat terjadi karena adanya perbedaan penyerapan panas
Matahari antara daratan dan lautan.

Angin laut terjadi pada siang hari, karena suhu di darat lebih tinggi karena pantulan panas
matahari merenggangkan udara di daratan. Karena merenggang, udara di daratan naik
sehingga tekanannya turun dan menyebabkan udara bergerak dari lautan ke daratan.

Angin darat terjadi pada malam hari, karena suhu di laut pada waktu malam lebih tinggi karena
air laut dapat menahan panas matahari yang telah diperoleh pada siang hari. Sedang di
daratan, udara lebih dingin karena daratan tidak mendapat pemanasan dan tidak dapat
mengikat panas lebih lama dari air. Karena suhu panas tersebut, udara di lautan merenggang
sehingga tekanan udara di lautan turun dan menyebabkan udara bergerak dari darat ke lautan.

 A NG I N G U NU NG D AN A NG I N L E M B A H
Selain di antara daratan dan lautan, perbedaan pemanasan juga terjadi di antara kawasan
pegunungan dan lembah.

Pada siang hari, pegunungan lebih dulu mendapat pemanasan dibandingkan lembah.
Karenanya, udara di gunung pada siang hari lebih renggang, maka tekanan udara di gunung
menjadi lebih rendah. Karena rendahnya tekanan udara di gunung, udara yang ada di lembah
bergerak naik ke gunung sebagai angin lembah.

Pada malam hari, pegunungan lebih dulu mendingin, sedangkan lembah masih hangat. Oleh
sebab itu udara di lembah pada malam hari lebih renggang, maka tekanan udara di lembah pun
menjadi lebih rendah. Rendahnya tekanan udara di lembah menyebabkan udara yang ada di
gunung bergerak turun ke lembah sebagai angin gunung.

 A NG I N S I KL O N DA N A NG I N A NT I S I KL O N
Angin siklon adalah udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi
menuju titik pusat tekanan udara rendah. Gerakan udara ini terlihat berputar dari beberapa
daerah bertekanan udara tinggi yang mengelilingi daerah bertekanan udara rendah.
Adapun angin antisiklon bergerak dari suatu daerah sebagai pusat bertekanan udara tinggi
menuju daerah bertekanan udara rendah yang mengelilinginya. Gerakan udara ini terlihat
berputar menyebar ke arah daerah bertekanan udara rendah. Arah perputaran angin siklon
dan antisiklon di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan berbeda.

Macam-macam angin akibat sirkulasi udara global:


 A NG I N P A SA T
Angin pasat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke
daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Pasat Timur Laut bertiup di belahan bumi
Utara dan Angin Pasat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.

Angin pasat terjadi bila terjadi perbedaan densitas udara di daerah sekitar lintang 30 derajat
(baik lintang utara maupun selatan yang bertekanan maksimum dan sekitar lintang 10 derajat
yang bertekanan minimum. Akibatnya di belahan bumi utara, angin akan menyerong ke kanan,
sedangkan di belahan bumi selatan, angin akan menyerong ke kiri

 A NG I N M U S O N
Angin muson yang terjadi di Indonesia ada dua, yaitu muson barat dan muson timur. Angin
muson ini disebabkan adanya perbedaan tekanan udara dua benua yang mengapit kepulauan
Indonesia, yaitu Benua Asia yang kaya perairan dan Australia yang kering.

Angin Muson Barat


Angin muson barat terjadi pada bulan Oktober-April. Pada bulan-bulan itu kedudukan
matahari berada di belahan bumi selatan. Akibatnya, belahan bumi selatan suhunya lebih tinggi
dari pada belahan bumi utara. Oleh karena itu angin bertiup dari belahan bumi utara ke
belahan bumi selatan.

Angin Muson Timur


Angin muson timur terjadi pada bulan April-Oktober. Saat itu kedudukan matahari berada di
belahan bumi utara. Dapatkah kamu menjelaskan mengapa angin muson timur bertiup dari
belahan bumi selatan ke utara

5. Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air atau kristal-kristal es yang halus dalam udara di atmosfer
yang terjadi karena adanya pengembunan dan pemadatan uap air yang terdapat di udara
setelah melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat karena
sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu. Pembagian awan berdasarkan hasil kongres
internasional tentang awan yang dilaksanakan di München, Jerman pada tahun 1802 dan
Uppsala, Swedia pada tahun 1894, sampai saat ini masih digunakan sebagai acuan utama.

Awan tinggi, berada pada ketinggian antara 6 Km–12 Km, terdiri dari kristal-kristal es karena
ketinggiannya. Kelompok awan tinggi, antara lain sebagai berikut.
Cirrus (Ci): Awan ini halus dengan struktur seperti serat, berbentuk menyerupai bulu burung
dan tersusun seperti pita yang melengkung di langit sehingga tampak bertemu di satu atau dua
titik pada horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
Cirro Stratus (Ci-St): Awan ini berbentuk menyerupai kelambu putih yang halus dan rata
menutup seluruh langit sehingga tampak cerah, atau terlihat seperti anyaman yang bentuknya
tidak beraturan. Awan ini sering menimbulkan terjadinya hallo, yaitu lingkaran yang bulat dan
mengelilingi matahari atau bulan, dan biasa terjadi pada musim kering.
Cirro Cumulus (Ci-Cu): Awan ini berpola terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es
sering kali berbentuk seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan di
permukaan bumi.
Awan menengah, berada pada ketinggian antara 3–6 Km. Kelompok awan menengah, antara
lain sebagai berikut.
Alto Cumulus (A-Cu): Awan ini berukuran kecil-kecil, tetapi berjumlah banyak dan berbentuk
seperti bola yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan ini
bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
Alto Stratus (A-St): Awan ini bersifat luas dan tebal dengan warna awan adalah kelabu.
Awan rendah, berada pada ketinggian kurang dari 3 Km. Kelompok awan rendah, antara lain
sebagai berikut.
Strato Cumulus (St-Cu): Awan ini berbentuk bola-bola yang sering menutupi seluruh langit
sehingga tampak menyerupai gelombang di lautan. Jenis awan ini relatif tipis dan tidak
menimbulkan hujan.
Stratus (St): Awan ini berada pada posisi yang rendah dan agihan yang sangat luas dengan
ketinggian <2000>
Nimbo Stratus (Ni-St): Awan ini berbentuk tidak menentu dengan tepi compang-camping tak
beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis, berwarna putih kegelapan, dan
penyebarannya di langit cukup luas.
Awan yang terjadi karena udara naik, berada pada ketinggian antara 500 m–1.500 m.
Kelompok awan ini, antara lain sebagai berikut.
Cumulus (Cu): Awan tebal dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari
karena udara yang naik, dan akan tampak terang jika mendapat sinar langsung dari matahari
dan terlihat bayangan berwarna kelabu jika mendapat sinar matahari dari samping atau
sebagian saja.
(Cumulus Nimbus (Cu-Ni): Awan inilah yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan
guntur, bervolume besar dengan ketebalanyang tinggi, posisi rendah dan puncak yang tinggi
sebagai menara atau gunung dengan puncaknya yang melebar.
Terjadinya hujan tidak tergantung pada tebal tipisnya awan, tetapi lebih tergantung pada
musim. Pada waktu musim kering, meskipun ketebalan awan tinggi belum tentu
mendatangkan hujan disebabkan oleh faktor angin yang dominan, begitu sebaliknya pada
musim hujan. Awan yang rendah pada permukaan bumi disebut kabut.

6. Curah Hujan
Hujan atau presipitasi ialah peristiwa jatuhnya butir-butir air atau es dari lapisan-lapisan
troposfer ke permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat
diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan.
Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering disebut pluviometer ataupun
ombrometer. Curah hujan atau presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang
jatuh hingga permukaan bumi. Alat pengukur curah hujan berfungsi untuk mengukur jumlah
hujan yang jatuh selama sehari di dalam suatu gelas ukur. Alat pencatat hujan otomatik
berfungsi mencatat secara otomatis jumlah curah hujan pada kertas pencatat yang setiap hari
atau minggu diganti dengan yang baru. Cara menghitung curah hujan dalam sebulan adalah
dengan menjumlah curah hujan di tiap hari dalam satu bulan.

Besarnya curah hujan tidak merata di setiap wilayah Indonesia. Jumlah curah hujan tidak sama
sepanjang tahun, paling banyak ialah selama bertiup angin musim barat. Ada bermacam-
macam jenis hujan yang dapat dijelaskan berikut ini.

1. Hujan zenital, adalah hujan yang terjadi di daerah tropis, disebut juga hujan naik ekuatorial,
biasa terjadi pada waktu sore hari setelah terjadi pemanasan maksimal antara pukul 14.00–
15.00. Di daerah tropis selama setahun mengalami dua kali hujan zenital, sedangkan daerah
lintang 23½° LU/LS mengalami satu kali hujan zenital. Di daerah tropis, daerah lintang 10° LU–
10° LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik zenitnya,
atau beberapa waktu sesudahnya.
2. Hujan muson, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah muson. Hujan zenital di daerah
muson mengalami perubahan karena daerah-daerah ini dipengaruhi oleh angin muson.
3. (Hujan siklon, adalah hujan yang terjadi karena udara panas naik disertai angin berputar
ataucyclone. Karena kondisi di atas dingin, udara menjadi jenuh, dan setelah itu terjadilah
prosesi kondensasi yang menimbulkan awan dan akhirnya hujan cyclonal terjadi.
4. Hujan musim dingin, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah subtropis. Daerah subtropis di
pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan, ketika matahari
berada pada posisi nadir. Daerah hujan musim dingin, antara lain: Portugal, Spanyol, Afrika
Utara, Palestina, Mesopotamia, dan California Barat Daya.
5. Hujan musim panas, adalah hujan yang terjadi di daerah subtropis, di sekitar pesisir timur
kontinen-kontinen. Daerahnya terletak antara 30°– 40° LU/LS, yaitu sebelah tenggara Amerika
Serikat, Argentina Utara, Uruguay, Cina Timur, Jepang, dan lain-lain.
6. Hujan frontal, adalah hujan yang terjadi jika massa udara yang dingin dengan kekuatan besar
memecah massa udara yang panas dan kemudian massa yang lebih ringan terangkat ke atas.
Pergolakan udara dengan pusaran-pusaran bergerak ke atas sehingga bertemulah massa udara
panas dan dingin yang dibatasi oleh garis yang disebut garis front. Di sekitar garis inilah
terbentuk awan yang bergumpal dan bergerak ke atas dengan cepat sehingga terjadilah hujan
lebat atau hujan frontal.
7. Hujan pegunungan atau hujan orografis, adalah hujan yang terjadi di daerah pegunungan, di
mana udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas pegunungan. Gerakan itu
menurunkan suhu udara tersebut sehingga terjadi kondensasi dan turunlah hujan pada lereng
yang berhadapan dengan arah datangnya angin.
Beberapa daerah yang jarang turun hujan adalah di daerah pedalaman benua. Misalnya, Gurun
Sahara, Gurun Gobi, Daerah Tibet, Semenanjung Arabia, pedalaman Persia, Turkistan, bagian
barat Afrika Selatan, dan di sebagian daerah subtropis. Sebutan daerah basah dan kering sangat
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun di daerah tersebut. Daerah basah
mempunyai curah hujan tinggi, di atas 3.000 mm/tahun. Contohnya adalah Dataran Tinggi
Sumatra Barat, Sibolga, Ambon, Bogor, Batu Raden, dan Dataran Tinggi Irian Jaya (Papua).
Daerah kering mempunyai curah hujan rendah, kurang dari 1.000 mm/tahun. Contohnya
adalah daerah padang rumput di Nusa Tenggara dan sekitar Palu dan Luwuk di Sulawesi
Tengah.
Daerah di sekitar garis ekuator 0°–10° LU/LS secara umum merupakan daerah panas dan
daerah dingin terletak antara 66 ½°–90° LU/LS. Di samping itu, letak lintang dan tinggi tempat
menentukan panas dinginnya suatu daerah di muka bumi. Misalnya:

1. Zona panas, terletak di ketinggian 0–700 meter dpl.


2. Zona sedang terletak di ketinggian antara 700–1.500 meter dpl.
3. Zona sejuk terletak di ketinggian antara 1500–2.500 meter dpl.
4. Zona dingin terletak di ketinggian antara 2.500–3.300 meter dpl.
Klasifikasi dan Tipe Iklim
Iklim dan Faktor Pembentuknya
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim di suatu tempat, sebagai berikut:

1. letak garis lintang,


2. tinggi tempat,
3. banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh,
4. posisi daerah: dekat dengan laut, gunung, dataran pasir, atau dengan bentang alam lain,
5. daerah pegunungan yang dapat memengaruhi posisi bayangan hujan,
6. keadaan awan dan suhu udara,
7. pengaruh luas daratan,
8. kelembapan udara dan keadaan awan,
9. pengaruh arus laut,
10. panjang pendeknya musim setempat, dan
11. pengaruh topografi dan penggunaan lahan (vegetasi).
Macam-Macam Iklim
1 . I KL I M M A T A H A R I
Dasar perhitungan dalam melakukan pembagian daerah iklim matahari adalah kedudukan dan
pergeseran semu matahari yang memengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Karena matahari selalu bergeser di antara lintang 23½° LU sampai dengan
23½° LS, terjadilah perbedaan penyinaran di muka bumi. Secara teoritis dapat dinyatakan
bahwa makin jauh suatu tempat dari khatulistiwa, makin besar sudut datang sinar matahari.
Ini berarti makin sedikit pula jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan pada letak garis lintangnya, sebagai berikut.

1. Daerah iklim tropis, berada pada 0° LU–23½° LU dan 0° LS–23½° LS.


2. Daerah iklim sedang, berada pada 23½°LU–66½° LU dan 23½° LS– 66½° LS.
3. Daerah iklim dingin, berada pada 66½° LU–90° LU dan 66½° LS–90° LS.
Karena pembagian iklim matahari didasarkan pada suatu teori, temperatur udara makin
rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa, para ahli menyebut iklim matahari dengan
istilah iklim teoritis. Pada kondisi yang sebenarnya di beberapa tempat terjadi distorsi
terhadap teori tersebut.

2 . I KL I M F I S I S
Iklim fisis ialah iklim yang pembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya
suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya. Faktor-faktor lingkungan itu
sebagai berikut:
1. pengaruh daratan yang luas,
2. pengaruh penutup lahan (vegetasi),
3. pengaruh topografi (relief),
4. pengaruh arus laut,
5. pengaruh lautan, dan
6. pengaruh angin.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi:

1. iklim laut atau maritim,


2. iklim darat atau kontinental,
3. iklim dataran tinggi,
4. iklim gunung dan pegunungan, dan
5. iklim musim (muson).
3 . I KL I M M E NU R U T KÖ P P E N
Klasifikasi iklim Köppen banyak digunakan di dunia yang berbasis pada sistem klasifikasi iklim
empiris vegetasi yang dikembangkan oleh ahli botani-klimatologi Wladimir Köppen dari
Jerman. Tujuannya adalah untuk merancang formula yang akan menentukan batas-batas iklim
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang berada pada zona vegetasi
(bioma) yang sedang dipetakan untuk pertama kalinya selama hidupnya.

Köppen menerbitkan skema pertama pada tahun 1900 dan versi revisinya pada tahun 1918.
Dia terus merevisi sistem klasifikasinya sampai kematiannya pada tahun 1940. Wladimir
Köppen mengklasifikasi daerah iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur, baik
bulanan maupun tahunan. Hal itu disebabkan curah hujan dan temperatur merupakan unsur
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Untuk membedakan ciri-
ciri temperatur dan hujan Köppen menggunakan simbol huruf besar dan kecil. Digunakan
untuk menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur bulan terdingin atau
terpanas.

Köppen membagi dunia menjadi lima zona iklim pokok berdasarkan temperatur dan hujan,
dengan menggunakan ciri-ciri temperatur dan hujan berupa huruf-huruf besar dan huruf-huruf
kecil. Kelima iklim pokok tersebut masih dirinci lagi menjadi sebelas macam iklim sebagai
variasinya.

Köppen membedakan iklim menjadi lima kelompok utama, sebagai berikut.

Iklim A yaitu iklim khatulistiwa yang terdiri atas:


 Af : iklim hutan hujan tropis
 Aw : iklim sabana
Daerah hujan tropis yaitu daerah yang mempunyai temperatur bulanan terdingin +18°C. Iklim
tersebut dibagi menjadi tiga tipe yaitu Hutan Hujan Tropika (Af), Muson Tropika (Am), dan
Sabana (Aw).
Hutan Hujan Tropika (Af)
Daerah tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata-rata > 60 mm. OKI, di daerah ini terdapat
hutan-hutan yang lebat.
Terdapat di : Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
Muson Tropika (Am)
Daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan
pada bulan-bulan kering. Di daerah ini masih terdapat hutan yang cukup lebat.
Terdapat di : Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.
Sabana (Aw)
Daerah tipe w memiliki musim kering yang panjang
jumlah hujan pada bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan
kering. OKI, vegetasi di daerah ini berupa padang rumput dan pohon-pohon yang jarang.
Terdapat di : Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan
Kepulauan Aru.
Iklim B yaitu iklim subtropik yang terdiri atas:
 Bs : iklim stepa
 Bw : iklim gurun
Daerah iklim kering (subtropik) mempunyai tingkat evaporasi(penguapan) tinggi daripada
curah hujan, temperatur bulan terdingin 18-3°C.
OKI, persediaan air tidak cukup untuk mendukung kehidupan tanaman.
Tanaman tertentu yang dapat hidup seperti kaktus.
Iklim Stepa (Bs)
Daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang rendah antara 380-760
mm/tahun.
Iklim Padang Pasir (Bw), Daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250
mm/tahun
Iklim C yaitu iklim sedang maritim yang terdiri atas:
 Cf : iklim sedang maritim tidak dengan musim kering
 Cw : iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering
 Cs : iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering
Daerah iklim sedang dengan suhu udara rata-rata bulan
terdinginnya = -3-18°C
terpanas >10°C
Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs), Iklim
Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw), Iklim Sedang yang Lembap (Cf).
Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs)
Adanya:
musim panas yang kering apabila jumlah hujan terkering (<30mm) pada musim panas lebih kecil
dari 1/3 jumlah hujan bulan terbasah pada musim dingin.
Contoh: Madrid di Spanyol ; California; Perth di Australia; Santiago di Chili dsb.
Iklim Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw)
Adanya:
musim panas yang lembap
musim dingin yang kering apabila jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil dari
1/10 jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas
Iklim Sedang yang Lembap (Cf)
Adanya:
Iklim Sedang tidak dengan musim kering, daerah ini selalu lembap sepanjang tahun.
Contoh: Chili; Argentina; Islandia; Norwegia
Iklim D yaitu iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
 Df : iklim sedang kontinental yang selalu basah
 Dw : iklim sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur rata-rata bulan-bulan terdingin
kurang dari -3°C dan rata-rata bulan-bulan terpanas lebih dari 10°C. Iklim ini dibagi menjadi dua
tipe yaitu Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw) dan Iklim Dingin tanpa Periode
Siang (Df).
Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw)
Contoh: Seoul di Korsel dan Rusia.
Iklim Dingin selalu Basah (Df)
Contoh: Kanada, Norwegia, dsb.
Iklim E yaitu iklim arktik atau iklim salju yang terdiri atas:
 ET : iklim tundra
 EF : iklim dengan es abadi
Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari
10°C.
Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu Iklim Tundra (ET) dan Iklim Es Salju Abadi (EF).
Iklim Tundra (ET)
Temperatur rata-rata bulan terpanas 10-0 C.
Oleh karena itu daerah ini hanya terdapat berbagai lumut.
Terdapat di daerah Kanada utara dan Rusia utara
Iklim Es-Salju Abadi (EF)
Temperatur rata-rata bulan terpanas di bawah 0 C.
Olek karena itu daerah ini terdapat es-salju abadi.
Terdapat di daerah :
Antarktika dan Greenland
Ciri iklim di pegunungan menurut Köppen sebagai berikut:

 Iklim RG : iklim pegunungan ketinggian <>


 Iklim H : iklim pegunungan ketinggian > 3.000 m.
 Iklim RT : iklim pegunungan sesuai dengan ciri- ciri iklim ET (tundra).
Untuk menentukan tipe iklim suatu daerah menurut W. Köppen dapat dilakukan dengan
menghubungkan jumlah hujan pada bulan terkering dengan jumlah hujan setahun, secara lurus
pada diagram Köppen.

4 . I KL I M M E NU R U T O LD E M A N
Oldeman mengklasifikasikan iklim berdasar pada banyaknya bulan basah dan bulan kering
dalam penentuan tipe iklimnya yang dikaitkan dengan sistem pertanian di suatu daerah
tertentu, yaitu kebutuhan air yang digunakan tanaman pertanian untuk hidup. Penggolongan
iklim tersebut lebih sering disebut zona agroklimat.

Curah hujan merupakan sumber utama dari tanaman yang beririgasi nonteknis (tadah hujan).
Tanaman pertanian pada umumnya dapat tumbuh normal dengan curah hujan antara 200 mm
– 300 mm, dan curah hujan di bawah 200 mm sudah mencukupi untuk tanaman palawija. Zona
agroklimat pada klasifikasi in dibagi menjadi lima sub divisi utama. Kemudian dari tiap-tiap
sub divisi tersebut terdapat bulan kering yang berurutan sesuai dengan masa tanamnya,
dengan tidak menambahkan faktor-faktor lain yang memengaruhinya, tetapi penggolongan
iklim ini sangat berguna bagi pemanfaatan lahan pertanian dan cenderung bersifat ringkas dan
praktis.

Berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering yang telah diketahui tersebut, pengelolaan
lahan pertanian mendapatkan informasi yang berguna dalam perencanaan pola tanam dan
sistem tanamnya. Hasil ini juga sangat mungkin digunakan untuk kepentingan lain selain
bidang pertanian.

Kriteria Iklim Oldeman

1. Bulan Basah = rata-rata curah hujan > 200 mm per bulan


2. Bulan Kering = rata-rata curah hujan < 100 mm per bulan
3. Bulan Lembap = rata-rata curah hujan 100 – 200 mm per bulan
Tipe Utama Iklim Oldeman

1. Iklim A = jika ada lebih dari 9 bulan basah berturut-turut


2. Iklim B = jika ada 7 – 9 bulan basah berturut-turut
3. Iklim C = jika ada 5 – 6 bulan basah berturut-turut
4. Iklim D = jika ada 3 – 4 bulan basah berturut-turut
5. Iklim E = jika ada < 3 bulan basah berturut-turut
Sub Tipe

1. 1 = bulan kering berjumlah < atau sama dengan 1


2. 2 = bulan kering 2 -3 kali
3. 3 = bulan kering 4 – 6 kali
4. 4 = ada > 6 bulan kering
Zona Agroklimat Oldeman

A1, A2

Sesuai untuk budidaya padi terus-menerus namun produksi agak rendah karena kerapatan
fluks matahari rendah sepanjang tahun.

B1

Sesuai untuk tanaman padi terus menerus dengan perencanaan awam musim tanam yang baik.
Produksi maksimal jika dilakukan di musim kemarau.

B2

Dapat dibudidayakan padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan musim kering
pendek untuk palawija. Baca juga: apa itu front meteorologi?
C1

Budidaya padi sekali dan palawija dua kali dalam satu tahun.

C2, C3, C4

Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun tanam palawija kedua harus hati-hati
karena jatuh di musim kering.

D1

Tanam padi umur pendek satu kali dengan panen yang tinggi biasanya karena kerapatan fluks
matahari tinggi.

D2, D3, D4

Memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam palawija, tergantung dari kestabilan
irigasi.

Wilayah ini umumnya kering tandus, mungkin bisa untuk palawija sekali dan itu pun
tergantung dari adanya hujan.

5 . I KL I M M E NU R U T M O H R
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari
hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana
keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembap bila
curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per
bulan.

6 . I KL I M M E NU R U T S C H M I D T F ER G U SO N
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta
sudah sangat dikenal di Indonesia.

Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan
kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).

Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr
menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB
dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode
pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah:

Bulan Basah (BB)


Bulan dengan curah hujan > 100 mm

Bulan Lembap (BL)


Bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm

Bulan Kering (BK)


Bulan dengan curah hujan < 60 mm

Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe
iklim, yaitu:

Tabel. Klasifikasi Schmidt-Ferguson


Tipe
Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

Daerah sangat basah, hutan hujan


A < 14,3 tropika

B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika

Daerah agak basah, hutan rimba, daun


C 33,3 – 60,0 gugur pada musim kemarau

D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim

100,0 –
E 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana

167,0 –
F 300,0 Daerah kering, hutan sabana

300,0 –
G 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang

H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

7 . I KL I M M E NU R U T J. W. JU NG H U H N
J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan dari Jerman, telah membagi kelompok tumbuhan
menurut tinggi rendahnya suatu tempat yang didasarkan pada tanaman perkebunan, sebagai
berikut:

1. Daerah panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl, merupakan areal yang tepat untuk
pertumbuhan tanaman perkebunan seperti: cokelat, kopi, karet, tembakau, dan kelapa;
2. Daerah sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl, merupakan areal yang tepat
untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh, dan kina;
3. Daerah dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan areal yang tepat
untuk jenis tanaman cemara;
4. Daerah sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500 meter, merupakan areal yang
tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
5. Daerah salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan areal yang tidak mampu ditumbuhi
tanaman karena permukaannya diliputi salju.
Distribusi Curah Hujan di Indonesia
Indonesia terletak di daerah ekuatorial dan secara geografis menyebabkan besarnya
penguapan yang terjadi. Hal tersebut ditunjukkan masih cukup besarnya curah hujan yang
jatuh pada musim kemarau. Suhu yang tinggi dan luas perairan yang dominan menyebabkan
penguapan udara yang terjadi sangat tinggi, dan mengakibatkan kelembapan udara yang tinggi
pula. Kelembapan udara yang tinggi inilah yang menyebabkan curah hujan di Indonesia selalu
tinggi, apalagi dipengaruhi oleh wilayah hutan yang luas.

Besar kecilnya curah hujan di suatu tempat sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

1. letak daerah konvergensi antar tropis,


2. posisi geografis suatu daerah,
3. bentuk bentang lahan dan arah kemiringan lerengnya,
4. panjang medan datar sebagai jarak perjalanan angin, dan
5. arah angin yang sejajar dengan pantai.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi dengan rata-rata > 2.000 mm/tahun. Rata-rata curah
hujan tertinggi terdapat di daerah Baturaden di kaki Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-
rata > 589 mm/bulan, sedangkan rata-rata curah hujan terkecil terdapat di daerah Palu,
Sulawesi Tengah, dengan curah hujan rata-rata ± 45,6 mm/bulan.

Distribusi Jenis Vegetasi Alam Berdasarkan Bentang Alam dan Iklimnya

Kondisi iklim dan cuaca suatu wilayah berpengaruh besar terhadap keadaan makhluk hidup
yang tinggal di dalamnya. Di samping manusia, flora dan fauna unsur abiotik pun sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim. Bentang alam, bentang budaya, kebiasaan hidup, bahkan tradisi
hidup manusia di suatu daerah merupakan cerminan dari kondisi iklim daerah tersebut.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari jenis bahan dan bentuk rumah, jenis dan bentuk pakaian,
makanan pokok penduduk, jenis alat transportasi, dan sebagainya.

Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam


Bentang lahan adalah gabungan dari bentuk lahan, yaitu ketampakan tunggal seperti bukit atau
sebuah lembah sungai. Kombinasi dari ketampakan-ketampakan tersebut membentuk suatu
bentang lahan. Bentang alam adalah bagian yang tampak langsung di alam seperti permukaan
tanah, vegetasi, dan daerah perairan. Perubahan bentang alam relatif sangat kecil jika
dibandingkan dengan bentang budaya. Komponen bentang alam relatif stabil keberadaannya,
sedangkan bentang budaya yang terdiri dari komponen pokok manusia dan juga
lingkungannya lebih bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan.

Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke pertanian merupakan salah satu ciri perubahan
bentang alam yang stabil menjadi bentang budaya akibat interaksi dan kebutuhan manusia
untuk mempertahankan hidupnya. Demikian juga pertambahan penduduk yang menuntut
penambahan sarana perumahan dan fasilitas hidup tentu makin mengurangi luas areal bentang
alam. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alam merupakan salah satu
indikator seberapa jauh manusia mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
lingkungan alamnya. Bentang alam yang berubah menjadi bentang budaya menimbulkan
perubahan perilaku, kebiasaan, dan budaya penduduk. Sebagai contoh penambahan dan
perluasan jalan dan penambahan lokasi permukiman menuntut adanya penambahan fasilitas
lain apalagi jika ditambah dengan pembangunan pertokoan besar dan lokasi industri.

Iklim di suatu tempat dapat mencerminkan sejauh mana kemajuan peradaban dan kebudayaan
di suatu tempat. Hal tersebut terjadi karena faktor berikut.

Iklim dapat membatasi atau mendukung aktivitas dan perilaku manusia

 Manusia cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya di daerah
beriklim sedang, artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan terdapat sumber air.
 Bidang-bidang usaha tertentu seperti pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh kondisi
iklim yang ekstrem yaitu terlalu dingin, panas, atau kering.
Kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan iklim

 Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria terjadi
pada musim penghujan dan terjadinya genangan-genangan air.
 Penyakit diare dan muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang biasanya
disebabkan oleh sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang kurang karena pengaruh
hujan.
Iklim dan Pengaruhnya terhadap Jenis-Jenis Vegetasi Alam

Faktor iklim suatu daerah berpengaruh besar terhadap persebaran floranya, terutama jumlah
hujan dan temperaturnya. Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun karena suhu rata-
rata yang cukup tinggi dan didukung persediaan air yang cukup. Kondisi ini lain dengan
negara-negara di daerah subtropis yang mengalami musim gugur.

Di Indonesia terdapat perbedaan jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang
satu dengan daerah yang lain. Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu, flora di
Indonesia dibagi menjadi sebagai berikut.
Hutan Hujan Tropis

Hutan ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di daerah
dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup seperti kamper,
meranti, keruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain adalah adanya tumbuhan epifit
yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut, antara lain, anggrek dan rotan. Di samping
tumbuhan epifit juga terdapat tumbuh-tumbuhan kecil berupa paku-pakuan, perdu, dan pakis
di

sela-sela tumbuhan besar yang ada. Karena lebatnya, sinar matahari kadang tidak mampu
menembus sampai ke dalam hutan hujan tropis. Di Indonesia sebaran hutan hujan tropis
berada di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Papua.

Hutan Musim

Hutan musim adalah hutan yang keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh
musim, disebut juga hutan meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang daun-daunnya
meranggas di musim kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini
dapat ditemui pada daerah beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya musim gugur
dan musim semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa dan Sulawesi yang
berupa hutan jati, sengon, dan akasia.

Sabana

sabana merupakan padang rumput yang berselang-seling dengan semak belukar dan berada
pada daerah dengan suhu yang tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia sabana terdapat
di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di sebagian Sulawesi Tengah.

Stepa

Stepa merupakan padang rumput di daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara
tinggi. Di Indonesia stepa dapat ditemui di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur.

Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan Tanah dengan Jenis Vegetasi

Bentang lahan dengan tanah subur yang berasal dari material vulkanis merupakan tempat yang
biasa ditumbuhi oleh hutan lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya. Daerah ini
mempunyai jenis tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan heterogen. Bentang
lahan dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus yang biasanya merupakan
pelapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar, rumput, dan
alang-alang. Bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah lumpur yang biasa
disebut daerah rawa, didominasi oleh tumbuhan hutan mangrove (bakau).
Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Seorang ahli biologi bernama Hart Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan
tumbuhan berdasarkan variasi ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco mulai dari
kaki hingga puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah sangat
tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti bahwa kelembapan lebih berperan
daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan. Jenis tumbuhan besar membutuhkan curah
hujan yang lebih tinggi daripada jenis tumbuhan kecil. Akibatnya, semakin ke daerah bercurah
hujan kecil dan sangat kecil, akan semakin banyak kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti
belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir pada daerah yang
sangat minim hujannya.

Di dunia komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang
tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas
tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut.

Padang Rumput

Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500
mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah
ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropik. Karena hujan yang turun tidak
teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam
mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan
beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Gurun

Daerah gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga
termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang
berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya
makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya
matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan
penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari
sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat
beradaptasi terhadap

kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya
berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air.
Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan air.

Tundra

Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim
panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan
bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini
dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di
daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang
relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan
semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa
pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap
keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
Hutan Basah

Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya


beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan
cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama
sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di
daerah tropika dan subtropik, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur,
Amerika Tengah, dan Afrika Tengah. Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai
dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy)
yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan
air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat
perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari tudung hutan sampai dasar
hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar
25°C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan
anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
Hutan Gugur

Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang
rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per
tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut
tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.

Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat
menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan
tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya
meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan
berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.

Taiga

Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang
hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara
seperti Rusia, Siberia, dan Kanada.

Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: conifer, terutama pohon spruce
(picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini
pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.
Gejala Alam Penyebab Perubahan Iklim Global
Faktor-faktor berupa gejala alam yang menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia,
antara lain: gejala meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut Efek Rumah Kaca, kondisi
yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El Nino, dan kondisi yang
menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebut La Nina

1. Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca adalah terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin
banyaknya gas pencemar di dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik, kendaraan
bermotor, dan semua sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menggunakan bahan
bakar bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan gas buang berupa: CO2, CO, NO2,
SO2, HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4 yang terus meningkat jumlahnya. Besarnya CO2 dan gas
pencemar lain yang terakumulasi semakin hari semakin tinggi, hal tersebut menghambat
radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. Sinar matahari sebagian dipantulkan
oleh akumulasi gas-gas pencemar tersebut kembali ke angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain
yang kembali dipantulkan ke bumi yang berakibat semakin panasnya udara di permukaan
bumi. Kenaikan suhu bumi ini akan berakibat lebih jauh yaitu: mencairnya es di kutub,
meningkatnya permukaan air laut akibat es yang mencair, terendamnya areal pertanian di tepi
pantai akibat naiknya air laut, dan menurunnya produksi hasil pertanian karena terendamnya
areal pertanian di tepi pantai.
2. El Nino
El Nino adalah terjadinya pemanasan temperatur air laut di pantai barat Peru–Ekuador yang
menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang mengganggu setiap dua tahun
sampai tujuh tahun sekali. Peristiwa ini diawali dari memanasnya air laut di perairan Indonesia
yang kemudian bergerak ke arah timur menyusuri ekuator menuju pantai barat Amerika
Selatan sekitar wilayah Peru dan Ekuador. Bersamaan dengan kejadian tersebut air laut yang
panas dari pantai barat Amerika Tengah, bergerak ke arah selatan sampai pantai barat Peru-
Bolivia sehingga terjadilah pertemuan air laut panas dari kedua wilayah tersebut. Massa air
panas dalam jumlah besar terkumpul dan menyebabkan udara di daerah itu memuai sehingga
proses konveksi ini menimbulkan tekanan udara menurun (minus). Kondisi ini mengakibatkan
seluruh angin yang ada di sekitar Pasifik dan Amerika Latin bergerak menuju daerah tekanan
rendah tersebut. Angin muson di Indonesia yang datang dari Asia dengan membawa uap air
juga membelok ke daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Peristiwa tersebut
mengakibatkan angin yang menuju Indonesia hanya membawa uap air yang sedikit sehingga
kemarau yang sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat peristiwa tersebut juga dirasakan di
Australia dan Afrika Timur. Sementara itu, di Afrika Selatan justru terjadi banjir besar dan
menurunnya produksi ikan akibat melemahnya up-welling. Kemarau panjang akibat El Nino
biasanya disertai dengan kebakaran rumput dan hutan. Pada tahun 1994 dan 1997, baik
Indonesia maupun Australia mengalami kebakaran akibat peristiwa El Nino.
3. La Nina
Peristiwa La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La Nina
berawal dari melemahnya El Nino sehingga air laut yang panas di pantai Peru dan Ekuador
bergerak ke arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah ke kondisi semula (dingin)
sehingga up-welling muncul kembali sehingga kondisi cuaca kembali normal. La Nina juga
berarti kembalinya kondisi ke keadaan normal setelah terjadinya El Nino. Air laut panas yang
menuju arah barat tersebut pada akhirnya sampai di Indonesia yang bertekanan dingin
sehingga seluruh angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Indonesia bergerak menuju
Indonesia.
Angin tersebut menyebabkan hujan lebat dan banjir karena sangat banyaknya uap air yang
dibawa. Peristiwa La Nina di Indonesia pada tahun 1955, 1970, 1973, 1975, 1995, dan 1999
terhitung sejak Indonesia merdeka (1945).

4. Kebocoran Ozon
Ozon dalam rumus kimia sering juga disebut sebagai O3 , kita sering mendengar O2, tetapi
jarang mendengar istilah O3. Sebenarnya O3 dan O2 pada kenyataannya mempunyai hubungan
yang sangat dekat. Penambahan 1 molekul oksigen pada molekul O2 akan menghasilkan
molekul O3. Molekul O3 inilah yang sering kita sebut Ozon.

Pembentukan ozon melibatkan empat reaksi yang dikenal sebagai reaksi Chapman. Berikut
reaksinya :

O2 + UV → O+ O

+ O2 → O3

O3 + UV → O2+ O

+ O3 → O2+ O2

Kecepatan reaksi pembentukan ozon sama dengan kecepatan reaksi penguraian ozon, jadi jika
mengacu pada ke empat reaksi di atas maka logikanya tidak akan ada istilah kebocoran lapisan
ozon, karena Chapman menjelaskan bahwa jumlah dan kecepatan pembentukan ozon akan
sama dengan terurainya ozon. Reaksi ini akan selalu bersinergis.

Namanya radikal bebas, radikal bebas merupakan zat yang berada dalam bentuk yang tidak
stabil sehingga sangat reaktif (sangat mudah bereaksi) dengan zat-zat lain yang berada di
sekelilingnya dalam usaha mencapai bentuk paling stabil (membentuk molekul baru). Karena
sangat reaktif maka gampang berikatan dengan molekul-molekul lain. Radikal bebas yang
dikenal sangat kuat adalah golongan halogen, yaitu ion fluorida (F), klorida (Cl), dan bromida
(Br). Oksida hidrogen (HO2), nitrogen (NO2), klorin (ClO2), dan bromin (BrO2) yang juga
termasuk radikal bebas yang mampu menguraikan ozon.

Sifat radikal bebas yang sangat reaktif tidak memungkinkan zat ini sampai pada lapisan ozon
seorang diri. Dia harus sudah berikatan dengan molekul-molekul yang lain dan biasanya ikatan
sangat stabil seperti CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang dihasilkan oleh buangan kulkas dan AC.
Nah Florid yang dibawa oleh CFC ini kemudian akan terurai ketika sampai pada lapisan ozon
yang berjarak sekitar 25 Km dari permukaan bumi.
Dengan bantuan panas matahari, zat CFC akan terurai menghasilkan karbon (C) dan Florida
(F). Florida inilah yang kemudian mengganggu keseimbangan reaksi pembentukan ozon. O3
tidak akan terbentuk, karena Oksigen akan segera berikatan dengan zat Florida. Jika O3 tidak
terbentuk maka penyusun lapisan ozon juga tidak akan terbentuk. Ozon berguna sebagai
tebeng bumi dari sinar-sinar berbahaya yang dipancarkan matahari seperti sinar UV. Dan Ozon
juga merupakan salah satu lapisan penyusun atmosfer bumi yang melindungi bumi dari benda-
benda angkasa yang jatuh ke bumi.

Betapa sangat pentingnya lapisan ozon untuk bumi kita ini. Jika lapisan ozon rusak, sinar-sinar
berbahaya seperti UV akan dengan mudah masuk ke permukaan bumi. Padahal sinar UV akan
sangat berbahaya untuk kehidupan. Sinar UV sering digunakan dalam mensterilkan kuman-
kuman. Ketika manusia atau hewan terpapar sinar UV dengan intensitas lama maka sel akan
mengalami mutasi. Kanker mungkin akan menjadi penyebab kematian paling banyak di bumi
ketika lapisan ozon bocor. UV akan membunuh mikroorganisme seperti plankton dan tumbuh-
tumbuhan. Dimana tumbuh-tumbuhan dan plankton merupakan produsen untuk seluruh
makhluk di bumi ini.

Ozon, berasal dari kata kerja bahasa Yunani yang artinya ”mencium”, merupakan suatu bentuk
oksigen alotropik (gabungan beberapa unsur) yang setiap molekulnya memuat tiga jenis atom.

Formula ozon adalah O3, berwarna biru pucat, dan merupakan gas yang sangat beracun dan
berbau sengit. Ozon mendidih pada suhu –111,9° C (–169.52° F), mencair pada suhu –192,5° C
(–314,5° F), dan memiliki gravitasi 2.144. Ozon cair berwarna biru gelap, dan merupakan
cairan magnetis kuat. Ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya
ozon dapat dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga
listrik. Secara kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan agen
oksidasi yang lebih baik. Biasanya ozon digunakan dalam proses pemurnian (purifikasi) air,
sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu. Di atmosfer, terjadinya ozon berasal
dari nitrogen oksida dan gas organik yang dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun industri,
dan ini berbahaya bagi kesehatan di samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada
tanaman. Pentingnya pengaturan kadar nitrogen oksida yang dilepas ke udara oleh, misalnya,
pembangkit listrik tenaga batu bara adalah untuk menghindari terbentuknya ozon yang dapat
menimbulkan penyakit pernapasan seperti bronkitis dan asma.

Lembaga-lembaga penyedia data Cuaca dan Iklim


1. BMKG
Apabila berurusan dengan prakiraan cuaca dan juga redaksi mengenai alam, anda pasti sudah
sangat familier dengan salah satu lembaga pemerintahan yang satu ini. Ya, BMKG atau yang
merupakan kependekan dari “Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika”. Badan ini
merupakan lembaga pemerintah, yang sebelumnya memiliki nama BMG saja. Lembaga ini
memiliki peranan penting dan juga merupakan pemegang otoritas dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan kejadian – kejadian alam yang terjadi di Indonesia.
BMKG tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan peralatan-peralatan canggihnya yang
dapat memberikan informasi – informasi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. BMKG
sendiri ternyata memiliki banyak sekali manfaat, terutama untuk kepentingan kejadian alam.
Apa saja manfaat dari BMKG? Berikut ini adalah beberapa manfaatnya:

Meramalkan cuaca
Manfaat BMKG yang mungkin paling sering kita dengar adalah dalam hal meramal cuaca. BMKG
secara rutin dalam waktu tertentu selama 24 jam selalu memantau kondisi cuaca yang
kemungkinan akan terjadi pada langit Indonesia. Apakah hari ini akan cerah, mendung, hujan
deras, atau berangin. BMKG biasanya memberikan dan meneruskan laporan cuaca yang telah di
analisanya kepada stasiun televisi atau stasiun radio untuk kemudian diteruskan kepada
masyarakat luas agar mengetahui prakiraan dan juga ramalan cuaca pada hari itu.

Memprediksi pergerakan awan


Salah satu parameter cuaca dan juga kondisi langit yang paling mudah dilihat dan diukur
adalah kondisi pergerakan dan juga jenis-jenis awan. BMKG memberikan informasi penting
mengenai pergerakan awan, kira-kira daerah mana saja yang akan mengalami mendung hujan
sangat lebat, ataupun yang akan mengalami petir dan kilat di suatu daerah

Memberikan informasi mengenai kondisi dan parameter dalam penerbangan


Transportasi penerbangan saat ini merupakan salah satu transportasi yang menjadi banyak
pilihan masyarakat, karena dinilai praktis dan juga cepat. Namun demikian, mode transportasi
penerbangan ini tidak akan boleh beroperasi dan terbang, sebelum mendapatkan laporan
kondisi cuaca dan kondisi keadaan langit dari BMKG terlebih dahulu. Biasanya ada beberapa
parameter yang dilaporkan oleh BMKG untuk kepentingan penerbangan pesawat, seperti
kecepatan angin, arah angin, jenis awan dan juga kondisi cuaca.

Baca: Peran BMKG Dalam Implementasi Air Traffic Flow Management di Indonesia
Untuk memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi dan parameter dalam pelayaran
kapal laut
Selain dalam mode transportasi penerbangan, mode transportasi yang menggunakan jalur laut,
yaitu kapal laut pun wajib memilik informasi yang lengkap dan resmi yang dirilis oleh pihak
BMKG. Dengan adanya manfaat BMKG, maka nakhoda dan juga para ABK atau anak buah kapal
memiliki informasi yang jelas mengenai kondisi cuaca dan juga kondisi dari laut yang nantinya
akan mereka hadapi, apakah menghadapi gelombang yang sedang, tinggi, ataupun badai.

Memprediksi bencana alam


Suatu Negara tidak terlepas dari bencana alam. Apalagi Negara seperti Indonesia ini, yang
memiliki banyak sekali gunung berapi, berada pada lempeng – lempeng tektonik, dan juga
memiliki wilayah laut yang luas. Dengan adanya pantauan dan juga laporan dari BMKG, maka
masyarakat akan memperoleh informasi yang akurat mengenai bencana alam yang
kemungkinan akan terjadi, sehingga dapat meminimalisasi dampak yang mungkin akan muncul
ketika suatu bencana, seperti gunung meletus dan juga tsunami akan terjadi.

Memberi peringatan dini kepada warga sekitar mengenai gejala alam


Hal ini berhubungan dengan kondisi akan munculnya bencana dan juga keadaan alam yang
tidak bersahabat. BMKG merupakan salah satu pihak otoritas yang dapat merilis mengenai
peringatan dini mengenai gejala-gejala alam yang mungkin akan terjadi. Selain kemungkinan
terjadi bencana alam, kondisi hujan es ataupun angin ribut pun dapat diprediksi oleh pihak
BMKG, sehingga warga yang tempat tinggalnya akan mengalami suatu gejala alam tertentu
dapat diberikan peringatan dini.

Melakukan prosedur hujan buatan


Musim panas atau kemarau merupakan salah satu musim dimana curah hujan menjadi sangat
jarang, bahkan tidak ada sama sekali. Salah satu efek dari musim kemarau ini adalah kondisi
tanah dan lingkungan yang menjadi sangat kering dan juga gersang. Untuk mencegah hal ini
terjadi, maka manfaat BMKG bagi masyarakat dapat melakukan prosedur hujan buatan.
Dimana pihak BMKG akan menanamkan bibit hujan pada awan, agar nantinya awan putih biasa
dapat berubah menjadi awan hujan, yang dapat membasahi dan mengatasi kekeringan.

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perubahan cuaca ekstrem dan juga
perubahan iklim
BMKG juga bermanfaat untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat
mengenai perubahan cuaca ekstrem yang terjadi pada suatu daerah, ataupun juga mengenai
perubahan iklim. Hal ini lebih bersifat mengedukasi masyarakat mengenai perubahan cuaca
dan juga iklim yang terjadi.

Melakukan penelitian mengenai klimatologi


BMKG juga dapat membantu mengembangkan segala bentuk dan jenis penelitian mengenai
cuaca, iklim dan juga klimatologi. Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat untuk
kepentingan ilmu pengetahuan terkait di masa yang akan datang.

Menentukan posisi bulan dan juga benda angkasa lainnya


BMKG juga dapat membantu untuk memberikan lokasi dan titik posisi dari bulan dan juga
benda angkasa lainnya. Hal ini akan terasa manfaatnya ketika bulan puasa dan juga lebaran
akan datang. BMKG akan membantu untuk mengukur dan melihat posisi bulan, yang mana
dijadikan sebagai patokan para umat Muslim untuk menentukan tanggal puasa dan juga
lebaran.

Memberikan informasi mengenai benda langit yang sedang berada di dekat bumi
Benda langit terkadang melintas di dekat bumi. Kondisi ini dapat diprediksi oleh para ahli di
BMKG, yang kemudian menginformasikan kepada masyarakat mengenai benda angkasa apa
saja yang sedang berada di dekat bumi, untuk kepentingan penelitian, dan juga ilmu
pengetahuan.

Menjelaskan fenomena alam


Terkadang ada beberapa fenomena alam yang agak sulit dijelaskan bagi orang awam yang
tidak memahami alam. BMKG merupakan salah satu lembaga yang kompeten dalam bidang
fenomena alam, dapat membantu masyarakat dalam memahami fenomena-fenomena alam
yang terjadi sehari-hari, agar tidak terjadi kebingungan.
Situs BMKG di sini
2. LAPAN
National Institute of Aeronautics and Space (Indonesian: Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional/LAPAN) is the Indonesian government space agency. It was established on November
27, 1963, by former Indonesian president Sukarno after one year’s existence of an informal
space agency organization. LAPAN is responsible for long-term civilian and military aerospace
research. For over two decades, it has managed satellites and domain-developed small
scientific-technology satellites Lapan and telecommunication satellites Palapa, which were
built by Hughes (now Boeing Satellite Systems) and launched from the US on Delta rockets or
from French Guiana using Ariane 4 and Ariane 5 rockets. It has also developed sounding
rockets and has been trying to develop small orbital space launchers. The LAPAN A1 in 2007
and LAPAN A2 satellites were launched by India in 2015.

Sumber:

Ir. Soekardi W, Ir. Siti Laela A.S., Ir. Mulyono N. “Asas-asas Meteorologi Pertanian” Galia
Indonesia 1986.

Materi 10.7 DINAMIKA HIDROSFER DAN


DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Download PDF

Download Now!

Bumi merupakan satu-satunya planet dalam sistem keluarga matahari yang sebagian besar
wilayahnya tertutup oleh wilayah perairan, baik dalam bentuk padat (lembaran-lembaran salju
dan es), cair, maupun bentuk gas (uap air). Bentang perairan yang menyelubungi planet Bumi
dinamakan hidrosfer. Berdasarkan hasil pengamatan para ahli hidrosfer menutupi sekitar ¾
bagian muka Bumi, baik yang terletak di kawasan darat dalam bentuk air permukaan (sungai,
danau, rawa, laut), dan air tanah, ataupun di atmosfer dalam bentuk uap air. Cabang ilmu
kebumian yang secara khusus mempelajari bentang perairan terutama di kawasan darat adalah
hidrologi, sedangkan yang mempelajari permasalahan yang berhubungan dengan bentang
perairan laut dinamakan oseanografi.
Contents [hide]
 1 Siklus hidrologi.
 2 Karakteristik dan dinamika perairan laut.
o 2.1 Jenis Laut
o 2.2 Cara Mengukur Kedalaman Laut
o 2.3 Gerakan Air Laut
 2.3.1 Arus Laut
 2.3.2 Gelombang Laut
o 2.4 Pemanfaatan Gerakan Air Laut dalam Kehidupan
 2.4.1 Mineral Perairan Laut dan Pemanfaatannya
 2.4.2 Persebaran dan pemanfaatan biota laut.
 2.4.3 Pemanfaatan Perairan Laut dalam Kehidupan
 2.4.4 Pencemaran dan konservasi perairan laut.
o 2.5 Potensi, sebaran, dan pemanfaatan perairan darat.
 2.5.1 Danau
 2.5.2 Rawa
 2.5.3 Air Tanah
 2.5.4 Sungai
 3 Konservasi air tanah dan Daerah Aliran Sungai (DAS).
o 3.1 Konservasi air tanah
 3.1.1 Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).
 3.1.2 Hutan Bambu Alternatif Konservasi DAS
o 3.2 Bagikan ini:
o 3.3 Menyukai ini:

Siklus hidrologi.
Read more: Siklus hidrologi
Sirkulasi atau perputaran massa air di Bumi diawali dengan proses pemanasan muka Bumi
oleh pancaran sinar matahari. Akibat proses pemanasan ini, sebagian massa air mengalami
penguapan ke udara.

Proses penguapan air terjadi dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut.

1. Evaporasi, adalah proses penguapan air dari permukaan Bumi (yang berasal dari danau,
laut, dan sungai) secara langsung melalui pemanasan atau penyinaran matahari.
2. Transpirasi, adalah proses penguapan air dari tubuh makhluk hidup melalui aktivitas
metabolisme organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia).
3. Evapotranspirasi, adalah gabungan proses penguapan evaporasi dan transpirasi.
Pada saat massa air menguap ke atmosfer, uap air tersebut mengalami penurunan suhu yaitu
0,5°C–0,6°C. Akibat penurunan suhu atmosfer terjadi proses kondensasi atau pengembunan di
mana uap air kembali berubah menjadi titik-titik air yang dikenal dengan awan. Kumpulan
awan pada atmosfer ada kalanya dipindahkan lokasinya ke wilayah lain oleh gerakan angin.
Namun, terkadang langsung dijatuhkan kembali sebagai curahan hujan atau presipitasi. Di
daerah pegunungan tinggi, curahan hujan ini dapat terjadi dalam bentuk kristal es dan salju
karena suhu udara di sekitarnya sangat dingin di bawah titik beku.

Beberapa proses alam yang terjadi pada saat hujan turun adalah sebagai berikut.

1. Langsung jatuh kembali ke laut.


2. Sebelum sampai ke permukaan Bumi, langsung menguap kembali ke atmosfer.
3. Jatuh di atas daun-daun dan ranting tetumbuhan dan menguap kembali ke atmosfer sebelum
sampai ke permukaan Bumi. Proses penguapan titik-titik air hujan dari ranting dan
dedaunan ini dinamakan intersepsi.
4. Jatuh ke permukaan Bumi dan meresap melalui lapisan-lapisan tanah dan menjadi
persediaan air tanah. Proses ini dinamakan infiltrasi.
5. Jatuh ke permukaan Bumi dan menggenang, kemudian bergerak atau mengalir di
permukaan Bumi sebagai air larian permukaan (surface run off). Proses ini dapat terjadi jika
tanah sudah jenuh air karena hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi atau tanahnya
miring.
Proses transformasi massa air ini terus berlangsung, seolah-olah membentuk lingkaran daur
yang tidak terputus. Oleh karena itu, proses sirkulasi air di Bumi ini dinamakan Siklus
Hidrologi.
Siklus air kecil

Karena terjadi pemanasan oleh sinar matahari, air di laut/lautan menguap, membubung di
udara. Di udara uap air mengalami penurunan suhu karena perbedaan ketinggian (setiap naik
100 meter suhu udara turun 0,5°C). Dengan demikian semakin ke atas suhu udara semakin
rendah, sehingga terjadi proses kondensasi (pengembunan).Penguapan Hujan Awan Uap air
berubah menjadi butir-butir air terkumpul menjadi awan atau mendung dan akhirnya jatuh ke
permukaan laut sebagai hujan.

Siklus air sedang

Uap air yang berasal dari laut di tiup angin bergerak sampai di atas daratan bergabung dengan
uap air yang berasal dari sungai, danau, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Setelah
mencapai ketinggian tertentu uap air berkondensasi membentuk butir-butir air terkumpul

menjadi awan dan jatuh di atas daratan sebagai hujan. Air hujan yang jatuh di daratan mengalir
kembali ke laut melalui sungai, permukaan tanah dan melalui resapan di dalam tanah.

Siklus air besar

Uap air yang berasal dari lautan setelah sampai di atas daratan karena dibawa angin bergabung
dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, awa, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain.
Uap yang telah bergabung tersebut tidak saja berkondensasi bahkan membeku,
menjadi awan yang terdiri dari kristal-kristal es. Kristal es turun ke daratan sebagai salju,
salju mencair dan mengalir sebagai gletser kemudian akhirnya kembali lagi ke laut.

Holtzman memberikan gambaran siklus air secara keseluruhan sebagai berikut: akibat
pemanasan oleh sinar matahari air yang ada di laut, sungai, danau, rawa dan benda-benda
lainnya menguap membubung ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu (karena
pengaruh suhu) uap air berubah menjadi awan atau titik-titik air. Awan turun ke permukaan
bumi berupa hujan. Sebagian air hujan turun di permukaan laut dan sebagian lainnya turun di
atas daratan. Air hujan yang turun di darat sebagian disimpan menjadi air tanah dan sebagian
lagi mengalir kembali ke laut melalui sungai.

Karakteristik dan dinamika perairan laut.


Jenis Laut
Ada beberapa jenis laut, menurut cara terjadinya kita mengenal adanya laut Transgresi, laut
Ingresi dan laut Regresi.
1. Laut Transgresi (laut yang meluas), terjadi karena adanya perubahan permukaan laut
secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan
air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang
air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini adalah laut Jawa, laut
Arafuru dan laut Utara.
2. Laut Ingresi, adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut. Oleh
karena itu laut ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan
membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar
laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, lubuk Sulawesi, lubuk Banda dan lubuk
Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya
memanjang. Contohnya palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, palung Sunda yang
dalamnya 7.450 m, palung Jepang yang dalamnya 9.433 m serta palung Mariana yang
dalamnya 10.683 m (terdalam di dunia).
3. Laut Regresi, adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai sungai yang
bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara pulau Jawa.
Menurut letaknya, laut dibedakan menjadi tiga yaitu laut tepi, laut pertengahan dan laut
pedalaman.
1. Laut tepi (laut pinggir), adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah
terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya laut Cina
Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina.
2. Laut pertengahan, adalah laut yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalam dan
mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya laut Tengah di antara benua Afrika-Asia dan
Eropa, laut Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika dan lain-lain.
3. Laut pedalaman, adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan.
Contohnya laut Kaspia, laut Hitam dan laut Mati.
Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu: zona Litoral, zona
Neritik, zona Bathyal dan zona Abysal.
1. Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air
pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu
wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut.
2. Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga
kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada
wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-
tumbuhan. Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka dan laut-laut di sekitar kepulauan
Riau.
3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara
150 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu
kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritik.
4. Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di
atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis
hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Cara Mengukur Kedalaman Laut
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut yaitu dengan
menggunakan teknik bandul timah hitam (drad loading) dan teknik Gema duga atau Echo
Sounder atau Echo loading.
Teknik Bandul Timah Hitam (dradloading)
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan bandul
timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh dasar
laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya tidak
begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu
kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga
memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui
jenis batuan di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih terdapat
organisme yang bisa hidup.

Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading


Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan pemantulan
bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar
kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar
laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap
melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan
untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini
dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh informasi
tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.

Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga adalah sebagai berikut:

d=xVxt1

di mana

d = kedalaman laut,

V = kecepatan suara dalam laut dan

t = waktu

Jadi misalnya diketahui waktu yang diperlukan untuk perambatan bolak-balik (t) ada 4 detik
dan kecepatan suara dalam laut (V) = 1600 m/detik, maka kedalaman laut dapat dihitung
sebagai berikut: d = 12 x 1600 m x 4 d = 12 x 6400 m = 3200 Jadi kedalaman laut adalah 3200
m.

Gerakan Air Laut


Ada tiga hal yang akan kita bahas sehubungan dengan gerakan air laut ini yaitu arus laut,
gelombang laut dan pasang surut air laut.

Arus Laut
Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik
secara vertikal maupun secara horizontal Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu
arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan
arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Menurut suhunya kita
mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih
panas dari daerah yang dilalui. Sedang kan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin
dari daerah yang dilaluinya.
Di Samudra Pasifik
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
 Arus Khatulistiwa Utara merupakan arus panas yang mengalir menuju arah barat sejajar
dengan khatulistiwa yang di dorong oleh angin pasat timur laut
 Arus Kuroshio merupakan arus panas yang menyurut sebelah timur kepulauan Jepang dan
ke pesisir Amerika Utara. Arus ini di dorong oleh angin barat
 Arus Kalifornia merupakan arus yang mengalir di sepanjang pesisir barat Amerika Utara ke
arah selatan menuju khatulistiwa. Arus kalifornia adalah lanjutan arus kuroshio dan
termasuk arus menyimpang karena pengaruh daratan serta arus dingin
 Arus Oyashio merupakan arus dingin dari selat Bering atau angin timur yang menuju ke
selatan Kepulauan Jepang dan bertemu dengan arus Kuroshio. Pertemuan arus dingin
Oyashio dengan arus panas Kuroshio terdapat daerah perikanan yang kaya akan ikan karena
daerah tersebut terdapat plankton yang sangat melimpah
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
 Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas yang bergerak ke barat sejajar dengan
garis khatulistiwa akibat angin pasat tenggara
 Arus Humbold atau arus Peru merupakan arus dingin dari Amerika Selatan ke arah utara.
Arus jenis ini di dorong oleh angin pusat tenggara
 Arus Australia Timur merupakan lanjutan arus Khatulistiwa Selatan yang mengalir di
sepanjang pesisir Australia Timur dari arah utara ke selatan
 Arus Angin Barat merupakan lanjutan dari sebagian arus Australia Timur yang mengalir
menuju ke timur pada lintang 300 – 400 LS. Arus jenis ini di dorong oleh angin barat
Di Samudra Atlantik
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
 Arus Khatulistiwa Utara merupakan arus panas di dorong oleh angin pasat timur laut
 Arus Teluk Gulfstrem merupakan arus panas dari khatulistiwa menuju teluk Mexico dan
keluar melalui Selat Florida sebagai arus Florida
 Arus Greenland Timur merupakan arus laut dingin yang bergerak dari kutub utara menuju
pulau Greenland
 Arus Labrador merupakan arus yang berasal dari kutub utara yang mengalir ke selatan
menyusuri pantai timur Labrador. Arus Labrador ini di dorong oleh angin timur dan
merupakan arus dingin yang umumnya membawa gunung es untuk dihanyutkan
 Arus Canari merupakan arus dingin kelanjutan arus teluk dari daratan Spanyol ke selatan
menyusuri pantai barat Afrika Utara
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
 Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat sejajar
dengan khatulistiwa. Arus ini termasuk arus panas dan di dorong ke selatan oleh angin pasat
tenggara
 Arus Brazilia merupakan arus panas yang mengalir menyusuri pantai Amerika Selatan atau
Brazilia dan terus mengalir ke selatan
 Arus Benguela merupakan arus dingin dari angin barat ke arah utara menyusuri pantai barat
Afrika Selatan
 Arus Angin Barat merupakan arus lanjutan dari sebagian arus Brazilia yang mengalir ke arah
timur pada lintang 300 – 400 LS yang sejajar dengan garis ekuator. Arus ini di dorong oleh
angin barat dan termasuk arus dingin
Di Samudra Hindia
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
Arus Laut di Samudra Hindia ini berbeda dengan arus di Samudra lain karena mengalami
pergantian arah dan kecepatan yang tidak tetap dalam setengah tahunnya yang dipengaruhi
oleh pergerakan angin musim

 Arus Muson Barat Daya merupakan arus panas yang mengalir menuju ke timur menyusuri
laut Arab dan Teluk Benguela. Arus ini di dorong oleh angin Muson Barat Daya
 Arus Muson Timur Laut merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat menyusuri
teluk Benguela dan laut Arab. Arus ini di dorong oleh angin Muson Timur Laut
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
 Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas dari arus Khatulistiwa ke arah barat dan di
dorong oleh angin pasat tenggara
 Arus Maskarena dan Arus Agulhas merupakan arus menyimpang dan juga termasuk arus
panas. Arus Maskarena mengalir menuju ke selatan dan menyusuri pantai Pulau Madagaskar
Timur. Sedangkan arus Agulhas mengalir menuju ke selatan dan menyusuri pantai Pulau
Madagaskar Barat
 Arus Angin Barat merupakan arus laut dingin yang menyusuri pantai barat Benua Australia
ke arah utara.
Gelombang Laut
Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah kita
amati. Helmholts menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut: Jika
ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya) bergeseran satu sama lain,
maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang. Gelombang terjadi karena beberapa
sebab, antara lain: karena angin. Gelombang terjadi karena adanya gesekan angin di
permukaan, oleh karena itu arah gelombang sesuai dengan arah angin. Karena menabrak
pantai. Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan pecah. Air yang pecah itu
akan terjadi arus balik dan membentuk gelombang, oleh karena itu arahnya akan berlawanan
dengan arah datangnya gelombang. Karena gempa bumi. Gelombang laut terjadi karena adanya
gempa di dasar laut. Gempa terjadi karena adanya gunung laut yang meletus atau adanya
getaran atau pergeseran kulit bumi di dasar laut. Gelombang yang ditimbulkan biasanya besar
dan sering disebut dengan gelombang “tsunami”. Contohnya ketika gunung Krakatau meletus
pada tahun 1883, menyebabkan terjadinya gelombang tsunami yang banyak menimbulkan
banyak kerugian. dapat dikatakan arus merupakan derasnya aliran air laut, baik aliran naik
turun (vertikal) maupun aliran mendatar (horizontal). Sedangkan gelombang merupakan
gerakan naik turunnya air laut. Titik tertinggi pada gerakan naik disebut puncak gelombang
sedangkan titik terendah pada gerakan menurun disebut lembah gelombang.

Pasang Surut (Ocean Tide)


Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena
pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini didasarkan pada hukum
Newton yang berbunyi:
“Dua benda akan terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan
pangkat dua jaraknya.”
Berdasarkan hukum tersebut berarti makin besar/jauh jaraknya makin kecil daya tariknya.
Karena jarak dari bumi ke matahari lebih jauh dari pada ke jarak bulan, maka pasang surut
permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh bulan. Ada dua macam pasang surut.

 Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan) dan pada tanggal 14 (saat
bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi Bumi – Bulan – Matahari berada satu
garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi satu
menarik permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap ke bulan mengalami pasang
naik besar. Sedangkan permukaan bumi yang tidak menghadap ke bulan mengalami pasang
surut besar.
 Pasang Perbani, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil).
Pasang kecil terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut
posisi Matahari – Bulan – Bumi membentuk sudut 90°. Gaya tarik Bulan dan Matahari
terhadap Bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang (saling
melemahkan) dan terjadilah pasang terendah (rendah).Terjadinya peristiwa pasang surut
permukaan air laut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, antara lain: untuk
kepentingan penelitian, usaha per tambakan, kepentingan militer misalnya untuk mengatur
pendaratan pasukan katak, sumber energi listrik, usaha pertanian lahan pasang surut.
Pemanfaatan Gerakan Air Laut dalam Kehidupan
Jika Anda sedang di tepi pantai atau sedang berlayar, amatilah air laut, di sana Anda akan
melihat bahwa air laut tidaklah diam. Banyak hal yang mempengaruhi gerakan air laut, salah
satu di antaranya yang paling penting adalah gerakan angin. Air akan bergerak sesuai arah
angin. Gerakan air laut sebenarnya salah satu anugerah yang dapat kita manfaatkan. Dalam
kehidupan kita gerakan air laut antara lain dapat dimanfaatkan untuk keperluan pelayaran,
perikanan, energi (pembangkit tenaga listrik), pertanian laut dan pariwisata.

Pelayaran

Informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan dalam bidang pelayaran terutama kapal
atau perahu yang menggunakan layar. Kapal besar sekalipun pada prinsipnya dalam perjalanan
pelayarannya tidak mau berbenturan dengan ombak maupun arus sehingga informasi tentang
gerakan air laut sangat diperlukan.

Perikanan

Gerakan air laut berpengaruh pada gerakan plankton (fitoplankton). Tempat-tempat yang
banyak planktonnya biasanya di situ banyak berkumpul ikan. Oleh karena itu bagi para
nelayan, informasi tentang gerakan air laut dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tempat-
tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan.
Energi (pembangkit tenaga listrik)
Belanda dan Perancis merupakan contoh negara yang telah memanfaatkan gerakan air laut
sebagai sumber energi (yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik). Sedangkan di Indonesia hal
ini masih dalam tahap uji coba. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja
sama dengan pemerintah Belanda kini sedang melakukan uji coba membangun proyek
pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan gerakan air laut di selat Bali.

Pertanian

Laut Informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan bagi para petani yang bergerak di
bidang pertanian laut. Sebagai contoh para petani yang melakukan usaha di bidang pertanian
laut (seperti budidaya rumput laut, budidaya kerang, mutiara dan lain-lain), kalau tidak
memperhitungkan gerakan air laut, maka hasil pertaniannya akan hanyut terbawa oleh air laut
sehingga mengalami gagal panen.

Pariwisata

Olahraga selancar, dayung, diving, lomba perahu layar dan lain-lain yang banyak
memperhitungkan faktor gerakan air laut sangat diminati oleh para wisatawan. Olahraga
selancar angin misalnya, memerlukan tempat yang gelombangnya besar.
Mineral Perairan Laut dan Pemanfaatannya
Banyak mineral yang terdapat di perairan laut yang dapat kita manfaatkan misalnya garam,
kapur minyak bumi, fosfat, kalsium karbonat dan lain-lain.

Garam

Sebagaimana kita ketahui garam merupakan salah satu mineral yang sangat di butuh kan oleh
tubuh kita. Pengambilan garam dilakukan dengan cara mengeringkan air laut.

Minyak bumi

Selain di darat, minyak bumi juga ditemukan di dasar laut, misalnya ladang minyak di celah
Timor, laut Natuna, laut Cina Selatan dan lain-lain.

Kapur atau Gamping

Batu kapur banyak kita temukan tersebar di dasar laut dangkal. Batu kapur merupakan bahan
baku dalam industri semen, alat tulis, gula, gelas dan lain-lain. Selain itu batu kapur juga
diperlukan sebagai bahan bangunan.

Fosfat
Binatang-binatang laut seperti ikan, udang, alga, teripang, kerang, mutiara dan lain -lain yang
hidup di terumbu-terumbu karang secara alami akan mengalami siklus biologi. Sisa-sisa
kehidupan dari hasil siklus tersebut merupakan bahan fosfat yang sangat diperlukan sebagai
bahan dasar industri pupuk.

Kalsium karbonat

Kalsium karbonat diperlukan sebagai bahan pembuatan potas. Kalsium karbonat diperoleh
dari rumput laut.

Persebaran dan pemanfaatan biota laut.


Anda tentu masih ingat, pada kegiatan sebelumnya Anda telah mempelajari berbagai mineral
perairan laut dan manfaatnya, Organisme laut dan pemanfaatannya. Banyak organisme yang
terdapat di laut, namun pada kegiatan ini kita batasi untuk mengupas organisme laut jenis
Plankton, Nekton dan Bentos.

Plankton

 Fitoplankton, adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang di air


dan merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran
sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak
terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, Navicula dan lain-lain.
 Zooplankton, adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil
yang sangat banyak jumlahnya. Contoh zooplankton misalnyaCopepod, Tomopteris, Arrow
Wori, Jelly Fish(ubur-ubur) dan Crustacea. Di samping menjadi makanan utama ikan,
tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan dasar bagi terbentuknya
mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka
waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Nekton

Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan-
ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi dan lain-lain. Nekton merupakan organisme laut
yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan
ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut
seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan
bahkan jutaan tahun.

Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut baik yang menempel pada pasir maupun
lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut,
terumbu karang dan lain-lain. Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu
karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika
timbunannya.

sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu
dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau
karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu-batu karang yang dihasilkan oleh bentos
dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, sebagai bahan bangunan dan lain-
lain. Sedangkan zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos bisa dimanfaatkan sebagai
bahan untuk pembuatan obat dan kosmetika.

Pemanfaatan Perairan Laut dalam Kehidupan


Sebagaimana perairan darat, perairan laut juga sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Secara
umum perairan laut dapat dimanfaatkan sebagai: sarana transportasi, usaha perikanan, usaha
pertambangan, sumber bahan baku obat-obatan dan kosmetika, sumber energi, rekreasi serta
pendidikan dan penelitian.

Sarana transportasi

Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal sejak jaman nenek
moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana transportasi laut untuk kepentingan pindah
tempat (mencari tempat tinggal baru), ekonomi dan lain-lain.

Usaha perikanan

Laut memiliki banyak jenis ikan dalam jumlah yang banyak pula. Oleh karena itu jika potensi
ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dapat meningkatkan kualitas gizi serta perbaikan
ekonomi.

Usaha pertambangan

Sebagaimana telah disebutkan, bahwa di dasar laut tersimpan mineral tambang yang berupa
gas dan minyak bumi. Oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai usaha pertambangan.

Usaha budi daya rumput laut

Perairan laut terutama di laut dangkal merupakan tempat yang sangat bagus untuk usaha budi
daya rumput laut. Selain sebagai sumber bahan makanan dan minuman, unsur kimia yang ter
dapat di dalam rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat dan
kosmetika.

Sumber bahan baku obat-obatan dan kosmetika


Berbagai unsur kimia terdapat dalam tubuh biota laut seperti zooplankton, nekton, rumput laut
dan lain-lain dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat dan kosmetika.

Sumber Energi

Perbedaan suhu air laut, gelombang pasang surut dan angin di atas laut mempunyai potensi
jika dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Rekreasi

Perairan laut rata-rata pemandangannya indah terutama di daerah pantai. Namun tidak jarang
kita temukan pemandangan indah yang terdapat di bawah laut, oleh karena itu sangat
potensial untuk dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.

Pendidikan dan Penelitian

Bagi para mahasiswa, ilmuwan serta peminat kelautan lainnya, laut merupakan laboratorium
yang dapat dijadikan sarana untuk melakukan pendidikan dan penelitian di bidang ilmu
kelautan (Oseanografi).
Pencemaran dan konservasi perairan laut.
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa
yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga
dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti
mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi,
konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan,


sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia
dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara
sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk
manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk
dalam kegiatan manajemen adalah survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,
pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri
manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain
dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan.

Di Asia Timur, konservasi sumber daya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM)
memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap
binatang liar, ikan dan hutan. Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah
memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday
Book yang berisi inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan.

Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumber
daya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan
pengawetan, sedangkan Raja William I melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas
dasar adanya data yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak
jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun
konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep
tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern
konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan
memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.

Kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi
ekosistem. Berdasarkan tipe ekosistem yang dimiliki, kawasan konservasi perairan dapat
meliputi: kawasan konservasi perairan tawar, perairan payau atau perairan laut. Kawasan
konservasi perairan laut dikenal sebagai kawasan konservasi laut (KKL).

Konservasi sumber daya ikan adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan
sumber daya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan
bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Konservasi sumber daya ikan adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan
sumber daya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan
bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Sebagai sarana pengelolaan perikanan,
kawasan

konservasi laut memiliki dua fungsi:

1. Limpahan ikan komoditi pasar dari wilayah perlindungan ke dalam wilayah penangkapan.
2. Ekspor telur dan larva ikan dari wilayah perlindungan ke wilayah penangkapan yang dapat
meningkatkan kuantitas penangkapan di wilayah penangkapan.
Selain itu, sebagai sarana pengelolaan, kawasan konservasi laut memberikan manfaat tidak
langsung berikut:
1. melindungi habitat yang sangat penting bagi perkembangbiakan jenis ikan komersial, dan
2. memberikan tempat berlindung ikan yang tidak dapat diberikan oleh sarana pengelolaan
lainnya sehingga dapat mencegah penurunan secara drastis persediaan ikan komersial.
Kawasan konservasi perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan
mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan:

1. habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk;
2. meningkatnya jumlah stok induk;
3. ukuran (body size) dari stok induk yang lebih besar; dan
4. larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak.
Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan
konservasi. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah Kawasan Konservasi perairan
dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumber daya perikanan di luar
wilayah kawasan konservasi laut (Gell & Robert, 2002; PISCO, 2002

Peran Kawasan Konservasi Suberdaya Perairan : Peran Kawasan Konservasi perairan adalah
melalui:

1. ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKP yang menjadi wilayah Fishing Ground nelayan;
2. kelompokrecruit;
3. penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan.
Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar
kawasan konservasi setelah beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKP secara konsisten.
Seberapa jauh efektivitas Kawasan Konservasi Perairan mampu memenuhi fungsi (peran)
tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan
dan jenis pemanfaatan lainnya, model, bentuk maupun posisi/letak wilayahnya, khususnya
ukuran zona/wilayah yang dijadikan perlindungan (no take area) dibandingkan dengan zona
pemanfaatan (penangkapan).
Rumusan Strategi Konservasi Nasional Indonesia:

Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)

1. Penetapan wilayah PSPK.


2. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
3. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
4. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
5. Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

1. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya


2. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi).
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

1. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.


2. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian dan
pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, budidaya).
Kawasan pelestarian alam ataupun kawasan dilindungi ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Hampir di setiap negara
mempunyai kriteria/kategori sendiri untuk penetapan kawasan dilindungi, dimana masing-
masing negara mempunyai tujuan yang berbeda dan perlakuan yang mungkin berbeda pula.
Namun di level internasional seperti misalnya Commission on National Park and Protected
Areas (CNPPA) yaitu komisi untuk taman nasional dan kawasan dilindungi yang berada di
bawah IUCN memiliki tanggung jawab khusus dalam pengelolaan kawasan yang dilindungi
secara umum di dunia, baik untuk kawasan daratan maupun perairan.

Potensi, sebaran, dan pemanfaatan perairan darat.


Sekarang coba perhatikan air sumur, air pompa, air sungai, air empang, air danau, air rawa
yang ada di sekitar rumah Anda. Air-air tersebut termasuk dalam bentang perairan
darat. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan
yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan bergerak menuju ke
daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki
suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari penjelasan di atas tentunya
Anda paham bukan, bahwa air sumur, air sungai, rawa, danau, empang dan sejenisnya
termasuk jenis perairan darat.

Tata air yang berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang
disebut hidrologi.
Danau
Air yang mengisi danau biasanya air tawar, contohnya Danau Toba di Sumatera Utara, Danau
Poso di Sulawesi Tengah, dan Riam Kanan di Kalimantan Selatan. Selain air tawar ada juga
danau yang airnya asin (memiliki kadar garam tinggi) seperti Danau Kaspia, Danau Laut Mati,
Danau Laut Aral, Great Salt dan lain-lain. Mengapa ada danau yang airnya asin? Hal ini terjadi
karena di danau terjadi penguapan yang sangat tinggi. Di samping itu air yang masuk ke danau
tersebut biasanya tidak berpelepasan atau tidak mengalir lagi ke tempat lain. Berdasarkan
proses kejadiannya danau dibedakan menjadi enam macam yaitu danau: Tektonik, Vulkanik,
Tekto-Vulkanik, Karst, Glasial dan Waduk atau Bendungan.

 Danau Tektonik, yaitu danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa.
Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada permukaan tanah. Permukaan tanah yang
patah mengalami pemerosotan atau ambles (subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya
bagian yang cekung karena ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Danau jenis
ini contohnya danau Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi.
Danau Singkarak, danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.
 Danau Vulkanik atau danau Kawah, yaitu danau yang terdapat pada kawah lubang
kepundan bekas letusan gunung berapi. Ketika gunung meletus batuan yang menutup
kawasan kepundan rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan
lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau.
Contoh danau jenis ini ialah danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung Lamongan
di Jawa Timur, danau Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.
 Danau Tekto-Vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses
vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah / batuan
yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan
tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh danau jenis ini adalah danau Toba di
Sumatera Utara.
 Danau Karst. Danau jenis ini disebut juga Dolina, yaitu danau yang terdapat di daerah
berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas
erosi membentuk cekungan dan cekungan terisi air sehingga terbentuklah danau.
 Danau Glasial, danau yang terjadi karena adanya erosi gletser. Pencairan es akibat erosi
mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contoh danau jenis ini
terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu danau Superior, danau
Michigan dan danau Ontario.
 Waduk atau Bendungan, adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan
waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan,
pertanian dan rekreasi. Contoh danau jenis ini misalnya Saguling, Citarum dan Jatiluhur di
Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di Kalimantan Selatan, Rawa Pening, Kedung Ombo
dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah.
Rawa
Pernahkah Anda melihat/menyaksikan rawa, atau barangkali di sekitar tempat tinggal Anda
terdapat rawa. Daerah rawa banyak kita temukan di pantai timur pulau Sumatera dan pantai
selatan pulau Kalimantan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: Rawa atau paya-paya adalah
daerah rendah yang selalu tergenang air. Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air
sungai maupun dari sumber mata air tanah.

Ada dua jenis rawa yaitu:

 Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, dan


Rawa jenis pertama tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu tergenang.
Sedang kan rawa jenis kedua memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya berganti. Rawa yang
airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak
dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH) mencapai 4,5.

Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuh tumbuhan yang
hidup.

Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.

 Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.


Sedangkan rawa yang airnya mengalami pergantian memiliki ciri-ciri yang sebaliknya yaitu:

1. Airnya tidak terlalu asam.


2. Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta tumbuh-tumbuhan rawa
seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
3. Dapat diolah menjadi lahan pertanian.
Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi kehidupan kita, manfaat rawa bagi kehidupan kita
antara lain:

 Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan
barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain,
 Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut,
 Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat, dan
 Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
Rawa merupakan salah satu ekosistem perairan darat yang harus kita jaga kelestariannya.
Untuk menjaga kelestarian rawa dapat ditempuh beberapa cara antara lain:

 Tidak sembarangan menebangi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di rawa.


 Tidak membuang limbah ke rawa, karena dapat membahayakan kehidupan organisme di
dalamnya.
Air Tanah
Pernahkah Anda perhatikan air yang Anda minum setiap hari, dari manakah air tersebut
diperoleh ? Kalau jawaban Anda dari air tanah, maka jawaban Anda betul. Di sekitar kita (di
permukaan tanah), dapat kita saksikan adanya air sumur, sungai, danau, rawa dan lain-lain.
Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Jadi benar
jika Anda mengatakan bahwa air yang kita minum serta kita gunakan untuk berbagai
keperluan sehari-hari adalah air tanah. Pengambilan air tanah dapat dilakukan dengan
menimba, memompa atau

mengalirkan air dari sebuah mata air. Dimanakah air tanah berada? Air tanah berada pada
pori-pori dan celah-celah batuan. Kalau Anda memperhatikan permukaan air sumur, maka
akan Anda lihat bahwa dalamnya permukaan air sumur di berbagai tempat tidak sama. Ada
daerah tertentu misalnya di daerah pantai atau di pinggir sungai, mungkin cukup menggali 2
meter kita telah memperoleh air tanah, tetapi di daerah gunung mungkin kita perlu menggali
hingga kedalamannya mencapai 10 atau 15 meter untuk memperoleh air tanah. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan topografi. Perbedaan jenis tanah juga mempengaruhi kedalaman
permukaan air tanah. Contohnya di daerah gurun kedalamannya bisa mencapai 50 meter atau
lebih, sehingga jarang tumbuh-tumbuhan yang hidup di situ karena akar tumbuhan tidak
mampu menjangkau permukaan air. Penyebab lainnya adalah faktor musim. Pada musim
kemarau permukaan air tanah akan lebih dalam jika dibandingkan pada musim penghujan.

Ada bermacam-macam jenis air tanah.

 Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah permukaan
(Freatik) dan air tanah dalam.
1. Air tanah permukaan (Freatik) adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan tanah / batuan
yang tidak tembus air (impermeable). Air yang ada di sumur-sumur, sungai, danau dan rawa
termasuk jenis ini.
2. Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah lapisan tanah/ batuan yang tidak
tembus air (impermeable). Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan
pengeboran. Sumur bor atau artesis merupakan salah satu contoh sumur yang airnya berasal
dari air tanah dalam.
 Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang berasal dari atmosfer
(angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut bumi.
1. Air tanah yang berasal dari atmosfer disebutmeteoric water, yaitu air tanah berasal dari
hujan dan pencairan salju.
2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah turbir (yaitu air tanah yang
tersimpan di dalam batuan sedimen) dan air tanah juvenil yaitu air tanah yang naik dari
magma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.
Ada 4 wilayah air tanah yaitu:

 Wilayah yang masih terpengaruh udara. Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat
lapisan tanah yang mengandung air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah
ini akan bebas bergerak ke bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air pada lapisan ini
untuk menopang kelangsungan hidupnya.
 Wilayah jenuh air. Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur.
Kedalaman wilayah ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.
 Wilayah kapiler udara. Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara
dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik)
dari wilayah jenuh air.
 Wilayah air dalam. Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang
tidak tembus air.
Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan
menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.

Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai bisa berasal

dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser).
Ke mana air itu mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa
juga ke sawah-sawah.

Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga
macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.

1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
2. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang
airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja. boleh dikatakan tidak ada, namun
pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Pegunungan Himalaya) dan hulu
sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh
jenis sungai ini.
3. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan,
dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai
Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai
permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.

1. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Sungai Musi,
Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan
pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa
misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai
Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim
hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
4. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakikatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan
sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi lima jenis yaitu:

1. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
2. SungaiSubsequence atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike
3. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai
konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di
sungai subsekuen.
4. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan
batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi mau pun struktur
geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua

1. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun
ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya,
sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
2. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh
lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi tujuh yaitu:

1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini
terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di
daerah basin (cekungan).
3. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai
induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar
atau daerah dataran pantai.
4. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
5. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
6. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
7. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya

Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah
dan bagian hilir.

 Bagian Hulu Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah
Erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan
lerengnya cembung (converse), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak
terjadi
 Bagian Tengah Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya
mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal) palung
sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi
meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
 Bagian Hilir Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke
samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi
delta serta palungnya lebar.
Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau Watershed.
DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun hujan di daerah
tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan.
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa DAS merupakan daerah di sekitar sungai
tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air hujan dialirkan ke sungai tersebut. DAS
dibedakan menjadi dua yaitu DAS gemuk dan DAS kurus

 DAS gemuk, yaitu suatu DAS yang luas sehingga memiliki daya tampung air yang besar.
Sungai dengan DAS seperti ini, airnya cenderung meluap bila di bagian hulu terjadi hujan
deras.
 DAS kurus, yaitu DAS yang relatif tidak luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai
dengan DAS semacam ini luapan airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya terjadi
hujan lebat.
Sebagai tempat penampungan air hujan DAS harus kita jaga kelestariannya. Cara menjaga
kelestarian DAS antara lain tidak menggunduli hutan atau tanaman-tanaman di areal DAS. Cara
lainnya yaitu tidak mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau
keperluan lainnya.

Selain itu gejala alam yang akan terjadi bila DAS rusak adalah:
 air sungai meluap, sering terjadi banjir,
 akan terbentuk delta sungai, dan
 dataran pantai (tempat bermuaranya sungai) bertambah luas.
Konservasi air tanah dan Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Konservasi air tanah
Pengelolaan Air Tanah Di Indonesia: Konservasi Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah (permen
ESDM No. 02 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah Di Indonesia)
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Air
Tanah meskipun merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi memerlukan
waktu yang lama dalam pembentukannya, bias mencapai puluhan bahkan ribuan tahun. Maka,
apabila sumber daya tersebut mengalami kerusakan baik kualitas, kuantitas maupun kondisi
lingkungannya akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, akan memerlukan waktu yang
lama, biaya tinggi, dan teknologi yang rumit dalam pemulihannya. Untuk menjaga agar air
tanah dapat dimanfaatkan dengan optimal, baik untuk saat ini maupun yang akan datang, perlu
adanya suatu peraturan dalam pengelolaan air tanah tersebut baik bagi pengguna maupun
aparat/instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah (provinsi maupun
kabupaten/kota).

Sebelumnya, pengelolaan air tanah selama ini didasarkan pada tempat/lokasi pengambilan
sumur air bersih /produksi terutama pada sumur bor dalam (well management). Ternyata
pengelolaan seperti ini tidak efektif, karena sifat air tanah yang tidak dapat dilepaskan dari
susunan lapisan akuifernya yaitu lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis, sehingga air tanah tidak hanya
diperlakukan pada lokasi sumur tersebut tetapi harus memperhitungkan susunan lapisan
akuifernya atau wadahnya. Pendekatan pengelolaan air tanah berdasarkan sumur (well
management) juga dapat menimbulkan beberapa kelemahan, diantaranya:
 Tidak mengetahui potensi air tanah secara nyata dari setiap akuifer yang dieksploitasi
 Tidak dapat mengetahui terjadinya perubahan kondisi lingkungan air tanah seperti
pencemaran air tanah dan amblesan tanah
 Tidak dapat melakukan pengendalian terhadap kualitas air tanah.
Untuk itu, sebagai satu kesatuan sistem akuifer, cekungan air tanah (CAT) ditetapkan sebagai
dasar pengelolaan air tanah di Indonesia. Pada peraturan terbaru, Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral No. 02 Tahun 2017 tentang CAT di Indonesia, disebutkan bahwa CAT
menjadi dasar pengelolaan air tanah di Indonesia dan menjadi acuan penetapan zona
konservasi air tanah, pemakaian air tanah, pengusahaan air tanah, dan pengendalian daya
rusak air tanah. CAT ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

 mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis dan/atau kondisi
hidraulika air tanah;
 mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu sistem pembentukan
air tanah; dan
 memiliki satu kesatuan sistem akuifer.
Pada peraturan ini juga dinyatakan jumlah CAT di Indonesia, yang meliputi CAT dalam wilayah
provinsi, CAT lintas provinsi dan CAT lintas negara. CAT yang berada dalam wilayah provinsi
maka pengelolaannya menjadi kewajiban bagi pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur,
sedangkan CAT yang merupakan lintas provinsi dan lintas Negara menjadi kewenangan
pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Akan tetapi,
kebijakan pengelolaan air tanah baik yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Pusat tersebut harus mengacu pada Kebijakan Nasional Sumber Daya Air sehingga
tidak akan terjadi tumpang tindih atau tarik ulur baik dalam pengelolaan maupun
kewenangannya.

Jumlah CAT yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebanyak 421 buah terdiri dari CAT
lintas batas Negara sebanyak 4 buah, CAT lintas batas provinsi 36 buah, dan CAT dalam
wilayah provinsi berjumlah 381 yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, kecuali
Provinsi Kepulauan Riau. Akuifer pada CAT secara umum dibedakan menjadi 2 buah yaitu
akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer). Total besaran
jumlah potensi air tanah pada CAT mencapai ; pada akuifer bebas sebesar 494.390 juta m3
/tahun dan pada akuifer tertekan sebesar 20.903 juta m3 /tahun.

Bertambahnya jumlah penduduk menjadikan kebutuhan akan air bersih juga terus bertambah.
Sebagai salah satu sumber terbaik untuk air bersih, air tanah terus diambil secara intensif,
terutama untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Sering kali, pengambilan air tanah ini
menjadi tidak terkontrol dan tidak sesuai dengan ketersediaan serta zona pemanfaatannya
yang dapat berdampak terhadap kuantitas, kualitas dan daya dukung lingkungan pada CAT
setempat. Dampak dari pengambilan air tanah bisa menimbulkan terjadinya penurunan muka
air tanah yang melebihi ambang batas dan juga amblesan tanah dan daya rusak air tanah lain
seperti pencemaran air tanah dan penyusupan (intrusi) air laut.

Dengan beberapa faktor yang telah disebutkan, pengelolaan air tanah merupakan hal yang
penting sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya air secara keseluruhan. Pengelolaan air
tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, konservasi serta
pendayagunaan dimana strategi pengelolaan air tanah tersebut didasarkan pada prinsip
keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah.

Dalam definisi yang lebih luas, konservasi air tanah diartikan sebagai upaya memelihara
keberadaan serta keberlanjutan keadaan sifat dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia
baik dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
baik pada saat waktu sekarang maupun yang akan datang sehingga diharapkan tidak akan
terjadi adanya krisis air tanah nantinya. Gambar 1. Jumlah potensi air tanah pada cekungan air
tanah tiap pulau di Indonesia Usaha konservasi air tanah dapat dilakukan melalui beberapa
cara seperti:

 perlindungan dan pelestarian air tanah, dengan menjaga daya dukung akuifer dan fungsi
daerah imbuhan air tanah serta memulihkan kondisi dan lingkungan air tanah pada zona
kritis dan zona rusak,
 Pengawetan air tanah, ditujukan untuk menjaga keberadaan dan kesinambungan
ketersediaan air tanah yaitu dengan cara penghematan dalam pemakaian air tanah,
meningkatkan kapasitas resapan air dan pengendalian dalam penggunaan air tanah,
 Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran, digunakan untuk mempertahankan dan
memulihkan kualitas air tanah sesuai dengan kondisi alaminya yaitu dengan cara mencegah
pencemaran air tanah, menanggulangi pencemaran air tanah serta memulihkan kualitas air
tanah yang telah tercemar serta menutup setiap sumur gali atau sumur bor yang kualitas air
tanahnya telah tercemar.
Pengendalian daya rusak air, baik terhadap intrusi air laut/asin serta kemungkinan terjadinya
amblesan tanah dengan cara mengurangi pengguna air tanah yang melampaui daya dukung
akuifer sehingga tidak terjadi penurunan muka air tanah.

Terkait dengan penggunaan air tanah, pengendalian besaran debit air tanah termasuk
pelarangan pengambilan air tanah pada wilayah-wilayah tertentu untuk izin pengambilan air
tanah harus didasarkan pada konsep pengelolaan air tanah yang berbasis konservasi. Izin
pengambilan air tanah yang diberikan oleh gubernur, terutama izin pengusahaan air tanah
harus melalui tahapan pemberian rekomendasi teknis yang menggunakan peta zona
konservasi air tanah pada suatu CAT sebagai landasan utama. Penyusunan peta zona
konservasi air tanah ini menjadi tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi melalui
dinas yang membidangi air tanah, sesuai dengan kewenangan pengelolaan pada cekungan air
tanahnya. Cekungan air tanah lintas provinsi dan lintas Negara menjadi wewenang Pemerintah
pusat dalam hal ini Kementerian ESDM dan cekungan air tanah dalam wilayah provinsi
menjadi wewenang Dinas Provinsi yang membidangi air tanah (Dinas ESDM Provinsi).

Zona konservasi air tanah merupakan perangkat penting dalam pengelolaan air tanah dan
terkait langsung dengan pemberian izin pengambilan air tanah. Faktor utama dalam
penyusunan peta zona konservasi air tanah ini adalah tingkat kerusakan kondisi dan
lingkungan air tanah, yang merupakan gambaran keseimbangan antara jumlah ketersediaan air
tanah dan penggunaannya. Apabila jumlah pengambilan air tanah lebih besar daripada jumlah
ketersediaannya, akan terjadi kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah tersebut. Sehingga,
dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan kerusakan kondisi dan lingkungan air
tanah tersebut meliputi:

 jumlah pengambilan air tanah;


 penurunan muka air tanah;
 perubahan kualitas air tanah; dan, atau
 dampak negatif terhadap lingkungan yang timbul seperti amblesan tanah, pencemaran air
tanah karena migrasi zat pencemar, penyusupan air laut ke dalam air tanah tawar, dan
kekeringan yang disebabkan oleh migrasi air tanah dari sistem akuifer tidak tertekan ke
dalam sistem akuifer tertekan.
Zona konservasi air tanah dibedakan menjadi:

 Zona perlindungan air tanah yang meliputi daerah imbuhan air tanah dan zona perlindungan
mata air, dan
 Zona pemanfaatan air tanah yang terdiri dari zona aman, rawan, kritis, dan rusak.
Untuk mendukung kegiatan konservasi air tanah dilakukan dengan cara melakukan
pemantauan air tanah untuk mengetahui kualitas, kuantitas dan lingkungan air tanah.
Pemantauan air tanah tersebut terutama dilakukan pada sumur pantau yang berfungsi untuk:
 mengukur dan merekam kedudukan muka air tanah,
 memeriksa sifat fisika, kandungan unsur kimia, biologi atau radioaktif dalam air tanah,
 mencatat jumlah volume air tanah yang dipakai
 mengetahui perubahan kondisi dan lingkungan air tanah seperti amblesan
Beberapa kota besar di Indonesia sudah mengalami krisis air tanah akibat dampak
pengambilan air tanah yang tidak terkontrol. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai
ibukota negara, merupakan salah satu daerah yang mengalami krisis air tanah sehingga
dampak dari pengambilan air tanah yang berlebihan selama ini mulai dirasakan seperti
terjadinya penurunan muka tanah di beberapa wilayah dan juga semakin jauhnya penyusupan
air laut ke daratan (intrusi air laut).

DKI Jakarta merupakan bagian dari CAT Jakarta yang merupakan CAT lintas provinsi yang
meliputi wilayah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan Provinsi DKI Jakarta sendiri. Pada
peta zona konservasi air tanah di CAT Jakarta, diketahui bahwa di beberapa wilayah sudah
merupakan zona kritis, rawan, bahkan rusak. Hal ini menjadi landasan bahwa izin pengambilan
air tanah di CAT Jakarta sudah tidak leluasa lagi diberikan, dan upaya-upaya konservasi air
tanah di CAT ini harus terus dilakukan untuk memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah.

Salah satu bentuk alternatif konservasi air tanah adalah dengan bangunan resapan air hujan
adalah sumur resapan, yang akan dijelaskan seperti di bawah ini.

 Sumur Resapan
Sumur resapan yaitu salah satu metode konservasi air tanah menggunakan bangunan yang
dibuat sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti sumur galian yang mempunyai kedalaman
tertentu. Pembangunan sumur resapan harus memperhatikan beberapa hal, seperti harus
dibangun di tempat yang cukup datar, air hujan yang meresap ke sumur tidak tercemar, dan
harus mempertimbangkan keamanan bangunan di sekitar sumur.

Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur yang digali untuk air minum dimana
fungsinya adalah menaikkan air tanah menuju permukaan. Fungsi dari pembangunan sumur
resapan adalah sebagai tempat penampungan air hujan yang jatuh ke tempat kedap air seperti
atap rumah, kemudian meresapkan air yang jatuh tersebut ke dalam tanah. Sumur resapan juga
dapat melakukan fungsi penambahan air secara buatan. Selain fungsi, sumur resapan juga
mempunyai manfaat.

Beberapa manfaat sumur resapan yaitu:

1. Mengurangi sedimentasi dan erosi tanah (baca : Cara Mencegah Erosi Tanah).
2. Mengurangi aliran air di permukaan tanah sehingga dapat mencegah genangan air dan juga
banjir.
3. Meningkatkan ketinggian permukaan air tanah (baca : Ciri-ciri Air Tanah Permukaan).
4. Menjaga keseimbangan hidrologi dan mengurangi terjadinya intrusi air laut, terutama di
wilayah yang dekat dengan daerah pantai.
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (baca : Ciri-ciri Pencemaran Air).
6. Mencegah terjadinya amblesan atau penurunan permukaan tanah (land subsidence) karena
pori- pori tanah terisi air.
Cara Membangun Sumur Resapan

Sumur resapan sebaiknya dibangun di daerah peresapan air, yaitu di kawasan permukiman,
perkantoran, industri, pertokoan, kawasan budidaya, tempat olah raga dan berbagai fasilitas
umum lainnya. Selain itu, sumur resapan tidak boleh dibangun pada daerah berlereng curam
yang kondisi tanahnya sangat labil.

Lokasi pembangunan sumur resapan harus berjarak minimal 1 meter dari fondasi rumah dan
berjarak minimal 5 meter dari septik tank atau tempat pembuangan sampah. Ada bermacam-
macam bentuk konstruksi bangunan sumur resapan. Pembangunan konstruksi
tersebut tergantung pada keadaan struktur tanah atau formasi batuan penyusun lapisan bumi.
Beberapa bentuk konstruksi sumur resapan yaitu:

1. Sumur yang menggunakan batu cadas sebagai dinding sumur (blowing).


2. Sumur yang menggunakan susunan batu kali dan batu bata untuk dinding sumur, sedangkan
dasar sumur dibiarkan kosong atau diisi dengan ijuk dan batu yang telah dipecah- pecah.
3. Sumur yang tidak mempunyai pasangan di dinding sumur, sedangkan bagian dasar sumur
dibiarkan kosong tanpa diisi ijuk atau materi apa pun.
4. Sumur yang tidak memiliki pasangan dinding sumur dengan bagian dasar diisi ijuk dan batu-
batuan.
5. Sumur yang menggunakan beton di dinding sumur.
Setelah mengetahui tempat yang sesuai dan juga bentuk konstruksi bangunan sumur, maka
selanjutnya adalah bagaimana cara membangun sumur resapan. Berikut adalah langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk membuat sumur resapan air.

1. Langkah pertama yaitu menggali tanah berbentuk silinder dengan diameter antara 80 cm
sampai 140 cm dan berkedalaman 1,5 meter sampai 3 meter. Perlu diperhatikan bahwa
penggalian tersebut tidak boleh melebihi permukaan air tanah.
2. Langkah kedua yakni menyusun batu bata atau batu kali di bagian dinding sumur.
Pemasangan batu tersebut tanpa plesteran agar air dapat merembes secara baik ke dalam
tanah. Langkah kedua ini sebenarnya opsional, tergantung struktur tanahnya. Jika struktur
tanah labil, maka perlu dibangun dinding sumur untuk memperkuat tanah. Tapi jika struktur
tanah stabil maka tidak perlu mengerjakan langkah ini.
3. Langkah ketiga adalah membuat saluran pemasukan menggunakan pipa paralon dengan
ukuran diameter pipa yaitu 110 mm. Saluran tersebut bertujuan untuk mengalirkan air
hujan dari talang ke dalam sumur resapan.
4. Langkah selanjutnya yakni membuat pipa pembuangan dari sumur menuju ke parit atau bak
penampungan ( baca : Manfaat Penampungan Air ). Pembuatan pipa pembuangan bertujuan
untuk membuang limpahan air ke parit atau menampungnya ke dalam bak sebagai
persediaan air ketika musim kemarau. Perlu diperhatikan bahwa ketinggian pipa
pembuangan tidak boleh lebih rendah dari muka air tanah.
5. Berikutnya, mengisi dasar sumur dengan batu yang telah dibelah- belah setebal 20 cm
sampai 40 cm lalu melapisi bebatuan tersebut dengan ijuk setebal 5 cm sampai 10 cm.
Pembuatan lapisan batu dan ijuk di dasar sumur bertujuan untuk menyaring air yang masuk
ke dalam sumur agar kebersihan air tanah tetap terjaga.
6. Langkah terakhir adalah menutup bagian atas sumur. Penutupan bagian atas sumur dapat
menggunakan pelat beton setebal 10 cm yang kemudian ditutupi dengan tanah.
 Teknik Konservasi menggunakan Lubang Resapan Biopori
Menurut Brata dan Nelistya (2008) biopori adalah ruang atau pori di dalam tanah yang
dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Bentuk
biopori menyerupai liang di dalam tanah dan bercabang – cabang. Biopori sangat efektif untuk
menyalurkan air dan udara ke dalam tanah. Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan
dan perkembangan akar tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap, dan
semut di dalam tanah. Pori-pori yang terbentuk dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air dengan cara menyirkulasikan air dan oksigen ke dalam tanah. Jadi semakin
banyak biopori di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut (Hakim, 2011)

Teknologi biopori menggunakan lubang silindris vertikal dengan diameter relatif tidak terlalu
besar namun efektif untuk meresapkan air tanah. Teknologi ini dianggap lebih efektif dan
mudah untuk meresapkan air ke dalam tanah dibandingkan dengan sumur resapan. Sumur
resapan memiliki ukuran cukup besar serta bahan pengisinya tidak dapat dimanfaatkan oleh
biota tanah sebagai sumber energi dalam penciptaan biopori. Bahan-bahan halus yang terbawa
air dan tersaring oleh bahan pengisi, menyumbat rongga bahan pengisi sehingga menyebabkan
laju serapan menjadi lebih lamban. Selain itu, diameter lubang yang besar menyebabkan beban
resapan meningkat dan menurunkan laju serapan (Alimaksum, 2010).

Pembuatan lubang resapan biopori (LRB) memberikan manfaat tidak hanya bagi manusia,
tetapi juga tumbuhan, tanah, organisme bawah tanah dan komponen lingkungan lainnya.
Tumbuhan mampu tumbuh subur karena didukung oleh pupuk kompos hasil pelapukan
sampah organik. Sampah organik pun menjadi faktor penghidupan bagi organisme bawah
tanah. Ketersediaan air di dalam tanah menjadi hal yang penting sebagai penopang daratan dan
kelembaban tanah. Dengan teknologi biopori, upaya manusia untuk menyimpan air saat musim
hujan dan mengambilnya kembali pada musim kemarau sangatlah mudah.

Secara lebih rinci, manfaat LRB yaitu:

1. Meningkatkan laju resapan air dan cadangan air tanah;


2. Meningkatkan peran biodiversitas tanah dan akar tanaman;
3. Mencegah terjadinya kerusakan tanah yang menyebabkan longsor dan kerusakan bangunan;
4. Memanfaatkan sampah organik menjadi kompos yang dapat menyuburkan tanah dan akar
tanaman;
5. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah;
6. Mengurangi emisi gas rumah kaca CO2 dan Metan.
Prinsip utama LRB adalah menghindari air hujan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan
membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang serapan tersebut (Brata dan Nelistya,
2008). Untuk meminimalkan beban lingkungan oleh adanya pengumpulan air dan sampah
organik di dalam lubang, maka dimensi lubang tidak boleh terlalu besar.
Diameter lubang yang disarankan adalah 10-30 cm dengan kedalaman 100 cm atau tidak
melebihi kedalaman permukaan air bawah tanah (Hakim, 2011). Jumlah LRB yang diperlukan
di satu kawasan bisa saja berbeda dengan kawasan lain. Untuk menentukan jumlah LRB dalam
suatu kawasan dapat menggunakan rumus:

Jumlah LRB =
Intensitas Hujan (mm/jam) x Luas Bidang Kedap (m2)
Laju Resapan Air per Lubang (liter/jam)
Selain memperbaiki struktur tanah melalui pergerakannya, fauna tanah juga melakukan
dekomposisi bahan organik menjadi nutrisi yang diperlukan oleh tanah. Fauna tanah yang
banyak berperan dalam proses tersebut adalah cacing tanah. Cacing tanah berperan mengubah
nutrisi yang tidak terlarut menjadi bentuk terlarut dengan bantuan enzim yang terdapat di
dalam alat pencernaannya. Bersama dengan organisme mikroskopis seperti fungi, bakteri,
dan actnomycetes, cacing tanah memelihara pengurangan C:N rasio. Hasil pengolahan bahan
organik oleh cacing tanah dapat berperan meningkatkan kemampuan menahan air,
menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan menetralkan pH tanah.
Selain itu dalam proses dekomposisi, bahan organik tidak menjadi panas atau mengeluarkan
bau.
Jenis tanah dapat mempengaruhi jumlah dan aktivitas organisme dalam tanah. Setiap jenis
tanah memiliki laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi yang berbeda. Laju infiltrasi diantaranya
dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan porositas tanah. Tekstur tanah berhubungan dengan
distribusi ukuran pori, sedangkan struktur tanah berkaitan dengan kemantapan ruang pori
sehingga air lebih mudah bergerak tanah. Perkembangan struktur yang paling besar terdapat
pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih
rendah dibandingkan tanah berpasir. Semakin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
kerapatan massanya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Jika
terjadi pemadatan tanah, maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas
dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air dan memiliki
unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas organisme yang rendah (Hakim, 2011).
Kerapatan tanah yang bertekstur halus biasanya antara 1,0 – 1,3 g/cm3 sedangkan struktur
Tanah kasar memiliki kerapatan massa 1,3 – 1,8 g/cm3. Pemberian bahan organik pada tanah
dapat menurunkan kerapatan massa tanah. Hal ini disebabkan bahan organik yang
ditambahkan mempunyai kerapatan jenis lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin
tinggi dapat menurunkan kerapatan massa tanah sehingga persentase ruang pori-pori semakin
kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi.

Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).


Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang berfungsi
untuk menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Definisi DAS tersebut mengartikan
bahwa seluruh permukaan daratan di bumi ini terbagi habis dalam DAS. Pemanfaatan potensi
sumber daya alam di dalam DAS (termasuk hutan) untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan
manusia telah menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan hutan yang dahsyat. Perubahan
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali akan mempengaruhi fungsi dan
keseimbangan lingkungan termasuk proses-proses hidrologis di dalam wilayah DAS,
Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan neraca air, sedimen, hara dan rusaknya habitat
keanekaragaman hayati.

Tujuan Pengelolaan DAS adalah terkendalinya hubungan timbal balik antara sumber daya alam
dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam penerapannya di lapangan, konsepsi tersebut memerlukan
upaya yang tidak sederhana. Untuk itu diperlukan keterpaduan pengelolaan oleh berbagai
sektor/multi pihak mulai dari hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai
kepentingan, kondisi biofisik dan sosial ekonomi yang ada dalam suatu DAS.

Konservasi DAS diartikan sebagai upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari pada
peran dan fungsi setiap wilayah dalam DAS dan mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan
dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan. Berbagai ilmu pengetahuan dan informasi
mengenai berbagai upaya-upaya konservasi untuk menyelamatkan ekosistem dan lingkungan
dalam DAS telah banyak berkembang dan penting untuk disebarluaskan ke masyarakat luas
melalui berbagai media.

Saat ini kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia semakin memprihatinkan, banyak
DAS yang mengalami penurunan kualitas dengan indikasi luasnya lahan kritis, semakin
seringnya banjir, kekeringan, tanah longsor dan pencemaran air yang merugikan kehidupan
masyarakat dan lingkungan. Diperkirakan banjir dan kekeringan akan terjadi setiap tahun
dengan intensitas yang semakin kuat pula. Menurut data KLHK luas lahan kritis di Indonesia
pada Tahun 2015 tanpa Provinsi DKI Jakarta adalah 24.303.294 Ha, yang terdiri dari: lahan
kritis 19.564.911 Ha dan sangat kritis 4.738.384 Ha. Luasnya lahan kritis tersebut
mengindikasikan adanya penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari adanya
pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang ada.
Lahan yang termasuk di dalam kategori lahan kritis akan kehilangan fungsinya sebagai
penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro dan retensi karbon.

Hutan Bambu Alternatif Konservasi DAS


Salah satu upaya pemulihan kondisi DAS yang kritis adalah kegiatan rehabilitasi hutan dan
lahan (RHL). Kegiatan RHL dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan yang
difokuskan pada lahan kritis, lahan kosong dan lahan tidak produktif. RHL adalah upaya untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga. Tujuan penyelenggaraan RHL adalah menurunnya degradasi hutan dan lahan serta
memulihkan lahan-lahan rusak/kritis agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan media
tata air.

Kegiatan RHL yang dilakukan oleh KLHK menggunakan pendekatan pemberdayaan


masyarakat, dimana masyarakat didorong untuk lebih aktif dalam kegiatan RHL melalui
kelompok tani maupun kelompok masyarakat. Kelompok tersebut dilibatkan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaannya. Konsep pemberdayaan tersebut dirasa
cukup baik dalam mendukung upaya keberhasilan kegiatan RHL itu sendiri. Masyarakat
mempunyai rasa memiliki dan kepedulian yang lebih terhadap apa yang sudah dilakukannya,
seluruh hasil yang didapatkan dari RHL baik kayu maupun non kayu sepenuhnya menjadi milik
masyarakat.

Di dalam sistem penyelenggaraan RHL oleh masyarakat tersebut, sayangnya pemilihan jenis
bibit pohon lebih banyak didasarkan pada fungsi dan manfaat ekonominya sedangkan fungsi
ekologi dalam konservasi tanah dan air belum terlalu diperhatikan. Kondisi tersebut
menghasilkan mayoritas bibit tanaman yang bersifat fast growing dan periode panen yang
tidak terlalu lama. Fenomena ini dikhawatirkan memberi dampak pada sisi ekologi, karena
mayoritas tanaman dipanen secara serentak sehingga terdapat jeda yang cukup lama pada
persentase tutupan lahan kembali seperti semula. Dari kekhawatiran inilah, maka para
penentu kebijakan dihadapkan pada tantangan untuk dapat menawarkan alternatif pilihan
jenis tanaman yang dapat mendorong perekonomian masyarakat sekaligus mendukung
keberlanjutan lingkungannya sebagai tujuan akhir dari kegiatan RHL itu sendiri.
Salah satu jenis tanaman yang saat ini dikembangkan oleh KLHK adalah bambu. Pengembangan
tanaman bambu dilakukan melalui pembuatan areal model Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Proporsi penanaman bambu melalui kegiatan HHBK tersebut sangat tidak sebanding dengan
kegiatan RHL lainnya seperti Kebun Bibit Rakyat (KBR) atau Program Pengembangan
Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK), dimana pada kedua
program tersebut penanaman bambu sangat minim dilakukan karena masyarakat lebih senang
menanam Sengon, Jambon atau tanaman cepat tumbuh dan cepat panen lainnya. Balai
Pengelolaan DAS (BPDAS) Brantas mencatat bahwa selama periode 2010-2015 dari kegiatan
KBR saja di wilayah kerja BPDAS Brantas telah tertanam bibit Sengon
(Paraserianthes falcataria) sebanyak 34.429.937 batang (44,19%) dari total 77.920.353 batang
bibit RHL yang telah tertanam.
Dari fakta-fakta di atas, kita dapat melihat penggunaan bambu sebagai salah satu tanaman
rehabilitasi belum cukup menarik minat bagi masyarakat. Secara umum pemanfaatan tanaman
bambu mencakup sisi ekonomi, sosial budaya maupun ekologi. Peran bambu dalam sektor
ekonomi dapat dilihat secara kasat mata, dimana masyarakat terutama di pedesaan telah
terbiasa memanfaatkan bambu sebagai bahan bangunan, peralatan rumah tangga, bahan
makanan maupun pemanfaatan lainnya. Secara sosial budaya, bambu merupakan bagian dalam
kegiatan seni maupun adat istiadat masyarakat di Indonesia. Pengembangan bambu juga
mampu untuk menumbuhkan industri kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan kerja,
mengurangi pengangguran, mencegah urbanisasi serta mendorong pengembangan pariwisata.

Yang terakhir manfaat bambu dalam sisi ekologi yang belum banyak dikembangkan terutama
dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis. Banyak tulisan yang mencatat bahwa dari segi ekologi,
bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat air dan tanah. Tanaman bambu yang
rapat dapat mengikat tanah pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi,
sedimentasi dan longsor. Tanaman bambu juga mampu menyerap air hujan yang cukup besar
melalui mekanisme intersepsi, sehingga kemungkinan terjadinya aliran langsung dan erosi di
atas permukaan lahan dengan dominasi bambu menjadi kecil. Sementara itu, dalam kaitan
dengan upaya mitigasi perubahan iklim, pengembangan tanaman bambu juga dapat
meningkatkan penyerapan karbon. Dari suatu penelitian, tanaman bambu dapat menyerap
lebih dari 62 ton/Ha/tahun karbon dioksida).
Tanaman bambu berpotensi menjadi solusi alternatif bagi sejumlah permasalahan lingkungan.
Menurut Widjaja (2004), cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu,
membuat bambu dapat diunggulkan untuk mengurangi permasalahan deforestasi. Dengan
fakta-fakta banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman bambu tersebut, sudah
selayaknya bambu dijadikan sebagai alternatif jenis tanaman untuk kegiatan RHL. Diharapkan
melalui penanaman bambu dapat diperoleh manfaat yang seimbang antara sisi ekonomi dan
sisi ekologinya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk
menanam bambu antara lain dengan sosialisasi masif manfaat bambu sehingga kesan bambu
sebagai tanaman angker dan sarang ular dapat dikalahkan oleh ‘branding’ bambu sebagai
tanaman serba guna yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Lebih lanjut
penyadaran kepada masyarakat dalam perspektif konservasi tanah dan air melalui
pemanfaatan bambu juga terus dilaksanakan melalui pembuatan areal model rehabilitasi untuk
upaya konservasi lahan miring yang rawan longsor dan lahan kritis. Kelak apabila langkah-
langkah tersebut dapat dilakukan, dengan sendirinya masyarakat akan tergerak untuk
menanam bambu dan sekaligus berpartisipasi dalam upaya mengurangi deforestrasi dan
degradasi hutan.
http://konservasidas.fkt.ugm.ac.id

Kontributor: Imam Sulistianto

8. Lembaga-lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia.


Sebagai informasi, peralatan hidrologi di Indonesia dikelola 13 lembaga pemerintah, swasta,
dan perguruan tinggi. Mereka yang terlibat seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Badan
Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, serta pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota. Turut pula Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Bakosurtanal, TNI,
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), perguruan tinggi, dan Masyarakat Hidrologi Indonesia.

1. Masyarakat Hidrologi Indonesia


Malaysian Hydrological Society (MHS) melakukan kunjungan dan silaturahmi dengan
Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta (23/09).
Kunjungan yang cetuskan MHS ini merupakan realisasi dari kerja sama antara MHI dan MHS
yang difokuskan pada teknologi hidrologi dan sumber daya air.

Pada hari pertama, MHS dengan didampingi pejabat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air meninjau Kanal Banjir Timur (KBT) di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta
Utara. Delegasi MHS menyatakan pentingnya kunjungan ke KBT ini untuk melihat langsung
keberhasilan Ditjen SDA Kementerian PU dalam melakukan penanggulangan dan pengendalian
banjir di DKI Jakarta. Turut dibahas dalam kegiatan tersebut mengenai rencana pembangunan
Jakarta Giant Sea Wall sebagai bagian dari program Jakarta Coastal Defense.
Pada hari kedua, MHI dan MHS melakukan Pertemuan Pertama sekaligus Kongres MHI ke-IV.
Pertemuan ini diharapkan menjadi sarana penyampaian aspirasi dan tukar menukar
pengalaman dan teknologi dalam bidang hidrologi dan sumber daya air bagi kedua negara.

Dalam sambutannya Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyampaikan harapannya


agar anggota MHS dan MHI dapat menjalankan visi dan misinya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan
rakyat Indonesia dan Malaysia secara keseluruhan yang berkaitan dengan bidang hidrologi dan
sumber daya air.

“Saya mengharapkan MHI dengan pembahasan dalam pertemuan hari ini dapat merumuskan
saran-saran positif kepada Pemerintah Indonesia dan Malaysia dan mensosialisasikannya
kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian target pemerintah dalam rangka
peningkatan produksi pangan dapat dicapai,” tutur Djoko Kirmanto.

Sementara Ketua Pengarah Jabatan Pengairan dan Saliran Malaysia sekaligus Presiden
Persatuan Hidrologi Malaysia (MHS), Datuk Ir. Hj. Ahmad Husaini bin Sulaiman menyatakan
pertemuan ini digagas untuk melihat langsung konsep penanganan banjir di Jakarta oleh
Kementerian Pekerjaan Umum. Sebab Jakarta dan Kuala Lumpur sebagai kota metropolitan
menghadapi isu dan permasalahan banjir yang sama.
Turut hadir dalam acara tersebut Pengarah Bahgian Sumber Air dan Hidrologi Malaysia;
perwakilan anggota MHS; Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; Kepala Badan
Informasi Geospasial; perwakilan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU;
perwakilan Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian PU; perwakilan Direktur Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Kementerian Pertanian; perwakilan
Direktur Pengairan dan Irigasi, Bappenas; perwakilan Kepala UPT Hujan Buatan BPPT, serta
perwakilan Direktur Utama PJT I dan PJT II.
1. APCE
Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim meresmikan gedung Asia Pacific Centre for Ecohydrology
(APCE) di Cibinong Science Centre, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/3) lalu. “Adanya
APCE di Indonesia merupakan bentuk kepercayaan masyarakat dunia. Sumber daya peneliti
dan hasil-hasil penelitiannya menjadi catatan dunia, ” kata Lukman.

APCE merupakan pusat ekohidrologi untuk lingkup Asia Pasifik yang pembentukannya
diinisasi oleh Prof. Jan Sopaheluwakan, Prof. Peter Hehanussa (alm), Prof. Gadis Sri Haryani
dan Prof. Hery Harjono dari LIPI sejak tahun 1998. Keberadaan lembaga itu mendapat
persetujuan untuk didirikan pada Sidang Umum United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) di Paris pada 15 Oktober 2009 silam.

Kehadiran APCE menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara di dunia yang
memiliki pusat ekohidrologi berkategori Category II Centre dari UNESCO selain Polandia dan
Portugal.
Sebagai Category II Centre, pembiayaan APCE sepenuhnya berasal dari negara pengusul, dalam
hal ini LIPI melalui Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian. Sebagai bagian dari
UNESCO, APCE mendapat dukungan untuk memperoleh pendanaan dari UNESCO atau lembaga
internasional lainnya.
Lukman menyebutkan, hadirnya APCE membuat Indonesia tampak sebagai inisiator lembaga
internasional dan hal ini penting untuk posisi Indonesia dalam hubungan internasional. Salah
satu proses pembuatan peraturan internasional adalah melalui proses bottom up yang
aspirasinya berasal dari peneliti, jelasnya.

Masukan dari peneliti di forum-forum ilmiah internasional, jelas Lukman, kemudian menjadi
konvensi internasional. Negara-negara di dunia akan meratifikasi konvensi tadi menjadi aturan
yang mengikat, paparnya.

Untuk itu, dirinya meminta agar berdirinya gedung APCE bukan menjadi capaian namun
merupakan sebuah titik tolak. Gedung hanya media, substansinya ada di kepala peneliti yang
membuat penelitian menjadi program yang bisa direalisasikan, bukan hanya laporan teknis,
ujarnya.

Gedung dua lantai seluas 1.600 meter persegi ini, pembangunannya menelan biaya 8,3 miliar
rupiah. Proses pembangunannya dimulai sejak bulan Juli 2013. Keberadaan gedung APCE
sebagai pusat ekohidrologi nantinya akan melengkapi konsep ecopark di Cibinong Science
Centre.

Sumber : Humas LIPI

Materi 11.1 POSISI STRATEGIS


INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM
DUNIA
Poros maritim merupakan gagasan yang dilontarkan oleh presiden terpilih Joko Widodo saat
kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Perlu di kembalikan lagi kesadaran bangsa
Indonesia tentang jati dirinya sebagai bangsa maritim. Posisi Indonesia sebagai negara
kepulauan yang strategi diapit dua benua Asia dan Australia, serta dua samudra, Hindia dan
Pasifik sangat stategis untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Contents [hide]
 1 Apersepsi
 2 Letak, Luas, dan Batas Wilayah Indonesia
o 2.1 Letak
 2.1.1 Letak astronomis Indonesia
 2.1.2 Letak geografis Indonesia
 2.1.3 Letak Geologis Indonesia
o 2.2 Luas
o 2.3 Batas
 2.3.1 Batas daratan Indonesia
 2.3.2 Batas Perairan Indonesia
 2.3.3 Batas udara Indonesia
 3 Karakteristik Wilayah Daratan dan Perairan Indonesia
o 3.1 Daratan Indonesia
o 3.2 Perairan Indonesia
 3.2.1 Perairan Indonesia Bagian Barat
 3.2.2 Perairan Indonesia Bagian Tengah
 3.2.3 Perairan Indonesia Bagian Timur
 3.2.4 Batas Laut Teritorial
 3.2.5 Batas Landas Kontinen
 3.2.6 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
 4 Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia
 5 Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia
o 5.1 Potensi sumber daya kelautan
 5.1.1 Sumber daya perikanan
 5.1.2 Energi kelautan Indonesia
 5.1.3 Sumber daya minyak dan gas bumi
 5.1.4 Wisata bahari
 5.1.5 Industri maritim
 5.1.6 Jasa angkutan laut
o 5.2 Pengelolaan sumber daya kelautan
 6 Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
o
 6.0.1 Bagikan ini:
 6.0.2 Menyukai ini:

Apersepsi
Sebagai bentuk apersepsi, mari sama-sama kita baca sebuah nukilan dari salah satu novel
terbaiknya Pramudya Ananta Toer, Arus Balik.

…. Sunyi-senyap di ruangan balai-desa. Semua memanjangkan leher mendengarkan baung


ratusan anjing di tengah hutan. Ratusan sumbu damarsewu yang menyala di sepanjang dan
seputar rumah umum itu bergoyang-goyang terkena angin silir.
“Apakah gerangan yang akan terjadi, Rama?” kepala desa yang duduk agak di belakang orang
tua itu bertanya. “Bulan purnama begini. Semua indah. Hanya anjing-anjing pada menangis.
Bulan itu tak kan menanggapi mereka. Sejak dahulu pun tidak. Tapi bulan penuh, menua dan
hilang. Bulan purnama sekarang, tapi bukan purnama untuk kalian. Untuk kita. Kita sedang
tenggelam.”
“Kita belum pernah tenggelam, Rama,” protes seorang gadis di tengah-tengah hadirin.
“Kau belum pernah tenggelam, gadis. Kau pun belum pernah terbit. Kita – kita pernah terbit,
dan sekarang sedang tenggelam. Lihat, sebagai bayi aku dilahirkan di sini. Kalian semua belum
lagi lahir. Hutan dan alang-alang masih berjabat-jabatan. Sawah belum ada. Hanya huma, gadis.
Dulu desa ini dinamai Sumber Raja…” Tiba-tiba suaranya terangkat naik, melengking. “Kalian
biarkan desa ini di hina oleh orang kota, dan kalian sendiri setuju dengan nama Awis Krambil.”
Ia tertawa sengit.
“Bukan begitu Rama Guru,” bantah kepala desa Gopohgapah dan menebarkan pandang minta
sokongan hadirin.
“Nama itu diberikan sebagai ucapan ikut prihatin terhadap sulitnya kelapa di sini. Lama-lama
jadi sebutan resmi di Tuban. Kami hanya mengikuti, Rama.”
“Apa saja kalian kerjakan dalam tujuh tahun ini maka sebuah desa bisa kekurangan kelapa?”
orang tua itu tak menoleh pada kepala desa. “Apakah di mandala kalian sudah tak pernah
diajarkan tentang kelapa dan tentang desa, bahwa kesejahteraan desa tampak dari puncak-
puncak pohon kelapanya?”
Para hadirin berhenti mengunyah sirih mendengar perselisihan sudah dimulai itu. “Dengarkan
kata-kata Rama Cluring ini,” orang tua itu meneruskan dengan tubuh tetap tidak bergerak
dalam silanya. “Desa yang kekurangan kelapa…. adalah karena ada apa-apa kecuali kelapa di
dalam kepala-kepala desanya. Ingat-ingat itu! Ada apa-apa kecuali kelapa.”
“Apakah apa-apa dalam kepalaku. Rama Guru?” tanya kepala desa tersiksa.
“Bukankah kau tahu juga dari orangtuamu, desa ini dahulu mencukupi buat semua? Memang
lain. Dahulu penduduk desa masih punya harga diri. Namanya tetap Sumber Raja sebagaimana
diberikan oleh leluhur para pendiri. Sekarang, bukan karena kelapa itu tidak tumbuh, cipta
kalian yang merosot sampai ke telapak kaki. Maka kelapa pun tak kunjung berbiak, tinggal
hanya peninggalan nenek-moyang.”
Tak ada yang menyanggah. Dengan lunak ia mulai bercerita tentang kelapa di desa-desa lain
yang lebih tandus. Para hadirin, tua dan muda, laki dan perempuan, gadis dan perjaka
memperhatikan tubuh pembicara yang pendek kecil, berkain dan berkalung kain batik pula,
berdaster putih, berjanggut dan bermisai putih, seperti kepala Anoman dalam Ramayana.
Mereka mendengarkan dengan diam-diam sambil mengunyah sirih. Tak seorang pun
menertawakan keputihannya. Mereka menghormati orang tua yang terkenal sebagai pemuja
Ken Arok Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi, berlidah pedang dan berludah api itu.
“Dengar, barangkali anjing-anjing itu akan membaung sepanjang malam.” Kembali orang
mendengarkan baung yang sayup-sayup dari tengah hutan.
“Nenek-moyang kalian tidak sebebal kalian sekarang,”
tiba-tiba orang tua itu menetak kejam.
“Aku dan kami mungkin memang bebal,” seseorang di tengah-tengah hadirin membantah. ‘Tapi
para dewa, Rama Guru, pada kami tak diberikan tanah yang cukup baik untuk kelapa.”
“Puah!” seru Rama Cluring. “Sewaktu kecilku tak kan ada orang menyalahkan para dewa. Tak
ada penghujatan semacam itu. Mandala masih berwibawa dan guru-guru dihormati, maka
bocah yang belum terpanggil oleh Sang Buddha pun tahu, bumi ini diberikan oleh Hyang
Tunggal pada manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Tak ada seorang pun menghinakan
keadaannya, karena manusia diciptakan dalam keadaan sempurna. Lupakah kau pada ajaran,
hewan tak kan mengubah apalagi alamnya? Tetapi manusia tanpa cipta merosot, terus merosot
sampai ke telapaknya sendiri, merangkak, melata, sampai jadi hewan yang tak mengubah
sesuatu pun. Untuk mempunyai ekor pun manusia demikian tidak berdaya.” ….
Nusantara menjadi saksi bisu, kehebatan kerajaan besar penguasa arus selatan. Hingga
Nusantara mampu menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit, menjadi kekuatan maritim
terbesar pada abad nya (1350 – 1389 M), mengusai hampir seluruh bagian dari negara
Indonesia saat ini, hingga Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaya), dan beberapa negara
ASEAN lainya.

Tapi, itu hanya kisah dongeng masa lalu bagi masyarakat desa saat itu. Kerajaan Majapahit
sudahlah hancur dalam perang saudara tak berkesudahan. Wafatnya sang Mahapatih Gajah
Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa menggerogoti kerajaan ini, dan
akhirnya lenyap setelah kedatangan agama Islam.

Setelah itu Arus pun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dahulunya berada dalam kekuasaan
Majapahit akhirnya melepaskan diri. Para keturunan bangsawan Majapahit pun lebih memilih
berkonsentrasi kepada kekuasaan yang tersisa, termasuk Raja Tuban Wilwatikta. Tidak seperti
nenek moyangnya, Wilwatikta tidaklah berhasrat untuk menguasai atau memperluas
kekuasaannya, “Perdamaian jauh lebih berarti buat rakyat,” ucapnya.

Nusantara telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa maritim sejak jatuhnya Majapahit. Laut
yang merupakan bagian terbesar dari bentangan kepulauan Nusantara, perlahan memudar dari
budi dan daya bangsa Indonesia. Laut sebagai simbol nenek moyang bangsa Indonesia lenyap
dalam setiap benak anak bangsa. Laut hanya menjadi latar belakang saja dari rumah peradaban
mereka. Maritim tidak lagi jadi nadi rakyat Nusantara.

“Poros Maritim adalah sebuah cita-cita bersama untuk mengembalikan kejayaan Indonesia
sebagai negara maritim terbesar dan terkuat di dunia,” kata Menteri Susi dalam sambutan
tertulis dibacakan Gubernur Maluku Said Assagaff pada puncak peringatan Hari Nusantara
provinsi Maluku yang dipusatkan di Langgur, ibu kota kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu
(13/12/2014).

“Poros maritim dapat dipahami sebagai sebuah doktrin yang memberi arahan mengenai tujuan
bersama. Ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia diharapkan dapat melihat dirinya
sebagai Poros Maritim dunia, kekuatan di antara dua Samudra,” katanya.

Presiden Joko Widodo, sebut Menteri Susi, saat pidato pelantikan sebagai Kepala Negara
menegaskan bahwa bangsa Indonesia sudah telah terlalu lama memunggungi laut, samudra,
selat dan teluk. Sebagai Negara maritim, samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan
peradaban bangsa.

Kesadaran adalah matahari, yang akan menjadi terang bagi insan yang mau bernaung di
bawahnya. Berabad-abad amnesia bangsa Indonesia sebagai bangsa Indonesia sebagai bangsa
maritim harus kita obati. Ingatan-ingatan itu akan kita kembalikan sedikit demi sedikit, hingga
kita kembali berjadi di samudra dunia.

Letak, Luas, dan Batas Wilayah Indonesia


Letak
Letak astronomis Indonesia
Letak astronomis Indonesia berada pada 6 derajat LU – 11 derajat LS dan 95 derajat BT – 141
derajat BT. Posisi Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa berefek wilayah Indonesia
dipengaruhi iklim tropis. Karena dipengaruhi iklim tropis, Indonesia memperoleh curah hujan
yang tinggi sepanjang tahun. Indonesia juga memiliki suhu dan kelembaban udara yang tinggi.
Kondisi iklim yang demikian memungkinkan Indonesia memiliki banyak hutan yang lebat dan
senantiasa hijau.

Daerah yang berada di Indonesia bagian barat memiliki selisih waktu +7 terhadap GMT
(Greenwich Mean Time). Wilayah-wilayahnya antara lain Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah Indonesia tengah
memiliki selisih waktu +8 terhadap GMT. Wilayah-wilayahnya antara lain Bali, Nusa Tengara,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu +9 terhadap GMT. Wilayah-wilayahnya antara
lain Kepulauan Maluku, Papua, Papua Barat, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Letak geografis Indonesia
Menurut letak geografis. Indonesia terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan
Australia serta di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak
Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar
terhadap keadaan alam ataupun kehidupan penduduk.

Indonesia sendiri termasuk negara yang berada di dalam Benua Asia, tepatnya Asia Tenggara
atau yang kita kenal sebagai ASEAN bersama 10 negara lainnya seperti Malaysia, Singapura,
Thailand, Filipina, Brunei Darusalam, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Timor Leste.
Indonesia menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik darat, udara, mau pun laut. Indonesia
juga bertetangga dengan banyak negara di Asia yang sedang menunjukkan geliat pertumbuhan
ekonomi yang luar biasa seperti China, India, dan Thailand. Selain itu, Indonesia berada pada
titik persilangan perekonomian dunia dan perdagangan internasional, baik negara-negara
industri maju maupun berkembang.

Letak Geologis Indonesia


Letak Geologis Indonesia adalah letak wilayah Indonesia berdasarkan susunan bebatuan yang
ada di permukaan bumi Indonesia. Indonesia adalah negara dengan jumlah gunung api
terbanyak di dunia dan sebagian besarnya adalah gunung-gunung yang masih aktif. Hal
tersebut merupakan salah satu penyebab utama kesuburan tanah Indonesia. Tanah subuh
karena mengandung unsur hara yang tinggi dan ini bisa terjadi karena letusan gunung berapi.
Indonesia terletak pada pusat pertemuan dua pegunungan muda, yaitu penggunungan Sirkum
Mediterania dan pegunungan Sirkum Pasifik. Wilayah Indonesia bagian barat dilalui oleh
pegunungan Sirkum Mediterania sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah dilalui oleh
pegunungan Sirkum Pasifik.

Secara geologis pula Indonesia terletak di antara tiga lempeng utama yang ada didunia yakni
Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Hal ini juga yang menyebabkan kenapa di Indonesia
sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi bisa terjadi karena tumbukan antar lempeng.
Indonesia terletak di antara tiga lempeng utama dunia, maka kemungkinan terjadi gempa bumi
di Indonesia sangat besar dibandingkan dengan negara-negara lain didunia. Sebagian besar
wilayah di Indonesia sangat rawan terhadap gempa, kecuali wilayah Kalimantan.

Menurut ilmu geologi, Indonesia juga terletak di antara dua dangkalan besar, yaitu Dangkalan
Sunda dan Dangkalan Sahul. Dangkalan itu sendiri adalah wilayah laut dangkal yang
menghubungkan wilayah daratan yang sangat besar (bisa negara, kawasan, ataupun benua).
Dangkalan sunda berada didaerah Indonesia bagian barat yang berhubungan langsung dengan
Benua Asia. Dangkalan ini mencakup wilayah Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Madura,
Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sedangkan Dangkalan Sahul berada di Indonesia
bagian timur yang berhubungan langsung dengan Benua Australia. Dangkalan Sahul mencakupi
wilayah yang sangat luas, membentang dari bagian utara Papua hingga bagian utara Benua
Australia.

Luas
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau dari Sabang
hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta
km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Keindahan
bahari dan hasil laut yang dimiliki Indonesia tentu memiliki kualitas terbaik. Mulai pulau yang
cantik akan isi lautnya seperti terumbu karang dan tumbuhan laut. Luas terumbu karang di
Indonesia mencapai 50.875 kilometer persegi yang menyumbang 18% luas total terumbu
karang dunia dan 65% luas total di coral triangle. Sebagian besar terumbu karang ini berlokasi
di bagian timur Indonesia.
Batas
Batas daratan Indonesia
Batas Wilayah Indonesia mencakup batas daratan Indonesia dan batas laut Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga kebanyakan batas wilayah Indonesia berada
di lautan. sebanyak 10 Negara yang berbatasan laut dengan Indonesia, sedangkan bagian batas
wilayah daratnya hanya berbatasan dengan tiga Negara saja. Malaysia berbatasan dengan
Indonesia di Pulau Kalimantan, Timor Leste yang lepas dari Indonesia melalui referendum
tahun 1999, berbatasan dengan Indonesia di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, dan Papua
Nugini yang berbatasan dengan Indonesia di Pulau Papua.

Batas Perairan Indonesia


Wilayah Perairan Indonesia secara konstitusi baru diterbitkan setelah kemerdekaan, yaitu
melalui Deklarasi Hukum Indonesia, 13 Desember 1957 yang dipimpin Ir. H. Djuanda. Dikenal
dengan nama deklarasi Juanda.

Isi deklarasi itu antara lain berbunyi:

1. Untuk kesatuan bangsa dan integritas wilayah serta kesatuan ekonomi, ditarik garis lurus
sebagai garis pangkal lurus dari titik-titik terluar pulau-pulau terluar yang menjadi unsur
daratan geografis Indonesia
2. Jalur laut wilayah atau laut teritorial adalah 12 mil laut diukur dari garis pangkal lurus tersebut
di atas.
3. Republik Indonesia berdaulat atas perairan sebelah dalam, dari garis luar batas laut teritorial
itu. Termasuk dasar laut, tanah di bawahnya, beserta kekayaan dalam dan udara di atasnya.
4. Hak lalu-lintas kendaraan air (kapal dan sebagainya) asing (yang bersifat damai) melalui
Perairan Nusantara dijamin selama tidak merugikan keamanan, ketertiban, dan kepentingan-
kepentingan negara Republik Indonesia.
Pengakuan Hukum Laut Internasional yang bertalian dengan negara-negara tetangga atas tata
laut Indonesia diperoleh melalui perjuangan, perundingan -perundingan bilateral dan
perjanjian-perjanjian Landas Kontinen (Landas Benua) dengan negara tetangga Indonesia.
Perjanjian dengan Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Singapura, India dan
Australia, serta Papua Nugini. Perjuangan dalam forum Konferensi Hukum Laut Internasional
telah dilakukan di Jenewa, Caracas, dan New York, secara berturut-turut dalam periode 1960 -
1978.

Batas udara Indonesia


Tentang wilayah udara Indonesia, Sampai saat ini penerbangan di atas wilayah suatu negara
masih diatur oleh tiga Konvensi yaitu: Konvensi Paris 1919; Konvensi Havana 1928; dan
Konvensi Chicago 1944. Pokok-pokok pengaturan dalam konvensi-konvensi tersebut antara
lain:

Negara bawah atau negara kolong memiliki kedaulatan mutlak dan eksklusif atas udara di atas
wilayahnya, termasuk di atas laut wilayahnya.

Setiap negara mengakui hak lalu lintas udara damai (innocent passage), yaitu hak melewati
wilayah udara negara lain tanpa mendarat. Antara lain ketentuan bahwa pesawat-pesawat
terbang yang menggunakan hak tersebut haruslah melalui rute-rute yang telah ditetapkan oleh
negara bawah, serta hak lintas udara damai itu juga dapat ditangguhkan untuk kepentingan
keamanan negara bawah.
Dibedakan antara kapal terbang sipil (Civil air craft) dan kapal terbang militer,
pabean, polish Kapal-kapal terbang negara tidak mempunyai hak lintas udara di atas wilayah
negara lain.

Karakteristik Wilayah Daratan dan


Perairan Indonesia
Daratan Indonesia
Secara umum, Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelagic state) fisiografi wilayah
Indonesia yang terdiri dari 18.210 pulau memiliki kondisi fisiografi yang sangat kompleks.
Sebagian wilayah Indonesia berupa laut, yakni luas wilayah laut 5 juta km2, luas daratan
sekitar 1,9 juta km2 dan pantai tropical terpanjang di dunia, yakni 81.000 km2.
Pembagian wilayah fisiografi Indonesia secara menyeluruh sulit dilakukan mengingat
Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia masing-masing
pulau memiliki kompleksitas penampakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu beberapa ahli
geologi acapkali membahas kondisi fisiografi Indonesia secara umum berdasarkan pulau-pulau
besar.

Untuk dapat memahami karakteristik geologisnya Indonesia, perlu ditelusuri sejarah


pembentukan awal kepulauan nusantara ini. Rutten yang didukung oleh Van Bemellen
menyatakan bahwa awal pembentukan kepulauan nusantara dapat ditelusuri dari beberapa
bukti. Bukti tersebut dimulai dengan tenggelamnya Zona Anambas, yang merupakan Kontinen
Asal, diperkirakan terjadi pada 300 juta tahun yang lalu (pada kurun geologi Devon).
Tenggelamnya zona Anambas ini mengakibatkan wilayah di sekitarnya mencari
keseimbangannya sendiri. Dalam rangka mencari keseimbangan itulah berturut-turut bagian-
bagian dari muka bumi ini ada yang timbul kembali dan ada yang tenggelam secara perlahan-
lahan dalam kurun waktu geologi tertentu (Sandy, 1996).

Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang, konon Landas Kontinen Sunda (Indonesia bagian
barat) telah mengalami delapan kali atau tahap pembentukan daratan (orogenesa). Di bagian
Indonesia timur kejadiannya hampir sama dengan bagian barat, Kontinen Asal di bagian
timur—oleh Van Bemmelen disebut Central Banda Basin atau yang kita kenal dengan nama
Laut Banda—mengalami pembentukan sebanyak tujuh tahap.
Berdasarkan perkembangan geologi tersebut, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia
merupakan titik temu dari tiga gerakan lempeng bumi, yakni: (1) gerakan dari sistem Sunda di
barat; (2) gerakan dari sistem pinggiran di Asia Timur; (3) gerakan dari sistem Sirkum
Australia.

Ketiga gerakan tersebut menyebabkan Indonesia menjadi jalur vulkanisme (pada jalur
luar/outer) dan gempa yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia Indonesia.
Akibat banyaknya vulkan, maka tanah Indonesia menjadi tanah yang subur sehingga dapat
memberi penghidupan/bahan pangan bagi penduduk, di samping kadang kala membawa
malapetaka.
Karena Indonesia merupakan jalur vulkanisme (terangkai melalui sebuah busur yang
terbentang dari Pulau We sampai ke Indonesia bagian timur (Maluku) dan juga Sulawesi,
sampai ke Kepulauan Sangihe dan talaud, maka di Indonesia terdapat banyak vulkan (gunung
api), kurang lebih berjumlah 129 vulkan.

Lempeng tektonik adalah unsur penting dalam konfigurasi geomorfologi Indonesia. Tiga sistem
lempeng besar yang bertumpu pada tiga titik di sebelah selatan Kepala Burung, Pulau Papua.
Lempeng-lempeng tersebut terpisah agak ke barat oleh jalur geser. Jalur geser yang berasal
dari sudut pandang dinamika dalam sistem lempeng Pasifik, meskipun sebagian besar tersusun
unsur lempeng Australia-India. Gerakan vertikal disertai oleh pergeseran lateral.

Terutama yang terjadi di zona kontak lempeng dari tekanan kerak tinggi dan tercatat dalam
unsur geomorfologi. Seperti permukaan dataran di lahan tinggi, bentuk lahan pesisir, tudung
terumbu, atol dan terumbu penghalang. Bagian tektogenesa Indonesia merupakan contoh
karakteristik geomorfologi zona busur kepulauan dibanding kondisi iklim tropik.

Gunung api di Indonesia berasosiasi dengan zona subduksi dari lempeng tektonik, dan
konfigurasi kompleksnya membentuk pegunungan dari busur vulkanik yang menyertai bidang
miring dengan kegempaan tinggi. Gunung api di Indonesia dibedakan menjadi tiga wilayah
utama:

1. Busur vulkanik Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara dan terusannya di Paluku Selatan;


2. Busur vulkanik pada perbatasan ke arah timur dan barat pada igir vertikal Talaud Melayu di
pulau Halmahera dan Minahasa-Sangihe di Sulawesi timur laut;
3. Bagian barat daya busur vulkanik Sulawesi;
Perairan Indonesia
Negara Republik Indonesia adalah salah satu negara maritim atau negara kepulauan di dunia
yang wilayahnya terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh wilayah laut.
Perairan laut Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga wilayah utama, yaitu wilayah perairan
bagian Barat, Tengah, dan Timur.

Perairan Indonesia Bagian Barat


Sebagian besar perairan laut Indonesia bagian Barat seperti Laut Jawa, Selat Sunda, Laut
Natuna, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan Selat Makassar merupakan zona laut dangkal
dengan rata-rata kedalaman laut tidak lebih dari 200 meter, serta kondisi dasar laut yang
relatif landai. Hal ini disebabkan secara geologis wilayah ini dahulu merupakan kesatuan
wilayah dataran rendah yang termasuk pada paparan sunda (landas kontinen Asia), pada
zaman glasial (zaman es).

Pada akhir zaman glasial terjadi pencairan es secara besar-besaran sehingga permukaan air
laut mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Akibatnya, wilayah-wilayah daratan yang
merupakan cekungan dan dataran rendah ada yang tertutup air laut membentuk zona laut
dangkal (laut transgresi), termasuk paparan sunda.

Adapun wilayah- wilayah yang lebih tinggi dan tidak tertutup air laut, kemudian berubah
menjadi pulau-pulau yang tersebar di sekitar laut dangkal tersebut, seperti Pulau Jawa, Pulau
Sumatra, dan Pulau Kalimantan.

Beberapa bukti yang mendasari bahwa wilayah bagian Barat pernah menjadi satu kesatuan
daratan antara lain sebagai berikut.

1. Adanya persamaan flora dan fauna di Pulau Jawa, Sumatra, dan sebagian Kalimantan bagian
Barat, seperti gajah, harimau, dan orang utan, serta tipe hutannya.
2. Kondisi dan jenis batuan di wilayah-wilayah tersebut relatif sama.
3. Ditemukan lembah-lembah di dasar laut yang diperkirakan bekas aliran sungai purba
(submarine canyon), yaitu: 1) alur-alur di Pantai Timur Sumatra dan Pantai Barat Kalimantan
yang diperkirakan merupakan cabang-cabang sungai purba yang akhirnya bersatu dengan
sungai induknya di Laut Cina Selatan; 2) alur-alur di Pantai Utara Jawa, Pantai Selatan
Kalimantan, dan Selat Makassar yang diperkirakan merupakan cabang- cabang sungai purba
yang akhirnya bermuara dengan sungai induknya di Selat Makassar.
Perairan Indonesia Bagian Tengah
Wilayah perairan laut Indonesia bagian Tengah didominasi oleh laut-laut dalam dengan bentuk
dasar laut berupa cekungan dan palung laut, seperti Cekungan Banda dan Timor Trough.
Kedalaman lautnya berkisar antara 200 – 1.800 meter. Antara wilayah perairan laut Indonesia
bagian barat dan tengah dibatasi oleh Garis Wallace
Perairan Indonesia Bagian Timur
Seperti halnya wilayah bagian Barat, perairan laut Indonesia bagian Timur merupakan zona
laut dangkal yang termasuk pada landas kontinen Australia (Paparan Sahul). Kawasannya
meliputi laut-laut dangkal di sebelah selatan Papua sampai bagian utara Australia seperti Laut
Arafuru dan Selat Flores. Di sebelah Utara terdapat palung Mindanau dengan kedalaman
maksimum 10.830 m merupakan bagian laut yang terdalam di dunia. Sebelah Barat daya nya
terdapat Basin Sulawesi yang sangat luas dengan dasarnya kurang lebih mendatar pada
kedalaman sekitar 5.100 m ke arah Selatan. Basin Sulawesi ini berhubungan dengan palung
Makassar yang kedalamannya 2.300 m.

Sesuai dengan ketetapan Hukum Laut Internasional yang disepakati oleh PBB pada 1980,
negara Indonesia memiliki tiga batas laut yaitu batas laut teritorial, landas kontinen, dan zona
ekonomi eksklusif.

Batas Laut Teritorial


Batas laut teritorial merupakan batas kedaulatan penuh pemerintah Indonesia. Negara lain
tidak diperkenankan memasuki wilayah ini tanpa izin resmi dari pemerintah Indonesia.
Apabila ada warga atau kapal asing yang memasuki wilayah laut teritorial tanpa izin,
pemerintah kita berhak menghukum warga asing tersebut. Walaupun demikian, sebagai warga
masyarakat dunia internasional, tentunya pemerintah RI memiliki kewajiban untuk
menyediakan jalur pelayaran internasional untuk tujuan-tujuan damai dan hubungan
antarbangsa.

Kawasan laut teritorial merupakan wilayah laut yang ditarik sejauh 12 mil laut (1 mil laut =
1,852 Km) dari garis dasar ke arah laut lepas. Garis dasar adalah garis khayal yang
menghubungkan titik-titik ujung pulau-pulau terluar dari suatu negara maritim. Ujung terluar
sebuah pulau dapat diketahui dengan cara menghitung rata- rata batas garis pantai saat pasang
naik tertinggi dan pasang surut terendah.

Batas Landas Kontinen


Indonesia memiliki dua batas landas kontinen, yaitu Landas Kontinen Asia di sekitar Laut
Natuna dan Selat Malaka yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura, serta Landas
Kontinen Australia di Laut Arafuru dan Laut Timor yang berbatasan dengan Negara Australia.
Negara Indonesia memiliki hak dan kewenangan untuk memanfaatkan semua sumber daya
alam laut yang terkandung di wilayah landas kontinen, dengan senantiasa menghormati dan
tidak mengganggu jalur pelayaran internasional.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ditarik sejauh maksimal 200 mil laut dari garis dasar ke
arah laut bebas. Terhadap wilayah ZEE ini, Negara Indonesia memiliki hak pertama untuk
mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, dengan tidak
mengganggu jalur lalu lintas internasional.

Perkembangan Jalur Transportasi dan


Perdagangan Internasional di Indonesia
Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya
Kelautan Indonesia
Potensi sumber daya kelautan
1. Sumber daya perikanan
adalah salah satu potensi sumber daya laut di Indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan
penduduk. Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per
tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih
memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap
tidak mengurangi populasi ikan.

Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari
potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. Kenyataannya, jumlah hasil
tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai angka tersebut. Ini berarti masih ada peluang
untuk meningkatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan secara umum antara
wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata
kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan pelagis kecil. Kondisi
agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata kedalaman laut mencapai
4.000 m. Di kawasan Indonesia bagian Timur, banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti
cakalang dan tuna.

Selain ikan yang tersedia di lautan, penduduk Indonesia juga banyak yang melakukan budi
daya ikan, terutama di daerah pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak masyarakat yang
mengembangkan usaha budi daya ikan dengan menggunakan tambak. Jenis ikan yang
dikembangbiakkan di sana adalah ikan bandeng dan udang.

Selain ikan, kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa hutan
mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia memiliki lebih dari 13
ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang. Garis pantai Indonesia panjangnya
mencapai 81.000 Km, ukuran ini merupakan panjang pantai kedua terpanjang di dunia setelah
Kanada. Oleh karena itu, potensi sumber daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi
Indonesia.

Tidak salah jika pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi memfokuskan


pembangunan maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang berupa ikan malah banyak
diambil oleh oknum-oknum dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal fishing.
Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan illegal fishing. Wilayah
yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur
perairan Indonesia.

Sumber: baca di sini


2. Energi kelautan Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua
per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang di dunia
setelah Kanada.

Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi laut. Energi
laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera) merupakan
sumber energi di perairan laut. Energi ini berupa energi pasang surut, energi gelombang,
energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut.

Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak selat
sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini
memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.

Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik. Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan energi pasang
surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.

Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan
Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter. Teluk Palu yang struktur geologinya
merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut. Teluk Bima
di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa
yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.

Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan efisiensi
konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar 240.000 MW.
Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9° Lintang Selatan dan 104-
109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 Km dari pantai didapatkan
suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu permukaan dan
kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C.

Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih
tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat dijadikan alternatif
pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan energi pasang
surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai tahap penelitian.
Kekuatan gelombang bervariasi di setiap lokasi. Daerah samudera Indonesia sepanjang pantai
selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang
cukup besar berkisar antara 10 – 20 kW per meter gelombang.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia


bisa mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi. Pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan
pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar
40 kW/m.

Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota
pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya, pengembangan teknologi
pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini meskipun cukup menjanjikan namun
masih belum optimal. Pemanfaatan energi gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia
baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikan lainnya baru pada tahap
penelitian.

Sumber: baca di sini


Baca kembali: DINAMIKA HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
3. Sumber daya minyak dan gas bumi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan secara tersirat
untuk mengembangkan potensi wilayah minyak dan gas (migas) di Indonesia, terutama
lapangan yang berada lepas pantai (offshore) dan laut dalam (deep water).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja menyambut
baik atas keinginan menteri tersebut. Ia mengetahui potensi migas Indonesia memang masih
banyak seperti wilayah laut dalam. Cekungan-cekungan geologi yang berpotensi memiliki
kandungan minyak dan gas pun masih banyak.

“Cekungan-cekungan kan cukup banyak, cekungan geologi yang mengandung minyak dan gas
di laut dalam. Itu yang harus kita eksplorasi,” kata Wirat, di Kantor Kementerian ESDM, Jalan
Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Namun, yang menjadi pertimbangan saat ini adalah biaya eksplorasi untuk pengerjaan wilayah
kerja laut dalam masih sangat mahal. Belum ditambah lagi dengan posisi yang jauh dan
kebanyakan berada di daerah remote. Hal itu yang masih menjadi kajian.

“Biaya eksplorasinya kan tinggi karena laut dalam. Dan jaraknya jauh-jauh. Remote di
Indonesia timur, di laut Makassar. Jadi seperti yang disampaikan sebelumnya, kita sedang
dalam proses menyiapkan regulasi,” jelas dia.

Menurutnya, seperti yang sudah banyak diketahui publik, regulasi mengenai wilayah kerja laut
dalam di Indonesia masih belum atraktif sehingga investor kurang berminat berinvestasi.
Sehingga kebanyakan investor lebih memilih menginvestasikannya di negara lain.
“Sekarang kita kalah atraktif dengan negara yang lain-lain. Sehingga investasi dari perusahaan-
perusahaan kelas dunia. Perusahaan-perusahaan kelas dunia jadi tidak mau investasi di
Indonesia,” ungkap dia.

Untuk itu, lanjut Wirat, pihak Kementerian ESDM bersama Komisi Eksplorasi Nasional (KEN),
SKK Migas, dan para stakeholders sedang merancang dan merumuskan bagaimana supaya
wilayah migas laut dalam di Indonesia lebih menarik mata investor.

“Kalah atraktif kita dengan negara yang lain. Dari fiskal dari pajak, split, banyak hal yang kita
kalah atraktif dengan negara lain,” ucap dia.

Berdasarkan data litbang Kementerian ESDM, Potensi energi di laut Indonesia sampai saat ini
masih didominasi oleh minyak dan gas bumi (migas). Sekitar 70 persen cadangan migas
Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai dan lebih dari separuhnya
terletak di laut dalam.

Sejak 2004 telah beroperasi lebih dari 36 perusahaan minyak di Wilayah Kerja (WK) lepas
pantai dari keseluruhan 153 WK yang telah melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi di lepas
pantai.

Saat ini, telah terindikasi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di
darat dan laut dangkal perairan teritorial dan hanya beberapa cekungan yang berada pada
landas kontinen (cekungan busur muka). Ada 16 cekungan sudah berproduksi, delapan
cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi.

Sumber: baca di sini


4. Wisata bahari
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Selain lima pulau utama, yaitu
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil
yang jumlahnya ribuan. Sebagai negara kepulauan, tentu saja pantai yang terdapat di Indonesia
ini berjumlah ribuan juga.

Pantai dan laut tersebut menyimpan berbagai potensi yang jika diolah dengan baik akan
memberikan berbagai keuntungan bagi penduduk sekitar. Salah satu potensi dari laut
Indonesia ialah hasil perikanan. Dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km, dalam satu
tahun Indonesia mampu menghasilkan 5,4 juta ton ikan. Tentu masih ada peluang lebih untuk
mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Potensi lain dari bahari adalah wisatanya.

Hutan mangrove dapat menjadi potensi wisata bahari yang menjanjikan bagi para wisatawan.
Sebagai habitat binatang laut, hutan mangrove, juga dapat menjadi manfaat bagi masyarakat
sekitar. Tak hanya pemasukan karena wisatawan, masyarakat juga dapat mempergunakan
kayu bakau untuk menjadi bahan pembuat kertas. Keindahan bawah laut Indonesia juga
menjadi destinasi wisata bahari berikutnya.
Sebut saja Raja Ampat di Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di Maluku,
pemandangan bawah lautnya sudah terdengar hingga mancanegara. Ketiga tempat tersebut
merupakan sedikit dari bagian laut Indonesia dengan keindahan bawah laut yang memesona.
Pemandangan bawah laut yang dihasilkan dari terumbu karang dan biota laut Indonesia
menarik para wisatawan.

Indonesia memiliki luas terumbu karang terluas di dunia, yaitu 284.300 km2 yang akan
memuaskan hati para penyelam. Selain pemandangan bawah laut yang indah, hampir seluruh
pantai di Indonesia juga memiliki pemandangan yang tak kalah memesonanya.

Para wisatawan dapat membuktikan dengan mengunjungi pantai-pantai yang terdapat di


selatan pulau Jawa, pantai Parai Tenggiri di Bangka Belitung, dan lain-lainnya. Masih banyak
laut dan pantai di Indonesia yang menyimpan potensi wisata sehingga dapat menambah
jumlah destinasi liburan untuk para wisatawan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Beragam Potensi Wisata Bahari
Indonesia untuk Dunia”,

Sumber: baca di sini


5. Industri maritim
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengembangkan industri berbasis maritim.
Potensi untuk mengembangkan industri maritim sangat terbuka mengingat Indonesia memiliki
garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Menurut Saleh, ada empat industri maritim yang akan dikembangkan pada periode 2015-201-,
yaitu industri rumput laut, industri pengolahan ikan, industri galangan kapal, dan industri
garam. “Kita tabu bahwa salah satu yang terus didorong oleh presiden yaitu bagaimana agar
industri maritim kita dapat tumbuh dan berkembang karena bagaimana pun dua pertiga dari
wilayah Indonesia adalah laut,” ujarnya.

Industri rumput laut nasional terdiri atas 25 unit usaha besar yang menyerap 3.100 orang
tenaga kerja yang memiliki nilai investasi sebesar USD170juta. “Industri rumput laut saat ini
lebih banyak menjual secara mentah ke luar negeri. Padahal, seharusnya ini bisa dilakukan
hilirisasi dengan menumbuhkan industri turunnya di dalam negeri,” ungkap Saleh.

Saleh menambahkan, industri rumput laut nasional memiliki kapasitas terpasang sebesar
33.000 ton dengan kemampuan produksi 20.000 ton per tahun sehingga menghasilkan utilitas
sebesar 60%. “Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah suplai bahan baku terbatas
untuk industri pengolahan rumput laut karena masih diekspor dalam bentuk mentah, kualitas
bahan baku rumput laut yang rendah, biaya transportasi masih mahal,” jelasnya.

Menurut Saleh, agar industri ini bisa berkembang, Kemenperin akan terus berkoordinasi
dengan instansi-instansi lainnya agar pasokan bahan baku terpenuhi.
Saleh melanjutkan, industri pengelolaan ikan saat ini sama seperti industri rumput laut, yakni
kekurangan bahan baku. “Ini karena banyak terjadi penjualan ikan secara ilegal sehingga
pasokan bahan baku berkurang,” ungkapnya.

Selama ini industri pengolahan ikan nasional yang terdiri atas 37 unit usaha berskala besar
mampu menyerap 62.000 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi Rpl,5 triliun. Industri
pengolahan ikan nasional juga telah memiliki kapasitas terpasang 339.000 ton dengan
kemampuan produksi 197.000 ton per tahun, sehingga menghasilkan utilitas sebesar 58%.

Selain masalah bahan baku, masalah industri pengolahan ikan lainnya terkait saling pengakuan
standar dengan negara-negara tujuan ekspor. “Koordinasinya belum baik sehingga banyak
hasil pengolahan ikan yang ditolak oleh negara tujuan ekspor,” katanya.

Sementara itu, industri galangan kapal nasional masih memiliki potensi yang cukup besar
untuk terus dikembangkan. Untuk industri galangan kapal reparasi, jumlah fasilitas
produksinya sebesar 214 unit dengan kapasitas 12 juta dead weight ton (DWT) per tahun
dengan utilisasi sebesar 85%.
Sedangkan galangan kapal baru, jumlah fasilitas produksinya sebanyak 160 unit dengan
kapasitasl, 2juta DWT pertahun dengan utilisasi sebesar 35%. “Industri galangan kapal di
Tanah Air banyak yang belum tumbuh. Kami koordinasi dengan Menko Maritim bersama
dengan Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan memberikan insentifinsentif,”
ungkapnya.

Industri garam nasional yang terdiri atas 35 unit usaha berskala besar dengan luas lahan
produksi mencapai 22.000 hektare (ha) memiliki kapasitas produksi mencapai 56 juta ton
pertahun.”Membuat garam konsumsi di mana pun bisa, namun berbeda dalam membuat garam
industri. Garam industri kandungan NaCl-nya tinggi sehingga tidak bisa dikonsumsi,” ujarnya.

Permasalahan yang dihadapi industri garam adalah belum diproduksinya garam industri dalam
skala besar sehingga kebutuhan garam industri sebesar 1,9 juta ton pertahun masih diimpor.
“Membuat garam industri tidak semua laut bisa. Lebih cocok wilayahnya adalah di kawasan
timur Indonesia, khususnya di NTT. Curah hujan dan alamnya cocok untuk pengembangan
garam industri,” tandasnya.

Komitmen pemerintah untuk memajukan sektor maritim juga ditandai dengan digencarkannya
penegakan hukum bagi para pencuri ikan atau illegal fishing. Mulai dari memperketat
pengawasan, melarang kapal-kapal melakukan alih muatan ikan di laut, serta penenggelaman
kapal asing pencuri ikan. Dengan semua upaya tersebut, Presiden Joko Widodo(Jokowi)
optimistis industri perikanan yang semula banyak tutup karena kekurangan bahan baku akan
kembali menggeliat.
Sumber: baca disini
6. Jasa angkutan laut
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini secara bertahap telah terjadi perubahan
penggunaan armada pelayaran asing ke pelayaran domestik untuk mengangkut berbagai
komoditi di dalam negeri, tetapi industri pelayaran didalam negeri, seperti yang disampaikan
Ketua Indonesia Ship Owners Association (INSA) Oentoro Suryo, masih sulit bersaing dengan
pelayaran asing karena keterbatasan jumlah kapal serta kondisi kapal yang ada sebagian besar
adalah kapal tua.

Penambahan jumlah kapal nasional sebagian merupakan pengalihan bendera kapal-kapal milik
pelayaran nasional yang sebelumnya berbendera asing, sehingga penambahan kapal-kapal
baru relatif sangat sedikit.

Masih sulitnya penambahan kapal baru oleh galangan kapal Indonesia karena pihak perbankan
masih belum sepenuhnya mendukung pembiayaan pembangunan kapal. Selain itu
banyaknya biaya pajak yang harus ditanggung untuk pembuatan kapal tersebut, membuat
masih tingginya biaya pembuatan kapal di Indonesia

Kondisi ini membuat beberapa perusahaan pelayaran nasional membangun kapalnya di luar
negeri, karena dianggap lebih murah biayanya dibanding membangun di dalam negeri.

Secara garis besar, perusahaan angkutan laut nasional dikelompokkan menjadi pelayaran
dalam negeri dan angkutan luar negeri untuk ekspor-impor. Perusahaan pelayaran untuk
angkutan dalam negeri, terdiri atas pelayaran antar pulau, pelayaran lokal, pelayaran perintis
dan pelayaran rakyat. Selain itu terdapat perusahaan non pelayaran (pelayaran khusus),
yaitu yang hanya mengangkut keperluan dan hasil industri sendiri, seperti yang dioperasikan
oleh industri-industri pupuk, tepung terigu, semen dan kayu.

Selama tahun 2003 – 2007, jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia cenderung meningkat.
Menurut catatan Ditjen Perhubungan Laut, pada tahun 2003 terdapat 1.705 buah perusahaan,
yang terdiri atas 1.030 perusahaan pelayaran nasional, 267 perusahaan non pelayaran dan
selebihnya sebanyak 408 perusahaan pelayaran rakyat. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan
pelayaran meningkat menjadi 2.326 perusahaan, yang terdiri atas 1.432 perusahaan pelayaran
nasional, 334 perusahaan non pelayaran dan 560 perusahaan pelayaran rakyat. Perkembangan
jumlah perusahaan pelayaran dalam negeri di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan
kegiatan ekspor dan juga kebijakan Pemerintah untuk mendukung jasa angkutan laut seperti
diterapkannya azas cabotage untuk 13 jenis komoditas utama sejak tahun 2005.

Sumber: baca di sini


7. Alur laut kepulauan Indonesia
Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United
Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), 10 Desember 1982, menjadi awal lahirnya
hukum laut yang mengakui adanya konsep Negara Kepulauan. Pemerintah Republik Indonesia
(RI) kemudian meratifikasi konvensi tersebut dengan Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun
1985. Sejak tahun 1994, Hukum Laut Internasional resmi berlaku dan mulai saat itu pula
bangsa Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber daya alam,
termasuk yang ada di dasar laut dan di bawahnya. Pasal 49 UNCLOS 1982 menyatakan
kedaulatan dari negara kepulauan meliputi perairan-perairan yang tertutup oleh garis pangkal
demikian pula wilayah udara di atasnya dan dasar laut serta tanah di bawahnya.
Tahun 1996, Pemerintah Indonesia mengusulkan kepada International Maritime Organization
(IMO) tentang penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) beserta cabang-cabangnya di
perairan Indonesia. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 8 UU No. 6/ 1996 tentang Perairan Indonesia,
Alur Laut Kepulauan adalah alur laut yang dilalui oleh kapal atau pesawat udara asing di atas
alur tersebut, untuk melaksanakan pelayaran dan penerbangan dengan cara normal semata-
mata untuk transit yang terus menerus, langsung, dan secepat mungkin serta tidak terhalang
melalui atau di atas perairan kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan antara satu
bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan di bagian laut lepas atau Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2002, tentang Alur Laut Kepulauan
Indonesia, terdapat 3 (tiga) ALKI beserta cabang-cabangnya. Pertama, jalur pada ALKI I yang
difungsikan untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi Laut Natuna, Selat Karimata, Laut
Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera Hindi. Sebaliknya; dan untuk pelayaran dari Selat
Singapura melalui Laut Natuna dan sebaliknya (Alur Laut Cabang I A).

Kedua, jalur pada ALKI II yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi Selat
Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan sebaliknya. Ketiga, jalur pada
ALKI-III-A yang difungsikan untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku,
Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.

ALKI III-A sendiri mempunyai 4 cabang, yaitu ALKI Cabang III B: untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat Leti ke Samudera
Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III C: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi Laut
Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura dan sebaliknya; ALKI Cabang III D: untuk
pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai,
dan Laut Sawu ke Samudera Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III E: untuk pelayaran dari
Samudera Hindia melintasi Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Maluku.

Masing-masing ALKI mempunyai potensi ancaman yang dinilai relevan dan membutuhkan
koordinasi yang lebih serius. Berdasarkan wawancara penulis dengan narasumber dari Badan
Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), masing-masing ALKI mempunyai potensi ancaman
yang berbeda-beda. Potensi ancaman di ALKI I terkait imbas konflik klaim wilayah atas
kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan, seperti digunakannya wilayah ALKI I untuk
kegiatan manuver angkatan perang negara yang terlibat.

Di samping itu, imbas kepadatan lalu lintas pelayaran di Selat Malaka, seperti digunakannya
wilayah ALKI I oleh perompak untuk menghindari kejaran aparat keamanan Indonesia, dan
aparat keamanan gabungan (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) atau penyelundupan. Imbas
dari pusat pertumbuhan dan perekonomian Asia dan Asia Tenggara di Republik Rakyat Cina
(RRC) dan Singapura, seperti penyelundupan barang-barang ilegal dan juga perdagangan
manusia, turut menjadi potensi ancaman di ALKI I. Imbas lain adalah bahaya ancaman bencana
alam dan tsunami di Selat Sunda, seperti ancaman gempa vulkanik serta erupsi gunung berapi
(anak Krakatau). Kemudian imbas politik ekspansional Malaysia, seperti kemungkinan klaim
wilayah teritorial baru.
Untuk ALKI II, potensi ancaman berasal dari imbas konflik Blok Ambalat. Digunakannya
wilayah ALKI II untuk manuver angkatan perang negara tetangga dan imbas lepasnya pulau
Sipadan dan Ligitan, seperti penangkapan ikan dan sumber daya alam lainnya secara ilegal. Di
samping itu, imbas dari pusat pariwisata dunia di Bali, seperti penyelundupan barang secara
ilegal dan perdagangan manusia, serta terorisme. Imbas politik ekspansional Malaysia, seperti
kemungkinan baru klaim wilayah teritorial setelah berhasil menguasai pulau Sipadan dan
Ligitan, serta provokasi atas wilayah Blok Ambalat, juga merupakan potensi ancaman bagi
ALKI II.

Sementara itu, untuk ALKI III, potensi ancaman berasal dari imbas konflik internal negara
tetangga di utara (Filipina) dan selatan (Timor Leste). Dijadikannya wilayah ALKI IIIA sebagai
sarana pelarian atau kegiatan lain yang membahayakan keamanan laut. Imbas dari lepasnya
Timor Timur menjadi negara berdaulat (Timor Leste) terkait dengan blok migas di sebelah
selatan pulau Timor, seperti pelanggaran wilayah, penyelundupan, dan klaim teritorial.

Di samping itu, imbas konflik internal seperti separatisme Republik Maluku Selatan (RMS) di
Maluku dan Gerakan Papua Merdeka (GPM) di Papua. Imbas politik luar negeri Australia,
seperti pelebaran pengaruh Australia terhadap wilayah sekitar di utara (Indonesia, Timor
Leste, dan Papua New Guinea) serta dukungannya terhadap gerakan separatisme. Imbas
selanjutnya adalah potensi sumber kekayaan alam melimpah yang belum terkelola, seperti
pencurian ikan dan pencurian kekayaan alam lainnya, juga merupakan potensi ancaman
tersendiri bagi ALKI III.

Di antara ALKI I, II, dan III, ALKI II merupakan lintasan laut dalam yang ekonomis dan aman
untuk dilalui. ALKI II yang melewati Selat Makassar-Selat Lombok membelah sisi Indonesia
Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur. Lebih jauh, pendangkalan yang terjadi akhir-akhir
ini di Selat Malaka menyebabkan kapal-kapal besar, terutama kapal tangki, memindahkan
trayek pelayarannya melalui Selat Lombok-Selat Makassar. Sebagai jalur perdagangan dan
pelayaran internasional, ALKI II memiliki nilai strategis. ALKI II yang mencakup Selat Lombok,
Selat Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam posisinya sebagai jalur pendukung
utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat.

Rahardjo Adisasmita, yang dikenal dengan konsep ”Kawasan Pembangunan SEMEJA”-nya,


mengemukakan bahwa di masa depan Selat Lombok-Selat Makassar memegang peran kunci
sebagai jalur pelayaran dunia, di mana jika garis jalur pelayaran vertikal dan garis jalur
pelayaran horizontal ditarik pada bola dunia akan beririsan pada titik yang berada tepat di
Selat Makassar. “Kawasan Pembangunan SEMEJA” adalah konsep yang khas dan
diformulasikan untuk kawasan kepulauan. Konsep pengembangan SEMEJA ini dapat berbentuk
selat, teluk, dan laut yang berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya kegiatan perdagangan
dan transportasi antar daerah yang berada di sekelilingnya dengan berdasar pada prinsip
saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling menguntungkan, di mana kota yang lebih
kuat, besar, dan maju wajib mendorong dan menarik kota yang lebih “kecil” (Rahardjo
Adisasmita, 2008). Adisasmita juga menyatakan bahwa Selat Makassar–Selat Lombok yang
memotong Laut Jawa–Banda–Arafura menjadi penghubung dari Utara (Filipina) ke arah
Selatan (Samudera Hindia) adalah sebagai alur utama transportasi laut internasional
(international sea transportation highway).
Pada dasarnya, negara-negara di dunia sebagai pengguna jalur pelayaran dapat memilih jalur
yang paling aman dan ekonomis dengan mematuhi ketentuan dalam UNCLOS 1982. Sebaliknya,
negara yang dilalui seperti Indonesia, harus menjamin keamanan dan keselamatan alur laut
tersebut di samping memanfaatkan peluang ekonomi dan meminimalkan kendala dari pilihan
jalur tersebut (Hasim Djalal, 1995). Untuk itu, ALKI II sebagai jalur pelayaran dunia yang
potensial di masa mendatang perlu mendapat perhatian terkait hal ini.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, peningkatan pertahanan-keamanan di


wilayah ALKI II mengingat potensi ancaman yang dimiliki sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, baik dari negara tetangga maupun kapal-kapal asing, terutama potensi ancaman
keamanan nontradisional. Peningkatan pertahanan-keamanan ini bisa dilakukan melalui
peningkatan personel dan peralatan yang dimiliki TNI Angkatan Laut kita, maupun koordinasi
keamanan laut yang efektif di bawah Bakorkamla. Kedua, perubahan paradigma lama
dari continental-based development menjadi maritime/sea-based development sudah saatnya
dilaksanakan secara konsisten, sehingga pemanfaatan ALKI II ini harus ditarik ke arah
pertumbuhan ekonomi kawasan dan pembangunan wilayah. Peningkatan ekonomi di kawasan
pesisir tentu diharapkan akan berkorelasi positif dengan pengurangan gangguan keamanan di
laut. Ketiga, perlunya kajian komprehensif mengenai ALKI II, baik dari aspek pertahanan-
keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sehingga mendapat pemetaan yang jelas mengenai
potensi ancaman dan potensi ekonomi yang bisa dikembangkan masyarakat pesisir, terutama
mendukung maritime/sea-based development.
Sumber: baca di sini
Pengelolaan sumber daya kelautan
Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros
Maritim Dunia
Poros maritim merupakan gagasan yang dilontarkan oleh presiden terpilih Joko Widodo saat
kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Di samping gagasan ini ia juga
menawarkan program yang disebut tol laut.

Dua hal itu kini menjadi bahan pembicaraan yang lumayan hangat di kalangan kemaritiman
Tanah Air dengan sebagian di antara mereka mendukungnya dan sebagian lagi mengkritisi
atau bahkan menolaknya.

Dalam dunia kemaritiman internasional, poros maritim dikenal dengan istilah international
maritime center (IMC). Sah-sah saja sebenarnya menggunakan istilah lain sesuai keinginan
seseorang tetapi industri maritim adalah salah satu bisnis yang diatur secara global, karena itu
kesamaan bahasa atau istilah dan pemaknaannya mutlak diperlukan.
International maritime center adalah sebuah pelabuhan atau negara yang telah berhasil
membangun aneka macam fasilitas, infrastruktur dan regulasi sehingga menarik minat
kalangan pelayaran internasional dan komunitas maritim lainnya untuk mendatanginya dan
dapat menjalankan bisnis yang menguntungkan di pelabuhan/negara bersangkutan. Jadi, untuk
menjadi IMC yang baik maka yang diperlukan adalah kemampuan menarik pemain
internasional dengan berbagai kemudahan untuk datang dan menjalankan bisnis.
Singapura dikenal sebagai salah satu IMC yang terbaik. Status IMC yang didapat oleh negeri
jiran ini bertumpu pada posisinya sebagai sebuah hub kemaritiman global. Sejalan dengan
statusnya, Singapura saat ini menjadi lokasi berkantornya lebih dari 4.200 multinational
corporations(MNC) dan 26.000 perusahaan mancanegara lainnya.
Mereka terdiri dari shipbrokers, charterers, marine insurers, maritime law, dan sebagainya.
Sebagai operator untuk menangani para pebisnis itu, pemerintah Negeri Singa
menugaskan Maritime and Port Autority/MPA yang diisi dengan staf yang profesional.
Dalian di China juga merupakan IMC yang terkenal di kawasan Asia. Disebut meniru atau copy-
paste apa yang dilakukan oleh Singapura, kota ini juga menjadi incaran pelaku bisnis maritim
mondial.

Masih panjang jalan yang harus ditempuh Indonesia jika ingin menjadi IMC seperti Singapura
atau Dalian. Tidak banyak pemain besar, apa lagi yang kecil, bisnis maritim internasional
berkantor dan menjalankan kegiatannya dari Jakarta.

Pasalnya, negeri ini tidak banyak menawarkan fasilitas, infrastruktur dan kemudahan dalam
berbisnis. Ambil contoh suku bunga perbankan untuk usaha pelayaran.

SUMBER DI SINI

http://www.datacon.co.id/Angkutanlaut2008Ind.html

https://biz.kompas.com/read/2015/12/08/090116628/Beragam.Potensi.Wisata.Bahari.Indo
nesia.untuk.Dunia.

http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/04/14/1188/potensi.energi.laut.indonesia.menjanjikan

http://ekonomi.metrotvnews.com/energi/GNljznXk-potensi-migas-di-laut-dalam-indonesia-
masih-sangat-besar

Materi 12.1 KONSEP WILAYAH DAN


TATA RUANG
Konsep wilayah dan perwilayahan disandingkan dengan tata ruang adalah materi yang tampak
baru bagi geografi SMA, karena biasanya perwilayahan hanya disandingkan dengan wilayah
pembangunan, menggunakan konsep yang cukup tua dan ketinggalan eranya. Ada tiga tingkatan
tata ruang, nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota. Wacana ini memang sangat dibutuhkah oleh
siswa agar lebih memahami posisi dan fungsi ruang untuk menyelaraskan dengan
Kebermanfaatan dan kelestarian lingkungan.
Contents [hide]
 1 Konsep wilayah dan tata ruang.
o 1.1 Wilayah Formal (Formal Region)
o 1.2 Wilayah Fungsioanal (Nodal Region)
o 1.3 Perwilayahan
 1.3.1 River Basin
 1.3.2 Similarity
 1.3.3 Functionality
 1.3.4 Adhoc
 1.3.5 Nodal
 1.3.6 Metropolitan
 1.3.7 Pengelolaan
 1.3.8 Dasar lainnya
o 1.4 Tata Ruang
 2 Pembangunan dan pertumbuhan wilayah
o 2.1 Pusat pertumbuhan (growth pole)
 2.1.1 Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)
 2.1.2 Teori Sektor
 2.1.3 Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
 2.1.4 Pusat Pertumbuhan di Indonesia
 2.1.5 Batas wilayah pertumbuhan
 3 Perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
o
 3.0.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
 4 Permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah
o 4.1 Bagikan ini:
o 4.2 Menyukai ini:

Konsep wilayah dan tata ruang.


Sering kali orang mengucapkan kata region, daerah, wilayah, space, dan area. Keempat kata
tersebut secara bahasa merupakan sinonim, tetapi mempunyai penerapan yang berbeda yakni
menyesuaikan dengan konteksnya. Istilah yang sering dipakai dalam terminology berbagai
dsiplin ilmu terutama ilmu kebumian dan teknik perencanaan, seperti ilmu geografi, geodesi,
planologi dan lain-lain adalah region dan spasial. Dalam bahasa Inggris Anglosaxon, lebih
banyak digunakan istilah region, sedangkan istilah spasial (space) yang berbentuk kata sifat
kini popular bersamaan munculnya berbagai teknik analisis keruangan (spatial analysis)
dengan menggunakan berbagai perangkat lunak.

Region adalah suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri keseragaman gejala internal (internal
uniformity) atau fungsi yang membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lain. Ciri-ciri
keseragaman tersebut dapat berupa kenampakan sosial maupun kenampakan fisik.
Kenampakan sosial antara lain berupa kegiatan perekonomian/mata pencaharian, bentuk
pemerintahan, bentuk kebudayaan, atau kenampakan fisik, yang dapat berupa keseragaman
iklim, kesamaan topografi (dataran, pegunungan, lembah, dan lain-lain), kesamaan lokasi
geografis, dan lain-lain.

Region yang penentuannya didasarkan pada keseragaman gejala internal sebagaimana


tersebut di atas disebut dengan formal region. Sementara region juga dapat dilihat sebagai
bagian dari suatu sistem, dalam arti bahwa suatu region berhubungan dengan region lainnya
sebagai suatu sistem, dalam hal ini region disebut sebagai functional region.
Wilayah Formal (Formal Region)
Wilayah formal adalah suatu wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau
homogenitas tertentu. Oleh karena itu, wilayah formal sering pula disebut wilayah seragam
(uniform region). Homogenitas dari wilayah formal dapat ditinjau berdasarkan kriteria fisik
atau alam ataupun kriteria sosial budaya.

Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya, wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin, dan
wilayah vegetasi mangrove. Adapun wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya, seperti
wilayah suku Asmat, wilayah industri tekstil, wilayah Kesultanan Yogyakarta, dan wilayah
pertanian sawah basah.

Wilayah Fungsioanal (Nodal Region)


Wilayah fungsional adalah wilayah yang dicirikan oleh adanya kegiatan yang saling
berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional. Misalnya, Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang secara fisik memiliki kondisi yang berbeda
(heterogen) namun secara fungsional saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup
penduduk di setiap wilayah.

Hubungan antarpusat kegiatan pada umumnya dicirikan dengan adanya arus transportasi dan
komunikasi yang pada akhirnya menunjang pertumbuhan dan perkembangan dari setiap
wilayah tersebut. Pada awal perkembangannya, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
merupakan kota-kota yang terpisah dan tidak saling memengaruhi.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan Kota Jakarta, kota di sekitarnya seperti Bekasi,
Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi wilayah penyangga bagi pertumbuhan dan
perkembangan Kota Jakarta. Dalam pengertian lain Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor
merupakan suatu wilayah fungsional bagi pertumbuhan dan perkembangan Jakarta. Demikian
pula dengan Jakarta merupakan wilayah fungsional bagi pertumbuhan dan perkembangan
wilayah-wilayah di sekitarnya termasuk Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi.

Secara umum kota merupakan wilayah fungsional yang berperan dalam memenuhi kebutuhan
penduduk pedesaan di sekitarnya. Demikian pula desa merupakan wilayah fungsional yang
berperan dalam menyokong pemenuhan kebutuhan hidup penduduk kota. Dengan demikian,
antara kota dan desa walaupun secara fisik berbeda namun secara fungsional selalu saling
berhubungan.

Perwilayahan
Perwilayahan adalah proses membagi ruang menjadi beberapa bagian. Untuk melakukan
regionalisasi (perwilayahan) suatu bagian permukaan bumi dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, yakni dengan menggunakan aspek tertentu yang dimiliki secara bersama-sama
oleh bagian-bagian permukaan bumi tersebut, sehingga antar bagian permukaan bumi tersebut
menjadi relatif homogin. Secara umum regionalisasi bagian-bagian permukaan bumi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan 4 dasar, yakni: river basin, similarity, functionality, dan
adhoc. Sementara dalam ilmu wilayah dikenal beberapa paradigma wilayah yang dapat
digunakan untuk pewilayahan, dan dapat dijadikan dasar bagi pengaturan dalam undang-
undang penataan ruang, yakni: Daerah aliran sungai, Wilayah homogin, Wilayah nodal, Wilayah
metropolitan, Wilayah pengelolaan (Son Diamar dalam Jakub Rais, 2004).

River Basin
Regionalisasi berdasrkan azas river basin adalah penentuan suatu permukaan bumi sebagai
suatu region berdasarkan satuan lahan aerah aliran sungai (DAS) atau watershed. River basin
adalah daerah yang menjadi tempat presipitasi air hujan yang dibatasi oleh igir-igir,
sehingga air huja terkonsentrasi melalui berbagai anak sungai menuju sungai utama yang
merupakan satu outlet menuju ke laut.

DAS merupakan satuan ekosistem yang kompleks dan luasnya dapat melebihi luas wilayah
administrative kabupaten, meskipun mungkin tidak selalu demikian tetapi pada umumnya DAS
lebih luas dari wilayah administrative kabupaten.

Similarity
Azas similarity atau azas kesamaan, ada yang menyebutnya sebagai azas homoginity adalah
suatu dasar untuk menentukan bahwa suatu bagian permukaan bumi dinyatakan sebagai suatu
region karena memiliki karakteristik yang homogin atau kesamaan tertentu baik secara fisik
maupun budaya (kultur). Secara fisik aspek yang menjadi ciri khas kesamaan dapat berupa
letak geografis, fisiografis (bentuk lahan, jenis tanah, geologis), klimatologis, keterkaitan
dengan kondisi fisiografis dengan daerah lain. Kesamaan secara kultur dapat berupa mata
pencaharian, adat istiadat, latar belakang sejarah, ideologis, tingkat peradaban, dan lain-lain.
Kedua aspek similaritas ini dapat berlaku secara sendiri-sendiri dan dapat pula secara
komplementar. Region yang terwujud karena similaritas komplementer biasanya soliditasnya
lebih kuat. Kesamaan secara fisik saja tidak cukup untuk dianggap sebagai region yang solid,
karena banyak bukti menunjukkan banyak wilayah-wilayah di permukaan bumi ini yang secara
fisik sebagai satu region tetapi defacto menjadi tidak satu region.

Functionality
Suatu bagian permukaan bumi dapat dinyatakan sebagai sebuah region karena memiliki
kesamaan fungsi. Suatu daerah memiliki fungsi tertentu bila dikaitkan dengan daerah lainnya.
Fungsi tersebut muncul karena adanya perbedaan potensi fisik, budaya atau perpaduan antara
fisik dan budaya. Suatu daerah dapat dinyatakan sebagai penghasil tembakau, pengimpor
beras, pengekspor minyak, dan lain-lain. Di daerah perkotaan ada daerah yang disebut pusat
kota, pusat bisnis, dan lain-lain. Penamaan tersebut karena secara sistemik, terdapat daerah
yang menghasilkan suatu komoditi dan ada daerah yang mengkonsumsi komoditi. Demikian
pula bagian dari wilayah kota, ada yang tidak menjadi pusat, ada daerah kota yang tidak
berfungsi sebagai pusat bisnis dan sebaliknya. Termasuk dalam penamaan kota dan desa,
keduanya dapat dianggap mempunyai fungsi yang berbeda, sehingga keduanya menjadi region
sendiri-sendiri dalam satu sistem.

Adhoc
Adalah penentuan region berdasarkan salah satu kesamaan karakter yang dimiliki oleh bagian
tertentu dari permukaan bumi yang bersifat relative/tidak tetap atau sementara, karena ada
peristiwa tertentu atau untuk tujuan tertentu.. Suatu daerah dapat dianggap sebagai satu
region oleh hanya satu atau lebih kesamaan bahkan kesamaan tersebut dapat diciptakan untuk
maksud tertentu. Contoh regionalisasi berdasar azas adhoc adalah region endemic flu burung,
region A dan B yang berbeda secara administrative dapat menjadi satu region karena keduanya
sama-sama terjangkit flu burung.

Contoh lainnya adalah region pemilihan dalam pemilihan umum. Penentuan suatu daerah
pemilihan ditentukan atas dasar kepentingan kemudahan koordinasi dan manajemen pemilu.
Setelah pemilu selesai regionalisasi tersebut selesai. Hanya saja regioanlisasi secara adhoc ini
tidak selamanya bersifat sementara seperti dalam contoh penentuan daerah pemilu, tetapi
dapat bersifat tetap meskipun aspek yang menjadi dasar regionalisasi hanya bersifat relative.

Nodal
Suatu wilayah/region dapat diidentifikasi sebagai suatu satuan wilayah yang terbentuk karena
adanya jaringan interaksi antar pusat-pusat kegiatan, dalam hal produksi, distribusi, dan
pelayanan. Dalam konsep geografi, nodal biasa digunakan untuk menggambarkan system kota-
kota atau system pusat-pusat permukiman. Dalam system ini, pusat-pusat kegiatan mempunyai
hierarkhi, orde, atau eselon (Son Diamar dalam Jacub Rais, 2004).

Berdasarkan konsepsi wilayah nodal tersebut, maka dapat saja terjadi suatu region nodal
mencakup sua atau lebih daerah kabupaten/propinsi, misalnya salah satu propinsi ditentukan
sebagai orde I, sedangkan dua propinsi lainnya menjadi sub-ordinatnya, yakni pusat orde II.

Metropolitan
Metro (mater, mather, induk), jadi suatu wilayah dapat diidentifikasi sebagai wilayah
metropolitan berdasarkan adanya satuan wilayah perkotaan yang terdiri dari satu atau lebih
kota induk beserta beberapa kota satelit di sekitarnya, yang saling berhubungan membentuk
satu kesatuan social, ekonomi, dan ekologi perkotaan. Contoh wilayah metropolitan adalah
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi), Surabaya Raya yang dikenal
dengan sebutan Gerbang Kertosusilo (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan
Lamongan.

Pengelolaan
Satuan wilayah ini ditentukan berdasarkan suatu hukum, seperti undang-undang atau lainnya,
menjadi yurisdiksi, dan atau wilayah “kewenangan” dan tanggung jawab pengelolaan, untuk
mencapai tujuan tertentu. Contohnya adalah wilayah administratif pemerintah daerah
(pemda), wilayah otorita, daerah khusus, dan lain-lain.

Dasar lainnya
Regionalisasi atau pewilayahan yang merupakan paradigma baru diperkenalkan oleh the
Habibie Center, Departemen kelautan dan Perikanan, dan Dewan Maritim Indonesia, yakni
paradigma wilayah benua maritime. Inti paradigm ini memandang wilayah Negara kepualauan
sebagai satu benua, karena dilihat dari sejarah geologinya berjuta tahun sebelum es mencair
menjadi laut, pulau-pulau tersebut merupakan satu benua yang tidak terpisah-pisah
(gondwana).

Karena pulau-pulau saat ini telah terpisah, maka penyatunya adalah dasar laut, sehingga
menjadi benua dasar laut yang harus dikelola secara terpadu. Tetapi karena luasnya benua laut
ini, maka wilayah benua maritime Indonesia dibagi menjadi wilayah-wilayah yang lebih kecil
yang dinamakan wilayah kemaritiman. Dalam wilayah kemaritiman terdapat berbagai wilayah
seperti DAS, wilayah homogin, wilayah nodal, mungkin beberapa wilayah metropolitan, yang
berinteraksi melalui laut. Dengan paradigm ini, maka laut bukan sebagai pemisah, tetapi laut
sebagai penyatu. Laut mengintegrasikan antar wilayah darat (Son Diamar dalam Jakub Rais,
2004).

Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Sebaiknya kita melihat isi dari Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang,
untuk mengetahui lebih pasti definisi dari tata ruang seperti yang terjabarkan dalam uraian
dibawa ini:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan
maupun yang menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Rencana Tata
Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang berupa rencana – rencana kebijaksanaan
pemanfaatan ruang secara terpadu untuk berbagai kegiatan. Contoh peruntukan ruang antaran
lain:

1. kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, kawasan produksi, sistem


prasarana wilayah meliputi: prasarana transportasi, telekomunikasi dan pengairan dan
prasarana lainnya.
2. Kawasan Permukiman adalah bagian kawasan budidaya baik perkotaan maupun perdesaan
dengan dominasi fungsinya kegiatan permukiman.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama adalah pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
4. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
5. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis
yang penataan ruangnya diprioritaskan.
6. Kawasan Prioritas adalah yang mendapat prioritas paling utama di dalam pengembangan dan
penanganannya dengan memperhatikan kawasan strategis dalam wilayah provinsi dan aspek
lain yang bersifat kabupaten untuk mewujudkan sasaran pembangunan sesuai dengan potensi
dan kondisi geografis.
7. Kawasan Strategis adalah kawasan yang mempunyai peranan penting untuk pengembangan
ekonomi, sosial budaya, lingkungan maupun pertahanan keamanan dilihat secara nasional dan
provinsi
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan tentang mengapa diperlukan
penyusunan rencana tata ruang, yaitu:

1. Untuk mencegah atau menghindari benturan-benturan kepentingan atau konflik antar sektor
dan antar kepentingan dalam pembangunan masa kini dan masa yang akan datang.
2. Untuk menghindari terjadinya diskriminasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam.
3. Untuk tercapainya optimalisasi pemanfaatan ruang yang memperlihatkan daya dukung dan
kesesuaian wilayah terhadap jenis pemanfaatannya.
4. Untuk terciptanya kemudahan pemanfaatan fasilitas dan pelayanan sosial ekonomi bagi
segenap masyarakat maupun sektor-sektor yang terkait.
5. Untuk terjadinya kesesuaian antara tuntutan kegiatan pembangunan di satu pihak dengan
kemampuan wilayah di pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Untuk dapat terciptanya interaksi fungsional yang optimal baik antara unit-unit wilayah
maupun wilayah lainnya.
7. Menjaga kelestarian dan kemampuan ruang serta menjamin kesinambungan pembangunan di
berbagai sektor.
8. Untuk dapat memberikan arahan bagi penyusunan program-program tahunan. Agar dapat
terjadi kesesuaian sosial ekonomi akibat pemanfaatan ruang terhadap perkembangan ekonomi
dan sosial yang sedang maupun mendatang.
9. Untuk dapat menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk berpartisipasi pada kegiatan-
kegiatan produksi. Terciptanya suatu pola pemanfaatan ruang yang mampu mengakomodir
segala bentuk kegiatan yang terjadi di dalam ruang tersebut.
Baca lebih lanjut: KONSEP TATA RUANG
Pelajari lebih lanjut: Undang – Undang No. 26 Tahun 2007
Pembangunan dan pertumbuhan wilayah
Ada segudang pemahaman tentang pembangunan dari berbagai tinjauan keilmuan. Titik
temunya adalah satu yaitu, menciptakan perubahan pada masyarakat ke arah kemajuan dan
kesejahteraan. Seperti tampak dari dua definisi berikut;
Pembangunan ialah suatu upaya meningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara
berencana dan berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang merata dan berkeadilan. Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan masyarakat,
dimana pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka wawasan
dan kesadaran warga akan arah dan cita-cita yang lebih baik. Effendi (2002:2)

pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai
aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).

Namun dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang jitu. Banyak negara berkembang yang
salah atur dalam strategi dan proses pembangunannya, berefek pada terjebaknya negara
tersebut pada jurang kemiskinan yang lebih dalam.

Dalam perspektif geografi pembangunan adalah manajemen ruang. Sangat sulit dikejar target
pembangunan untuk menghilangkan gap (jarak) antara negara maju dan negara berkembang
jika proses pembangunan tanpa menentukan ruang prioritas. ruang prioritas ini yang akan
menstimulus, difusi pembangunan pada ruang-ruang di sekitarnya. Dalam istilah ekonomi ini
dikenal dengan istilah Trickle-down effect.

The trickle-down effect is a model of product adoption in marketing that affects


many consumer goods and services.
It states that fashion flows vertically from the upper classes to the lower classes
within society, each social class influenced by a higher social class. Two
conflicting principles drive this diffusion dynamic. Lesser social groups seek to
establish new status claims by adopting the fashions of higher social groups in
imitation, whilst higher social groups respond by adopting new fashions to
differentiate themselves. This provokes an endless cycle of change, driving
fashion forward in a continual process of innovation.
Terjemahan dengan Google Translate: Efek menetas adalah model adopsi produk dalam
pemasaran yang mempengaruhi banyak barang dan jasa konsumen.
Ini menyatakan bahwa mode mengalir secara vertikal dari kelas atas ke kelas bawah dalam
masyarakat, setiap kelas sosial dipengaruhi oleh kelas sosial yang lebih tinggi. Dua prinsip yang
saling bertentangan mendorong dinamika difusi ini. Kelompok sosial yang lebih kecil berusaha
untuk menetapkan klaim status baru dengan mengadopsi mode kelompok sosial yang lebih tinggi
dalam meniru, sementara kelompok masyarakat yang lebih tinggi merespons dengan mengadopsi
mode baru untuk membedakan dirinya sendiri. Ini memprovokasi siklus perubahan yang tiada
henti, mendorong mode maju dalam proses inovasi yang berkesinambungan.
Pusat pertumbuhan (growth pole)
Dalam Geografi Pembangunan dikenal istilah Pusat pertumbuhan (growth pole). Pusat
pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan
pembangunannya sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga dapat
dijadikan sebagai pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan wilayah lain di sekitarnya. Jika Anda amati berbagai wilayah di dunia, Anda
dapat melihat pertumbuhan wilayah yang berbeda-beda.

Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi suatu wilayah dapat dilihat dari
berbagai aspek, baik aspek fisik maupun sosial budaya yang terdapat di wilayah tersebut.
Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar menjadi pusat pertumbuhan dapat
dilakukan dengan cara menginventarisir potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya,
Pulau Bali merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan sosial
budaya. Pulau Bali dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan dengan cara memacu
perkembangan sektor lainnya, terutama industri cinderamata, perdagangan, transportasi,
perhotelan, dan usaha jasa lainnya. Pada akhirnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan
dan perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur yang pada awalnya relatif kurang berkembang.

Ada tiga teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori ini tampak saling
melengkapi.

Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)


Tiga teori tempat sentral, yang pertama adalah Teori tempat yang sentral (Central Place
Theory) dikemukakan oleh seorang ahli geografi Jerman bernama Walter Christaller. Dalam
bukunya Die Zentralen Orte In Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan
berbagai dalil atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota
dalam lingkungan. Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan teori perkembangan
kota yang sebelumnya telah ada, yaitu teori letak industri dari Alfred Webber (1909) dan lokasi
pertanian dari von Thunenn (1826). Teori yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak
dari letak perdagangan dan pelayanan dalam sebuah kota.
Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi
penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya, Christaller menyebutkannya
sebagai tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya
bergantung kepada aspek permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut dapat
lebih besar atau mungkin lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila sebuah tempat mempunyai
berbagai fungsi sentral untuk daerah-daerah di sekitarnya yang kurang begitu penting, daerah
tersebut dinamakan tempat sentral tingkat tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya
merupakan pusat bagi kegiatan setempat dinamakan tempat sentral rendah atau tingkat paling
rendah.

Dalam memahami distribusi barang di tempat sentral, terdapat perbedaan jarak


keterjangkauan barang yang dibedakan ke dalam batas atas dan batas bawah. Batas atas adalah
jarak terjauh yang harus ditempuh penduduk untuk membeli barang di tempat sentral
tertentu. Batas bawah atau nilai minimum adalah jarak sebuah daerah yang dihuni sejumlah
minimum orang agar barang tersebut memberikan keuntungan.

Dalam memahami tempat-tempat sentral, haruslah terlebih dahulu melihat jangkauan barang-
barang sentral tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem tempat sentral tersebut dikuasai
oleh asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi dengan barang-barang yang
diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus sesedikit mungkin.
Selain asas pasar seperti yang telah dijelaskan, penentuan tempat sentral juga sangat
dipengaruhi oleh asas pengangkutan dan asas pemerintahan.

Menurut asas pengangkutan, penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan


apabila terdapat tempat penting terletak pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan
penghubung dua kota ini hendaknya berjarak pendek dan lurus.
Asas pemerintahan lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan kelompok
masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh karena itu, sebuah tempat sentral ideal
menurut asas pemerintahan adalah kota besar yang berada di tengah-tengah kota dan
dikelilingi oleh kota-kota satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.
Teori Sektor
Ke-2 yaitu Teori Sektor, Teori penting sebagai pelengkap teori tempat sentral adalah teori
August Losch. Dalam bukunya yang berjudul The Economics of Location (1954), Losch
menaruh perhatian pada daerah-daerah ekonomi. Losch bertolak dari kesamaan topografi
sebuah tempat yang berada di dataran sama seperti apa yang dasar pengembangan teori
Christaller dan mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah
ekonomi tersebut. Dalam hal ini, yang paling utama adalah munculnya grafik permintaan.
Grafik ini menunjukkan adanya jumlah permintaan yang tinggi, sedangkan di wilayah pinggir
permintaannya sedikit. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga akibat naiknya biaya
pengangkutan.
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
Yang ke-3, Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory), Teori kutub pertumbuhan
atau sering pula disebut teori pusat pertumbuhan kali pertama diperkenalkan oleh Perroux
pada 1955. teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan
hasil proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat
pembangunan atau pengembangan dinamakan kutub pertumbuhan.
Kota pada umumnya merupakan pusat pertumbuhan yang terus mengalami perkembangan
mulai dari pusat pertumbuhan, lalu menjalar dan mempengaruhi daerah sekitarnya atau ke
pusat pertumbuhan yang lebih rendah ke arah perkembangan yang lebih besar dan kompleks.

Pusat Pertumbuhan di Indonesia


Konsep pusat pertumbuhan kemudian diadopsi oleh di Indonesia pada masa Orde Baru. Dalam
pelaksanaan pembangunan di Indonesia, pemerintah melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) membagi beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki
letak sentral sebagai pusat pertumbuhan yang terdiri atas empat wilayah, yaitu Medan, Jakarta,
Surabaya, dan Makassar (Ujungpandang). Dari empat wilayah utama tersebut kemudian dibagi
lagi menjadi wilayah-wilayah pembangunan dengan pusat-pusat kota yang terdekat.
Wilayah
Pusat Wilayah Wilayah yang
Pembangunan
Pertumbuhan Pembangunan dikembangkan
Utama

A Medan I Nanggroe Aceh


Darussalam dan
Sumatra Utara
dengan pusat di
Medan

II Sumatra Barat
dan Riau yang
berpusat di
Pekanbaru

B Jakarta III Jambi, Sumatra


Selatan, dan
Bengkulu
dengan pusat di
Palembang

IV Lampung,
Jakarta, Jawa
Barat, Jawa
Tengah, dan
DIY yang
berpusat di
Jakarta

V Kalimantan
Barat yang
berpusat di
Pontianak

C Surabaya VI Jawa Timur dan


Bali yang
berpusat di
Surabaya

VII Kalimantan
Tengah,
Kalimantan
Timur, dan
Kalimantan
Selatan yang
berpusat di
Wilayah
Pusat Wilayah Wilayah yang
Pembangunan
Pertumbuhan Pembangunan dikembangkan
Utama

Balikpapan dan
Samarinda

D Ujung VIII Nusa Tenggara


Pandang Barat, Nusa
Tenggara
Timur, Sulawesi
Selatan, dan
Sulawesi
Tenggara yang
berpusat di
Ujungpandang
(Makasar)

IX Sulawesi
Tengah dan
Sulawesi Utara
yang berpusat
di Menado

X Maluku dan
Papua yang
berpusat di
Sorong
Kebeijakan pusat pertumbuhan Era Orde baru ini kemudian menimbulkan polemik karena
menghasilkan gap yang sangat besar antara wilayah pusat dan daerah. pada Era Reformasi
pemerintah merubah kebijakan yang dinilai sentralistik, menjadi desentralisasi melalui
kebijakan otonomi daerah.

Di Era keninin, sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka
pengembangan wilayah akan ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan.
Pertumbuhan pembangunan daerah pada tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan
peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan
kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus dikembangkannya kawasan-
kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong pertumbuhan
utama) antara lain:
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK);
2. Kawasan Industri (KI);
3. Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan);
4. Kawasan Pariwisata; serta,
5. Kawasan yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.
Dari sisi pemerataan pembangunan, kebijakan pembangunan daerah diarahkan untuk
pengurangan kesenjangan antar wilayah terutama untuk pembangunan kawasan barat dan
kawasan timur Indonesia, termasuk wilayah perdesaan, daerah tertinggal dan perbatasan.

Kebijakan yang dilakukan adalah dengan mendorong transformasi dan akselerasi


pembangunan infrastruktur serta mendorong peningkatan investasi di wilayah Papua, Maluku,
Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan, dan Sumatera; dengan tetap menjaga momentum
pembangunan Wilayah Jawa.

Pengembangan wilayah didasarkan pada 7 (tujuh) pengembangan wilayah pulau yang meliputi
Wilayah Pulau Papua, Wilayah Kepulauan Maluku, Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Wilayah
Pulau Sulawesi, Wilayah Pulau Kalimantan, Wilayah Pulau Jawa-Bali dan Wilayah Pulau
Sumatera. Sasaran pengembangan wilayah tahun 2018 ditujukan pada pertumbuhan dan
pemerataan antarwilayah dengan lebih meningkatkan peran ekonomi wilayah luar Jawa.

Batas wilayah pertumbuhan


Penentuan batas wilayah pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
menentukan batas pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan terhadap wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Identifikasi untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan Teori Gravitasi dan Teori Grafik.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Gravitasi


Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton
(1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan
memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan
gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut.

Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi
untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan
hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang
berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua
wilayah tersebut, atau sebagai formulasinya yang linier dengan Newton, kekuatan interaksi
dua wilayah adalah hasil kali jumlah penduduk dua wilayah berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dua tempat tersebut.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Titik Henti


Teori titik henti (The Breaking Theory) merupakan suatu cara untuk memperkirakan lokai
garis batas yang memisahkan pusat-pusat perdagangan dari dua buah kota yang berbeda
ukurannya.

Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang lebih kecil ukurannya berbanding lurus
dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu dan berbanding terbalik dengan satu ditambah
akar kuadrat jumlah penduduk dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan
jumlah penduduk kota yang lebih sedikit.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Potensi Penduduk


Indeks potensi penduduk adalah ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran pada tiap-tiap
lokasi. Indeks Penduduk (PP) juga dapat mengukur kemungkinan penduduk di suatu wilayah
untuk melakukan interaksi dengan wilayah-wilayah lainnya.

Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Grafik


Teori Grafik (Graph Theory) dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam tulisannya yang berjudul
Structure of Transportation Network. Teori ini diterapkan dalam geografi untuk menentukan
batas wilayah secara fungsional berdasarkan arah dan intensitas arus atau interaksi antara
wilayah inti dan wilayah di luar inti. Menurutnya, jaringan transportasi merupakan salah satu
ciri kekuatan interaksi antarwilayah. Dalam hal ini wilayah yang dihubungkan oleh jaringan
transportasi yang kompleks cenderung memiliki pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah yang hanya memiliki jaringan transportasi yang sederhana,
seperti jaringan jalan yang lurus tanpa cabang.

Perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan


kabupaten/kota
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali
dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi,
serta keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan
struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang wilayah nasional:


1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan
sumber daya air.
Pola ruang wilayah nasional:
1. Kawasan lindung.
2. Kawasan budi daya.
3. Kawasan strategis nasional.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;


2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Secara lengkap mengenai perencanaan tata ruang wilayah nasional bisa kalian ketahui dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman
bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Isi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya
yang berkaitan dengan kawasan perdesaan pada wilayah pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana wilayah provinsi;
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya
yang memiliki nilai strategis provinsi;
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan;
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan ruang wilayah
provinsi yang diinginkan pada masa yang akan datang.

Tujuan penataan ruang wilayah provinsi berfungsi:


1. Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW provinsi;
3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang
wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah
kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Sumber: Baca di sini
Permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah
Beberapa tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam penerapan tata ruang wilayah,
antara lain:

1. Jumlah penduduk yang sangat besar, dan kemiskinan.


2. Kesenjangan antar wilayah.
3. Bencana alam yang tinggi. dan
4. Krisis pangan, energi, dan air serta perubahan iklim.
Permasalahan yang dihadapi penerapan tata ruang wilayah

1. Meningkatnya kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan.


2. Terjadi alih fungsi lahan. Konflik kepentingan antar-sektor (kehutanan, pertambangan,
lingkungan, perasarana wilayah, dll)
3. Konflik antar-wilayah: Pusat-Daerah dan Antardaerah.
4. Penggunaan ruang tidak sesuai peruntukan.
5. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan meningkatnya
DAS kritis.
Pelanggaran yang sering muncul: Pertama adalah penggunaan lahan, sudah bukan rahasia lagi
bahwa pada sektor penggunaan lahan adalah sektor pelanggaran yang paling banyak terjadi di
Indonesia, kedua kualitas ruang karena ekslusivitas permukiman, dan ketiga kesenjangan
pembangunan antar wilayah.

Sumber:

1. Lampiran Perpres RKP Tahun 2018


2. Bambang Syaeful Hadi, M.Si, DIKTAT KULIAH GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA, JURUASAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA, 2008

Materi 12.2 INTERAKSI KERUANGAN


DESA DAN KOTA
Desa dan Kota adalah dua ruang yang melekat tak terpisahkan. Kompleksitas ruang kota dan
desa adalah wujud dari hubungan interaksi penghuni di dalamnya. Semakin besar kuantitas
penghuninya semakin kompleks bentuk interaksi dan keruangannya. Desa melahirkan kota, kota
melahirkan peradaban. Desa adalah subornasi kota, takkan hidup peradaban kota tanpa ada
desa yang menopangnya.
Contents [hide]
 1 Struktur Keruangan Serta Perkembangan Desa dan Kota
o 1.1 Pengertian Desa
o 1.2 Pengertian Kota
o 1.3 Karakteristik Desa-Kota
o 1.4 Struktur Keruangan
 1.4.1 Pola Permukiman Perdesaan
 1.4.2 Pola Keruangan Kota
 1.4.3 Perkembangan Desa
 1.4.4 Teori-teori Perkembangan Kota
 2 Pola dan faktor-faktor interaksi desa dan kota
o 2.1 Peristiwa yang Mempengaruhi Interaksi
 2.1.1 Adanya Wilayah yang Saling Melengkapi
 2.1.2 Munculnya Kesempatan untuk Berintervensi
 2.1.3 Kemudahan Pemindahan dalam Ruang
 2.1.4 Zone Interaksi Desa dan Kota
 3 Usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota
o 3.1 Faktor yang menyebabkan belum meratanya pembangunan
o 3.2 Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan desa
 3.2.1 Masalah Sosial Budaya
 3.2.2 Masalah ekonomi
 3.2.3 Masalah Geografis
o 3.3 Pembanguanan Desa
 4 Dampak perkembangan kota terhadap masyarakat desa dan kota
o 4.1 Perkembangan Kota
o 4.2 Dampak Bagi Masyarakat Kota
 4.2.1 Dampak secara kependudukan
 4.2.2 Dampak secara sosial ekonomi
 4.2.3 Dampak secara sosial budaya
o 4.3 Dampak Bagi Masyarakat Desa
 4.3.1 Urbanisasi
o 4.4 Bagikan ini:
o 4.5 Menyukai ini:

Struktur Keruangan Serta Perkembangan Desa dan


Kota
Pengertian Desa
Sebelum membahas tentang karakteristik desa dan kota, marilah kita pahami dulu pengertian
desa dan kota. Untuk membuat batasan yang tepat dan bersifat umum mengenai desa atau kota
tidaklah mudah. Banyak aspek yang dapat dimunculkan untuk memberikan batasan tentang
apa yang disebut desa dan kota. Desa dan kota sama-sama merupakan tempat tinggal
penduduk dengan segala aktivitasnya. Desa dan kota bukan merupakan dua hal yang lahir
secara terpisah, dapat dikatakan bahwa kota merupakan perkembangan lanjut dari desa.

Bintarto (1983:11-12) memberi batasan pengertian desa sebagai suatu hasil perpaduan
antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan itu ialah suatu
ujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial,
ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur-unsur tersebut dan juga
dalam hubungannya dengan daerah lain. Dalam arti umum desa merupakan unit pemusatan
penduduk yang bercorak agraris dan terletak jauh dari kota.
Roucek dan Waren mengemukakan ciri-ciri pedesaan sebagai berikut:

1. Masyarakat desa bersifat homogen, dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan,
serta dalam sikap dan tingkah laku;
2. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
3. Faktor geografis besar pengaruhnya terhadap kehidupan;
4. Hubungan antara sesama anggota masyarakat lebih intim/akrab dari
pada di kota.
Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dikatakan bahwa desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan desa adalah
suatu daerah tempat tinggal penduduk yang jauh dari kota, adanya homogenitas pada
penduduk desa, baik dalam hal mata pencaharian yaitu mayoritas agraris, nilai kebudayaan
maupun tingkah laku, hubunganantar penduduk yang akrab.

Masih banyak yang menggunakan istilah setempat, untuk menyebutkan desa misalnya; huta,
kampung, marga, nagari dll. Pada umumnya desa digambarkan sebagai daerah dengan tingkat
pendidikan dan teknologi yang belum berkembang, wilayahnya tidak luas, corak penghidupan
agraris dengan kehidupan yang sederhana. Jumlah dan kepadatan penduduk tidak besar,
jaringan jalan belum padat, sarana transportasi masih terbatas. Wilayah yang ada biasanya
digunakan untuk permukiman, pekarangan dan lahan pertanian.

Pengertian Kota
Continue reading: Pengertian Kota
Bintarto (1983:36) menyebutkan bahwa kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, dan diwarnai
dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Hal menonjol
yang membedakan desa dengan kota adalah desa merupakan masyarakat agraris, sedang kota
nonagraris;

Wirth, kota adalah suatu permukiman yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kehidupan sosialnya;

Max Weber, kota adalah sustu daerah tempat tinggal yang penghuni setempat dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
P.J.M.Nas, kota dapat dilihat dari berbagai segi:

1. Dari segi morfologi kota, adanya cara membangun dan bentuk fisik bangunan yang berjejal-
jejal;
2. Dari segi ekonomi, merupakan daerah bukan agraris. Fungsi kota yang khas adalah kegiatan
budaya, industri, perdagangan dan niaga, serta kegiatan pemerintahan;
3. Dari segi sosial, bersifat kosmopolitan, hubungan sosial impersonal, sepintas lalu, terkotak-
kotak.
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1980 menyebutkan pengertian kota ke
dalam dua kategori, yaitu kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif
sebagaimana diatur dalam perundangundangan dan kota sebagai suatu lingkungan kehidupan
perkotaan yang mempunyai ciri nonagraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan,
serta berfungsi sebagai pertumbuhan dan permukiman.

Apabila kita cermati dari pengertian kota tersebut, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa
kota adalah sebuah pusat kegiatan manusia di luar kegiatan pertanian. Misalnya, industri,
pelayanan dan jasa, perdagangan, hiburan, dan rekreasi. Lengkapnya berbagai fasilitas
penunjang tersebut membuat kota sebagai pusat perhatian dan dalam aktifitasnya sehari-hari
kota terlihat sangat sibuk.

Karakteristik Desa-Kota
Karakteristik desa adalah sesuatu yang melekat pada unsur-unsur desa yang merupakan ciri
khusus yang membedakannya dengan daerah kota. Karakteristik desa dapat dipandang dari
berbagai aspek kehidupan masyarakat serta dari aspek fisiknya.

Menurut Direktorat Jendral Pembangunan Desa, suatu wilayah disebut desa apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio) cukup besar;


2. Lapangan kerja yang dominan adalah agraris;
3. Hubungan kekerabatan kuat;
4. Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh pada tradisi yang berlaku;
5. Gotong royong kuat;
6. Hubungan antar warga akrab.
Karakteristik kota:

1. Terdapatnya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan, super market, pusat perdagangan;
2. Terdapatnya pusat-pusat kegiatan, sehingga banyak tempat parkir;
3. Tempat rekreasi dan olah raga
4. Pelapisan sosial ekonomi yang tajam;
5. Sifat individualistik;
6. Adanya heterogenitas kehidupan;
7. Hubungan bersifat kepentingan;
8. Adanya segregasi keruangan, sehingga dapat menimbulkan pengelompokan.
Klasifikasi Kota
Berdasarkan jumlah penduduknya, di Indonesia kota dapat dibedakan menjadi:

No. Jenis Kota Jumlah Penduduk

1 Kota Kecil 20.000 – 100.000

2 Kota Sedang 100.000 – 500.000

3 Kota Besar 500.000 – 1.000.000

4 Kota Metropolitan 1.000.000 – 5.000.000

5 Kota Megapolitan Lebih dari 5.000.000


Klasifikasi kota berdasarkan fungsi dibedakan menjadi:

1. Kota pusat perdagangan, baik perdagangan domestik maupun internasional, contoh kota
Singapura, Hongkong, Jakarta;
2. Kota pusat kebudayaan, misal kota Yogyakarta, Surakarta;
3. Kota pusat perkebunan, misalnya Bogor, Tangjung Balai, Pematang Siantar;
4. Kota pusat pemerintahan, contoh Jakarta, Kuala Lumpur, Manila;
5. Kota pusat pertambangan, misal Timika, Tembagapura, Soroako.
Perbedaan kualitatif dan kuantitatif anatara desa dan kota yang tersaji dalam bentuk tabel.

Unsur pembeda Desa Kota

Mata pencaharian Agraris, homogen Non agraris,


heterogen

Ruang kerja Lapangan terbuka Ruang tertutup

Musim, cuaca Penting, Tidak penting


menentukan

Kepadatan Tidak Padat Padat


penduduk

Stratifikasi social Sederhana, sedikit Kompleks dan


banyak

Sifat kelompok Gameinschaft Gesellschaft

Mobilitas penduduk Rendah Tinggi

Status sosial Stabil Tidak Stabil


Sumber: Bintarto (dalam Khaerudin,1992:21)
Struktur Keruangan
Pola Permukiman Perdesaan
Pola persebaran dan pemusatan penduduk desa dapat dipengaruhi oleh keadaan tanah, tata
air, topografi dan ketersediaan sumberdaya alam yang terdapat di desa yang bersangkutan.
Pola persebaran permukiman desa dalam hubungan-nya dengan bentang alamnya, dapat
dibedakan atas:

1. Pola terpusat; Bentuk permukiman terpusat merupakan bentuk permukiman yang


mengelompok (aglomerated, compact rural settlement). Pola seperti ini banyak dijumpai
didaerah yang memiliki tanah subur, daerah dengan relief sama, misalnya dataran rendah
yang menjadi sasaran penduduk bertempat tinggal. Banyak pula dijumpai di daerah dengan
permukaan air tanah yang dalam, sehingga ketersediaan sumber air juga merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap bentuk pola permukiman ini. Demikian pula di daerah yang
keamanan belum terjamin, penduduk akan lebih senang hidup bergerombol atau
mengelompok.
2. Pola tersebar atau terpencar (fragmented rural settlement type); Bentuk permukiman
tersebar, merupakan bentuk permukiman yang terpencar, menyebar di daerah pertaniannya
(farm stead), merupakan rumah petani yang terpisah tetapi lengkap dengan fasilitas
pertanian seperti gudang mesin pertanian, penggilingan, kandang ternak,penyimpanan hasil
panen dan sebagainya. Bentuk ini jarang ditemui di Indonesia, umumnya terdapat di negara
yang pertaniannya sudah maju. Namun demikian, di daerah-daerah dengan kondisi geografis
tertentu, bentuk ini dapat dijumpai, misalnya daerah banjir yang memisahkan permukiman
satu sama lain, daerah dengan topografi kasar, sehingga rumah penduduk tersebar, serta
daerah yang kondisi air tanah dangkal sehingga memungkinkan rumah penduduk dapat
didirikan secara bebas.
3. Pola memanjang atau linier (line village community type); Pola memanjang memiliki ciri
permukiman berupa deretan memanjang di kiri kanan jalan atau sungai yang digunakan
untuk jalur transportasi, atau mengikuti garis pantai. Bentuk permukiman seperti ini dapat
dijumpai di dataran rendah. Pola atau bentuk ini terbentuk karena penduduk bermaksud
mendekati prasarana transportasi, atau untuk mendekati lokasi tempat bekerja seperti
nelayan di sepanjang pinggiran pantai.
4. Pola mengelilingi pusat fasilitas tertentu; Bentuk permukiman seperti ini umumnya
dapat ditemukan di daerah dataran rendah, yang di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas
umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
misalnya mata air, waduk dan fasilitas lainnya.
Pola Keruangan Kota
Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, seperti kegiatan ekonomi, pemerintahan,
kebudayaan, pendidikan dansebagainya. Kegiatan-kegiatan seperti ini umumnya dilakukan di
daerah inti kota (core of city), dan disebut Daerah Pusat Kegiatan (DPK), atau Central Business
Districts (CBD). DPK berkembang, terus meluas ke arah daerah di luarnya, terbentuk daerah
Selaput Inti Kota. Adanya berbagai kegiatan di pusat kota, akan menimbulkan adanya
pengelompokan (segregasi) dan penyebaran jenis-jenis kegiatan. Hal ini dipengaruhi oleh
bebrapa faktor, seperti:
Ketersediaan ruang dalam kota;

1. Jenis-jenis kebutuhan warga kota;


2. Tingkat teknologi yang ada;
3. Perencanaan pembangunan perkotaan;
4. Faktor geografis setempat.
Mengingat kota yang mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan, maka penataan ruangnya
harus melalui perencanaan yang cermat, agar tidak menimbulkan permasalahan dikemudian
hari. Perencanaan penataan ruang perlu memper-hatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Aspek sosial seperti,kependudukan, sosial budaya, pendidikan, agama, status sosial, struktur
sosial masyarakat;
2. Aspek ekonomi seperti pendapatan per kapita, produksi, perdagangan, pertambangan dll;
3. Aspek fisik seperti relief, tanah dll.
Ketiga aspek ini penting untuk penyusunan master plan dan detail plan kota. Penataan ruang
kota yang baik perlu didasarkan pada kondisi fisik, pemerintah kota sebagai pengatur
kebijakan, dan tingkat perekonomian serta kebutuhan penduduk terhadap fasilitas yang
dibutuhkan penduduk kota. Fasilitas-fasilitas yang harus ada dalam tata ruang kota meliputi,
antara lain:

1. Untuk perkantoran, permukiman, pendidikan, pasar, pertokoan, rumah sakit, tempat


hiburan;
2. Untuk jalur-jalur jalan, baik jalur jalan di dalam kota maupun yang menghubungkannya
dengan wilayah lain di sekitar kota;
3. Taman kota, alun-alun, tempat olah raga, taman bermain untuk rekreasi keluarga;
4. Areal parkir yang memadai.
Perkembangan Desa
Perkembangan desa berdasarkan potensinya, desa dapat dikelompokkan menjadi:

1. Desa dengan potensi tinggi, yaitu desa yang memilki lahan pertanian yang subur, topografi
datar atau agak miring, dilengkapi dengan fasilitas irigasi teknis. Oleh karena itu desa seperti
ini mempunyai kemampuan besar untuk berkembang lebih lanjut;
2. Desa dengan potensi sedang, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian agak subur, irigasi
sebagian teknis, sebagian non teknis, topografi tidak rata. Hal ini mengakibatkan
perkembangan desa yang lambat;
3. Desa dengan potensi yang rendah, memiliki lahan pertanian yang tidak subur, topografi
berbukit, sumber air sulit diperoleh, pertanian tergantung pada curah hujan. Hal ini
merupakan penghambat, sehingga desa sulit berkembang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi maju mundurnya desa atau perkembangan desa,
antara lain:

1. Potensi desa yang mencakup potensi alami dan non alami;


2. Interaksi desa dengan kota;
3. Lokasi desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju.
Unsur-Unsur desa Sebagai daerah otonom desa memiliki beberapa unsur pembentuknya, yaitu:
1. Daerah, terdiri atas tanah-tanah yang produktif dannon produktif serta penggunaannya,
lokasi, luas, batas yang merupakan lingkungan geografis setempat. Wilayah desa umumnya
digunakan untuk permukiman, pekarangan dan lahan pertanian;
2. Penduduk meliputi jumlah,pertumbuhan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian;
3. Tata kehidupan, meliputi organisasi pemerintahan, organisasi sosial, adat istiadat, dan seluk
beluk kemasyarakatan yang terkait dengan desa tersebut.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit) yang tidak lepas satu sama
lain. Daerah menyediakan kemungkinan hidup. Penduduk dapat menggunakannya untuk
mempertahankan hidup.Sedang tata kehidupan, akan memberi jaminan ketenteraman dan
keserasian hidup bersama di desa.

Setiap desa mempunyai terbentuk oleh unsur-unsur desa, unsur desa inilah yang selanjutnya
akan menentukan potensi desa yang bersangkutan.Perkembangan suatu desa akan
dipengaruhi baik oleh unsur maupun potensi desa. Berdasarkan perkembangannya, desa dapat
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1. Desa tradisional, atau pra desa yaitu tipe desa pada masyarakat terasing yang seluruh
kehidupannya tergantung pada alamsekitarnya. Ketergantungan itu misalnya dalam hal cara
bercocok tanam, cara membuat rumah, pengolahanmakanan dan lain-lainnya. Pada desa
semacam ini penduduk cenderung tertutup, atau kurang komunikasi dengan pihak luar.
Sistem perhubungan dan komunikasi tidak berkembang. Contoh: Desa pada Suku Baduy.
2. Desaswadaya. merupakan tipe desa dengan ciri-ciri: (1) penduduk-nya jarang, masih terikat
pada adat istiadat; (2) lembaga sosialyang ada masih sederhana; (3) tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah, produktivitas tanah rendah; (4) kegiatan penduduk dipengaruhi
oleh keadaan alam; (5) topografi berupa pegunungan atau perbukitan; (6) lokasi terpencil;
(7) mayoritas penduduk sebagai petani; (8) kegiatan ekonomi masyarakat bersifat
subsisten; (9) masyarakt juga tertutup terhadap pihak luar, sehingga sistem perhubungan
dan transportasi kurang berkembang.
3. Desa swakarya adalah desa yang sudah lebih berkembang maju, dengan ciri-ciri: (1) adat
istiadat mengalami perubahan, pengaruh dari luar mulai masuk sehingga masyarakatnya
mengalami perubahan caraberpikir; (2) mata pencaharian mengalami diversivikasi; (3)
lapangan kerja bertambah sehingga produktivitas meningkat; (3) gotong royong lebih
efektif; (4) pemerintah desa berkembang baik; (5) masyarakat desa mampu
meningkatkankehidupannya dengan hasil kerjanya sendiri; (6) bantuan pemerintah hanya
sebagai stimulan saja.
4. Desa swasembada adalah desa yang telah maju, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
Ikatan adat istiadat yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi sudah tidak berpengaruh
terhadap masyarakat; (2) Lokasi desa swasembada biasanya dekat dengan kota kecamatan,
kota kabupaten, kota provinsi, yang tidak masuk wilayah kelurahan; (3) semua keperluan
hidup pokok dapat disediakandesa sendiri; (4) alat teknis yang digunakan untuk memenuhi
keperluan hidup lebih modern; (5) lembaga sosial ekonomi dan budaya sudah dapat
menjaga kelangsungan hidup penduduknya; (6) mata pencaharian penduduk beragam,
perdagangan dan jasa sudah berkembang; (7) pendidikan dan keterampilan penduduk
sudah tinggi; (8) hubungan dengan daerah sekitarnya berjalan lancar; (9) kesadaran
penduduk mengenai kesehatan tinggi; (10) gotong royong masyarakat tinggi.
Teori-teori Perkembangan Kota
Lewis Mumford dalam Rahardjo (1982:1) mengklasifikasi kota berdasarkan tingkat
perkembangannya sebagai berikut:

1. Tahap neopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang dan sudah diatur ke kehidupan kota;
2. Tahap polis, kota yang masih memiliki ciri kehidupan agraris,sebagai pusat keagamaan dan
pemerintahan;
3. Tahap metropolis, yaitu kota besar, kota induk yang perekonomiannya sudah mengarah ke
sektor industri;
4. Tahap megalopolis, wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis yang
berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar dan telah
mencapai tingkat tertinggi;
5. Tahap tiranopolis, kota yang sudah mengalami kemerosotan moral dan akhlak manusianya,
diliputi oleh kerawanan sosial dan sulit dikendalikan, misalnya angka kriminalitas yang
tinggi, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan;
6. Tahap nekropolis, kota yang kehidupannya mulai sepi, menuju kearah keruntuhan, bahkan
berkembang menjadi kota mati, kota yang sudah mengalami kehancuran peradabannya.
Santos merumuskan generasi kota berdasarkan empat periode dalam sejarah, yaitu sebagai
berikut:

1. Periode sebelum perdagangan dunia (sebelum abad ke-16).


2. Periode perdagangan dunia (sejak abad ke-16).
3. Masa revolusi industri dan pengangkutan (sejak tahun 1850).
4. Perode masa kini (setelah tahun 1945).
Teori Struktur Kota
Tori dasar analisis regional
Tori dasar analisis regional didasarkan atas pendekatan lokasi. Pola penyebaran penggunaan
lahan perkotaan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk kota yang memungkinkan.
Salim menyebutkan bahwa dalam mengungkapkan pola pembangunan kota terdapat lima
faktor yang berperan, yaitu penduduk, pertumbuhan industri, jasa, pendapatan dan simpul-
simpul aksesibilitas terhadap aktivitas ekonomi kota. Pada dasarnya kelima komponen ini
merupakan komponen sosial-ekonomi. Kota dapat ditinjau sebagai pola ruang terhadap aspek
kesempatan aktivitas sosial dan ekonomi. Pengukuran kesempatan akses diturunkan melalui
teori dasar gaya tarik menarik (gravitasi) dalam hukum fisika.

Modifikasi dari teori tarik menarik ini dilakukan terutama untuk memberikan gambaran
kondisi sosial terutama aspek kependudukan. Nilai potensi kesempatan aksesibilitas lokasi
terhadap aspek yang ditinjau dapat diformulasikan menjadi:

Teori Konsentris
Teori konsentris dikemukakan oleh Ernest W. Burgess. Menurut Burgess, di kota Chicago
terdapat lima buah lingkaran yang konsentris. Lingkaran-lingkaran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Daerah pusat perdagangan, terletak di pusat kota di mana ada pertokoan, perkantoran,
perhotelan, bioskop, dan gedung-gedung bertingkat.
2. Lingkaran transisi yang melingkari daerah pusat perdagangan. Di sini terdapat slum atau
tempat tinggal golongan migran, kelompokkelompok minoritas. Lingkungannya tidak sehat
dan terjadi banyak kejahatan. Keadaan yang buruk dalam lingkaran transisi ini tidak
disebabkan oleh penghuninya, melainkan oleh invasi dari daerah pusat perdagangan.
3. Lingkaran perumahan kaum buruh adalah lingkaran konsentris yang ketiga. Di sinilah
merupakan daerah pemukiman bagi penduduk yang kurang mampu yang kebanyakan
pindah dari lingkaran transisi.
4. Lingkaran perumahan yang lebih baik, di luar daerah pemukiman kaum buruh. Ini terdiri
atas rumah-rumah yang agak lebih baik untuk golongan menengah seperti pegawai,
pengusaha, dan seterusnya. Tingkat kehidupan di sini lebih tinggi dibandingkan daerah
perumahan kaum buruh. Di sini juga terdapat pusat pertokoan, gedung-gedung bioskop, dan
seterusnya dan juga makin banyak gedung perumahan rumah susun (flat).
5. Lingkaran perumahan mereka yang pulang pergi bekerja di kota (commuter). Daerah ini
merupakan wilayah lingkaran yang paling luar dan memiliki dua sifat. Bagian dalam
berbatasan dengan daerah orang-orang yang perumahannya lebih baik sedangkan bagian
luar tidak tertentu bentuknya. Ada kota-kota kecil yang hanya untuk tidur, ada kota-kota
satelit, dan juga desa-desa kecil.
Pada awalnya Burgess menganggap bahwa teori ini bisa berlaku untuk semua kota. Kemudian,
Burgess berpendapat teori ini hanya bisa diterapkan di kota-kota modern di Amerika,
walaupun terbuka kemungkinan untuk bisa diterapkan di kota lain. Hal yang sejak awal
menjadi perhatian dalam pengembangan teorinya adalah faktor topografi dan jalan-jalan
transportasi sehingga dianggap merupakan dua faktor yang mengganggu pola kota ideal ini.
Contohnya, Kota Chicago terletak di pantai danau Michigan sehingga polanya terbelah dua.

Teori Sektor

Teori sektor oleh Hommer Hoyt menyatakan bahwa struktur kota bukan merupakan lingkaran-
lingkaran konsentris, melainkan berupa sektor-sektor terpisah dari dalam ke luar. Hoyt bertitik
tolak dari anggapan bahwa industri mengambil peranan yang lebih penting dan cenderung
meluas di sepanjang jalan keluar dari pusat.

Teori Inti Ganda

Teori inti ganda dikemukakan oleh Harris and Ullman yang menegaskan bahwa sesunguhnya
kota seringkali mempunyai beberapa inti dan sering pula terletak di dekat pusat-pusat
kegiatan lain.

Pengembangan dari ketiga teori tersebut menghasilkan keterpaduan pola ruang Kota Chicago.
Berry and Rees telah menyusun sebuah pola ruang mengenai kota metropolitan Chicago yang
terpadu dan menunjukkan penerapan dari ketiga teori yang telah disebutkan.

Pola dan faktor-faktor interaksi desa dan kota


Interaksi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi sehingga
menghasilkan efek bagi kedua belah pihak. Hubungannya dengan desa dan kota, interaksi
kedua tempat ini dipengaruhi oleh munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
dari kedua tempat.

Pola interaksinya tidak hanya terbatas pada faktor ekonomi saja tetapi lebih dari itu pola
interaksinya berlangsung dalam seluruh aspek kehidupan. Selain itu, interaksi ini akan
memunculkan gerakan penduduk dari kedua tempat sebagai bentuk nyatanya. Pola pergerakan
penduduk dari desa ke kota atau sebaliknya dapat dengan mudah dipelajari melalui
pendekatan keilmuan geogafi. Karena pada dasarnya, pergerakan manusia tidak akan pernah
luas dari aspek keruangan yang di dalamnya terkandung berbagai unsur baik unsur fisik, sosial,
ekonomi, dan budaya.

Peristiwa yang Mempengaruhi Interaksi


Sehubungan dengan adanya pola hubungan ini, Ullman mengemukakan sedikitnya ada tiga
peristiwa yang mempengaruhi munculnya interaksi antardua wilayah, yaitu sebagai berikut.

Adanya Wilayah yang Saling Melengkapi


Adanya wilayah yang saling melengkapi dimungkinkan karena ketersediaan dan persebaran
sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia tidak merata di semua
tempat. Adakalanya di satu tempat terdapat sumber daya yang melimpah, sedangkan di tempat
lain kekurangan sumber daya.

Munculnya keadaan yang seperti ini memaksa kedua tempat untuk melakukan interaksi bagi
terpenuhinya kebutuhan yang tidak bisa hanya dipenuhi dari satu tempat. Contohnya,
Karawang sebagai salah satu pusat lumbung padi Jawa Barat dan Bekasi sebagai pusat industri.
Kedua tempat ini melakukan interaksi secara simultan bahkan mungkin saja bukan hanya di
antara kedua tempat tersebut tetapi sudah meluas interaksi nya ke daerah lain.

Munculnya Kesempatan untuk Berintervensi


Munculnya kesempatan untuk berintervensi dimungkinkan karena terdapat wilayah antara di
antara dua wilayah yang akan saling berinteraksi. Akibatnya, akan muncul persaingan di antara
dua wilayah.

Kemudahan Pemindahan dalam Ruang


Pada umumnya, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu tempat akan memilih
tempat-tempat yang memiliki berbagai kemudahan dalam pemenuhanannya. Salah satu faktor
pertimbangannya adalah jarak dan biaya pengangkutan.

Semakin mudah pengangkutannya dan jarak yang ditempuh, semakin dekat akan memperkuat
interaksi dua wilayah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa interaksi dua wilayah
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hukum gravitasi (gaya tarik menarik) dari ilmuwan fisika Sir
Issac Newton dapat dengan mudah di aplikasikan untuk meneliti seberapa kuat interaksi dua
wilayah. Melalui pendekatan geografi, hukum fisika tersebut dimodifikasi oleh W.J. Reilly yang
pada dasarnya memiliki tujuan sama yaitu mengukur kekuatan interaksi dua wilayah.

Reilly mengemukakan bahwa kekuatan interaksi dua atau lebih suatu wilayah dapat diukur
dengan memperhatikan jumlah penduduk dari setiap wilayah dan jarak mutlak di antara kedua
tempat tersebut. Secara matematis, Reilly menunjukannya dengan rumus sebagai berikut

Keterangan:

Oleh karena itu, untuk menerapkan konsep interaksi wilayah dengan menggunakan persamaan
Reilly harus terlebih dulu dicermati ketiga faktor tersebut. Adakalanya sebuah wilayah yang
jaraknya jauh memiliki nilai interaksi yang tinggi karena letaknya di daerah pedataran yang
dihubungkan oleh jalan yang bagus dan kemudahan sarana transportasi dibandingkan dengan
wilayah di dekatnya yang berjarak pendek tetapi akses untuk menuju ke wilayah tersebut agak
sulit.

Selain teori yang dikemukakan oleh Reilly tersebut, terdapat teori lain untuk mengukur
besarnya kekuatan interaksi dua wilayah, yaitu The Breaking Point Theory (Teori Titik
Henti). Secara garis besar, teori ini merupakan hasil modifikasi dari teori terdahulu dari Reilly.

Keterangan:

Teori ini memperkirakan garis batas sebuah lokasi yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan yang berbeda ukurannya dan perkiraan penempatan sebuah lokasi industri atau
penempatan tempat-tempat pelayanan sosial antardua wilayah sehingga mudah dijangkau oleh
dua wilayah.

Zone Interaksi Desa dan Kota


Interaksi antara desa dan kota menimbulkan pengaruh tertentu. Pengaruhnya akan tergantung
pada jarak ke pusat kota. makin jauh dari pusat kota, interaksi semakin lemah. Wilayah
interaksi ini akan membentuk lingkaran-lingkaran, dimulai dari pusat kota sampai kewilayah
desa. Zonezone interaksi desa dan kota oleh Bintarto (1983:66) dijelaskan sebagai berikut:
1. City dimaksudkan sebagai pusat kota;
2. Suburban (sub daerah perkotaan), suatu wilayah yang lokasinya dekat pusat atau inti kota,
dihuni oleh para penglaju;
3. Suburban fringe (jalur tepi sub wilayah perkotaan), suatu wilayah yang
melingkari suburban dan merupakan wilayah peralihan antara kota dan desa.
4. Urban fringe (jalur tepi wilayah perkotaan paling luar) yaitu semua wilayah batas luar kota
yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota;
5. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), merupakan wilayah yang terletak antara kota
dan desa, yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian
dan non pertanian;
6. Rural (wilayah desa), wilayah yang masih menitik beratkan pada kegiatan
pertanian.
Zone suburban, suburban fringe, urban fringe dan rural urban fringe merupa-kan wilayah yang
memiliki suasana kehidupan modern, sehingga dapat disebut perkotaan jalur-jalur yang
digambarkan tersebut merupakan gambaran yang ideal. Dalam kenyataannya jalur-jalur zone
interaksi desa dan kota tidak
selalu konsentris.

Usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota


Materi tentang pembangunan telah di bahas pada materi lalu. (Baca Materi 12.1) Juga sudah
dibahas strategi pembangunan dalam kerangka kewilayahan. Bahwa efek dari strategi pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi, dengan mengakumulasi pembangunan pada empat wilayah
pembangunan utama yakni: Medan, Jakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang, kemudian membagi
empat wilayah pembangunan utama menjadi 10 wilayah pembangunan, yang kesemuanya
merupakan kota-kota besar di Indonesia, berimbas pada belum meratanya hasil pembangunan
yang dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Faktor yang menyebabkan belum meratanya pembangunan
Faktor lain yang menyebabkan pembangunan belum merata di Indonesia antara lain:

1. Wilayah Indonesia begitu luas membuat perkembangan ekonomi tak merata sehingga ada
kesenjangan di setiap daerah;
2. Indonesia terdiri dari kepulauan yang sangat banyak sehingga proses pembangunan
terhambat oleh terpisahnya pulau-pulau tersebut sehingga pembangunan menjadi lambat
dan tidak efektif;
3. ketimpangan pembangunan infrastruktur;
4. ketimpangan kualitas SDM;
5. ketimpangan sumber energi yang masih terpusat di Jawa dan Sumatera;
6. banyaknya sumber daya alam yang belum tereksploitasi di daerah;
7. Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhan pembangunan.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan adalah arah
kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi ’inward
looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari
pembangunan negara;
8. Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhan pembangunan.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayahperbatasan adalah arah
kebijakan pembangunan kewilayahanyang selama ini cenderung berorientasi ’inward
looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari
pembangunan negara.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan desa
Lebih sempit pada permasalah pembangunan desa, pembangunan Desa umumnya berada pada
masalah sturktural dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi dalam upaya
pembanguna di Desa yaitu:

Masalah Sosial Budaya


1. Rendahnya tingkat pendidikan
2. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan
3. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan
Masalah ekonomi
1. Aktivitas pertanian rawan terhadap fluktuasi (instabilitas) harga
2. Kepemilikan lahan pertanian yang semakin sempit
Masalah Geografis
1. Tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap wilayah.
2. Letak desa yang sulit untuk dijangkau.
Pembanguanan Desa
Pembangunan masyarakat desa mengandung makna pendekatan kemasyaraatan, partisipasi
masyrakat dan pengorganisasian dan pelasanaannya berorientasi pada inisiatif dan daya kreasi
masyarakat (Swalem,1997). Pembangunan desa mempunyai pengertian yang lebih luas di
dalamnya pengertian pembangunan masyarakat desa, di mana terintegrasinya berbagai usaha
pemerintah dan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat yang mencakup beberapa aspek (Amrullah, 1983).

Pengertian pembangunan desa juga dapat dilihat dari berbagai segi (Zein, 1983; Suwignyo,
1985; Sarmato, 1985; Arkanudin,1995), yaitu: (1) Pembangunan desa sebagai suatu “Proses”,
yaitu merupakan suatu perubahan dari cara hidup tradisional masyarakat pedesaan menuju
cara hidup yang lebih maju. Dalam pada ini pembangunan desa lebih di tekankan pada aspek
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik yang menyangkt segi-segi sosial,
ekonomi maupun psykologis; (2) Pembangunan desa sebagai suatu “Metode”, yaiyu
mengusahakan agar masyarakat berkemampuan dalam membangun diri mereka sendiri sesuai
dengan kemampuan dari sumber-sumber yang mereka miliki.

Jadi pembangunan desa di sini lebih ditekan pada cara-cara untuk mencapai atau mewujudkan
tujuan-tujuan pembangunan; (3) Pembangunan desa sebagai suatu “ Program”, yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, lahir dan bathin. Pembangunan desa
di sini lebih ditekankan kepada bidang kegiatan pemerintah dalam pelayanan terhadap
masyarakat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, koperasi, keluaga
berencana dan transmigrasi dan lain-lain; (4) Pembangunan desa sebagai suatu “Gerakan”,
yaitu yang tekanannya lebih diarahkan untuk menunjukkan masyarakat secara terkoordinir
dan terarah sesuai dengan cita-cita nasional kita, yaitu terwujudnya “masyarakat Pancasila”
yang kita inginkan bersama. Jadi penekanan pembangunan desa di sini adalah dalam kerangka
ideologis yang mendasar yang mengarahkan proses, metoda dan program pembangunan desa.
Senada dengan itu, Islamy, (1992) juga menyatakan bahwa pembangunan desa pada
khakekatnya merupakan kegiatan terencana mengandung tiga unsur pokok, yakni metode,
proses dan tujuan. Metode pembangunan desa yang baik harus melibatkan seluruh anggota
masyarakat dan menyangkut kegiatan yang berkaitan langsung dengan kepentingan sosio-
ekonomis mereka. Sebagai proses, pembangunan desa merupakan proses transformasi budaya
yang diawali dengan kehidupan tradisional yang mengandalkan kebiasaan-kebioasaan turun
temurun untuk diubah menjadi masyarakat modern yang mendasarkan kemajuan hidup pada
kesediaan menerima ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta sebagai tujuan, pembangunan desa
bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup, menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi
pengembangan mata pencaharian, serta mengusahakan terciptanya prasarana fisik dan
pelayanan sosial yang sama dengan daerah perkotaan.

Pasal 78, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG


DESA, menjelaskan bahwa:

1. Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas


hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
2. Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan
keadilan sosial.
Sebagai upaya pemerataan pembangunan desa dan kota, dilakukan upaya percepatan dengan
digelontorkannya dana desa sebagai stimulan bagi pembangunan desa. Desa diberikan
kewenangan penuh untuk mengelola anggaran dana desa yang bersumber dari APBN dengan
terbitnya PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2017.

Pasal 5 Menyebutkan bahwa dana Desa digunakan untuk membiayai pembangunan Desa yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, peningkatan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan dengan prioritas penggunaan Dana Desa diarahkan
untuk pelaksanaan program dan kegiatan Pembangunan Desa, yang meliputi antara lain:

a. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana dasar untuk


pemenuhan kebutuhan: 1. lingkungan pemukiman; 2. transportasi; 3. energi; dan 4.
informasi dan komunikasi.
b. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan
sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan: 1. kesehatan masyarakat; dan 2. pendidikan dan
kebudayaan.
c. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana ekonomi
untuk mewujudkan Lumbung Ekonomi Desa yang meliputi: 1. usaha ekonomi pertanian
berskala produktif untuk ketahanan pangan; 2. usaha ekonomi pertanian berskala produktif
yang difokuskan pada kebijakan satu Desa satu produk unggulan yang meliputi aspek
produksi, distribusi dan pemasaran; dan 3. usaha ekonomi berskala produktif lainnya yang
difokuskan pada kebijakan satu Desa satu produk unggulan yang meliputi aspek produksi,
distribusi dan pemasaran.
d. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan
untuk pemenuhan kebutuhan: 1. kesiapsiagaan menghadapi bencana alam; 2. penanganan
bencana alam; 3. penanganan kejadian luar biasa lainnya; dan 4. pelestarian lingkungan
hidup.
e. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya yang
sesuai dengan kebutuhan Desa dan ditetapkan dalam Musyawarah Desa.
Dampak perkembangan kota terhadap masyarakat
desa dan kota
Perkembangan Kota
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan proses
berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas,
yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem
ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang
meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu
keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan
perekonomian dari primer ke sekunder atau tersier.

Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan
aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam
dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997). Istilah perkembangan kota (urban
development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut
segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial
ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijakan ekonomi. Hal ini
disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya adalah wujud fisik perkembangan
ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa
cenderung untuk berlokasi di kota-kota karena faktor urbanization economics yang diartikan
sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar,
tenaga kerja ahli, dan sebagainya.

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), bermakna perubahan yang
dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut,
dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari
ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi
teraglomerasi secara luas, dan seterusnya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai perkembangan kota yang
paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-kota. Menurut Teori Central Place
seperti yang dikemukakan oleh Christaller (dalam Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang
sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya.
Teori Urban Base juga menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya
dalam menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-batas
kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung mengembangkan
pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan pula perkembangan industri-
industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang
memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong pertambahan pendapatan kota
lebih lanjut (Hendarto, 1997).

Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota, yaitu:

1. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena


pertambahan alami maupun karena migrasi.
2. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
3. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat
akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.
Klasifikasi atas dasar kenampakan fisiknya menurut Houston J.M. didasarkan pada suatu
asumsi bahwa pertumbuhan suatu kota secara kronologis akan tercermin dalam
perkembangan fisiknya. Klasifikasi kota atas dasar karakteristik pertumbuhan fisiknya sebagai
berikut:

Stadium pembentukan Inti Kota (Nuclear Phase)

 Stadium ini merupakan tahap pembentukan Central Business Distric (CBD). Pada masa ini
baru dirintis pembangunan gedung-gedung utama sebagai penggerak kegiatan yang dan
yang baru mulai meningkat;
 Pada saat ini daerah yang mula-mula terbentuk banyak ditandai dengan gedung-gedung
yang berumur tua, bentuk klasik serta pengelompokan fungsi kota yang termasuk penting;
 Pada taraf ini kenampakan kota akan berbentuk bulat karena masih taraf awal pembentukan
kota, maka kenampakan kota yang terbentuk hanya meliputi daerah yang sempit saja.
Stadium formatif (Formative Phase)

 Perkembangan industri dan teknologi mulai meluas termasuk sektor-sektor lain seperti;
transportasi dan komunikasi, pergadangan;
 Makin majunya sektor industri, transportasi dan perdagangan;
 mengakibatkan makin meluas dan kompleknya keadaan pabrik serta perumahan
masyarakat kota. Biasanya daerah ini terletak disepanjang jalur transportasi dan
komunikasi.
Stadium Modern (Modern Phase)

 Kenampakan kota pada saat ini tidak lagi sederhana seperti kenampakan pada tahap I atau
ke-2. Namun jauh lebih kompleks, bahkan mulai timbul gejala-gejala penggabungan dengan
pusat-pusat kegiatan yang lain, baik itu kota satelit maupun kota-kota lain yang berdekatan;
 Mulai saat ini usaha mengindetifiksi kenampakan kotanya mengalami kesulitan terutama
pada penentuan batas-batas fisik terluar dari kota yang bersangkutan;
 Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa persebaran pelayanan kota semakin meluas;
 Fungsi kota telah masuk ke daerah-daerah pedesaan di sekitarnya;
 Kota-kota besar di Indonesia mulai menunjukkan gejala- gejala tersebut. Hal ini telah
disadari oleh ahli-ahli perkotaan sehingga mulai dirumuskan suatu upaya pengembangan
wilayah kota yang meliputi kota-kota kecil disekitarnya. Seperti Konsep Jabotabek untuk
pengembangan wilayah kota Jakarta-Bogor-Tangerang-bekasi.
Dampak Bagi Masyarakat Kota
Bagi masyarakat perkotaan dampak perkembangan kota sesuai dengan tiga faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kota adalah:

Dampak secara kependudukan


Faktor utama terakumulasinya penduduk di perkotaan adalah migrasi. Rayuan kota sebagai
tempat mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak menjadi faktor utama orang
berpindah ke kota. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin besar menjadi persoalan
pada daya tampung kota, dampak lebih luas adalah pada semakin berkurangnya daya dukung
lingkungan.

Daya tampung kota terkait dengan perumahan menjadi persoalan besar bagi sebuah kota.
Persaingan yang keras untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak di perkotaan berdampak
pada semakin tingginya harga tanah, juga harga properti. Masyarakat yang beruntung dengan
penghasilan yang baik akan mendapatkan perumahan yang layak, sedang mereka yang
memiliki penghasilan pas-pasan dengan keterpaksaan menempati lokasi-lokasi yang tidak
layak. Bahkan beberapa kelompok masyarakat harus rela tinggal di tempat kumuh (slum).

Mobilitas penduduk kota yang tinggi, tentu harus didukung oleh sarana transportasi yang
cukup. Kemacetan adalah persoalan bagi banyak kota di dunia. Pertumbuhan kendaraan yang
pesat sulit untuk diikuti oleh pertumbuhan jalan, karena ruang kota relatif tetap, sedang
pertumbuhan kendaraan tidak terkontrol karena mekanisme pasar.

Daya dukung lingkungan kota semakin terdesak oleh pertumbuhan penduduk kota. Tingginya
aktivitas perkotaan menghasilkan polusi dan sampah yang tonasenya berskala raksasa.
Penurunan kualitas udara, degradasi air tanah, hilangnya ruang terbuka hijau, ini akan
berdampak pada menurunnya kesehatan masyarakat.

Dampak secara sosial ekonomi


Jumlah penduduk kota yang besar adalah pasar yang terbuka bagi siapa saja. Besarnya jumlah
penduduk akan seiring dengan demand (permintaan) yang besar. Pasar-pasar bertumbuh di
kota seiring pertumbuhan kebutuhan, dari pasar tradisional hingga pasar modern. Pasar-pasar
di kota juga cenderung terspesialisasi, yang dulunya menjual aneka jenis kebutuhan kini hanya
menjual barang jenis tertentu. Misalnya pusat-pusat elektronik, garmen, hingga pasar khusus
barang-barang antik.

Kota adalah peluang bagi siapa saja untuk mendapatkan keuntungan. Industrialisasi
mendorong spesialisasi berbagai sektor, jenis-jenis pekerjaan di kota semakin heterogen.
Sektor formal mulai dari kelas direktur, eksekutif perusahaan, hingga karyawan, pegawai
negeri sipil, militer, hingga birokrasi pemerintahan. Produsen, distributor, agen, penjual,
hingga pengasong. Sektor informal jaga tidak kalah besar menjadi ruang mata pencaharian
penduduk kota, buruh bangunan, kaki lima, hingga penjaga WC dapat menghidupi penduduk
kota.

Kota adalah ruang bebas bagi siapa saja untuk mendapatkan kesempatan dalam ekonomi.
Seperti kata pepatah, semakin dalam lautnya semakin besar ikan-ikannya, semakin luas
hutannya semakin buas binatang buasnya. Tidak hanya bentuk pekerjaan yang meningkat,
kriminalitas di kota juga semakin besar. Curanmor, narkotika, penjaja seks, dll.

Dampak secara sosial budaya


Kadang perkembangan kota lebih cepat berkembang dari pada sosial budaya masyarakatnya.
Budaya kota menuntut orang untuk lebih sadar tentang bagaimana berinteraksi dengan ruang
yang terbatas. Antar penduduk semakin tidak berjarak secara geografik. Orang yang tinggal di
kota belum mengerti bagaimana mengelola sampah, sehingga masih membuang sembarangan.
Mereka masih belum mengerti bagaimana sanitasi yang baik, sehingga tidak mencemari
sungai.

Corak budaya kota yang melekat seperti individualistis, tidak dibarengi dengan kesadaran
moralitas modern. Sehingga cenderung menjadi individualisme yang kebablasan. Norma-
norma hukum hanya ditakuti jika ada penegak hukum yang mengawasi, jika tidak ada penegak
hukumnya, Individualisme kota menjadi rima yang siap melahap siapa saja.

Kota seharusnya dapat menjadi melting pot. Ruang yang dapat membaurkan segala entitas
budaya siapa saja orang yang menjadi penduduk kota tersebut. Pada kenyataannya identitas
budaya dari daerah asal tidak dapat baur dalam budaya kota, bahkan lebih mengental dengan
munculnya aglomerasi-aglomerasi perkampungan beridentitas etnis. Kampung Cina, Kampung
Ambon, Makasar dan sebagainya.

Dampak Bagi Masyarakat Desa


Urbanisasi
Herlianto (1986) mendelaskan bahwa secara demografis, urbanisasi diartikan sebagai migrasi
atau perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan di dalam satu wilayah
negara. Namun secara sosiologis, urbanisasi merupakan perubahan atau peralihan dari pola
berpikir dan pola perilaku perdesaan (rural) menjadi pola berpikir dan pola perilaku
perkotaan (urban) (Soerjono Soekanto, 1978).
Dari aspek ekonomi, urbanisasi merupakan proses perubahan penduduk, proses produksi, dan
lingkungan sosio-politik-ekonomi perdesaan yang bersifat padat karya ke ekonomi kota yang
terkonsentrasikan dengan spesialisasi produksi, teknologi relatif tinggi dan penuh
kewiraswastaan (Sukanto Reksohadiprodjo dan A.R. Karseno, 1985).

Sumber:
Suparmi, POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA, LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 2012

Hartono, Geografi, Jelajah Bumi dan Alam Semesta, untuk Kelas XII, SMA dan MA, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Prof. Dr. H. Arkanudin, M.Si, STRATEGI DAN HAMBATAN STRUKTURAL DAN MORAL DALAM
PEMBANGUNAN DESA, http://prof-arkan.blogspot.co.id/2012/04/strategi-dan-hambatan-
struktural-dan.html

Materi 12.3 PEMANFAATAN PETA,


PENGINDRAAN JAUH, DAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Pada Materi Kelas 10 (Baca: Materi 10.2 PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN) telah di terangkan
dasar-dasar memahami peta, pengindraan jauh, dan sistem informasi geografi (SIG). Pada materi
kali ini akan dibahas lebih dalam dan lebih praktis tentang pemanfaatan peta, pengindraan jauh,
juga SIG sebagai basis analisis pada bidang tertentu. Peta dan pengindraan jauh pada bidang
transportasi dan tata guna lahan. SIG pada bidang potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.
Contents [hide]
 1 Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi dan tata guna
lahan
o 1.1 Jaringan Transportasi Dan Tata Guna Lahan
 1.1.1 Moda Transportasi
 1.1.2 Jaringan transportasi
o 1.2 Tata Guna Lahan
o 1.3 Karakteristik Citra Satelit
o 1.4 Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi
o 1.5 Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait tata guna lahan
 2 Analisis keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG) terkait potensi wilayah dan kesehatan
lingkungan
o 2.1 Potensi wilayah
 2.1.1 Jenis potensi wilayah:
o 2.2 Kesehatan Lingkungan
 2.2.1 Ruang lingkup kesehatan lingkungan
o 2.3 Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
o 2.4 Analisis Keruangan Pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Terkait Potensi Wilayah
 2.4.1 Proses Kerja SIG
 2.4.2 INPUT
 2.4.3 PROSES
 2.4.4 OUTPUT
o 2.5 Analisis Keruangan Pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Terkait Kesehatan Lingkungan
 2.5.1 INPUT
 2.5.2 PROSES
 2.5.3 OUTPUT
o 2.6 Bagikan ini:
o 2.7 Menyukai ini:

Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan


jauh terkait jaringan transportasi dan tata guna
lahan

PETA RENCANA KAWASAN BUDIDAYA, PROV. BANTEN


SUMBER: Bapeda Prov. Banten

Jaringan Transportasi Dan Tata Guna Lahan


Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh
negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan (urban) maupun transportasi antar
kota (regional). Terciptanya suatu sistem transportasi atau perhubungan yang menjamin
pergerakan manusia atau barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman
merupakan tujuan pembangunan di sektor perhubungan (transportasi).
Istilah tata-guna lahan (land use) berawal dari ilmu ekonomi pertanian. Istilah ini mengacu
pada sebidang lahan dan manfaat ekonomi yang dimiliki oleh lahan tersebut- peternakan,
pembudidayaan tanaman, pertambangan, atau pembangunan gedung.
Standar pembagian ruang dalam tata guna lahan biasanya mengacu ada zona. Pembagian
zona adalah peranti hukum yang tertua dan paling banyak digunakan untuk implementasi
rencana tata-guna lahan setempat. Pada dasarnya pembagian zona adalah suatu jaminan
bahwa tata-guna lahan dalam suatu unit geografis sesuai dengan zona lainnya.

Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap
membentuk satu land use transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan
baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi
yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya,
transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak ter
manfaatkan.
Konsep yang mendasari hubungan antara tata-guna lahan dan transportasi adalah
aksesibilitas. Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas berarti kemudahan melakukan
pergerakan di antara dua tempat. Aksesibilitas meningkat dari sisi waktu atau uang ketika
pergerakan menjadi lebih murah. Selain itu, kecenderungan untuk berinteraksi juga akan
meningkat ketika biaya pergerakan menurun.

Hubungan antara transportasi dan pengembangan lahan dapat dijelaskan dalam tiga
konteks, yaitu:

1. hubungan fisik dalam skala makro, yang memiliki pengaruh jangka panjang dan umumnya
dianggap sebagai bagian dari proses perencanaan;
2. hubungan fisik dalam skala mikro, yang memiliki pengaruh jangka-pendek dan jangka-panjang
dan umumnya dianggap sebagai masalah desain wilayah perkotaan (sering kali pada skala
lokasi-lokasi atau fasilitas-fasilitas tertentu);
3. hubungan proses, yang berhubungan dengan aspek hukum, administrasi, keuangan, dan aspek-
aspek institusional tentang pengaturan lahan dan pengembangan transportasi.
Jaringan jalan terdiri dari banyak jalan terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal,
yang membentuk suatu sistem jaringan jalan secara keseluruhan. Jaringan jalan memiliki
fungsi yang sangat penting dalam meningkatkan kelancaran pelayanan transportasi dari
berbagai tempat asal menuju ke berbagai tempat tujuan yang tersebar di berbagai pelosok
wilayah.

Pola jaringan transportasi yang serasi dengan kebutuhan pelayanan pergerakan lalu lintas
manusia dan barang secara berkapasitas, akan mampu memenuhi penyelenggaraan
pelayanan transportasi secara kesisteman, bertujuan meningkatkan kelancaran lalu lintas,
membantu mewujudkan sistem logistik nasional secara mantap, mendorong
pengembangan wilayah, dan memperkukuh kehidupan masyarakat dalam kerangka
perwujudan Wawasan Nusantara.

Penyusunan jaringan transportasi yang mantap harus memperhatikan dan


memperhitungkan banyak aspek, misalnya:
1. distribusi penduduk dan kegiatan pembangunan sektoral yang tersebar di berbagai daerah;
2. rencana pemanfaatan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan;
3. kebutuhan jasa transportasi antar wilayah dan pusat kegiatan (kota);
4. penyediaan jumlah dan kapasitas sarana transportasi;
5. karakteristik dan klasifikasi jaringan jalan menurut fungsinya (jalan arteri, kolektor dan lokal);
dan
6. strategi kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional dan regional.
Perencanaan pembangunan jaringan transportasi bersifat dinamis dan antisipatif ke depan,
melibatkan peran serta berbagai instansi yang terkait.

Mengingat sangat pentingnya peranan dan fungsi jaringan transportasi (jalan) dalam
menunjang pergerakan lalu lintas manusia dan barang serta pembangunan secara efektif
dan efisien, maka perlu dilakukan perencanaan dan analisis konseptual
dan theoretical secara reliable dan implementable.
Fungsi sektor transportasi sangat penting dalam pembangunan, yaitu:

1. sebagai penunjang terhadap peningkatan kegiatan pada sektor-sektor lain, dan


2. sebagai pendorong untuk membuka kuterisolasikan daerah-daerah.
Transportasi merupakan kekuatan yang membentuk wajah dan perkembangan suatu
daerah atau wilayah dalam jangka panjang mendatang (transportation as the formative
power).
Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada terwujudnya Sistem Transportasi
Nasional (SISTRANAS) yang handal dan berkemampuan tinggi dan diselenggarakan
secara efektif dan efisien. Dalam PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM.
49 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS),
dijelaskan bahwa:

Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari
transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi
penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-
masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan
dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau
barang, yang terus berkembang secara dinamis.

Sistem Transportasi Nasional diarahkan pada terwujudnya keseimbangan antara


permintaan jasa transportasi dan tersedianya kapasitas fasilitas transportasi. Untuk itu
diperlukan perencanaan pembangunan transportasi yang komprehensif, lintas sektoral dan
lintas regional, serta bersifat jangka panjang. Peramalan permintaan jasa transportasi
digunakan untuk menghitung pertumbuhan kegiatan ekonomi dan peningkatan permintaan
jasa transportasi masa depan, yang harus diikuti oleh pertumbuhan dalam penyediaan
kapasitas fasilitas transportasi agar supaya pelayanan transportasi terselenggara secara
lancar, aman dan terjangkau.

Strategi perencanaan pembangunan investasi transportasi dapat dilakukan mendahului


permintaan (demand follows supply) yang bersifat keperintisan, untuk membuka daerah
terisolasi. Sebaliknya, adalah strategi supply follows demand dilakukan untuk daerah-daerah
yang sudah tersedia permintaan jasa transportasi. Kedua strategi perencanaan
pembangunan tersebut dapat dianalogikan dengan semboyan dalam bidang pelayanan,
yaitu (1) trade follows ship, dan (2) ship follows trade.
Moda Transportasi
Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi jalan, kereta api, sungai dan
danau, penyeberangan, laut, udara, dan pipa. Masing-masing moda memiliki karakteristik
teknis yang berbeda, pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah
layanan.

Moda transportasi jalan mempunyai karakteristik utama yakni fleksibel, dan mampu
memberikan pelayanan dari pintu ke pintu.
Moda transportasi kereta api memiliki keunggulan yaitu daya angkut tinggi, polusi rendah,
keselamatan tinggi, dan hemat bahan bakar.
Moda transportasi sungai dan danau mempunyai karakteristik kecepatan rendah dan
murah dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi penyeberangan mempunyai karakteristik mampu mengangkut
penumpang dan kendaraan dalam jumlah besar serta kecepatan relatif rendah dengan
tingkat polusi rendah.
Moda transportasi laut mempunyai karakteristik mampu mengangkut penumpang dan
barang dalam jumlah besar, kecepatan rendah dan jarak jauh dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan tinggi dan dapat melakukan
penetrasi sampai ke seluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi lain.
Moda transportasi pipa tidak digunakan untuk transportasi umum, sifat pelayanannya
terbatas hanya untuk angkutan komoditas curah cair dan gas, dengan sifat pergerakan
hanya satu arah.
Jaringan transportasi
Jaringan transportasi terdiri dari jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Jaringan
prasarana terdiri dari simpul dan ruang lalu lintas. Keterpaduan jaringan prasarana moda-
moda transportasi mendukung penyelenggaraan transportasi antarmoda atau multimoda
dalam penyediaan pelayanan angkutan yang berkesinambungan. Simpul transportasi
merupakan media alih muat yang mempunyai peran yang sangat penting dalam
mewujudkan keterpaduan dan kesinambungan pelayanan angkutan. Jaringan pelayanan
transportasi antarmoda atau multimoda meliputi pelayanan angkutan penumpang dan atau
barang.

Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul, yang berwujud terminal
penumpang dan terminal barang, dan ruang lalu lintas yang berupa ruas jalan yang
ditentukan hirarkinya menurut peranannya. Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan
primer terdiri dari:
1. jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional, atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
2. jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan wilayah, atau
menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal;
3. jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat
kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, dan antarpusat kegiatan lingkungan;
4. jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan
dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, atau antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan PKL, antar-PKL, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antarpermukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Jalan juga dibagi dalam beberapa kelas didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan
moda transportasi yang sesuai karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi
kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor, serta konstruksi jalan.
Pembagian kelas jalan dimaksud, meliputi jalan kelas I, kelas II, kelas III A, kelas III B, dan
kelas III C.

Jenis
Spesifikasi
Jalan

Jalan Jalan kelas I adalah jalan arteri yang dapat dilalui


Kelas I kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

Jalan Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat dilalui


Kelas kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
II lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 10 ton.
Jenis
Spesifikasi
Jalan

Jalan "Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang
Kelas dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
III A dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton."

Jalan Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat dilalui
Kelas kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
III B lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 8 ton.

Jalan Jalan kelas IIIC adalah jalan lokasi yang dapat dilalui
Kelas kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
III C lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 9.000 milimeter, dan sumbu muatan
terberat yang diizinkan 8 ton.
Sumber: BPS DKI Jakarta

Jaringan pelayanan angkutan umum meliputi pelayanan angkutan orang dan atau barang.
Jaringan prasarana transportasi kereta api terdiri dari simpul yang berwujud stasiun, dan
ruang lalu lintas yang berupa jalur kereta api.
Jaringan pelayanan transportasi kereta api meliputi jaringan pelayanan angkutan orang
dan atau barang.
Jaringan prasarana transportasi sungai dan danau terdiri dari simpul yang berwujud
pelabuhan sungai dan danau, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Jaringan
pelayanan transportasi sungai dan danau meliputi jaringan pelayanan angkutan orang dan
atau barang.
Jaringan prasarana transportasi penyeberangan terdiri dari simpul yang berwujud
pelabuhan penyeberangan, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan.
Jaringan pelayanan transportasi penyeberangan disebut lintas penyeberangan.
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan laut, dan
ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Jaringan pelayanan transportasi laut
dibedakan menurut hirarki dan sifat pelayanannya.
Jaringan prasarana transportasi udara terdiri dari bandar udara sebagai simpul, dan
ruang lalu-lintas udara. Jaringan pelayanan transportasi udara terdiri dari rute penerbangan
dalam negeri dan rute penerbangan luar negeri.
Jaringan transportasi pipa terdiri dari jaringan utama, jaringan pengumpan, dan jaringan
distribusi. Jaringan transportasi pipa dibangun oleh industri tertentu sebagai alat
transportasi yang penggunaannya khusus untuk kepentingan industri tersebut. Jaringan
transportasi pipa tidak dapat dipisahkan antara jaringan prasarana dan jaringan
pelayanannya.
Tata Guna Lahan
Kaiser et al (1995: 196) menguraikan beberapa perspektif yang harus diperhatikan dalam
memahami penggunaan lahan (land use), antara lain:
1. Lahan adalah ruang fungsional yang diperuntukkan untuk mewadahi beragam
penggunaan. Dalam perspektif ini lahan mengakomodasi pertumbuhan kawasan yang
didorong oleh pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi. Meningkatnya jumlah penduduk
dan ekspansi ekonomi meningkatkan kompleksitas fungsi kawasan, sebagai contoh: kawasan
pedesaan dengan penduduk relatif sedikit hanya didominasi kegiatan agraria dan beberapa
fungsi pendukung agraria (koperasi, perdagangan bibit dan obat-obatan, dan lain-lain) serta
fungsi pendukung permukiman (puskesmas, sekolah dasar sampai menengah, dan lain
sebagainya) Bandingkan dengan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan jasa,
dimana pada kawasan ini populasi penduduk sangat tinggi yang mendorong efisiensi
penggunaan lahan untuk bermacam kegiatan ekonomi. Kegiatan agraria yang membutuhkan
lahan luas semakin sedikit (bahkan mungkin tidak ada), digantikan oleh kawasan industri,
pusat-pusat perdagangan, pendidikan dan perkotoran yang cakupan layanan (operasinya)
membawahi beberapa desa di sekitarnya. Dengan demikian, kawasan perkotaan memiliki
kompleksitas yang lebih tinggi daripada desa dimana ada beberapa fungsi pendukung
kehidupan masyarakat pedesaan juga ditempatkan di kawasan perkotaan, seperti perguruan
tinggi, rumah sakit, dan lain sebagainya. Pelayanan fasilitas umum kawasan perkotaan secara
hirarkis dapat dipelajari dari SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan.
2. Lahan sebagai setting dari sistem aktivitas. Kompleksitas fungsi kawasan sebagaimana
dijelaskan di atas terjadi karena adanya sistem aktivitas yang menggambarkan pola kegiatan
penghuni kawasan dalam menjalankan urusan hariannya. Disebut sistem karena ada pola
saling keterhubungan antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainnya yang kemudian
memicu timbulnya aktivitas pergerakan. Sebagai contoh: lahan dengan fungsi perumahan
memiliki interaksi yang tinggi dengan lahan dengan fungsi pendidikan, kesehatan,
perdagangan dan fungsi jasa (perkantoran). Hal ini disebabkan kawasan perumahan yang
mendukung pemenuhan kebutuhan berhuni harus didukung oleh kawasan-kawasan yang
mendukung penduduk untuk memenuhi kebutuhan harian yaitu membeli barang-barang
kebutuhan rumah tangga, menjalankan profesi, kesehatan serta kegiatan pendukung lainnya
(misalnya rekreasi, dan lain sebagainya). Dalam menjalankan kegiatan harian, warga tentu
melakukan kegiatan “ulang alik” dari tempat berhuni ke kawasan-kawasan lainnya yang sudah
tentu memicu adanya aktivitas pergerakan yang harus didukung oleh sistem transportasi.
Beban yang ditanggung oleh sistem transportasi ini ditentukan oleh volume pergerakan, waktu
terjadinya pergerakan, jarak dan ketersediaan infrastruktur. Seluruh aktivitas sebagaimana
dijelaskan dalam contoh ini membentuk hubungan yang saling bergantung sama lain yang
disebut sistem aktivitas.
3. Lahan adalah komoditas. Penggunaan lahan harus memperhatikan kemampuan fisik alamiah
dan daya dukungnya. Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bermukim dan
ekonomi, seperti kawasan pegunungan dan sempadan sungai yang harus dijaga sebagai
kawasan lindung. Ada seperangkat persyaratan yang harus dipenuhi agar lahan dapat
dinyatakan kelayakannya sebagai wadah kegiatan yang secara mendasar dapat dipelajari dari
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang.
4. Lahan sebagai sumber daya citra dan estetika kawasan. Selain aspek fungsional dan aspek
ekonomi, lahan juga memiliki aspek estetika. Aspek ini penting dalam memberi kualitas
lingkungan yang mendukung kegiatan rekreatif. Lahan yang memenuhi aspek ini akan memiliki
nilai guna lahan yang cocok untuk kegiatan wisata, pendidikan dan hunian.
Penggunaan lahan perlu meninjau potensi alamiah yang dimiliki kawasan tersebut.
Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik
dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
menetapkan ada 4 komponen fisik utama yang harus diperhatikan, antara lain klimatologi,
topografi, hidrologi dan geologi serta beberapa komponen tambahan antara lain sumber
daya mineral/bahan galian, bencana alam dan penggunaan lahan. Secara teknis,
komponen-komponen tersebut berupa data spasial berbentuk peta digital yang dianalisis
mempergunakan teknik overlay dibantu perangkat analisis spasial seperti ArcGIS, ArcVIEW
atau Map Info, atau Sofewere lainnya. Ada beberapa komponen analisis yang harus
dipahami untuk dapat merencanakan penggunaan lahan, antara lain:
1. Kemampuan lahan. Analisis ini pada prinsipnya untuk mengidentifikasi potensi tanah secara
umum dengan cara mengklasifikasikan lahan berdasarkan faktor pembatas ke dalam beberapa
kelas kemampuan. Sadyohutomo (2006: 28) menguraikan lahan dapat dibagi ke dalam 8 kelas
kemampuan dimana kelas I adalah lahan dengan sedikit faktor pembatas yang artinya lahan
tersebut dapat dipergunakan untuk aktivitas budidaya secara lebih beragam
dan kelas VIII adalah lahan dengan faktor pembatas sangat tinggi sehingga tidak
memungkinkan untuk kegiatan budidaya (sebaiknya dipergunakan untuk fungsi lindung)
dengan demikian, pada prinsipnya analisis kemampuan lahan bertujuan untuk memetakan
lahan yang potensi untuk fungsi lindung dan budidaya.
2. Kesesuaian lahan. Analisis ini bertujuan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan terhadap
penggunaan tertentu dengan tingkat pengelolaan yang wajar. Lahan yang telah teridentifikasi
sebagai lahan dengan faktor pembatas sedikit kemudian dianalisis untuk ditemukan
kesesuaian penggunaannya berdasarkan kriteria tertentu. Kesesuaian penggunaan untuk padi
sawah tentu berbeda dengan kesesuaian penggunaan untuk industri dan lain sebagainya.
Kriteria-kriteria kesesuaian ini dapat dipelajari dari Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun
2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Peraturan Menteri PU nomor 41 tahun
2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
Kedua analisis di atas memberi output berupa peta sebaran kemampuan dan kesesuaian
lahan yang wajib dilakukan dalam proses awal perencanaan tata ruang.
Apabila analisis kemampuan dan kesesuaian fokus pada potensi fisik alamiah lahan,
analisis penting berikutnya adalah analisis daya dukung lahan yang fokus pada aspek
pemanfaatannya. Analisis ini memiliki asumsi dimana suatu populasi harus ditunjang oleh
sejumlah sumber daya dan kondisi lingkungan tertentu (Sadyohutomo, 2006: 37). Dengan
populasi sebagai titik berangkatnya, analisis ini cukup baik untuk memprediksi produktivitas
kegiatan budidaya pada masa yang akan datang dan bagaimana produktivitas ini mampu
mendukung populasi. Besaran daya dukung lahan ini sangat dipengaruhi oleh pola
pengelolaan sumber daya dan berkurangnya sumber daya sebagai akibat ekspansi
penduduk.

Peraturan Menteri PU nomor 41 tahun 2007 mengatur klasifikasi penggunaan lahan


menjadi dua kelompok besar, dengan penjelasan sebagai berikut:

Kawasan lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan lindung memiliki beberapa klasifikasi sebagaimana diuraikan dalam tabel di
bawah ini.

Klasifikasi Kawasan Lindung Sub - Klasifikasi

Kawasan yang memberi Hutan lindung


perlindungan bagi kawasan di
bawahnya

Kawasan bergambut

Kawasan resapan air

Kawasan suaka alam Kawasan cagar alam / cagar


bahari

Kawasan suaka margasatwa


/ suaka perikanan

Kawasan suaka alam laut


dan perairan lainnya

Kawasan peletarian alam Taman nasional / taman laut


nasional

Taman hutan raya

Taman wisata alam / wisata


laut

Kawasan cagar budaya dan


ilmu pengetahuan

Kawasan rawan bencana Kawasan rawan bencana


gempa bumi

Kawasan rawan bencana


gunung berapi

Kawasan rawan bencana


gerakan tanah

Kawasan rawan banjir

Kawasan perlindungan setempat Sempadan pantai

Sempadan sungai
Klasifikasi Kawasan Lindung Sub - Klasifikasi

Kawasan sekitar waduk dan


situ

Kawasan sekitar mata air

Ruang terbuka hijau dan


hutan kota

Kawasan perlindungan lainnya Taman buru

Daerah perlindungan laut


lokal

Kawasan perlindungan
plasma nutfah eks-situ

Kawasan pengungsian satwa

Kawasan pantai berhutan


bakau
Kawasan budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya dapat diuraikan dalam tabel berikut
ini.

Klasifikasi Kawasan
Sub - Klasifikasi
Budidaya

Kawasan hutan produksi Kawasan hutan produksi terbatas

Kawasan hutan produksi tetap

Kawasan hutan produksi

konversi Kawasan hutan rakyat

Kawasan pertanian Kawasan tanaman pangan lahan


basah

Kawasan tanaman pangan lahan


kering

Kawasan tanaman tahunan /


perkebunan
Klasifikasi Kawasan
Sub - Klasifikasi
Budidaya

Kawasan peternakan

Kawasan perikanan darat

Kawasan perikanan payau dan laut

Kawasan pertambangan Kawasan pertambangan

Kawasan budidaya lainnya Kawasan perindustrian

Kawasan pariwisata

Kawasan permukiman

Kawasan perdagangan dan jasa

Kawasan pemerintahan

Karakteristik Citra Satelit


Sebelum lebih jauh membahas tentang pengolahan peta dan citra pengindraan jauh
terlebih dahulu kita akan membahas jenis-jenis citra pengindraan jauh. Karena ada banyak
ragam citra satelit yang masing-masing memiliki keistimewaan. Tiap citra satelit memiliki
karakter yang berbeda-beda bergantung dari jenis sensor yang dibawanya, ketinggian
orbitnya, juga resolusinya. Sehingga kecocokan penggunaan bergantung dari karakter
tersebut.

Lansat
Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit pengindraan jauh yang dihasilkan
dari sistem pengindraan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap saluran
menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit landsat merupakan satelit dengan jenis
orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi
bumi dengan sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 Km dari permukaan
bumi. Luas liputan per scene 185 Km x 185 Km. Landsat mempunyai kemampuan untuk
meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit
705 Km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000). Fungsi dari satelit landsat adalah untuk
pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan
geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.

Satelit SPOT (systeme pour I’observation de la terre)


Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV (SPOT1,2,3,4) dan
HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 Km dengan sudut inklinasi 80
derajat. satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua
sensor identik yang disebut HRVIR (haute resolution visibel infrared). Masing-masing sensor
dapat diatur sumbu pengamatannya ke kiri dan keakanan memotong arah lintasan satelit
merekam sampai 7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk
akurasi monitoring bumi secara global.
Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton radiometer)
Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari VNIR,
SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunsynchronous yaitu orbit satelit yang
menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan pergerakan bumi
mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi
tertentu di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian
orbitnya 707 Km dengan sudut inklinasi 98,2 derajat.
Satelit QUICKBIRD
Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian
450 Km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik
dan multi spektral. Quickbird diluncurkan pada bulan Oktober 2001 di California, AS.
Quickbird memiliki empat saluran (band). Fungsi dari satelit QUICKBIRD adalah untuk
mendukung aplikasi kekotaan, pengenalan pola permukiman, perluasan daerah terbangun,
menyajikan variasi fenomena yang terkait dengan kota, dan untuk lahan pertanian, terkait
dengan umur, kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga sering kali dipakai
untuk menaksir tingkat produksi secara regional.

Satelit IKONOS
Ikonos adalah satelit resolusi spasial tinggi yang diluncurkan bulan September 1999.
merekam data multi spektral 4 kanal pada resolusi 4 m. Ketinggian orbitnya 681 Km. Citra
resolusi tinggi sangat cocok untuk analisis detail, misalnya wilayah perkotaan tapi tidak
efektif apabila digunakan untuk analisis yang bersifat regional. Fungsi dari satelit IKONOS
adalah untuk pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, menghasilkan peta
baru, memperbaharui peta topografi yang sudah ada, dan mengoptimalkan penggunaan
pupuk dan herbisida.

Satelit ALOS
Jepang menjadi salah satu negara yang paling inovatif dalam pengembangan teknologi
satelit pengindraan jarak jauh setelah diluncurkannya satelit ALOS (Advanced Land
Observing Satellite) pada tanggal 24 Januari 2006. ALOS adalah satelit pemantau
lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kartografi, observasi wilayah,
pemantauan bencana alam dan survei sumber daya alam.
Satelit GeoEye
GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya disponsori oleh Google
dan National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang diluncurkan pada 6 September
2008 dari Vandenberg Air Force Base, California, AS. Satelit ini mampu memetakan
gambar dengan resolusi gambar yang sangat tinggi dan merupakan satelit komersial
dengan pencitraan gambar tertinggi yang ada di orbit bumi saat ini.

Satelit WorldView
Satelit World View-2 adalah satelit generasi terbaru dari Digital globe yang diluncurkan
pada tanggal 8 Oktober 2009. Citra Satelit yang dihasilkan selain memiliki resolusi spasial
yang tinggi juga memiliki resolusi spektral yang lebih lengkap dibandingkan produk citra
sebelumnya. Resolusi spasial yang dimiliki citra satelit WorldView-2 ini lebih tinggi, yaitu :
0.46 m – 0.5 m untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multi spektral. Citra multi
spektral dari World View-2 ini memiliki jumlah band sebanyak 8 band, sehingga sangat
memadai bagi keperluan analisis-analisis spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)


Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik ”National Oceanicand
Atmospheric Administration” (NOAA) Amerika Serikat. Munculnya satelit ini untuk
menggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri TIROS (Television and Infra Red
Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan seri IOS (Infra Red Observation Sattelite,
tahun 1970-1976). Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 Km,
inklinasi sekitar 98,7 ° – 98,9 °, mempunyai kemampuan mengindra suatu daerah 2 x dalam
24 jam (sehari semalam).

Seri NOAA ini dilengkapi dengan 6 (enam) sensor utama, yaitu :

1. AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer);


2. TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde);
3. HIRS (High Resolution Infrared Sounder (bagian dari TOVS);
4. DCS (Data Collection System)
5. SEM (Space Environtment Monitor);
6. SARSAT (Search And Rescue Satelite System).
Satelit NOAA digunakan untuk membuat peta suhu permukaan laut (Sea Surface
Temperature Maps/SST Maps), memonitor iklim, studi El Nino, dan deteksi arus laut untuk
memandu kapal-kapal pada dasar laut dengan ikan berlimpah.

Terra
Terra adalah sebuah citra satelit yang merupakan sebuah spectrometer citra beresolusi
tinggi yang dapat mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari. Fungsi dari
citra satelit ini adalah untuk pengamatan vegetasi, radiasi permukaan bumi, pendeteksian
tutupan lahan, pendeteksian kebakaran hutan, dan pengukuran suhu permukaan bumi.

The Indian Remote Sensing (IRS)


IRS adalah sistem satelit untuk menyediakan informasi manajemen sumber daya alam
yang berharga. Fungsi dari citra satelit ini adalah untuk perencanaan perkotaan dan
manajemen bencana.

Meteosat
Meteosat adalah sebuah satelit geostasioner yang digunakan dalam program meteorologi
dunia. Mengamati fenomena yang relevan bagi ahli meteorologi.

Setelah mengenali beberapa karakteristik dari beragan citra satelit, dapat ditentukan citra
satelit yang sesuai untuk analisis jaringan transportasi dan tata guna lahan.

Sumber yang jaga memuat contoh gambar bisa dilihat di sini


Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh
terkait jaringan transportasi
Telah dibahas di atas bahwa kajian transportasi erat kaitannya dengan tata guna lahan.
Sehingga kajiannya cenderung akan tumpang tindih, atau boleh didefinisikan saling
melengkapi. Adanya jaringan transportasi akan mengubah bobot aksesibilitas suatu tempat,
aksesibilitas berpengaruh terhadap nilai dan penggunaan lahan.

Bahasan berikutnya adalah kajian tentang bagaimana citra dan peta dioleh untuk melihat
nilai aksesibilitas suatu sarana transportasi. Ini diambil dari Abstrak sebuah penelitian yang
berjudul Pemanfaatan Citra Ikonos Geo untuk kajian aksesibilitas fisik zona pemukiman
(Studi kasus di KP PBB Tangerang Satu) oleh: Sugeng Riyadi, Universitas Gajah Mada.
Hanya abstraknya saja. Dilengkapi beberapa catatan sebagai keterangan.

Perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan perubahan nilai tanah dan perubahan
klasifikasi pemukiman sehingga selalu di monitor oleh KP PBB dalam rangka
mengamankan rencana penerimaan. Banyaknya kegiatan survei lapangan untuk
menentukan klasifikasi nilai tanah di suatu wilayah merupakan salah satu kendala dalam
peningkatan rencana penerimaan dan pencapaian target penerimaan PBB, karena
memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Salah satu cara adalah penggunaan citra satelit dari berbagai waktu untuk monitoring
perubahan penggunaan lahan , klasifikasi pemukiman dan analisis perubahan NJOP.
Pemanfaatan citra IKONOS Geo, dalam penelitian ini, dijadikan alternatif kegiatan
pengumpulan data yang dibutuhkan dalam menentukan klasifikasi pemukiman atas dasar
aksesibilitasnya.

Penelitian secara garis besar dibagi ke dalam tiga tahap yaitu (1) tahap pengumpulan data
terdiri dari pengamatan kesesuaian citra IKONOS Geo dengan ketampakan sebenarnya di
lapangan dan uji peta hasil interpretasi.

Catatan: Satelit IKONOS merupakan satelit yang memiliki resolusi spasial yang tinggi yang
memproduksi citra 1 m hitam dan putih atau pankromatik dan citra 4 m red, green,
blue ,dan Near Infrared atau multi spektral. Kedua dari resolusi tersebut mampu di
kombinasikan dengan banyak cara untuk mengakomodasikan secara luas aplikasi citra yang
memiliki resolusi yang tinggi. Satelit IKONOS dilengkapi dengan Optical Sensor Assembly (OSA),
OSA yang terdapat pada satelit beresolusi tinggi ini di dasarkan pada prinsip pushbroom yang
mampu mengambil citra pankromatik dan citra multi spektral secara simultan. Berdasarkan
penelitian, IKONOS mampu mengirimkan resolusi spasial yang paling tinggi sejauh yang
mampu di capai oleh sebuah satelit sipil.
Biasanya citra satelit IKONOS diaplikasikan untuk pemetaan perkotaan dan pedesaan,
pemetaan perpajakan, konstruksi, pertambangan, sumber daya alam dan bencana alam,
analisis pertanian dan perhutanan serta deteksi perubahan lingkungan. Hal ini diterapkan
karena cakupan dan kedetailan dari citra satelit resolusi tinggi IKONOS ini hampir semua aspek
studi lingkungan mampu menghasilkan hasil yang cukup relevan. Tidak sedikit pula
perusahaan yang membeli IKONOS untuk memanfaatkan citra satelit IKONOS yang beresolusi
tinggi untuk kegunaan media industri dimana citra resolusi tinggi ini mampu memberikan
pandangan udara serta citra satelit untuk sekian banyak daerah di seluruh areal yang dicakup
oleh citra IKONOS ini.
Sumber baca di sini
(2) Tahap pengolahan data terdiri dari pengolahan citra, interpretasi citra IKONOS Geo,
delineasi batas administrasi kelurahan, pembuatan peta parameter aksesibilitas.

Catatan: delineasi batas administrasi kelurahan biasanya pada tahap ini dilakukan
proses cropping atau pemotongan citra berdasarkan wilayah studi area. Proses ini bertujuan
untuk memudahkan dalam proses analisis dengan memfokuskan wilayah yang diteliti dengan
menghilangkan beberapa area yang tidak digunakan dalam penelitian. Proses ini dilakukan
dengan menggabungkan antara data raster (data citra satelit) dengan data vektor yang
merupakan data administratif batas wilayah yang akan diteliti.
Catatan: Menurut Black (1981 dalam Tamin 2000) aksesibilitas adalah suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah
atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Salah satu variabel yang dapat
dinyatakan apakah tingkah aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya
sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang
tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas, sebaliknya semakin rendah
tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya
(Bintarto,1989).
(3) Tahap analisis data terdiri dari analisis spasial dan analisis statistik. (3a) Analisa spasial
digunakan untuk membuat peta-peta yang merupakan penentu klasifikasi pemukiman
berdasarkan aksesibilitasnya dengan menggunakan fasilitas buffer dan overlay. Pada tahap
ini juga dilakukan pengharkatan dan pembobotan semua parameter dan total nilai masing-
masing pemukiman dijadikan tiga kelas dengan hasil berupa peta klasifikasi pemukiman.

Catatan: Analisis spasial ialah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah fungsi
hitungan dan evaluasi logika matematis yang dilakukan terhadap data spasial dalam rangka
untuk mendapatkan ekstraksi, nilai tambah, atau informasi baru yang juga beraspek
spasial. Oleh karena luas lingkupnya, banyak bahasan yang dapat dicakup olehnya. Demikian
pula halnya dengan ArcGIS yang kaya akan fungsi-fungsi spasial. ArcGIS yang berbasis Desktop
memuat tool spatial analyst yang mana merupakan sebuah extention yang
menyediakan tools yang powerful dan lengkap bagi pemodelan dan analisis spasial yang
kebanyakan berbasiskan raster.
Analisis dalam SIG memiliki beberapa metode pendekatan. Ada dua metode pendekatan yang
secara umum digunakan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitaf. Pendekatan
kuantitatif memiliki tiga macam cara, yaitu secara binary, berjenjang, dan berjenjang
tertimbang. Penjelasan singkat mengenai metode pendekatan tersebut sebagai berikut:
1. Metode Kualitatif, Metode pendekatan kualitatif dapat diterapkan sebagai salah satu metode
analisis dalam Sistem Informasi geografis. Data yang dipergunakan merupakan data spasial
yang memiliki klasifikasi data yang sifatnya kualitatif. Contoh peta yang memiliki tingkatan
data kualitatif adalah peta penggunaan `lahan.
2. Metode Kuantitatif Binary, Pendekatan kuantitatif binary menggunakan operasi logika AND di
dalam algoritmanya, dengan demikian dalam pengharkatan terhadap parameter kelas yang
digunakan hanya ada dua kelas, yaitu nilai 1 (diterima) atau nilai 0 (tidak diterima), dengan
demikian pada setiap parameter yang digunakan dalam analisis harus dinilai terlebih dahulu
diterima atau tidak diterimanya suatu kelas parameter untuk maksud tujuan analisisnya.
3. Metode Kuantitatif Berjenjang, Pendekatan kuantitatif berjenjang ini memberikan nilai yang
sama untuk setiap komponen yang digunakan dalam analisisnya. Setiap komponen diberikan
harkat yang sama untuk analisisnya, dengan asumsi bahwa setiap komponen mempunyai
pengaruh yang sama pada objek yang dianalisis. Pendekatan tersebut memiliki faktor-faktor
pembatas pada setiap parameter yang menyusunnya. Pembatasnya tidak bersifat mutlak tetapi
berjenjang memiliki tingkatan-tingkatan kelas dan nilai masing-masing.
4. Metode Kuantitatif Berjenjang Tertimbang, Pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang ini
tetap memberikan nilai pengharkatan tetapi digunakan bobot yang berbeda pada setiap
variabel yang digunakan dalam analisisnya. Bobot variabel tersebut bergantung pada besar
kecilnya pengaruh variabel tersebut pada tema analisis yang menjadi tujuan akhir. Dengan
demikian pada metode ini memberikan asumsi bahwa setiap variabel memiliki pengaruh yang
berbeda pada tujuan objek yang dianalisis.
Sepertinya penelitian ini menggunakan metode ke-4
Sumber: baca di sini
(3b) Analisis statistik digunakan untuk mengukur sejauh mana pengaruh seluruh parameter
aksesibilitas terhadap NIR yang telah ditetapkan oleh KP PBB dengan menggunakan
analisis regresi linier. Koreksi geometrik dilakukan sebelum pemotongan citra dengan nilai
total RMS error adalah 0.2 dan nilai rata-rata RMS error untuk setiap titik sebesar 0.025,
memenuhi toleransi yang disarankan pada koreksi geometrik yakni ½ kali ukuran piksel ( ½
X 1 meter).

Catatan: parameter aksesibilitas,


Catatan: NIR = NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)
Catatan: Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Pelaksanaan uji peta atas hasil interpretasi dengan hasil survei lapangan memperoleh
ketelitian secara keseluruhan adalah 88%. Analisis daya tarik antara dua kawasan
dilakukan melalui Elwood’s Modification Model, diperoleh fakta bahwa kawasan stasiun
Plawad mempunyai daya tarik lebih kuat, yaitu 37,7 % lebih kuat dibandingkan stasiun
Tangerang Kota.
Catatan: Elwood’s Modification Model, Model ini merupakan modifikasi model dari Reilly’s
model. Asumsi-asumi: (1) Faktor utama yang menentukan atau mempengaruhi preferensi
konsumen terhadap pemilihan kota untuk berbelanja adalah luas pusat perbelanjaan (retail
space) dan waktu tempuh kendaraan. (2) Model ini menyatakan bahwa semakin besar dan luas
ruang pusat perbelanjaan dan semakin singkatnya waktu tempuh kendaraan, maka daya tarik
suatu pusat perbelanjaan akan semakin besar. (3) Model ini hanya digunakan untuk
menganalisis dua pusat perbelanjaan saja.
Sumber baca di sini
Berdasarkan hasil analisis spasial didapat 3 klas pemukiman berdasarkan aksesibilitasnya
dengan nilai tertinggi 68 sedangkan nilai terendahnya 27 . Uji koefisien determinasi (R²)
menunjukkan variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikatnya sebesar 97,9 %
sedangkan sisanya sebesar 2,1 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh
terkait tata guna lahan
Agar kerangka berpikir lebih runut dan lebih jelas pembahasan pada sub judul ini akan
menggunakan kerangka praksis, hasil olah citra pengindraan jauh yaitu citra landsat dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Gregorius Anung Hanindito, Eko Sediyono, dan Adi
Setiawan, dari Universitas Guna Darma dengan sedikit penambahan. Pada penelitian yang
berjudul “ANALISIS PANTAUAN DAN KLASIFIKASI CITRA DIGITAL PENGINDRAAN
JAUH DENGAN DATA SATELIT LANDASAT TM MELALUI TEKNIK SUPERVISED
CLASSIFICATION (STUDI KASUS KABUPATEN MINAHASA TENGGARA, PROVINSI
SULAWESI UTARA)”. Penelitian ini akan membimbing untuk memahami bagaimana
pengolahan peta dan cita pengindraan jauh untuk melihat penggunaan lahan (land use).
Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah berupa data sekunder berupa peta administrasi
berformat shapefile (SHP) untuk proses cropping(pemotongan) citra. Shapefile adalah format
data vektor geospasial yang populer untuk perangkat lunak sistem informasi geografis
(SIG). Data jumlah penduduk dan data hasil pertanian dari Biro Pusat Statistik, sebagai
data acuan keadaan wilayah suatu tempat.
Dan data cita yang digunakan adalah citra Landsat TM. data ini dianalisis menggunakan
teknik Supervised Classification, bertujuan untuk mengetahui pembagian klasifikasi kelas-
kelas unsur atau tipe penutup lahan seperti; perkotaan, tubuh air, lahan basah, dll.
sehingga melalui metode ini akan didapat bagaimana keadaan tipe-tipe penutup lahan yang
terdapat pada wilayah yang bersangkutan.
Lebih jelas tentang Ladsat TM: bisa dibaca di sini
Metode
Ada dua metode pengklasifikasian tutupan lahan pada citra dengan perangkat lunak
SIG, Supervised Classification, dan Unsupervised Classification. Pada klasifikasi tidak
terbimbing, proses pembentukan kelas–kelas sebagian besar dikerjakan oleh program
komputer yang terbentuk berdasarkan data itu sendiri. Klasifikasi tidak terbimbing ini hanya
sebagian kecil saja yang ditetapkan atau didesain oleh analis. Klasifikasi ini sering disebut
juga dengan clustering. Sedangkan klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan
dengan arahan analis (supervised). Kriteria pengelompokan kelas ditetapkan berdasarkan
penanda kelas yang diperoleh analis melalui pembuatan “training area”.
Proses
Konversi Citra. Citra satelit Landsat TM yang diunduh merupakan citra satelit yang terdiri
atas beberapa band hasil rekaman sensor satelit. citra tersebut masih berformat TIFF
(Tagged Image File Format, disingkat TIFF atau TIF, adalah format file komputer untuk
menyimpan gambar grafik raster) dan belum dapat dianalisis sehingga perlu dilakukan
konversi citra yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses penganalisisan, konversi
dilakukan dengan menggabungkan antara beberapa band citra dalam sebuah ketampakan
yang berformat ERS (File GIS dibuat oleh ER Mapper, aplikasi pengolah gambar yang
digunakan untuk menganalisis gambar geospasial; berisi teks ASCII sederhana yang
menggambarkan data raster dalam file terpisah yang memiliki awalan nama file yang sama
tetapi tidak ada ekstensi yang digunakan untuk menyimpan dataset mentah dan yang
diproses).
Berikut ini merupakan tingkatan band yang terdapat pada sistem pengindraan jauh:

1. Band 1 (biru), band ini sering digunakan untuk mengamati unsur-unsur aquatic ecosystem;
2. Band 2 (hijau), kualitas dari band ini tidak jauh berbeda dengan band 1, dan band ini sering
dipergunakan untuk mengamati kehijauan vegetasi;
3. Band 3 (merah), Karena vegetasi menyerap semua cahaya merah, maka band ini dipergunakan
untuk membedakan vegetasi dan tanah, dan juga dipergunakan untuk memonitor kesehatan
vegetasi;
4. Band 4 (near infrared), pada dasarnya air akan menyerap hampir semua radiasi
elektromagnetik, maka unsur air akan tampak sangat gelap;
5. Band 5 (SWIR), Band ini bersifat sensitif terhadap kelembaban, sehingga band ini dapat
digunakan untuk memonitor kelembaban tanah dan vegetasi;
6. Band 6 (LWIR, Thermal Infrared), band ini merupakan band thermal, yang berarti band ini
digunakan untuk mengukur suhu permukaan. Selain itu band ini juga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan aplikasi geologi, tekanan suhu tumbuhan, serta membedakan unsur
awan dan tanah yang ketampakannya cukup terang;
7. Band 7 (SWIR), Berguna untuk pengenalan terhadap mineral dan jenis batuan, juga sensitif
terhadap kelembaban tumbuhan.
Cropping Citra. Pada tahap ini dilakukan proses cropping atau pemotongan citra
berdasarkan wilayah studi area. Proses ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses
analisis dengan memfokuskan wilayah yang diteliti dengan menghilangkan beberapa area
yang tidak digunakan dalam penelitian. Proses ini dilakukan dengan menggabungkan
antara data raster (data citra satelit) dengan data vektor yang merupakan data administratif
batas wilayah yang akan diteliti.
Peningkatan Kontras Citra. Proses ini dilakukan agar mendapatkan citra yang baik dengan
kualitas warna yang sesuai dengan ketampakan asli di permukaan bumi serta mendukung
dalam proses selanjutnya yakni klasifikasi citra. Proses ini lebih bertujuan untuk
memberikan pewarnaan yang lebih tajam sehingga proses klasifikasi lebih mudah untuk
dilakukan.
Klasifikasi Citra. Proses ini merupakan peninjauan ketampakan citra berdasarkan
fenomena yang tampak. Citra yang dihasilkan dan dianalisis menggunakan terminologi true
color composite atau ketampakan citra sesuai dengan ketampakan aslinya di permukaan
bumi. Sehingga proses klasifikasi ini dilakukan dengan membedakan tiap-tiap warna yang
terdapat pada citra.
Hasil yang di dapatkan adalah berupa peta tutupan lahan, atau penggunaan lahan,
berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat pada proses klasifikasi citra dengan
model Supervised Classification dalam bentuk data SHP.
Analisis keruangan pada Sistem Informasi Geografis
(SIG) terkait potensi wilayah dan kesehatan
lingkungan
Potensi wilayah
Potensi wilayah adalah sesuatu yang dimiliki baik berupa sumber manusia (SDM) atau
sumber daya alam (SDM) suatu wilayah baik yang telah di mobilisasi maupun yang belum
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu wilayah dan
wilayah lainnya. Menurut prinsip persebaran dalam ilmu geografi bahwa fenomena alam,
baik fisik atau sosial tersebar tidak merata. Perpaduan antara objek-objek yang ada di
permukaan bumi menghasilkan keunikan dari setiap wilayah. Demikian juga potensi suatu
wilayah.
Satu lagi sumber daya yang vital bagi sebuah wilayah sebagai potensi adalah Sumber
Daya Budaya (SDB). Peran atau fungsi sumber daya budaya (cultural resources) dalam
menentukan arah pembangunan sangat penting. Salah satu sumber daya budaya adalah
kearifan sosial (local wisdom). Keramahtamahan, nilai gotong-royong dll.
Setiap wilayah di permukaan bumi dengan segala kekurangan dan kelebihannya tentu
memiliki potensinya yang unik. Potensi ini harus dianalisis untuk dapat lebih dikenali,
kemudian dikembangkan untuk kesejahteraan warganya. Potensi yang besar jika tidak
dikembangkan tentu sangat mubazir, namun proses pengembangan tanpa mengenali
potensi memiliki kecenderungan gagal yang tinggi.

Jenis potensi wilayah:


Sumber Daya Alam

1. Ruang angkasa: pengorbitan satelit untuk riset dan pengindraan wilayah.


2. Hutan: hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi.
3. Laut: potensi ikan, dan keragaman biota laut.
4. Tambang: minyak bumi, batu bara, emas, besi, belerang, dan batu gamping.
5. Tanah: vulkanik, humus, dan gambut.
6. Air: minum, MCK, pertanian, dan industri.
7. Pertanian: makanan pokok, perkebunan, peternakan, dan perikanan
Sumber Daya Manusia:

1. Kuantitas: Jumlah Penduduk


2. Kualitas: Kemampuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki oleh penduduk suatu negara
merupakan modal utama dalam mengelola SDA.
Sumber Daya Budaya:

1. Norma
2. Adat istiadat
3. Produk kebudayaan
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan antara
lingkungan dan manusia, ilmu dan juga seni dalam pengelolaan lingkungan sehingga dapat
tercapai kondisi yang bersih, sehat, nyaman dan aman serta terhindar dari gangguan
berbagai macam penyakit.

Ilmu Kesehatan Lingkungan mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok


penduduk dengan berbagai macam perubahan komponen lingkungan hidup yang
menimbulkan ancaman atau berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat umum.

Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) – Kesehatan lingkungan adalah


suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO, diantaranya ada 17, diantaranya:

1. Penyediaan Air Minum;


2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran;
3. Pembuangan Sampah Padat;
4. Pengendalian Vektor;
5. Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia;
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu;
7. Pengendalian pencemaran udara;
8. Pengendalian radiasi;
9. Kesehatan kerja;
10. Pengendalian kebisingan;
11. Perumahan dan pemukiman;
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara;
13. Perencanaan daerah dan perkotaan;
14. Pencegahan kecelakaan;
15. Rekreasi umum dan pariwisata;
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam
dan perpindahan penduduk;
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU
No. 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:

1. Penyehatan Air dan Udara;


2. Pengamanan Limbah padat atau sampah;
3. Pengamanan Limbah cair;
4. Pengamanan limbah gas;
5. Pengamanan radiasi;
6. Pengamanan kebisingan;
7. Pengamanan vektor penyakit;
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana.
Analisis Keruangan pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari:

1. Struktur (spatial structure), Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen


pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) ketampakan titik (point features), (2) ketampakan garis (line features), dan (3) ketampakan
bidang (areal features).
2. Pola (spatial pattern), Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen
pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh
seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk
ketampakan-ketampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan ketampakan areal (bidang) dapat berupa ketampakan yang memanjang
(linier/axial/ribbon); ketampakan seperti kipas (fan-shape pattern), ketampakan membulat
(rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), ketampakan gurita (octopus
shape pattern), ketampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari
beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi tersebut selalu disertakan dalam
setiap analisisnya.
3. Proses (spatial process) Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen
pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait
dengan dimensi waktu (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu
yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Analisis keruangan atau analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakan
dalam pengolahan data SIG. Analisis spasial juga dapat diartikan sebagai teknik-teknik
yang digunakan untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan. Semua
teknik atau pendekatan perhitungan matematis yang terkait dengan data keruangan
(spasial) dilakukan dengan fungsi analisis spasial tersebut.

Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa Analisis spasial atau statistik spasial mencakup salah
satu teknik formal yang mempelajari entitas menggunakan sifat topologi, geometrik, atau
geografis. Analisis spasial mencakup berbagai teknik, (banyak yang masih dalam
pengembangan), menggunakan pendekatan analitik yang berbeda. Dalam pengertian yang
lebih terbatas, analisis spasial adalah teknik yang diterapkan pada struktur data, terutama
dalam analisis data geografis.

Sistem Informasi geografis (SIG) dan ilmu informasi geografislah yang memiliki pengaruh
yang kuat pada analisis spasial. SIG adalah sekumpulan yang terorganisir dari perangkat
keras komputer (ComputerHardware), perangkat lunak (Software), data geografi
(geographic data), personil (personnel) yang dirancang untuk secara efisien merekam
(capture), menyimpan (store), memperbaharui (update), memanipulasi (manipulate),
menganalisis (analyze), dan menampilkan atau menyajikan semua bentuk informasi yang
bereferensi geografis (ESRI 1995).
Meningkatnya kemampuan untuk menangkap dan menangani data geografis berarti bahwa
analisis spasial terbangun dalam lingkungan yang semakin kaya data. Sistem pengambilan
data geografis mencakup citra pengindraan jauh, sistem pemantauan lingkungan seperti
sistem transportasi cerdas, dan teknologi sadar lokasi seperti perangkat seluler yang dapat
melaporkan lokasi secara up to date. SIG menyediakan platform untuk mengelola data ini,
komputasi hubungan spasial seperti jarak, konektivitas dan hubungan terarah antara unit
spasial, dan memvisualisasikan data mentah dan hasil analitik spasial dalam konteks
kartografi.
Beberapa konten SIG, seperti:

1. Lokasi spasial (Spatial location): Transfer informasi posisi objek ruang angkasa dengan
bantuan sistem koordinat ruang. Teori transformasi proyeksi adalah fondasi representasi
objek spasial.
2. Distribusi spasial (Spatial distribution): objek spasial yang serupa mengelompokkan informasi
posisi, termasuk distribusi, tren, kontras, dll.
3. Bentuk spasial (Spatial form): bentuk geometris dari objek spasial
4. Ruang spasial (Spatial space): derajat mendekati objek ruang angkasa
5. Hubungan spasial (Spatial relationship): hubungan antara objek spasial, termasuk topologi,
orientasi, kesamaan, dll.
Manfaat Analisis Spasial Dalam pengolahan data SIG, analisis spasial dapat digunakan
untuk memberikan solusi-solusi atas permasalahan keruangan. Manfaat dari analisis
spasial ini tergantung dari fungsi yang dilakukan. Antara lain:

1. Membuat, memilih, memetakan, dan menganalisis data raster berbasis sel;


2. Melaksanakan analisis data vektor/raster yang terintegrasi;
3. Mendapatkan informasi baru dari data yang sudah ada;
4. Memilih informasi dari beberapa layer data;
5. Mengintegrasikan sumber data raster dengan data vektor.
Jenis-jenis Tools Analisis Spasial:
1. Query basis data, Query basis data digunakan untuk memanggil atau mendapatkan kembali
atribut data tanpa mengganggu atau mengubah data yang sudah ada. Fungsi dari query basis
data ini dapat dilakukan dengan mudah dengan mengeklik feature yang diinginkan. Namun
untuk query yang lebih kompleks dapat dilakukan dengan pernyataan kondisional (conditional
statement). Pernyataan kondisional tersebut melibatkan operasi logis, yaitu AND, OR, NOT,
XOR.
2. Pengukuran Analisis spasial dapat dilakukan dengan fungsi pengukuran. Fungsi pengukuran
yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Jarak, pengukuran jarak yang dimaksud adalah
menghitung jarak antar dua titik. Pengukuran jarak ini dapat dilakukan dengan mengeklik
kedua titik tersebut, atau dapat juga dengan menggunakan query; (2) Luas, fungsi luas ini dapat
digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah unsur-unsur spasial. Wilayah tersebut dapat
berupa poligon (vektor) ataupun juga wilayah yang bertipe raster; (3). Keliling. Fungsi keliling
ini digunakan untuk menghitung keliling (parameter) unsur-unsur spasial. Unsur-unsur spasial
tersebut dapat bertipe poligon (vektor) dan juga raster; (4) Centroid, fungsi digunakan untuk
menentukan koordinat titik pusat dari unsur-unsur spasial yang bertipe poligon (raster).
3. Fungsi Kedekatan, Fungsi kedekatan adalah sebuah fungsi untuk menghitung jarak dari suatu
titik, garis, ataupun batas poligon. Salah satu fungsi kedekatan yang paling banyak digunakan
adalah dengan buffer. Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur
spasial yang bertipe poligon.
4. Overlay, Overlay adalah bagian penting dari analisis spasial. Overlaydapat menggabungkan
beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan kata lain, overlay dapat
didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan layer geografik yang berbeda untuk
mendapatkan informasi baru. Overlay dapat dilakukan pada data vektor maupun raster.
5. Pengubahan Unsur-unsur Spasial: Union, Merge, atau Combine Pada pengolahan data SIG,
sering kali harus melakukan penggabungan antar unsur-unsur spasial. Penggabungan tersebut
dapat menggunakan analisis spasial, yaitu union, merge, atau combine. Penggabungan ini dapat
menjadikan beberapa unsur spasial menjadi satu unsur spasial saja tanpa mengubah beberapa
unsur spasial yang digabungkan tersebut. Delete, Erase, atau Cut Fungsi analisis spasial ini
digunakan untuk menghapus unsur-unsur spasial yang dirasa tidak perlu ditampilkan. Fungsi
ini hanya akan menghapus unsur-unsur spasial yang terpilih saja. Split atau Clip Fungsi analisis
spasial ini bertujuan untuk menghasilkan unsur spasial baru dengan cara memotongnya dari
unsur spasial lainnya. Intersect adalah sebuah fungsi pada analisis spasial untuk menghasilkan
unsur spasial baru dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini menghasilkan unsur spasial
baru dari irisan dua atau lebih unsur spasial sebelumnya.
Analisis Keruangan Pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
Terkait Potensi Wilayah
Bahasan berikut menggunakan jurnal ilmiah dari Yulian Fauzi, Boko Susilo, dan Zulfia Memi
Mayasari, berjudul ANALISIS KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KOTA
BENGKULU MELALUI PERANCANGAN MODEL SPASIAL DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG).

Proses Kerja SIG


INPUT
Secara garis besar ada dua jenis data dalam pembangunan SIG yaitu data spasial
(keruangan) dan data non spasial (data atribut). Kedua data ini harus saling terintegrasi
agar bisa menampilkan informasi yang dibutuhkan. Kedua jenis data ini harus disimpan
dalam satu hierarchy database.

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data spasial yang dikumpulkan dari instansi-
instansi terkait (Bakosurtanal, Departemen Kehutanan dan Bappeda) meliputi:

1. peta lereng;
2. peta jenis tanah;
3. peta penggunaan lahan;
4. peta administrasi;
5. peta hutan lindung;
6. peta ekosistem pesisir;
7. peta pariwisata;
8. peta utilitas; dan
9. peta aksesibilitas (transportasi).
Data atribut meliputi data:

1. sosial ekonomi;
2. penggunaan lahan saat ini.
Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder sebelum, masuk ke
dalam tahap analisis akan diolah terlebih dahulu.

Secara garis besar ada dua jenis data dalam pembangunan SIG yaitu data spasial
(keruangan) dan data non spasial (data atribut). Kedua data ini harus saling terintegrasi
agar bisa menampilkan informasi yang dibutuhkan. Kedua jenis data ini harus disimpan
dalam satu hierarchy database.

Hal terpenting dalam pengolahan data spasial adalah pada saat registrasi peta dan digitasi,
karena berhubungan dengan keakuratan posisi objek pada peta. Hal pertama yang
dilakukan adalah registrasi dokumen peta dasar terlebih dahulu, jika registrasi selesai,
selanjutnya adalah melakukan digitasi sesuai dengan peta dasar yang sudah diregistrasi.
Digitasi dilakukan dengan beberapa layer sesuai dengan keperluan dan kelengkapan peta
dan masing-masing layer tersebut kemudian disimpan dalam basis data.
Jika digitasi selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah dengan melakukan input data-data
atribut dari setiap objek pada masing-masing layer, dan data atribut tersebut disimpan juga
dalam basis data SIG bersama dengan data spasial.
PROSES
Kriteria Analisis
Kriteria yang digunakan dalam analisis alokasi ruang ini adalah kriteria umum dan
parameternya masih bersifat sementara. Analisis spasial menggunakan formula matematis
sebagai berikut:

Keterangan:

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis lahan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk pengunaan lahan
tertentu. Dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan ditentukan dengan metode
pengharkatan dengan mengambil beberapa parameter serta pembobotan dalam
menentukan tingkat kesesuaiannya. Kesesuaian lahan untuk perikanan tambak yang
berhasil dirancang melalui model matematis berikut:

Keterangan:

PT = Wilayah potensial untuk perikanan tambak


S = Jenis tanah Entisol (E) LR = Kelerengan datar : (0 – 3%)
R = Jarak dari sungai (0 – 2000 meter)
P = Jarak dari pantai (0 – 4000 meter)
PL = Jenis penggunaan lahan : rawa (r) atau belukar (b)
MP = Mata Pencaharian Penduduk nelayan (n)
J = Jarak dari jalan (0 – 2000 meter)
RTRW = Rencana penggunaan lahan untuk budidaya (B)
Matriks Kesesuaian Lahan Budidaya Perikanan Tambak

Tingkat
No. Parameter bobot
Kesesuaian

Sesuai Skor Sesuai Skor Tidak Skor


Bersyarat Sesuai

1 Abiotik

Lereng 10 0-2% 3 2-15% 2 <15% 1


Tingkat
No. Parameter bobot
Kesesuaian

Tanah 8 Entisol 3 Entisol 2 Non Entisol 1

Hidrologi 8 0-500 m 3 500-2000 2 >2000 m 1


(Jarak dari m
sungai)

Pantai 8 0-2000 m 3 2000-4000 2 >4000 m 1


(Jarak dari m
pantai)

2 Biotik

3 Sosial
Ekonomi

Penggunaan 6 Hutan, 3 Sawah, 2 Konservasi, 1


lahan rawa, perkebunan mangrove,
tegalan, pemukiman,
belukar Induetri.

Mata 4 Nelayan 3 Pedagang 2 PNS, Swasta 1


pencaharian
penduduk

Aksesibilitas 6 <1000 m 3 1000-2000 2 >2000 m 1


m

4 Kebijakan
Pemerintah

RTRW 10 Budidaya 3 Non 2 Non 1


budidaya budidaya
Kesesuaian lahan pariwisata pesisir yang berhasil dirancang melalui model matematis
berikut:

Keterangan:

PP = Wilayah potensial untuk pariwisata pesisir


P = Jenis pantai: berpasir (p)
I = Kecerahan perairan: cerah
B = Kedalaman perairan (0 – 5 meter)
V=Vegetasi: kelapa (k), pines pantai (pp)
PL = Penggunaan lahan: Lahan Terbuka (It)
MP = Mata Pencaharian Penduduk: nelayan (n), pedagang (d)
J = Jarak dari jalan (0 – 500 meter)
S = Sarana: Air tawar (at), Hotel (h)
Matriks Kesesuaian Lahan Pariwisata Bahari (Renang dan Rekreasi Pantai)

No. Parameter bobot Tingkat


Kesesuaian

Sesuai Skor Sesuai Skor Tidak Skor


Bersyarat Sesuai

1 Abiotik

Kontur 10 Landai (0- 3 Landai (5- 2 Curam (> 1


kedalaman 5 m) 10 m) m)

Kecerahan 6 Cerah 3 Kurang 2 Tidak cerah 1


peraiaran cerah

Jenis pantai 6 Berpasir 3 Tidak 2 Tidak 1


berpasir berpasir

2 Biotik

Vegetasi 6 Kelapa, 3 Belukar 2 Mangrove 1


semak tinggi

3 Sosial
Ekonomi

Penggunaan 4 Lahan 3 Lahan 2 Pemukiman, 1


lahan terbuka terbuka pelabuhan

Mata 4 Nelayan, 3 Nelayan 2 PNS, swasta 1


pencaharian pedagang
penduduk

Aksesibikitas 4 0-500 m 3 500-1000 2 >1000 m 1


m

Sarana 4 Tersedia 3 Tidak 2 Tidak 1


air tawar tersedia tersedia air
air tawar tawar
4 Kebijakan
pemerintah

RTRW 10 Pariwisata 3 Non 2 Non 1


pariwisata pariwisata
Kesesuaian lahan kawasan konservasi yang berhasil dirancang melalui model matematis
berikut:

Keterangan:

PK = Wilayah potensial untuk kawasan Konservasi


S = Jenis tanah: (E) Entisol
V =Vegetasi: pinus (p), mangrove (m)
PL = Penggunanan Lahan: hutan (h)
RTRW = Rencana penggunaan lahan untuk: (K) konservasi
Matriks Kesesuaian Lahan Kawasan Konservasi

Tingkat
No. Parameter bobot
Kesesuaian

Sesuai Skor Sesuai Skor Tidak Skor


Bersyarat Sesuai

1 Abiotik

Tanah 6 Entisol 3 Entisol 2 Non Entisol 1

2 Biotik

Vegetasi 10 Mangrove 3 Pinus 2 Kelapa 1

3 Sosial
Ekonomi

Penggunaan 8 Cagar alam 3 Hutan 2 Pemukiman, 1


lahan pantai, pelabuhan
taman
wisata
alam

4 Kebijakann
pemerintah
Tingkat
No. Parameter bobot
Kesesuaian

RTRW 10 Konservasi 3 Non 2 Non 1


Konservasi Konservasi
Analisis kesesuaian lahan pesisir Kota Bengkulu untuk berbagai peruntukan, budidaya
perikanan tambak, pariwisata bahari (renang dan rekreasi pantai), dan konservasi wilayah
pesisir dilakukan dengan teknik yang sama. Pertama, penetapan persyaratan (parameter
dan kriteria), pembobotan dan scoring. Untuk masing-masing peruntukkan, penetapan
persyaratan tidak sama. Parameter yang menentukan diberikan bobot terbesar sedangkan
kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberikan skor tertinggi. Parameter, bobot dan skor
sistem penilaian masingmasing kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk matriks
kesesuaian lahan.
Kedua perhitungan nilai peruntukkan lain. Penghitungan kesesuaian dilakukan dengan
mengalikan bobot dengan skor, untuk sesuai (skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan tidak
sesuai (skor 1). Ketiga, pembagian kelas lahan. Berdasarkan perkalian bobot dan skor
tersebut pembagian kelas lahan dan nilainya dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelas
yaitu Kelas S1: Sesuai; Kelas S2: Sesuai Bersyarat dan Kelas N: Tidak Sesuai. Klasifikasi
tingkat kesesuaian lahan berdasarkan jumlah perkalian bobot dan skor, kesesuaian lahan
untuk budidaya, perikanan tambak, wisata bahari dan kawasan konservasi ditunjukkan
dalam Tabel.
Tingkat
Total Skor
Kesesuaian
pada
Lahan

Budidaya Pariwisata Kawasan


Perikanan Bahari Konservasi
Tambak

120 – 180 100 – 150 68 – 102 Sesuai

60 – 120 50 – 100 34 – 68 Sesuai bersyarat

<60 <50 <34 Tidak sesuai


Keempat, memadankan (membandingkan) nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas
lahan. Pada tahapan ini dilakukan overlay beberapa data spasial berupa peta berformat
SHP, yang telah diberikan data atribut, sesuai dengan formula yang telah dibuat untuk
menilai keseuaian lahan. Proses yang dilakukan adalah menggunakan plagin union utuk
menyatukan gari-garis pada peta layer hang telah diberikan bobot sehigga menghasilkan
peta baru berupa peta kesesuaian lahan.
OUTPUT
Kelima, penyajian grafis (spasial) hasil analisis berupa peta kesesuian lahan. Peta
kesesuaian lahan telah berhasil diciptakan, tinggal memberikan anotasi berupa keterangan
simbol pada data table. Peta telah siap untuk disajikan.
Analisis Keruangan Pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
Terkait Kesehatan Lingkungan
Bahasan berikut menggunakan jurnal ilmiah dari Andri Ruliansyah, Totok Gunawan dan
Sugeng Juwono M yang berjudul Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis untuk Pemetaan Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue (Studi
Kasus di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat).

INPUT
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis
dan subtropis, disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Sampai sekarang, DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di
Indonesia dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian tinggi.
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD , kecuali daerah
yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran DBD
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas dan kepadatan penduduk, keberadaan
kontainer buatan maupun alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di
tempat sampah lainnya, perilaku masyarakat maupun kegiatan pemberantasan yang
dilakukan.

Fenomena penyebaran virus DBD, antara lain dapat dilihat dari perspektif informasi
keruangan (geospasial), misalnya berdasarkan informasi suhu, curah hujan, kelembaban,
dan penutupan lahan tertentu yang merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya DBD.
Dari beberapa laporan, diketahui DBD sering muncul pada saat musim penghujan di daerah
dengan temperatur tropis, kelembaban tinggi, tutupan vegetasi relatif rapat, kawasan
pemukiman yang padat, dan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl.

Perkembangan nyamuk juga dipengaruhi karakteristik dan distribusi curah hujan di suatu
wilayah. Semakin banyak hari hujan dengan intensitas normal, mengakibatkan
perkembangan nyamuk cenderung meningkat, namun sebaliknya pada intensitas curah
hujan normal akan tetapi hari hujannya relatif sedikit, perkembangan nyamuk cenderung
berkurang. Selain itu, apabila terjadi kemarau basah biasanya pertumbuhan nyamuk
cenderung lebih banyak. Faktor lain yang berpengaruh bagi penyebaran DBD adalah
banyaknya perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya. Penduduk yang di
dalam tubuhnya terdapat virus dengue (menderita sakit DBD atau tidak), dimungkinkan
dapat menjadi penyebab DBD bagi penduduk lain.

Informasi keruangan tentang penyebaran kasus DBD, misalnya pada lingkungan fisik dan
sosial dalam batas tertentu, didapatkan Melalui teknologi pengindraan jauh. Wilayah di
permukaan bumi dikaji berdasarkan keragaman pola yang tampak pada citra satelit,
selanjutnya diubah menjadi satuan-satuan daerah analisis dalam bentuk satuan bentang
lahan yang berkorelasi dengan tipe-tipe habitat vektor DBD.

Dari isi pendahuluan pada karya ilmiah tersebut dapat dianalisis data apa yang diperlukan
sebagai input, baik berupa data spasial berformat vektor dan raster, atau data atribut berupa
data tabel.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan
dari hasil survei dan pengukuran variabel lingkungan misalnya: penentuan koordinat posisi
rumah penderita DBD, pengamatan kepadatan vektor. Data sekunder didapatkan dari
dokumentasi instansi terkait berupa data curah hujan dan penggunaan lahan. Citra yang
digunakan adalah: Quickbird wilayah Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Tahun
2007, dan peta digital rupa bumi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) skala 1:25.000.

PROSES
Penentuan klasifikasi zona tingkat kerawanan DBD di Kecamatan Pangandaran didasarkan
pada formula Strugess sebagai berikut:


Tabel Klasifikasi Variabel – Variabel Lingkungan di Kecamatan Pangandaran

Variabel Klasifikasi Skor

Penggunaan Lahan Pemukiman padat 6

Perkantoran, Sekolah, Pabrik, Hotel, 5


Pasar

Pemukiman tidak padat 4

Kolam, Kebun, Sawah, Hutan 3

Lahan Kosong, Taman 2

Jalan, Sungai 1

Kepadatan Nyamuk DF > 5 6

DF 1-5 3

DF < 1 1

Ketinggian (mdpl) < 100 mdpl 6

100 – 500 mdpl 3

> 500 mdpl 1


Variabel Klasifikasi Skor

Kemampuan < 240 meter 6


Terbang
Nyamuk

240 – 750 meter 3

> 750 meter 1

Curah Hujan > 25 mm/hari 6

20 – 25 mm/hari 5

15 – 20 mm/hari 4

10 – 15 mm/hari 3

5 – 10 mm/hari 2

< 5 mm/hari 1

Tabel Kelas Potensi / Zona Tingkat Kerawanan DBD di Kecamatan Pangandaran

Kelas Interval Zona

1 19 – 12 Kerawanan Tinggi

2 13 – 18 Kerawanan Sedang

3 6 – 12 Kerawanan Rendah

OUTPUT
Sumber:

Sakti Adji Adisasmita, Jaringan Transportasi, Graha Ilmu


Johannes Parlindungan, Tata Guna Lahan Dan Pertumbuhan Kawasan Pengantar
Perencanaan Wilayah Dan Kota, Disampaikan Dalam Mata Kuliah Pengantar Pwk Jurusan
Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: Km. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi
Nasional (Sistranas)

Gregorius Anung Hanindito, Eko Sediyono, Adi Setiawan, ANALISIS PANTAUAN DAN
KLASIFIKASI CITRA DIGITAL PENGINDRAAN JAUH DENGAN DATA SATELIT
LANDASAT TM MELALUI TEKNIK SUPERVISED CLASSIFICATION (STUDI KASUS
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA, PROVINSI SULAWESI UTARA), Prosiding
Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2014) Vol. 8 Oktober
2014, Universitas Gunadarma – Depok.

Materi 12.4 KERJA SAMA NEGARA


MAJU DAN BERKEMBANG
Istilah negara maju dan negara berkembang bukanlah sebuah istilah baru, sehingga perbedaan
antara keduanya cukup jelas dengan berbagai penjelasan ahli. Namun konstelasi geopolitik pasca
perang dunia ke-II, terutama dengan berdirinya beberapa negara kawasan, seperti Masyarakat
Ekonomi Eropa, ASEAN, serta munculnya pasar bebar dunia, dan pasar bebas kawasan,
menggeser wacana tentang negara bangsa, sebagai motor penggerak pembangunan lebih luas
pada negara kawasan, dengan perwilayahan yang lebih luas, dan lebih masif jumlah
penghuninya. Wacana ini menjadi lebih gereget untuk dikupas tuntas.
Contents [hide]
 1 Karakteristik dan persebaran negara maju dan berkembang di dunia
 2 Regionalisasi Kawasan Dunia Berdasarkan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
o 2.1 Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) / Uni Eropa (European Union)
o 2.2 ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic
Community (AEC)
o 2.3 Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC)
o 2.4 North American Free Trade Agreement (NAFTA)
 3 Bentuk-Bentuk Kerja Sama Negara Maju Dan Berkembang Di Dunia
o 3.1 Bentuk Kerjasama Internasional
 4 Dampak Pasar Bebas Terhadap Indonesia
o 4.1 Dampak Positif Pasar Bebas
o 4.2 Dampak Negatif Pasar Bebas
 5 Strategi Pembangunan Indonesia Untuk Menjadi Negara Maju
o 5.1 Bagikan ini:
o 5.2 Menyukai ini:

Karakteristik dan persebaran negara maju dan


berkembang di dunia
Negara maju merupakan istilah khusus yang disematkan kepada negara yang menikmati
standar hidup relatif tinggi di sektor teknologi serta memiliki ekonomi yang merata. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa negara maju adalah suatu negara yang
rakyatnya mempunyai kualitas hidup dan kesejahteraan tingkat tinggi.

Suatu negara bisa dikatakan maju jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor industri dan jasa. Hasil industrinya selain
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagian juga untuk komoditas ekspor;
2. Sektor pertanian juga diusahakan walaupun merupakan kegiatan sampingan, namun
pengolahannya secara intensif dengan menggunakan alat-alat modern;
3. Sumber dayanya mempunyai kualitas sangat tinggi sehingga menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi;
4. Pendapatan per kapitanya tinggi (hampir semua negara maju pendapatan per kapitanya rata-
rata di atas US $ 9.000;
5. Pertumbuhan penduduknya sangat rendah, yaitu rata-rata kurang dari 1% per tahun;
6. Sebagian besar penduduknya tinggal di perkotaan;
7. Tingkat pendidikan tinggi, sehingga sudah tidak dijumpai adanya penduduk yang buta huruf;
8. Tingkat kemiskinan rendah atau hampir tidak dijumpai penduduk yang miskin, karena rata-
rata penduduk memperoleh penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya;
9. Angka kelahiran dan kematian relatif rendah, sedangkan angka harapan hidup rata-rata lebih
dari 70 tahun.
Jika di tempatkan vis to vis, lawannya negara maju adalah negara berkembang. Negara
berkembang adalah kebalikan 180 derajatnya dari negara maju, namun hal ini bukanlah
persoalan hitam dan putih. Dua pendapat dari para ahli tentang ciri negara berkembang, yaitu
menurut Doeljoeni dan Todaro. Berikut pendapatnya :
Doeljoeni (1987) berpendapat bahwa negara berkembang memiliki ciri-ciri antara lain sebagai
berikut:

Continue Reading
1. Mayoritas penduduk lebih dari 70% bermata pencaharian di sektor pertanian, kegiatan
industri yang dilakukan berlatar belakang agraris, terutama mengolah hasil pertanian,
perikanan dan kehutanan.
2. Pengolahan pertanian masih menggunakan cara-cara tradisional atau alat-alat yang sudah
ketinggalan zaman.
3. Tingkat kehidupan yang rendah. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan yang
rendah, tingkat kematian tinggi, usia harapan hidup rendah, dan kondisi perumahan yang
kurang layak.
4. Pendidikan formal dan non formal kurang memadai, fasilitas pendidikan yang terbatas,
sehingga tidak semua anak usia sekolah mendapatkan pelayanan pendidikan dan banyaknya
penduduk yang masih buta huruf.
5. Pertumbuhan penduduk tinggi.
6. Belum ada kesetaraan gender, status pria masih dianggap lebih tinggi dibanding wanita,
wanita masih dianggap penduduk kelas dua.
7. Angka beban ketergantungan masih tinggi.
8. Tingkat pengangguran masih tinggi, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran
tertutup.
9. Ketergantungan terhadap negara-negara maju tinggi.
Todaro (1994) bahwa negara berkembang mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut :

1. Kehidupan yang rendah tampak pada:


 Pendapatan per kapita yang rendah
 Kondisi perumahan yang tidak memadai
 Sarana kesehatan yang terbatas
 Tingkat pendidikan yang rendah
 Tingkat kematian yang tinggi
 Tingkat harapan hidup yang rendah
 Perasaan kacau, tidak menentu dan putus asa
 Tingkat pendapatan yang rendah
 Akibat dari tingkat hidup yang rendah membuat rendahnya tingkat produktivitas tenaga
kerja.
2. Tingkat pertumbuhan dan beban tanggungan tinggi.
 Tingkat kelahiran di negara berkembang tinggi, sedangkan di negara maju rendah (7
orang per 1000 penduduk).
 Bagi negara-negara berkembang masih sulit menekan tingkat pertumbuhan sampai di
bawah 20 per 1000 penduduk.
 Tingkat kelahiran tinggi di negara berkembang (33 per 1000 penduduk), implikasinya
bahwa proporsinya anak di bawah usia 15 tahun hampir separuh dari penduduk total di
negara berkembang. Keadaan tersebut menjadikan beban tanggungan tinggi.
3. Tingginya tingkat perkembangan dan pengangguran semu
 Pengangguran semu (Under Employment) ditujukan oleh orang-orang pedesaan dan
perkotaan yang bekerja tetapi kurang yang dapat mereka kerjakan (harian, mingguan
atau musiman). Pengangguran semu ini juga termasuk mereka yang biasanya bekerja
secara penuh tetapi produktivitasnya rendah.
 Pengangguran terbuka (Open Employment), yaitu orang-orang yang mampu dan sangat
ingin bekerja tetapi tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka.
4. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan sektor produk primer
 80% penduduk negara berkembang bermukim di pedesaan, sedangkan negara-negara
maju kurang dari 30%.
 69% penduduk negara berkembang tenaga kerja bekerja di sektor pertanian, sedangkan
negara maju hanya 18%.
 Kontribusi sektor pertanian terhadap GNP adalah sekitar 30% untuk negara berkembang
sedangkan negara maju 5%.
 Pada umumnya perekonomian negara berkembang berorientasi produk-produk primer
(makanan, bahan baku, bahan bakar, dan bahan logam) sebagai ekspor utama yang
memberi kontribusi 70%.
Bank Dunia membuat sistem klasifikasi negara berkembang dan negara maju dengan membagi
125 negara berpenduduk lebih dari satu juta orang (> 1.000.000 orang) ke dalam empat
katagori sesuai dengan tingkat pendapatan per kapita. klasifikasi itu adalah sebagai berikut:

1. negara-negara berpendapatan rendah (low income) dengan GNP per kapita US$ 1,025 atau
lebih rendah;
2. negara-negara berpendapatan menengah rendah (lower middle-income) dengan GNP per
kapita US$1,026 – 4.035;
3. negara-negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income) dengan GNP per
kapita US$4,036 – 12,475 dan;
4. negara-negara berpendapatan tinggi (high income) dengan GNP per kapita US$12.476 atau
lebih.
Development Policy and Analysis Division (DPAD) dari Department of Economic and Social
Affairs of the United Nations Secretariat (UN/DESA). Mengklasifikasikan negara di dunia dalam
tiga katagori:

1. Developed economies (Negara Ekonomi Maju)


2. Economies in transition (Negara dalam Transisi Ekonomi)
3. Developing economies (Negara Ekonomi Berkembang)
Pengklasifikasian ini didasarkan atas bermacam indikator kriteria, antara lain
Kriteria Gross National Income GNI per kapita dari Bank Dunia, indeks aset manusia (human
assets index), dan indeks kerentanan ekonomi (economic vulnerability index). Dalam kelompok
negara ekonomi maju ada kelompok negara maju utama yaitu kelompok G-7.
Persebaran Negara Maju dan Berkembang Menurut Development Policy and Analysis Division
(DPAD) dari Department of Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat
(UN/DESA).
Developed economies (Negara Ekonomi Maju)

Economies in transition
(Negara dalam Transisi Ekonomi)
Developing economies (Negara Ekonomi Berkembang)
Sumber: Baca di sini
Regionalisasi Kawasan Dunia Berdasarkan Pusat
Pertumbuhan Ekonomi
Kenichi Ohmae, seorang ilmuan Jepang meramalkan bahwa Negara bangsa pada era globalisasi
mendapatkan tantangan besar dengan kehadiran Negara kawasan. Fungsi Negara dengan
batas-batas teritorialnya pada era globalisasi batas-batas tersebut menjadi kabur.
Pembentukan Negara kawasan menjadi tren baru bagi Negara-Negara untuk ekspansi pasar
dan lebih menyejahterakan rakyatnya.

Proses regionalisasi dunia kini telah sampah pada tahap yang mendekati masif. Proses
regionalisasi menitikberatkan pada proses otonomi menyangkut interdependensi antara suatu
wilayah dengan wilayah lainnya di dunia. Terbentuknya organisasi internasional yang
beranggotakan beberapa Negara dan mencakup badan geopolitik yang operasinya tidak
memandang batas Negara-bangsa. Keanggotaannya ditentukan oleh batas geografi tertentu
seperti benua atau batas geopolitik seperti blok ekonomi. Organisasi kawasan didirikan untuk
mendorong kerja sama dan integrasi politik dan ekonomi atau dialog antarNegara atau antar
lembaga dalam satu wilayah geografis atau geopolitik tertentu. Organisasi ini menggambarkan
pola pembangunan dan sejarah yang muncul sejak akhir Perang Dunia II serta fragmentasi di
dalam globalisasi. Sebagian besar organisasi kawasan bekerja sama dengan organisasi-
organisasi multilateral seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meski organisasi kawasan kadang
disebut organisasi internasional, istilah organisasi kawasan dianggap lebih masuk akal karena
menekankan cakupan keanggotaannya yang lebih terbatas.

Beberapa regionalisasi kawasan dunia antara lain:

Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) / Uni Eropa (European


Union)
Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community atau EEC) adalah organisasi
kawasan yang bertujuan menyatukan ekonomi Negara-negara anggotanya. Organisasi ini
dibentuk melalui Perjanjian Roma tahun 1957. Setelah Uni Eropa (UE) dibentuk tahun 1993,
MEE disatukan dan berganti nama menjadi Masyarakat Eropa (EC). Pada tahun 2009, semua
lembaga MEE dileburkan menjadi Uni Eropa.
Tujuan awal Masyarakat Ekonomi Eropa adalah memperkenalkan integrasi ekonomi, termasuk
pasar bersama dan persatuan cukai, antara enam negara pendirinya: Belgia, Perancis, Italia,
Luksemburg, Belanda dan Jerman Barat. EEC mencakup sejumlah lembaga, termasuk
Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa (ECSC) dan Masyarakat Tenaga Atom Eropa (EURATOM),
dan menjadi bagian dari Masyarakat-Masyarakat Eropa di bawah Perjanjian Penyatuan 1965
(Perjanjian Brussels). Pada tahun 1993, pasar tunggal sempurna atau pasar internal terbentuk
sehingga barang, modal, jasa, dan penduduk dapat bergerak bebas di dalam EEC. Tahun 1994,
pasar internal diresmikan oleh perjanjian EEA. Perjanjian ini juga memperluas cakupan pasar
internal hingga sebagian besar negara anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa dan
membentuk Kawasan Ekonomi Eropa yang mencakup 15 Negara.
Setelah Perjanjian Maastricht diberlakukan tahun 1993, EEC berganti nama menjadi
Masyarakat Eropa untuk menunjukkan bahwa organisasi ini ikut mengurus kebijakan non-
ekonomi. Menurut perjanjian itu, tiga kelompok masyarakat Eropa, termasuk EC, secara
kolektif membentuk pilar pertama dari tiga pilar Uni Eropa. EC dibubarkan lewat Perjanjian
Lisbon tahun 2009; perjanjian ini juga meleburkan semua lembaga EC ke dalam kerangka UE
dan menjamin bahwa UE akan “menggantikan dan melanjutkan Masyarakat Eropa”.

UE adalah kelompok 28 Negara independen yang unik dengan sekitar 510,1 juta warga yang
tinggal dalam batas wilayahnya. Negara-negara anggota terikat dalam UE melalui traktat yang
telah ditandatangani. Semua traktat harus disepakati oleh masing-masing Negara Anggota dan
kemudian diratifikasi oleh baik parlemen nasional atau melalui referendum.

Negara anggota UE antara lain: Negara pemrakarsa (Belgia, Jerman, Prancis, Italia,
Luksemburg, Belanda, tahun 1958), masuk tahun 1973, Denmark, Irlandia, Inggris Raya, tahun
1981, Yunani, tahun 1986, Spanyol dan Portugal, tahun 1995, Austria, Finlandia, Swedia, tahun
2004 masuk 10 negara yaitu Republik Ceko, Estonia, Siprus, Latvia, Lithuania, Hongaria, Malta,
Polandia, Slovenia, dan Slowakia, tahun 2007 bergabung Rumania dan Bulgaria, dan terakhir
tahun 2013 Kroasia.

Menurut situs resminya, https://europa.eu, Area Schengen adalah salah satu pencapaian
terbesar UE. Ini adalah area tanpa batas internal, area di mana warga Negara UE, banyak warga
Negara non-UE, pelaku bisnis dan wisatawan dapat dengan bebas bersirkulasi tanpa harus
menjalani pemeriksaan perbatasan. Sejak tahun 1985, Area Schengen secara berangsur-angsur
tumbuh dan mencakup hampir semua Negara-Negara Uni Eropa dan beberapa Negara non-UE
yang terkait.
Schengen Area, adalah nama yang diberikan sebagai hasil dari “Perjanjian Schengen” yang
menandakan sebuah zona di mana 26 Negara Eropa yang berbeda, mengakui penghapusan
perbatasan internal mereka dengan Negara-Negara anggota yang lain, untuk pergerakan orang,
barang, jasa, dan modal yang bebas dan tidak terbatas. Juga kerja sama memerangi kriminalitas
dengan memperkuat sistem peradilan umum dan kerja sama kepolisian.

Pencapaian yang lain adalah UE adalah di gulirkan mata uang euro, sebagai alat pembayaran
digunakan oleh hampir 340 juta warga Uni Eropa, manfaat mata uang tunggal semua orang: (1)
orang tidak lagi perlu mengubah uang ketika bepergian atau melakukan bisnis di kawasan
euro, menghemat waktu dan biaya transaksi; (2) biayanya jauh lebih sedikit (atau tidak sama
sekali) untuk melakukan pembayaran lintas batas; (3) konsumen dan bisnis dapat
membandingkan harga dengan lebih mudah, yang mendorong bisnis mengenakan harga lebih
tinggi untuk menurunkan harga.

ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi


ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC)
Pada situs reseminya: http://asean.org The Association of Southeast Asian Nations, atau
disingkat ASEAN didirikan pada tanggal pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Tailand
dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok (ASEAN Declarations) oleh para pendiri
ASEAN, yaitu atas nama Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Tailand.
Kemudian Brunai Darussalam bergabung 7 Januari 1984, Vietnam 28 Juli 1995, serta Laos dan
Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, kemudian Kamboja tanggal 30 April 1999.
Pada sidang petama ASEAN, pembicara pertama Narciso Ramos, perwakilan dari Filipina
dengan tegas mengatakan:

“Ekonomi yang terpecah-belah di Asia Tenggara,” katanya, “(dengan) masing-masing Negara


mengejar tujuannya sendiri yang terbatas dan membuang sumber dayanya yang sedikit-sedikit
dalam tumpang tindih atau bahkan upaya yang bertentangan dari Negara-Negara saudara
membawa benih-benih kelemahan dalam ketidakmampuan mereka untuk tumbuh dan
ketergantungan yang mengabdikan diri pada Negara-Negara industri maju. ASEAN, oleh karena
itu, dapat memobilisasi potensi yang masih belum terjamah di kawasan kaya ini melalui aksi
persatuan yang lebih substansial. ”

Tepat 10 tahun setelah MEE berdiri, Negara-Negara di Asia


Tenggara membentuk ASEAN sebagai sebuah persatuan Negara kawasan untuk menjalin
kebersamaan dalam pembangunan. Tujuan pendirian ASEAN antara lain:

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan budaya di


kawasan melalui upaya bersama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan dalam rangka
memperkuat landasan bagi komunitas Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
2. Untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui kepatuhan menghormati
keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan di antara Negara-Negara kawasan dan
ketaatan pada prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;
3. Untuk mempromosikan kolaborasi aktif dan bantuan timbal balik dalam hal-hal yang
menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, ilmiah, dan
administratif;
4. Untuk memberikan bantuan satu sama lain dalam bentuk pelatihan dan fasilitas penelitian di
bidang pendidikan, profesional, teknis dan administratif;
5. Berkolaborasi dengan lebih efektif untuk pemanfaatan pertanian dan industri yang lebih
besar, perluasan perdagangan, termasuk studi tentang masalah perdagangan komoditas
internasional, peningkatan fasilitas transportasi dan komunikasi mereka dan peningkatan
standar hidup masyarakat mereka;
6. Untuk mempromosikan studi Asia Tenggara; dan
7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan menguntungkan dengan organisasi
internasional dan regional yang ada dengan tujuan dan tujuan yang sama, dan menjelajahi
semua jalan untuk kerja sama yang lebih erat di antara mereka sendiri.
Pada tahun 2015 resmi dibentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic
Community (AEC), ini merupakan tonggak utama dalam agenda integrasi ekonomi regional di
ASEAN, menawarkan peluang dalam bentuk pasar yang besar sebesar US $ 2,6 triliun dan lebih
dari 622 juta orang. Pada tahun 2014, AEC secara kolektif adalah masyarakat ekonomi terbesar
ketiga di Asia dan ketujuh terbesar di dunia.

Pada KTT ASEAN Ke 27, tanggal 22 November 2015 berhasil dibaut sebuah blueprint MEA
tahun 2008 hingga 2025. Blueprint MEA 2025 ditujukan untuk mencapai visi MEA pada 2025
yang sangat terintegrasi dan kohesif; kompetitif, inovatif dan dinamis; dengan peningkatan
konektivitas dan kerja sama sektoral; dan komunitas yang lebih tangguh, inklusif, dan
berorientasi pada individu (orang-orang), yang terintegrasi dengan ekonomi global.

Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) kini telah mapan. Negara Anggota ASEAN telah
membuat kemajuan signifikan dalam menurunkan tarif intra-regional melalui Skema The
Common Effective Preferential Tariff (CEPT) untuk AFTA. Lebih dari 99 persen produk dalam
Daftar Inklusi CEPT (IL) ASEAN-6, yang terdiri dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand, telah diturunkan ke kisaran tarif 0-5 persen.

Kepala Negara dan Pemerintahan ASEAN memutuskan untuk mendirikan Kawasan


Perdagangan Bebas ASEAN atau AFTA pada tahun 1992. Tujuan AFTA adalah untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif kawasan ASEAN sebagai basis produksi yang ditujukan
untuk pasar dunia. Langkah penting dalam arah ini adalah liberalisasi perdagangan melalui
penghapusan tarif dan hambatan non-tarif di antara anggota ASEAN. Kegiatan ini telah mulai
berfungsi sebagai katalis untuk efisiensi yang lebih besar dalam produksi dan daya saing
jangka panjang. Terlebih lagi, ekspansi perdagangan intra-regional memberi konsumen ASEAN
pilihan yang lebih luas dan produk konsumen berkualitas lebih baik.

Negara-negara anggota bekerja menuju penghapusan total bea masuk impor pada semua
produk untuk mencapai tujuan akhir dari kawasan perdagangan bebas. Dewan AFTA telah
sepakat bahwa tanggal target untuk mencapai tujuan ini akan berada di tahun 2015 untuk
enam Negara Anggota ASEAN yang asli dan 2018 untuk Anggota baru. Langkah ini diharapkan
untuk menciptakan pasar yang terintegrasi di mana ada arus barang bebas di kawasan ini.
Penghapusan total bea impor akan mencapai dampak maksimum dalam meningkatkan daya
saing ekonomi wilayah ASEAN vis-à-visseluruh dunia.
Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC)
Pada situs resminya: https://www.apec.org, The Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)
adalah forum ekonomi regional yang berdiri pada tahun 1989 untuk meningkatkan saling
ketergantungan di Asia-Pasifik. 21 anggota APEC memiliki visi untuk menciptakan
kemakmuran yang lebih besar bagi masyarakat di wilayah ini dengan mendorong
pertumbuhan yang seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif dan aman serta dengan
mempercepat integrasi ekonomi regional.
APEC mengharuskan pergerakan barang, jasa, investasi dan orang bergerak dengan mudah
melintasi perbatasan. Anggotanya memfasilitasi perdagangan ini melalui prosedur kepabeanan
yang lebih cepat. Iklim bisnis yang lebih menguntungkan di belakang perbatasan, dan
menyelaraskan peraturan dan standar di seluruh kawasan. Misalnya, permasalahan APEC
untuk menyinkronkan sistem regulasi, ini adalah langkah kunci untuk mengintegrasikan
ekonomi Asia-Pasifik. Suatu produk dapat lebih mudah diekspor hanya dengan satu set standar
umum.

APEC bekerja untuk membantu semua penduduk Asia-Pasifik berpartisipasi dalam


pertumbuhan ekonomi. Misalnya, proyek-proyek APEC menyediakan pelatihan keterampilan
digital untuk masyarakat pedesaan dan membantu perempuan pribumi mengekspor produk
mereka ke luar negeri. Mengakui dampak perubahan iklim, anggota APEC juga melaksanakan
inisiatif untuk meningkatkan efisiensi energi dan mempromosikan pengelolaan sumber daya
hutan dan laut yang berkelanjutan.

21 negara anggota APEC adalah Australia; Brunei Darussalam; Kanada; Chili; Republik Rakyat
Cina; Hong Kong, Cina; Indonesia; Jepang; Republik Korea; Malaysia; Meksiko; Selandia Baru;
Papua Nugini; Peru; Orang Filipina; Federasi Rusia; Singapura; Chinese Taipei; Thailand;
Amerika Serikat; Viet Nam.

North American Free Trade Agreement (NAFTA)


Pada tahun 1994, Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) mulai berlaku,
menciptakan salah satu zona perdagangan bebas terbesar di dunia dan meletakkan fondasi
untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat dan meningkatkan kemakmuran bagi Kanada, Amerika
Serikat, dan Meksiko. Sejak itu, NAFTA telah menunjukkan bagaimana perdagangan bebas
meningkatkan kekayaan dan daya saing, memberikan manfaat nyata bagi keluarga, petani,
pekerja, produsen, dan konsumen.

Apa saja yang dilakukan NAFTA antara lain: Pertama, NAFTA memberikan status negara yang
paling disukai kepada semua negara penanda tangan perjanjian. Itu berarti negara harus
memberikan semua pihak perlakuan yang sama, termasuk investasi langsung asing. Mereka
tidak bisa memberikan perlakuan yang lebih baik kepada investor domestik daripada investor
asing. Mereka tidak dapat menawarkan kesepakatan yang lebih baik kepada investor dari
negara non-NAFTA. Pemerintah juga harus menawarkan kontrak federal untuk bisnis di ketiga
negara NAFTA.

Kedua, NAFTA menghilangkan tarif impor dan ekspor antara ketiga negara. Tarif pajak yang
digunakan untuk membuat barang-barang asing menjadi lebih mahal. NAFTA membuat aturan
khusus untuk mengatur perdagangan produk pertanian, mobil, dan pakaian. Ini juga berlaku
untuk beberapa layanan, seperti telekomunikasi dan keuangan.

Ketiga, eksportir harus mendapatkan Surat Keterangan Asal untuk membebaskan tarif. Hal itu
berarti bahwa ekspor harus berasal di Amerika Serikat, Kanada atau Meksiko. Jika, sebuah
produk yang dibuat di Peru tetapi dikirim dari Meksiko masih akan membayar kewajiban
ketika masuk ke Amerika Serikat atau Kanada.

Keempat, NAFTA menetapkan prosedur untuk menyelesaikan sengketa perdagangan. Bab 52


melindungi bisnis dari praktik yang tidak adil. Sekretariat NAFTA memfasilitasi penyelesaian
informal antara semua pihak. Jika ini tidak berhasil, maka dibentuk panel untuk meninjau
sengketa, ini akan membantu semua pihak untuk menghindari tuntutan hukum yang mahal di
pengadilan setempat. Kemudian ini membantu semua pihak menafsirkan aturan dan prosedur
NAFTA yang rumit. Perlindungan sengketa perdagangan ini berlaku untuk investor juga.

Kelima, semua negara NAFTA harus menghormati paten, merek dagang, dan hak cipta. Pada
saat yang sama, perjanjian memastikan bahwa hak kekayaan intelektual ini tidak mengganggu
perdagangan.
Keenam, perjanjian ini memberi kemudahan bagi para pelancong bisnis di seluruh ketiga
negara.

Bentuk-Bentuk Kerja Sama Negara Maju Dan


Berkembang Di Dunia
Setelah perang dunia II usai, kehancuran ekonomi negara-negara Eropa sangat masif terjadi.
Untuk pemulihan ekonomi negara-negara Eropa, Amerika Serikat memiliki program yang
dikenal dengan istilah Marshal Pan. Program ini sebenarnya memiliki nama resmi European
Recovery Program (ERP), atau Program Pemulihan Eropa. Nama Marshal di ambil dari nama
sekretaris negara Amerika Serikat yang menggelontorkan program tersebut. Selama
empat tahun sejak 1948 hingga 1951 Amerika Serikat telah menggelontorkan $13 milyar, atau
nilainya saat ini adalah $115 milyar. Ekonomi negara-negara Eropa yang hancur akibat perang
berhasil pulih dengan cepat.

Marshal Plan adalah satu contoh bantuan luar negeri yang amat sukses. Kemudian program-
program yang mirip dengan Marshal Plan banyak diadopsi untuk negara dan wilayah-wilayah
lain di dunia. Efek dari program ini pula awal terbentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa.

Pada saat yang hampir bersamaan, juga terjadi perluasan gerakan Komunisme sedunia yang
dipelopori oleh Uni Soviet. Paska Perang Dunia II, Uni Soviet mampu memperluas pengaruh
politiknya mulai Eropa Timur hingga Asia yaitu Cina dan Korea. Hal ini menciptakan dua arus
Besar yang saling berusaha mencari pengaruh di dunia yaitu, Amerika Serikat dengan
Kapitalismenya dari Barat, dan Uni Soviet dengan Komunisme-nya dari Timur. Ketika Uni
Soviet telah berhasil Memperluas pengaruhnya hingga Eropa Timur dan Asia (Cina dan Korea),
membuat Amerika Serikat juga mencari pengaruh politiknya ke belahan dunia lain, selain
Eropa Barat. Upaya yang dijalankan Amerika ini sebagai bentuk pembendungan penyebaran
Ideologi komunisme Uni Soviet (Suwarsono, 2006).

Sebagai bentuk kerja sama negara maju dan negara dunia ketiga (berkembang), banyak pula
digunakan model program seperti Marshal Plan. Seperti yang terjadi di Indonesia,
pembangunan yang dilaksanakan pemerintahan Soeharto sangat dipengaruhi oleh Mazhab
pembangunan yang menjadi tren ketika itu. Model pembangunan yang dipilih ketika itu yaitu
pembangunan dengan perspektif modernisasi. Model pembangunan yang diterapkan pada
pemerintahan Soeharto memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Marshall Plan. Dimana
banyak Negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia menganut model pembangunan yang
diadopsi dari model pembangunan negara maju.

Dari akhir perang hingga akhir tahun 1953, AS memberikan hibah dan kredit sebesar $ 5,9
miliar ke negara-negara Asia, terutama China / Taiwan ($ 1,051 miliar), India ($ 255 juta),
Indonesia ($ 215 juta), Jepang ($ 2,44) miliar), Korea Selatan ($ 894 juta), Pakistan ($ 98 juta)
dan Filipina ($ 803 juta). Selain itu, $ 282 juta lainnya juga di datangkan ke Israel dan $ 196 juta
ke seluruh Timur Tengah. Semua bantuan ini terpisah dari Marshall Plan.
Model pembangunan ini akhirnya banyak mendapatkan kritik, karena berdampak pada
ketergantungan dunia ketiga pada negara-negara maju yang tidak pernah selesai. Seperti yang
dikemukakan oleh para pemikir Dependency Theory. Yang terjadi pada Eropa pasca perang
dunia ke-II, berbeda kondisinya dengan yang ada pada dunia ketiga. Meskipun hancur karena
perang, bangsa Eropa telah memiliki fondasi sumber daya manusia dan etika ekonomi yang
kuat, sehingga proses pembangunan Eropa jauh lebih mudah, sedang dunia ketiga tidak
memiliki kondisi seperti itu. Terbentuknya masyarakat konsumsi tinggi seperti tingkatan
masyarakat tertinggi dalam teori Rostow:

Traditional society. This is an agricultural economy of mainly subsistence farming, little of


which is traded. The size of the capital stock is limited and of low quality resulting in very
low labor productivity and little surplus output left to sell in domestic and overseas
markets
Pre-conditions for take-off. Agriculture becomes more mechanized and more output is
traded. Savings and investment grow although they are still a small percentage of national
income (GDP). Some external funding is required – for example in the form of overseas aid
or perhaps remittance incomes from migrant workers living overseas
Take-off. Manufacturing industry assumes greater importance, although the number of
industries remains small. Political and social institutions start to develop – external finance
may still be required. Savings and investment grow, perhaps to 15% of GDP. Agriculture
assumes lesser importance in relative terms although the majority of people may remain
employed in the farming sector. There is often a dual economy apparent with rising
productivity and wealth in manufacturing and other industries contrasted with stubbornly
low productivity and real incomes in rural agriculture.
Drive to maturity. Industry becomes more diverse. Growth should spread to different parts
of the country as the state of technology improves – the economy moves from being
dependent on factor inputs for growth towards making better use of innovation to bring
about increases in real per capita incomes
Age of mass consumption. Output levels grow, enabling increased consumer expenditure.
There is a shift towards tertiary sector activity and the growth is sustained by the
expansion of a middle class of consumers.
Tidak dapat terlaksana.

Selain dalam bentuk hutang modal, kerja sama negara berkembang dan negara maju juga
terjadi dalam bentuk perdagangan internasional, baik barang ataupun jasa. Negara
berkembang banyak mengimpor barang-barang primer seperti hasil pertanian dan
pertambangan, negara-negara maju memperdagangkan produk teknologi dan jasa ahli dan
konsultan pembangunan. Selain itu juga pertukaran sarana dan prasarana atau faktor
produksi; tenaga kerja, teknologi, dll.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kerja sama ekonomi internasional adalah kerja sama ekonomi
yang timbul karena perdagangan internasional, pertukaran sarana dan prasarana produksi,
dan hubungan hutang piutang yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara-negara lain,
termasuk hubungan antar penduduk dari berbagai negara.
Bentuk Kerjasama Internasional
Berdasarkan Letak Geografis; (1) Kerjasama Ekonomi Internasional, kerjasama negara-negara
dari berbagai belahan dunia. Contohnya, Kerjasama di bawah naungan PBB, IMF, ECOSOC, dan
IBRD. (2) Kerja sama ekonomi regional, adalah bentuk kerja sama beberapa negara dari suatu
kawasan atau wilayah tertentu. Contohnya adalah: UE, AFTA, NAFTA dll. (3) Kerjasama
Ekonomi Interregional, kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara yang berada di suatu
kawasan dengan negara-negara di kawasan lainnya. Contohnya adalah, Kerjasama ASEAN
dengan UE.

Berdasarkan Banyak Negara Peserta: (1) Kerjasama Ekonomi Bilateral, kerjasama yang hanya
melibatkan dua negara. Seperti kerjasama Indonesia-Tiongkok, kerjasama Amerika Serikat-
Jepang. (2) Kerjasama Ekonomi Multilateral, kerjasama yang melibatkan lebih dari dua negara.

Berdasarkan Tujuan dan Lapangan Usaha: (1) Berdasarkan Tujuan yang Sama.Contohnya
adalah Consultative Group on Indonesia (CGI); kelompok negara yang memberikan bantuan dan
pinjaman untuk pembangunan ekonomi Indonesia. Terdiri dari Jepang, Australia, Belgia, Italia,
Jerman Barat, Inggris, Kanada, dan Prancis. Atau Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD); kerjasama antar negara yang beranggotakan 21 negara-negara maju yang
bekerjasama dan memberikan bantuan untuk pembangunan negara berkembang. (2)
Berdasarkan Lapangan Usaha yang Sama. Contohnya, Organization of Petroleum Exporting
Countries (OPEC), yaitu organisasi negara-negara pengekspor minyak, seperti: Arab Saudi,
Indonesia, dan Venezuela. Atau Asian and Pacific Coconut Community (APCC), yaitu kerjasama
negara penghasil kelapa di Asia dan Pasifik.
Dampak Pasar Bebas Terhadap Indonesia
Adam Smith, seorang filsuf dan pelopor ilmu ekonomi modern berpandangan bahwa pasar
bebas adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi,
distribusi, dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Atau pasar
persaingan sempurna dalam istilah ekonomi, sebagai pasar dengan banyak penjual dan
pembeli, serta aneka ragam barang yang perdagangkan, berseberangan dengan pasar monopoli
atau pasar oligopoli.

Lebih luas dari makna pasar persaingan sempurna, pasar bebas memiliki ciri-ciri seperti:
Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang lain
(seperti peraturan, hukum, kuota impor, atau subsidi yang memberatkan pengusaha);
Pergerakan bebas modal dan tenaga kerja ke luar maupun ke dalam wilayah suatu negara;
Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat (swasta) dan tidak ada intervensi dari
pemerintah.

Perdagangan internasional sebenarnya bukanlah hal yang baru, Perdagangan internasional


atau disebut dengan perdagangan antarbangsa-bangsa, pertama kali berkembang di Eropa
yang kemudian di Asia dan Afrika. Terjadinya perdagangan antara negara-negara di dunia.
Pada awalnya didasarkan pada prinsip pembagian kerja secara internasional sesuai dengan
teori keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tiap-tiap Negara. Artinya setiap Negara
mengkhususkan diri pada kegiatan ekonomi yang didasarkan pada keunggulan komparatif.
Dalam konsep geografi dikenal sebagai nilai guna tempat. Dalam pembagian kerja tersebut,
Portugal misalnya mengkhususkan dirinya pada proksi anggur, karena di negara tersebut
sangat cocok untuk tanaman anggur, sedangkan inggris mengkhususkan diri pada produksi
bahan pakaian wol, karena di Inggris biaya produksinya murah. Kedua Negara tersebut
kemudian mempertukarkan hasil produksinya melalui perdagangan internasional dengan
harapan salin menguntungkan semua pihak. Ini adalah konsep interaksi dan interdependensi
dalam geografi.

Indonesia mengenal dunia barat juga melalui perdagangan, hal ini terjadi sejak kedatangan
Portugis dan kemudian zaman kolonialisme Belanda. Motivasi kedatangan bangsa Barat di
negara Asia termasuk Indonesia pada mulanya untuk berdagang, seperti mencari rempah-
rempah untuk diperdagangkan di Eropa. Namun kemudian, dengan motivasi komersial yang
semula menjadi tujuan utama keberadaan bangsa Eropa menjadi tergeser oleh kepentingan
yang lebih luas, yakni kepentingan penguasaan politik melalui kekuatan militer untuk
menguasai Negara-negara di Asia dengan menerapkan paham merkantilisme. Kenyataan
tersebut telah mempengaruhi sejarah bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia, terutama pada
awal periode kolonial hingga periode kemerdekaan.

Industri (Kapitalisme) membutuhkan area yang luas untuk bahan baku dan pasar. Batas-batas
negara terlalu sempit untuk perkembangan industri modern. Industri modern membutuhkan
area yang lebih untuk ekspansi pasar hingga batas-batas negara harus terlampaui. Tidak hanya
perusahaan multi nasional, perusahaan kecil, dan berskala rumah tangga juga dapat andil
dalam perdagangan bebas Internasional.

Beberapa zona perdagangan bebas internasional yang telah berjalan di dunia antara lain:

1. Uni Eropa secara resmi beroperasi sejak tanggal 1 Januari 1959


2. Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) dibentuk oleh 7 negara yang pada saat itu belum
satu pun bergabung ke dalam Uni Eropa yakni Inggris, Austria, Denmark, Norwegia,
Portugal, Swedia, dan Swiss.
3. NAFTA (North American Free-Trade Agreement)
4. AFTA (Asean Free Trade Asia Area)
5. ACFTA (Asean-Cina Free Trade Area)
Dampak Positif Pasar Bebas
Bagi Indonesia khususnya, umumnya negara berkembang perdagangan bebas memiliki peran
untuk;

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dalam negeri. Dengan perdagangan bebas
internasional produsen dalam negeri dipaksa terbiasa dengan iklim kompetisi yang keras.
Proses imitasi dan inovasi yang berjalan secara simultan dapat meningkatkan kualitas
produk dalam negeri. Produktivitas barang juga dapat terus ditingkatkan karena pasar
impor sangat berbuka.
2. Hambatan perdagangan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Tidak adanya tarif
impor, atau bea masuk membuat harga barang yang diperdagangkan secara ekspor lebih
murah sehingga nilai persaingannya lebih tinggi.
3. Peningkatan ekspor sehingga meningkatkan pendapatan nasional Indonesia.
4. Meningkatkan peluang investor yang menanamkan modal dan membangun basis produksi di
Indonesia. Adanya investor asing yang melaksanakan usahanya di Indonesia memiliki
keuntungan antara lain banyak tenaga kerja terserap, pemerintah mendapatkan penghasilan
berupa pajak, juga bahan baku dalam negeri dapat terserap oleh perusahaan asing.
5. Menambah devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.
6. Melalui impor, kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi.
7. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya dalam bentuk modal,
kerja sama internasional juga dapat dalam bentuk transfer ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Menghidupkan sektor pariwisata sehingga menambah jumlah wisatawan ke Indonesia.
Dampak Negatif Pasar Bebas
Selain peran positif perdagangan bebar jaga memiliki dampak negatif bagi Indonesia, antara
lain:

1. Produk dalam negeri mendapatkan tantangan dengan datanya produk-produk impor, Jika
kalah bersaing karena barang-barang luar negeri yang lebih murah dan berkualitas, maka
produk dalam negeri dapat kehilangan pembelinya. Dampak lebih besar dalam produsen
dalam negeri dapat gulung tikar.
2. Eksploitasi sumber daya alam akan semakin besar dengan hadirnya perdagangan bebas,
karena sumber daya alam Indonesia akan dipaksa tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam
negeri saja, tapi juga kebutuhan ekspor. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga akan
memiliki dampak yang lebih besar.
3. Perdagangan besar ditakutkan akan membuat Indonesia mengalami ketergantungan yang
lebih besar terhadap negara maju.
4. Bila tidak mampu bersaing, akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi
negara karena lebih besar impor dari pada ekspor yang di keluarkan,
5. dan meningkatkan jumlah pengangguran. Dalam perdagangan besar tidak barang dan jasa
yang lintas batas negara, tapi juga manusia (tenaga kerja) sebagai faktor produksi. Jika
kualitas tenaga kerja Indonesia yang mutunya rendah, dapat saja digantikan dengan tenaga
kerja asing yang lebih produktif.
6. Tumbuhnya budaya konsumen (konsumerisme), juga merupakan dampak negatif dari
perdagangan bebas.
Strategi Pembangunan Indonesia Untuk Menjadi
Negara Maju
Status Indonesia sampai saat ini menurut Bank Dunia adalah negara dengan klasifikasi lower
middle–income (negara dengan pendapatan menengah rendah), dengan pendapatan per kapita
hingga 2016 sebesar $3,400. Sedangkan menurut Department of Economic and Social Affairs of
the United Nations Secretariat (UN/DESA), Indonesia masih dalam katagori Developing
economies (Negara Ekonomi Berkembang).
Dibutuhkan strategi yang jitu untuk meningkatkan status Indonesia dari negara berkembang
menjadi negara maju. Melalui RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
2015-2019, digariskan strategi pembangunan Indonesia. Ada banyak tantangan harus dihadapi
antara lain:

1. Stabilitas Politik dan Keamanan;


2. Tata Kelola: Birokrasi Efektif dan Efisien;
3. Pemberantasan Korupsi;
4. Pertumbuhan Ekonomi;
5. Percepatan Pemerataan dan Keadilan;
6. Keberlanjutan Pembangunan;
7. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
8. Kesenjangan Antar Wilayah;
9. Percepatan Pembangunan Kelautan;
Dari tantangan-tantangan tersebut kemudian digariskan arah kebijakan umum pembangunan
nasional antara lain:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan;


2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan;
3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan;
4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penannganan
Perubahan Iklim;
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh;
6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan;
7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah;
Agenda pembangunan nasional disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yaitu:
(1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman kepada seluruh warga negara; (2) mengembangkan tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) Memperkuat
kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6)
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional; (7) mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8)
melakukan revolusi karakter bangsa; dan (9) memperteguh kebhinekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia. Masing-masing agenda dijabarkan menurut prioritas-prioritas
yangdilengkapi dengan uraian sasaran, arah kebijakan dan strategi.
Strategi Pembangunan Nasional, RPJM 2015-2019
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana,
pada laman http://www.beritasatu.com, mengatakan:
Dia mengatakan, strategi pertama mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan
berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui bidang
pendidikan dan kesehatan. Ia memperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan terus
meningkat menjadi 305,6 juta jiwa pada tahun 2035.
“Indonesia harus memanfaatkan dengan meningkatkan kualitas SDM. Jika tidak, Indonesia
hanya akan menjadi negara dengan banjir penduduk tapi nol kualitas,’ kata dia.
Dia mengatakan, untuk meningkatkan kualitas SDM melalui program wajib belajar 12
tahun, dan memperbanyak sekolah kejuruan. Dengan demikian, kualitas angkatan kerja
yang sebagian besar masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) bisa beradaptasi dengan
tingkat sekolah menengah.
Armida mengatakan, strategi kedua adalah meningkatkan iklim investasi. Saat ini peranan
investasi dalam perekonomian Indonesia cukup besar. Diketahui, pada tahun 2013
kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 31,7 persen.
Menurutnya, dalam jangka panjang kontribusi investasi terhadap PDB bisa mencapai 45
persen asalkan hambatan-hambatan investasi bisa diselesaikan, seperti persoalan
pembebasan lahan.
Strategi ketiga adalah mendorong peningkatan ilmu pengetahuan (iptek) dan Inovasi untuk
menciptakan produktivitas kegiatan perekonomian. Diperlukan peningkatan investasi
dalam Research and Development(R&D) baik dari pemerintah maupun swasta.
Strategi keempat adalah meningkatkan pembangunan industri dimana industrialisasi ke
depan harus memanfaatkan sumber daya alam (SDA) agar nilai tambahnya dapat
digunakan untuk kepentingan rakyat.
Strategi kelima membangun institusi yang lebih baik terutama reformasi birokrasi yang
terus disempurnakan. Selain itu, kemitraan strategis antara pemerintah dan masyarakat
dalam pembangunan ekonomi perlu dikembangkan.
Pada RPJM juga disebutkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia,
diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 7% sampai dengan 10% per tahun.
Jika pertumbuhan ekonomi ini dapat dikejar pendapatan per kapita nasional dapat tumbuh
di atas $6,000 per tahun dapa akhir 2019. Dengan demikian status Indonesia dapat
meningkat dari lower middle-income, menjadi upper middle income.

Sumber:

Barry Eichengreen, LESSONS FROM THE MARSHALL PLAN, University of California,


Berkeley, April 2010

M.Saichudin, Kegagalan Pembangunan di Dunia Ketiga.

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Anda mungkin juga menyukai