Anda di halaman 1dari 46

Konsep Dasar Geografi

Studi geografi adalah studi keruangan tentang gejala-gejala geografi. Oleh karena itu manusia
merupakan salah satu unsur gejal geografi, studi geografi berfokus pada gejala-gejala nyata
dalam kehidupan manusia.
Gejala geografi tersebut merupakan hasil keseluruhan interelasi keruangan antara faktor fisik
dan faktor manusia. Dari hasil studi tersebut, akan terbentuk suatu pola abstrak terhadap
permasalahan yang dikaji, pola abstrak tersebut berkenaan dengan gejala geografo yang
konkret, sehingga di sebut konsep geografi.
Konsep dasar dalam geografi berlaku terhadap kajian geografi fisik, geografi sosial, atau
geografi manusia, maupun geografi regional. Nathanael Daldjoeni, seorang geograf
indonesia, merumuskan konsep-konsep dasar dalam geografi menjadi:
1. Penghargaan budaya terhadap bumi
2. Konsep regional
3. Interelasi wilayah
4. Lokalisasi
5. Interaksi keruangan
6. Skala wilayah
7. Konsep perubahan
Seiring perkembangan kajian dan pendidikan geografi di indonesia, para geograf dalam
seminar dan lokakarya ikatah geografi indonesia pada tahun 1998 di semarang merumuskan
sepuluh konsep esensial geografi, penjelasan untuk tiap konsep tersebut adalah sebagai
berikut:
Konsep lokasi
Konsep lokasi terkait dengan kedudukan suatu objek di permukaan bumi, lokasi dapat
dibedakan menjadi lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah kedudukan suatu
objek berdasarkan posisi terhadap garis lintang dan garis bujur dalam sistem kordinat.
Sebagai contoh: kota canberra di austrlia terletak pada kordinat 35018.48 LS dan 14907.47
BT.
Dilain pihak, lokasi relatif adalah kedudukan suatu objek terkait denga keberadaan objek
lainnya. Sebagai contoh: kota tarakan awalnya merupakan bagian dari provinsi kalimantan
timur, akan tetapui sekarang termasuk dalam wilayah provinsi kalimantan utara. Lokasi

relatif juga buga berpengaruh terhadap nilai suatu objek, contonya, pemukiman yang terletak
dekat bandara memiliki akses transportasi yang lebih baik tetapi mengalami gangguan
kebisingan.
a. Lokasi Absolut
Lokasi absolute menunjukkan letak yang tetap terhadap system grid (kisi-kisi) atau koordinat.
Untuk menentukan lokasi absolute di muka bumi, digunakan system koordinat garis lintang
dan bujur yang biasa disebut letak astronomis. Letak absolute bersifat tetap, tidak berubah,
meskipun kondisi tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya tidak beerubah.
b. Lokasi relatif
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim disebut
sebagai letak geografis. Artinya lokasi ini berubah-ubah kaitannya dalam keadaan sekitar.

Konsep jarak
Konsep jarak menyatakan ruang yang terdapat di antara dua objek. Sama halnya dengan
lokasi, jarak juga dapat dibedakan menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut
adalah jarak yang di ukur dalam satuan panjang seperti meter atau kilometer. Jarak relatif
adalah jarak yang di ukur dengan tidak menggunakan satuan panjang, contohnya adalah
waktu tempuh dan biaya transportasi. Konsep jarak juga berpengaruh terhadap nilai suatu
objek, misalnya harga tanah yang dekat dengan pusat kota akan lebih mahal dibandingkan
dengan tana di pinggir kota. Peternakan ayam cenderung mendekati kota sebagai tempat
pemasaran, agar telur dan ayam yang dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak mengalami
kerusakan, dibandingkan apabila peternakan ditempatkan jauh dari kota.

Konsep aksebilitas
Konsep aksebilitas terkait dengan kemudahan untuk mencapai suatu objek, aksebilitas suatu
tempat dapat di pengaruhi oleh kondisi medan serta sarana dan prasarana transportasi. Jika
suatu tempat sulit diakses maka faktor jarak akan sangat berpengaruh terhadap kondisi
tersebut, sebagai contoh beberapa wilayah di papua terletak di pegunungan sehingga hanya
dapat diakses menggunakan pesawat. Suatu daerah tidak akan berkembang apabila tidak
dapat dijangkau oleh sarana transportasi.

Konsep pola
Konsep pola terkait dengan susunan atau penyebaran fenomena pada ruang muka bumi. Polapola tersebut dapat di amati dan di interpretasi serta merupakan hasil dari berbagai proses
keruangan. Sebagi contoh, pola pemukiman yang dipengaruhi oleh kondisi tofografi suatu

wilayah dan pola aliran sungai dipengaruhi oleh kondisi strutur geologi pada daerah aliran
sungai.

Konsep morfologi
Konsep morfologi terkait dengan bentuk muka bumi akibat proses alam dan dipengaruhi pula
oleh aktivitas manusia. Sebagai contoh, morfologi suatu wilayah akan terkait dengan tingkat
erosi, penggunaan lahan, jenis batuan, dan proses-proses geologi. Morfologi wilayah
mempengaruhi keberadaan manusia, contohnya dalam hal penggunaan lahan.

Konsep aglomerasi
Konsep aglomerasi terkait dengan kecendrungan pengelompokan fenomena atau objek pada
suatu wilayah, sebagai contoh, pengelompokan industri pada suatu wilayah kota atau
pengelompokan komunitas-komunitas penduduk berdasarkan profesi atau daerah asal. Misal:
Enam puluh delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung.

Konsep nilai kegunaan


Konsep nilai kegunaan terkait dengan manfaat atau kelebihan yang dimiliki suatu tempat atau
wilayah, nilai kegunaan ini bersifat relatif karena bergantung pada subjek yang
menggunakan, jenis penggunaan, dan waktu. Sebagai contoh: wilayah dengan tanah yang
subur akan memiliki manfaat besar bila di gunakan sebagai lahan pertanian. Contoh lainnya:
wilayah tepi pantai yang berombak besar akan bernilai lebih jika di gunakan sebagai lokasi
wisata selancar.

Konsep interaksi dan interdependensi


Konsep interaksi dan interdependensi terkait dengan kenyataan bahwa keberadaan suatu
wilayah akan mempengaruhi wilayah lainnya dan suatu wilayah tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Akibatnya, terjadi hubungan dengan wilayah lain dalam bentuk
perdagangan, migrasi, atau komunikasi. Ebagai contoh: penduduk di kota membutuhkan
beras dan bahan pangan lainnya dari desa, sedangkan penduduk dea membutuhkan produk
industri yang di hasilkan di kota. Contohnya: penduduk yang tinggal di suatu kota bermigrasi
ke kota lain untuk bekerja.

Konsep diferensiasi wilayah


Konsep diferensiasi wilayah terkait dengan karakteristik yang unik dan khas dari suatu
wilayah. Kondisi tersebut dipengaruhi interaksi dinamis dari unsur-unsur keruangan pada
wilayah tersebut. Sebagai contoh, wilayah indonesia yang berbentuk kepulauan dan terletak

di khatulistiwa akan memiliki iklim yang berbeda di bandingkan wilayah rusia yang terletak
di tengah benua asia. Contoh lainnya, tidak semua pulau besar di indonesia memiliki gunung
berapi.

Konsep keterkaitan keruangan


Konsep keterkaitan keruangan mengungkapkan bahwa keberadaan dan perkembangan suatu
wilayah terjadi karena hubungan dengan wilayah lain. Keterkaitan antar wilayah juga yang
mengakibatkan terjadinya fenomena di wilayah lain. Sebagai contoh, kegagalan panen pada
wilayah-wilayah pengahasil beras dapat menyebabkan kelaparan atau melambungnya harga
beras di wilayah lain. Contoh lainnya, kebakaran hutan yang terjadi di indonesia dapat
menyebabkan polusi udara di malaysia dan singapura.
Berdasarkan sepuluh konsep tersebut, seorang ahli geografi akan bekerja pada ruang
permukaan bumi. Pokok-pokok lain yang perlu di pahami oleh para ahli geografi sebagai
berikut:
1.

Persebaran fenomena-fenomena di permukaan bumi

2.

Hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain di tempat atau
wilayah yang sama.

3.

Hubungan antara fenomena yang satu denga fenomena yang lain di tempat atau
wilayah yang berbeda

4.

Efek dari atau lebih fenomena yang ada

5.

Variasi dari satu tempat ke tempat lain

6.

Penyebab suatu fenomena hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu.

7.

Pembauran fenomena keruangan

8.

Gerakan-gerakan fenomena yang bertimbal balik.

9.

Penyebab fenomena muncul tak teratur.

10.

Bentuk jaringan aneka fenomena.

11.

Kepadatan dan pengelompokan fenomena.

12.

Lokasi dan lokalisasi fenomena.

13.

Penyebaran penduduk dan kegiatan penduduk di suatu tempat.

14.

Efek kegiatan penduduk di suatu tempat terhadap tempat lain.


Dengan memahami tiap pokok di atas, para ahli geografi berusaha memahami hal-hal berikut:

1.

Hubungan manusia dengan bumi, termasuk segala keuntungan maupun hambatan bagi
kehidupan.

2.

Ketergantungan manusia terhadap ruang permukaan bumi sampai batas-batas tertentu.

3.

Upaya manusia menyelesaikan berbagai macam masalah yang berkaitan dengan ruang
dan jarak.

4.

Upaya manusia untuk mengatur dan memanfaatkan kondisi permukaan bumi.

DASAR-DASAR GEOGRAFI
A.Pengertian dan Hakekat
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala perwujudan
makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan kehidupan. Lingkup bidang
kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya
yang menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami
karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala di muka bumi.
Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk
lingkungan dunia dan tempat-tempat. Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai
hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi
dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan
pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan mempertajam maknanya, disajikan dalam
bentuk deskripsi, peta dan tampilan geografis lainnya.
Beberapa Definisi Geografi
a. Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980), Geografi adalah deskripsi dan penjelasan yang
menganalisis permukaan bumi dan pandangannya tentang hal yang selalu berubah dan
dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen menitikberatkan
pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa.
b. Menurut E.A. Ackerman (1963)Geografi adalah suatu pengertian tentang sistem yang
berinteraksi cepat yang mencakup semua budaya manusia dan lingkungan alamiahnya di
permukaan bumi.
c. Menurut E.J.Taaffe (1970)Geografi berkepentingan memberikan kepada manusia
deskripsi yang teratur tentang bumi. Penekanan mutakhir diutamakan pada geografi sebagai
studi mengenai organisasi keruangan yang dinyatakan sebagai pola-pola dan proses-proses.
d. Menurut Abler (1971)Dalam bukunya Spatial Organization the Geographers View of
the World mengatakan bahwa Geografi mengkaji struktur dan proses fenomena dan
permasalahan dalam ruang. Berkaitan dengan itu, geografi selalu berbicara dengan peta untuk
mengkaji struktur keruangan suatu permasalahan.

e. Menurut Prof Drs. R. BintartoGeografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan,


menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa, gejala-gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur
bumi dalam ruang dan waktu.
f. Hartshorne (1950) , Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan
deskripsiyang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi.
Dalampandangan Hartshorne, geografi adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang
sifat-sifat variabel permukaan bumi secara teliti, beraturan, dan rasional.
B.Filosofi dan Konsep dasar
1.Ruang Lingkup dan Ilmu Penunjang Geografi
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, geografi mempunyai ruang lingkup dan ilmu-ilmu lain yang
mendukungnya. Studi geografi meliputi gejala alam atau fisis dan gejala insani atau sosial.
Oleh karena itu, secara garis besar geografi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1

1.Geografi fisis (Physical geography)


Geografi fisis mempelajari aspek-aspek fisik, misalnya batuan, mineral, relief muka bumi,
cuaca
dan iklim, air, tumbuhan, serta hewann dan sebagainya.
2.Geografi manusia (human geography)
Geografi sosial mempelajari aspek-aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya dan sebagainya.
Geografi dapat dipelajari melalui dua pendekatan.

a)

Pendekatan geografi regional (regional geography), karena bumi dibagi-bagi ke dalam


beberapa wilayah (region). Tiap wilayah mempunyai karakteristik yang spesifik.

b)

Pendekatan topikal (topical geography), karena geografi mulai dengan kebudayaan dan
sub topik-subtopiknya, seperti bahasa dan religi, serta mengkaji variasi keruangan seluruh
permukaan bumi.
Jika bumi dipandang dari segi teori lingkungan hidup, permukaan bumi dapat dikelompokkan
menjadi tiga lingkungan, yaitu :
a) Lingkungan fisikal (phisical environment) atau abiotik adalah segala sesuatu di sekitar
manusia yang berupa makhluk tak hidup, misalnya tanah, udara, air dan sinar matahari.
b) Lingkungan biologis (biological environment) atau biotik adalah segala sesuatu di sekitar

manusia yang berupa makhluk hidup, termasuk di dalamnya adalah manusia.


c) Lingkungan sosial (social environment) adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang
berwujud tindakan atau aktivitas manusia baik dalam berhubungan dengan lingkungan alam
maupun hubungan antarmanusia.
2.Konsep Dasar Geogarafi
1. Penghargaan Budayawi Terhadap Bumi
Manusia pada masa yang berbeda-beda dalam sejarah menangkap dan menafsir lingkungan
alamnya berbeda-beda, menurut negerinya dan menurut pandangan hidupnya. Misalnya
pandangan religius dari orang Jawa terhadap laut selatan, pandangannya terhadap hutan
Roban (Pekalongan) yang keramat di masa dulu; sekarang hutan tersebut digunduli. Sekarang
kemajuan teknologi berjalan mengikuti perubahan pandangan manusia terhadap lingkungan
alam sebagai sumber daya. Penanganan manusia atas sumber daya baik eksplorasi dan
eksploitasi tergantung dari tingkat pendidikan, kompetensi teknik, semangat kewiraswastaan,
ikatan sosial, organisasi ekonomi, stabilitas politik, dan kebijakan pemerintah.
2. Konsep Regional/Wilayah
Suatu wilayah dipandang memiliki homogenitas dalam hal bentuk bentang alamnya
(landscape) dan corak kehidupannya (mata pencarian, mentalitas penduduk). Misalnya daerah
Wonogiri selatan sebagai daerah kapur (karst). Kondisi di sana dapat mudah
digeneralisasikan: tanah tandus, penduduk miskin, gizi jelek, pola migrasi kuat, dan pekerja
keras yang bersemangat.
3. Ciri Khusus Keadaan Wilayah (Areal Coherence)
Hubungan antar unsur alam dalam suatu wilayah menghasilkan suatu proses yang memberi
ciri khusus kepada wilayah yang bersangkutan. Misalnya di daerah kabupaten Boyolali,
kombinasi yang menguntungkan antara keadaan curah hujan, suhu, vegetasinya, jenis tanah,
dan topografi menjadikan wilayah ini sebagai penghasil susu dan daging ternak baik dari sapi
maupun kambing.
4. Lokalisasi
Lokasi (location) adalah posisi pasti dalam ruang. Dalam Geografi lokasi mempunyai dua
makna, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

Lokasi absolut adalah lokasi di permukaan bumi yang ditentukan oleh sistem koordinat garis
lintang dan garis bujur, disebut juga lokasi mutlak. Contoh: Jalan Jenderal Sudirman kapling
121 Jakarta. Lokasi absolut berguna untuk menentukan fenomena/gejala dalam ruang di
permukaan bumi atau dalam peta.
Lokasi relatif adalah lokasi sesuatu objek yang nilainya ditentukan oleh objek-objek lain di
luarnya. Contoh: Lokasi desa A jauh dari kota dan jauh dari jalan raya dibanding lokasi desa
B yang terletak dekat kota dan di pinggir jalan raya. Lokasi desa A lokasi relatifnya lebih baik
dibanding dengan desa B bila ditinjau dari nilai aksesibilitas/keterjangkauannya. Lokasi
relatif lebih penting dibanding lokasi absolut dalam studi Geografi.
5. Interaksi Keruangan (Spatial Interaction)
Kekhususan suatu wilayah misalnya dalam hal hasil dapat mendorong berbagai bentuk kerja
sama dan saling tukar jasa dengan wilayah lain. Jadi, perbedaan wilayah mendorong interaksi
yang berupa pertukaran manusianya (migrasi), barangnya (perniagaan), dan budayanya.
Sehubungan itu lokasi yang sentral membawa banyak kemajuan, sebaliknya lokasi yang
menyendiri mengakibatkan keterpencilan dan kemunduran.
6.Skala Wilayah
Studi geografis dapat bersifat mikroskopis (wilayah sempit) dan dapat pula makroskopis
(wilayah luas). Kesimpulannya, yang berlaku bagi wilayah sempit dapatkah digeneralisasikan
bagi wilayah luas? Kadang-kadang dapat dan kadang-kadang tidak dapat. Ini tergantung dari
sifat kombinasi unsur-unsur alam lingkungan di sekitarnya dan teknolgi.
7. Konsep Perubahan
Hal yang dipelajari tentang suatu wilayah, apakah yang berlaku pada waktu tertentu, yang
terbaru atau saat ini, tetapi kondisi saat ini adalah hasil dari proses yang berjalan lama dari
dulu, melalui aneka perubahan. Perubahan ada yang berjangka pendek dan ada yang
berjangka panjang. Iklim itu panjang jangkanya, tetapi cuaca dan musim jangkanya pendek.
Dengan bekal tujuh konsep tersebut seorang geograf akan bekerja dari ruang permukaan
bumi tempat ia hidup. Pokok-pokok lainnya yang perlu dipahami oleh para geograf adalah
sebagai berikut :
a.

Persebaran gejala-gejala di permukaan bumi.

b.

Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.

c.

Hubungan dengan gejala lain di tempat atau wilayah lain.

d.

Efek satu atau lebih gejala yang di atas.

e.

Bervariasinya gejala dari masing-masing tempat.

f.

Mengapa gejala ada di tempat-tempat tertentu, tetapi di tempat lain tidak ada.

g.

Pembauran gejala spatial.

h.

Gerakan-gerakan gejala yang bertimbal balik.

i.

Mengapa gejala munculnya tidak teratur.

j.

Bentuk jaringan aneka gejala.

k.

Kepadatan dan pengelompokan gejala.

l.

Lokasi dan lokalisasi gejala.

m.

Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat.

n.

Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.

3.Hubungan Geografi Dengan Ilmu Lainya


Dalam mempelajari ilmu geografi diperlukan ilmu-ilmu lain, sebagai berikut.
1.

Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bentuk muka bumi dan
proses terjadinya.

2.

Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang air baik di permukaan
maupun di bawah permukaan tanah.

3.

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi, meliputi asal
terjadinya, struktur, komposisi sejarah, serta proses alamiahnya.

4.

Botani adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang dunia tumbuhan dan
persebarannya.

5.

Oceanografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang laut, beserta isinya.

6.

Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan cuaca.

7.

Klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan iklim.

8.

Biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup di


permukaan bumi.

9.

Demografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aspek-aspek


kependudukan.

10.

Zoologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hewan dan persebarannya di muka
bumi.

11.

Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia dan


kebudayaannya.

12.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pola pergaulan manusia
dalam masyarakat.

13.

Ekologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang hubungan
antarorganisme dan antara organisme dengan lingkungan.

14.

Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang usaha-usaha manusia


untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam mencapai kemakmuran.

15.

Astronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang antariksa, prosesproses pembentukannya, dan benda-benda antariksa.

16.

Geografi politik adalah cabang ilmu geogarfi yang khusus mempelajari tentang
kondisi-kondisi geografis ditinjau dari sudut pandang politik dan kepentingan negara.

17.

Geografi fisik adalah cabang ilmu geografi yang mempe- lajari tentang bentuk dan
struktur permukaan bumi, yang mencakup aspek geo- morfologi dan hidrologi.

18.

Geografi manusia adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang aspek
sosial, ekonomi dan budaya penduduk.

19.

Geografi regional adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang suatu
kawasan tertentu secara khusus, misalnya geografi Asia tenggara dan geografi timur tengah.
C. Prinsip-Prinsip Geografi
Untuk menganalisis dan mengungkapkan gejala geosfer dalam kehidupan sehari-hari, secara
teoritis digunakan prinsip-prinsip dasar geografi. Apabila diamati dan dianalisis gejal
geografi dalam kehidupan sehari-hari,maka ahli geografi harus selalu berpegang pada empat
prinsip berikut.
1. Prinsip Persebaran
Fenomena geosfer baik alam maupun manusia tersebar di permukaan bumi. Persebaran
fenomena ini tidak merata dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Dengan mengkaji dan
menggambarkan persebaran berbagai fenomena geosfer, kita dapat mengungkapkan
hubungan antara satu fenomena dengan fenomena lainnya. Selanjutnya, kita dapat juga
meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Misalnya, fenomena Gempa Bumi Tsunami.
Melalui pengamatan persebaran daerah gempa, dapat segera dilakukan antisipasi agar bisa
diminimalisir jatuhnya korban bila terjadi peristiwa yang sama.
2. Prinsip Interelasi

Fenomena geosfer dalam suatu ruang mempunyai hubungan satu sama lain. Setelah melihat
persebaran fenomena geosfer dalam ruang, selanjutnya dapat diungkapkan hubungannya satu
sama lain. Melalui prinsip timbal balik, dapat diungkapkan hubungan faktor alam dengan
faktor manusia atau sebaliknya. Dari hubungan tersebut akan tergambar karakteristik gejala
alam di wilayah itu. Misalnya, fenomena gempa bumi tsunami. Dengan menggunakan prinsip
timbal balik, dapat dicari bagaimana gempa bumi tsunami dapat terjadi, adakah faktor alam
dan faktor manusia yang mempengaruhinya.
3. Prinsip Korologi
Merupakan prinsip geografi yang komprenhensif dengan memadukan prinsip-prinsip lainnya.
Prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern. Pada prinsip korologi, fenomena ditinjau
dari persebaran dan hubungan timbal balik di dalam ruang. Miasalnya, dalam mengkaji
gempa bumi tsunami selalu diperhatikan persebarannya dalam ruang, hubungannya dengan
faktor penyebab terjadinya gempa bumi tsunami dan seterusnya. Dengan demikian kita akan
mampu menjelaskan karakteristik gempa bumi tsunami tersebut.
4. Prinsip Penggambaran
Prinsip ini menjelaskan fenomena geosfer sebagai sebab akibat dari interaksi fenomena yang
ada di dalamnya. Prinsip ini akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang fenomena atau
masalah yang terjadi. Penggambaran dilakukan bukan hanya dengan kata-kata , tetapi juga
dengan menggunakan peta, diagram, grafik dan tabel. Misalnya, peristiwa gempa bumi
tsunami. Prinsip ini akan menguraikan sebab dan akibat dari peristiwa gempa bumi tsunami.
Selain itu, dengan menggunakan peta dapat digambarkan daerah persebaran gempa bumi
tsunami.
D.Objek Geografi
1. Obyek material geografi
Merupakan sasaran atau isi suatu kajian. Berdasarkan hasil Semlok Geografi di Semarang
tahun 1988 dapat dikatakan bahwa obyek studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi, atau
tepatnya fenomena geosfer.
Geosfer atau lapisan-lapisan bumi itu luas sekali, meliputi :
a. Litosfer (lapisan batuan)
Kajian litosfer antara lain tentang bentuk-bentuk permukaan bumi, proses-proses yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk permukaan bumi, pengorganisasian wilayah di
daratan, perairan dan di udara.

b. Hidrosfer (lapisan air)


Kajian ini meliputi jumlah, mutu, persebaran dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan
dengan air.
c. Atmosfer (lapisan udara)
Kajian atmosfer meliputi cuaca dan iklim atau lapisan udara yang menyelimuti bumi.
d. Biosfer (kahidupan)
Kajian ini meliputi sejarah, pertumbuhan dan persebaran kehidupan.
e. Antroposfer (manusia dan hubungannya dengan lingkungan alam)
Kajian antroposfer meliputi jumlah dan persebaran serta bentuk-bentuk hubungan timbal
balik antara manusia dan lingkungannya.
2. Obyek formal geografi
Obyek ini bersangkut paut dengan cara pemecahan masalah. Dalam menganalisis suatu
masalah, geografi menawarkan sejumlah alternatif pemecahan dengan menggunakan metode
atau pendekatan tersendiri. Jadi obyek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan
dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan obyek formal geografi meliputi
beberapa aspek pendekatan, yakni:
a. Pendekatan keruangan (spatial)
Pendekatan keruangan merupakan pendekatan khas geografi dengan mengkaji variasi
fenomena alam di permukaan bumi. Pendekatan keruangan mengacu pada penelaahan
perbedaan tempat melalui prinsip-prinsip geografi yaitu persebaran, timbal balik, dan
pergambaran.
b. Pendekatan kelingkungan (ekologi)
Pendekatan lingkungan dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan manusia
dengan lingkungan fisiknya. Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang dikenal
dengan ekosistem. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari
organisme hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer,
hidrosfer dan atmosfer.
c. Pendekatan komplek kewilayahan (teritorial)
Pendekatan kompleks kewilayahan, merupakan kombinasi pendekatan keruangan dan
ekologi. Pendekatan ini mengkaji karakteristik fisik maupun sosial dari fenomena yang

terjadi di permukaan bumi yang berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh
karena itu pendekatan ini lebih ditekankan pada pendekatan wilayah.
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, geografi fisik dan
geografi manusia tak dapat dipisahkan. Bahkan masing-masing cabang geografi saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Oleh karena itu, kajian geografi akan menyimpang dari
tujuannya apanila tidak terjadi konsep penyatuan dalam mengkaji permasalahan (Bintarto
dan Surastopo, 1979).

Dasar - Dasar Geografi


Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan
(variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu go ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
"menjelaskan").
Beberapa definisi geografi menurut para ahli,yakni:

Erastothenes (abad ke-1)

Geografi berasal dari kata geographica yang berarti

penulisan atau penggambaran mengenai bumi.

Ullman (1954)

Geografi adalah interaksi antar ruang.

Strabo (1970)

Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu

dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian disebut konsep
Natural Atrribut of Place.

Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di


permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk
hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional
untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.

Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988)

Geografi adalah ilmu yang

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan
dan kelingkungan dalam konteks keruangan.

Preston E. James, mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan,


ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal
balik antara manusia dan habitatnya.

Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah


kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi

Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala
gejala dari segi hubungan keruangan

Karl Ritter, Geografi ialah studi tentang daerah yang berbeda-beda di


permukaanbumi (Different areal) dalam keragamannya.

John Hanrath , Geografi adalah pengetahuan yang menyelidiki persebaran

gejalagejalafisik biologis dan antropologis pada ruang di permukaan bumi,sebab akibat dan
gejala menurut ukuran nilai, motif yang hasilnya dapat dibandingkan.
Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980), Geografi adalah deskripsi dan

penjelasan yang menganalisis permukaan bumi dan pandangannya tentang hal yang selalu
berubah dan dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen
menitikberatkan pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa.
Hartshorne (1950) , Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan

deskripsiyang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi.
Dalampandangan Hartshorne, geografi adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang
sifat-sifat variabel permukaan bumi secara teliti, beraturan, dan rasional.
Yeates (1963), Geografi adalah ilmu yang memerhatikan perkembangan rasional dan

lokasi dari berbagai sifat yang beraneka ragam di permukaan bumi. Dalam pandangan Yeates,
geografi adalah ilmu yang berperanan dalam perkembangan suatu lokasi yang dipengaruhi
oleh sifat-sifat yang ada di permukaan bumi dengan tidak mengenyampingkan alasan-alasan
yang rasional.
Alexander (1958), Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada

aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang


hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam.
Von Rithoffen (1905), Geografi adalah studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan

bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba


menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat tersebut.
Konsep - konsep Geografi
Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena/gejala-gejala, sehingga dapat dipakai
untuk

menggambarkan berbagai gejala/fenomena yang sama. Ada 10 konsep esensial

(dasar) geografi, yaitu:

Konsep Lokasi
Konsep lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena
geosfer. Konsep lokasi dibagi atas: 1. Lokasi absolut : lokasi menurut letak lintang dan bujur
bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di antara 6LU-11LS dan di antara 95BT-141BT.
2. Lokasi relatif : lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
Contoh: Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australia.

Konsep Jarak
Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak dapat
diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer
dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu (jarak tempuh).

Konsep Keterjangkauan
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan
kondisi tempat. Contoh: SurabayaJakarta bisa ditempuh dengan bus atau pesawat.

Konsep Pola
Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola adalah
pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.

Konsep Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi
tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah
dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi merupakan objek studi geografi.

Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan
aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat perdagangan dan daerah
pemukiman.

Konsep Nilai Kegunaan


Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan
sama pada semua orang. Nilai kegunaan pun bersifat relatif. Misalnya pantai mempunyai
nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi bagi warga kota yang selalu hidup dalam
keramaian, kebisingan dan kesibukan.

Konsep Interaksi Interdependensi


Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu gejala
dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah pedesaan dan
perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi seperti halnya
penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih teknologi.

Konsep Diferensiasi Area


Fenomena yang berbeda antara tempat yang satu dengan yang lain. Contoh: Areal pedesaan
khas dan corak persawahan.

Konsep Keterkaitan Keruangan

Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu keterkaitan
keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu wilayah dengan ketebalan
lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur dengan kesulitan air.
Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan
definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. Obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi
litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. Pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab,
disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu
lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi
dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial
processess) (Yunus, 1997).Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan
kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemenelemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk
utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan
(3) kenampakan bidang (areal features). Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemenelemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendirisendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan. Proses keruangan
berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu
analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal
dimension).
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam
pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk
hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang
didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia
yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan
lingkungan.
c. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang
saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah
perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu
kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi
fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara
berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan
permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Ilmu - Ilmu Penunjang Geografi
1. Geomorfologi : ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan bumi dan penafsirannya
tentang proses terbentuknya.
2. Meteorologi : ilmu yang mengkaji tentang cuaca yang meliputi ciri-ciri fisik dan kimianya,
tekanan, suhu udara, angin dan per-awanan.
3. Klimatologi : ilmu yang mempelajari tentang iklim, yang meliputi sebab terjadinya,
pengaruhnya terhadap bentuk fisik dan kehidupan di suatu wilayah.
4. Biogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan pola persebarannya.
5. Antropogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran manusia di permukaan bumi dalam
hubungannya dengan lingkungan geografi.

6. Hidrologi : ilmu yang mempelajari tentang fenomena air di bumi yang meliputi sirkulasi,
distribusi, bentuk, serta sifat fisik dan kimianya.
7. Oseanografi : Ilmu yang mempelajari fenomena lautan yang meliputi sifat air laut,
gerakan air laut dan pasang surut air laut.
8. Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan, jenis dan
pemanfaatannya.
9. Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah, pertumbuhan,
komposisi dan migrasi penduduk.
10. Pedologi : ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan, jenisjenis dan persebarannya.
11. Pengideraan Jauh : ilmu yang mempelajari gejala/fenomena geografi pada suatu alat
dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara
langsung terhadap lokasi yang diamati.
12. SIG (Sistem Informasi Geografi) : ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat
peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output
data.

PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI


1.

PENGERTIAN GEOGRAFI
Geografi berasal dari bahasa Yunani geo berarti bumi dan graphein berarti tulisan.
Jadi secara harfiah berarti tulisan tentang bumi, sehingga sering disebut ilmu Bumi. Istilah
geografi diperkenalkan oleh Erastothenes tahun 100 SM, sehingga beliau dikenal sebagai
peletak dasar ilmu geografi karena memperkenalkan istilah geographika juga telah mencoba
menghitung keliling bumi secara matematis melalui perbandingan besar jarak busur
Alexandria Syene (Aswan) dengan keseluruhan bumi.
Dari hasil seminar dan lokakarya para pakar Geografi yang dilaksanakan di Semarang
tahun 1988 dirumuskan bahwa :
Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan
kehidupan di muka bumi (gejala geosfera) serta interaksi antara manusia dengan
lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Dari pengertian tersebut diatas maka :

a.

Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala-gejala alam dan kehidupan di muka
bumi (gejala geosfera)dimaksudkan bahwa geografi akan mengkaji atau mempelajari
berbagai faktor penyebab sekaligus mencari dan menemukan jawaban mengapa terjadi
persamaan dan perbedaan pada gejala geosfera antara satu tempat dengan tempat yang lain.

b.

Interaksi antara manusia dengan lingkungannya dimaksudkan behwa manusia dalam


memenuhi kebutuhannya akan memanfaatkan lingkungan alamnya. Oleh karena itu dituntut
agar kelestarian daya dukung alam tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

c.

Dalam kontek keruangan dan kewilayahan dimaksudkan bahwa didalam mempelajari


(mengkaji) persamaan dan perbedaan gejala geosfera maupun interaksi manusia dengan
lingkungannya yang diutamakan adalah persebaran gejala geosfera dalam dalam suatu
wilayah dan interaksi manusia dengan lingkungannya.
Jadi yang membedakan geografi dengan ilmu yang lain bukan pada bumi sebagai
wujud kajian geografi, malinkan pada cara pandang yang bersifat keruangan dan obyek
geografi yang berupa gejala geosfera.

2.

OBYEK STUDI GEOGRAFI


Sasaran atau kajian studi geografi secara garis besar adalah :

2.1.

Aspek fisik (alami) yang meliputi aspek kimiawi, biologis astronomi dan sebagainya.

2.2.

Aspek sosial yang meliputi aspek politis, ekonomi, anthropologis dan sebagainya.

3. ANALISIS (PENDEKATAN) GEOGRAFI


Analisis (pendekatan) secara geografi ada 3 (tiga) macam yaitu :
3.1.

Analisis Keruangan
Dalam analisis keruangan seorang ahli geogarfi mengkaji variable antara sesama aspek fisik.
Variable yang berbeda antara tempat yang satu tempat yang satu dengan yang lain, dikaji
faktor penyebab yang mempengaruhi pola distribusi keruangan atau persebarannya.
Contoh :

Keterkaitan antara lereng dengan erosi.

Keterkaitan antara jenis tanah dengan vegetasi.

Keterkaitan antara letak dengan harga tanah.

3.2. Analisis Kelingkungan (Ekologi)


Dalam analisis kelingkungan seorang ahli geografi mengkaji interaksi organisme
(manusia,hewan dan tumbuhan) dengan lingkungannya.
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur unsur
yang berada dilingkungan tertentu yaitu hubungan antar organisme dan hubungan organisme
dengan lingkungannya.
Contoh :
-

Didaerah lereng pegunungan petani melakukan kegiatan pertanian dengan sistim terasering

3.3. Analisis Kewilayahan (Komplek Wilayah)


Dalam analisis kewilayahan seorang ahli geografi mengkaji antara variable manusia dengan
lingkungannya pada suatu wilayah yang mendasarkan pada kombinasi antara analisis
keruangan dan analisis ekologi
Contoh :
4.

Keterkaitan antara adanya hutan bakau, udang dan nelayan pada suatu daerah.
KONSEP DASAR ESSENSIAL GEOGRAFI
Dalam memahami ilmu geografi perlu memahami sepuluh pengertian dasar yang
sangat penting yaitu :

4.1. Konsep Lokasi (tempat)


Lokasi keterkaitannya dengan keadaan sekitarnya dapat menguntungkan dan juga dapat
merugikan.

Contoh :
-

Lokasi daerah dekat dengan jalan raya mengakibatkan harga tanah tersebut sangat mahal.

Lokasi pemukiman dekat pabrik maka udara kotor karena polusi.

4.2. Konsep Jarak


Jarak sebagai faktor pembatas karena memisahkan dua tempat, arti pentingnya bersifat relatif
dan berubah sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.
4.3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan tidak terlalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan, sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi.
Pada umumnya keterjangkauan berubah akibat perkembangan perekonomian dan
kemajuan teknologi.
4.4. Konsep Pola
Pola berkaitan denga persebaran fenomena dalam ruang di muka bumi baik yang bersifat
alami (curah hujan, persebaran vegetasi, pola aliran sungai, jenis tanah dsb) atau bersifat
sosial budaya (mata pencaharian persebaran penduduk, pemukiman dsb).
Contoh :
-

Di daerah yang curah hujannya kurang, orang akan berladang dan beternak.

Di daerah yang datar dengan curah hujan yang cukup orang akan bersawah.

4.5. Konsep Morfologi


Morfologi menggambarkan perwujudan permukaan bumi akibat tenaga geologi, menyangkut
bentuk lahan yang berkaitan denga erosi dan sedimentasi. Ketebalan tanah jenis vegetasi dan
juga penggunaan lahan.
4.6. Pengelompokan (Aglomerasi)
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat menggerombol pada suatu
wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan baik mengingat kejenisannya
maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Contoh :
-

Perumnas yang dihuni mayoritas pegawai negeri.

Pedukuhan yang dihuni petani penggarap sawah.

4.7. Nilai Kegunaan


Nilai kegunaan sumber daya alam dan gejala alam di permukaan bumi bersifat relatif, tidak
sama bagi setiap orang sesuai dengan keberadaan dan cara pandangannya.
Contoh :

Daerah pantai bagi nelayan merupakan daerah mencari nafkah yang utama, tetapi bagi
penduduk kota merupakan daerah rekreasi.

4.8. Interaksi Interdependensi


Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antara obyek yang satu dengan yang
lain, karena setiap tempat mempunyai potensi sumber daya yang berbeda.
Contoh :
-

Daerah pedesaan menghasilkan bahan pangan yang dibutuhkan daerah perkotaan,


perkotaan menghasilkan barang industri dan informasi yang dibutuhkan masyarakat
pedesaan.

4.9. Perbedaan Wilayah (diferensiasi areal)


Integrasi gejala alam menjadikan suatu wilayah mempunyai corak tersendiri (region).
Interaksi gejala dan unsur yang bersifat dinamis menghasilkan karakteristik yang selalu
berubah.
Perbedaan wilayah juga mendorong terjadinya interaksi antar wilayah dalam bentuk mobilitas
penduduk, pertukaran barang dan jasa.
Contoh :
-

Pedesaan dengan corak khas pesawahan yang tradisional berbeda dengan pedesaan dengan
sistem pertanian industri (perkebunan).

4.10. Keterkaitan Ruang (asosiasi keruangan)


Keterkaitan ruang menunjukan tingkat keterkaitan persebaran suatu gejala dengan gejala
yang lain di suatu tempat, baik yang menyangkut gejala alam, tumbuh-tumbuhan atau
kehidupan sosial.
Contoh :
-

Kemiringan lereng dengan ketebalan tanah, makin terjal lereng akan disertai dengan
fenomena makin tipisnya tanah.

5.

Tumbuhan alang-alang (ilalang) hidup pada lahan terbuka yang banyak sinar matahari.
PRINSIP PRINSIP GEOGRAFI
Secara teoritis prinsip-prinsip geografi terdiri atas: prinsip penyebaran, prinsip interrelasi,
prinsip deskripsi, dan prinsip kronologi.

1.

Prinsip Penyebaran
Prinsip penyebaran, merupakan dasar atau kunci pertama dalam kajian ilmu geografi
yang dapat menggambarkan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini menekankan pada

pemahaman bahwa fenomena geosfer itu tersebar di seluruh permukaan bumi secara tidak
merata, tetapi memiliki hubungan satu sama lain.
2.

Prinsip Interrelasi
Prinsip interrelasi merupakan prinsip yang mengungkapkan hubungan di dalam
fenomena geosfer, misalnya hubungan antara faktor fisik dengan faktok manusia. Prinsip ini
dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik gejala atau fakta geografi pada sebuah
region. Prinsip interrelasi dapat disajikan secara kuantitatif sehingga dapat diukur secara
matematis.

3.

Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripsi merupakan kerangka kerja geografis dan sebagai penjelas atas sebab
akibat terjadinya interrelasi yang dapat disajikan, tidak hanya dalambentuk kalimat, tetapi
juga ditampilkan dalam bentuk peta, diagram, grafik, atau tabel.

4.

Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip yang komprehensif, karena memudahkan semua
prinsip geografi, sehingga prinsip ini merupakan prinsip yang terpenting dalam kajian
geografi. Berdasarkan prinsip ini semua gejala, fakta, dan masalah geografi tinjauan
penyebaran, interrelasi, dan interaksinya, yaitu dalam ruang.

6.

HAKEKAT GEOGRAFI
Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada aspek keruangan berfungsi
antara lain :

a. Mengetahui bentuk muka bumi


b.

Mengetahui luas muka bumi

c. Mengetahui iklim
d.

Mengetahui aktifitas penduduk dsb.

e.

Membentuk sikap siswa untuk mencintai alam,sehingga perubahan yang terjadi pada suatu
daerah dapat dicegah dampak negatifnya.

7.

ILMU PENUNJANG GEOGRAFI


Karena obyek kajian geografi sangatlah luas maka banyak disiplin ilmu yang
menunjang geografi. Juga terjadi interaksi antara geografi dengan ilmu lain yang melahirkan
disiplin ilmu baru yang merupakan cabang tersendiri dari geografi.
Adapun beberapa disiplin ilmu penunjang geografi antara lain :

7.1. Geomorfologi

Adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan segala proses yang
mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk tersebut.
7.2. Geologi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, komposisi, sejarah dan proses perkembangan
bumi.
7.3. Meteorologi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia atmosfera.
7.4. Astronomi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit diluar atmosfera bumi.
7.5. Oseanografi
Adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala aspek yang berhubungan dengan laut.
7.6. Geofisika
Adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat bumi bagian dalam dengan metode teknik
fisika.
7.7. Demografi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
7.8. Biogeografi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang persebaran makhluk hidup secara geografis di muka
bumi.
7.9.

Antropogeografi
Adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran bangsa-bangsa di muka bumi dilihat dari
sudut geografi.

7.10. Geografi Politik, Geografi Sejarah, Geografi Regional, Geografi, Matematika, Paleotologi,
Geografi Ekonomi, Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Klimatologi dsb.
8.

OBYEK DAN RUANG LINGKUP STUDI GEOGRAFI


Karena sebagai obyek kajian geografi adalah geosfer,maka secara umum yang menjadi
obyek material geografi meliputi atmosfera (lapisan udara), hidhosfera (lapisan kulit bumi),
hidrosfera (lapisan perairan), biosfera(lingkungan hewan dan tumbuhan) dan anthroposfera
(manusia).
Sedangkan objek formal geografi adalah region dimana analisis suatu wilayah (region)
merupakan telaahan yang menyeluruh dan terpadu antara unsur-unsur wilayah (lokasi) unsurunsur fisis dan sosial dari wilayah tersebut serta jalinan interaksi dan interelasi antara unsurunsur wilayah tersebut.

Dengan demikian obyek studi geografi meliputi :


a.

Obyek formal geografi


Merupakan cara memandang terhadap objek material geografi dari aspek keruangan dalam
konteks kelingkungan atau kewilayahan.

b.

Obyek material geografi


Merupakan semua gejala yang terdapat dan terjadi di muka bumi seperti : pemukiman, desa,
DAS, industri, tanah, air bentuk lahan dsb.
Dalam penelaahan gejala geosfera study geografi selalu menganalisa dari segi lokasi
dan persebaran gejala tersebut di muka bumi serta interaksi antara satu gejala dengan gejala
yang lain pada wilayah tertentu.
Rhoad Murphey dalam bukunya The Scope of Geography mengemukakan 3 (tiga)
pokok ruang lingkup studi geografi yaitu :
a.

Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah aspek keruangan serta
bagaimana manusia memanfaatkannya.

b.

Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah.

c. Kajian terhadap region.

DASAR DASAR GEOGRAFI : GEOGRAFI LINGKUNGAN


DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI
GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna
untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep
yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang namanama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi
terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempattempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan.
Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam
prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta,
tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali
disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata geografika. Kata itu berakar dari
geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani,
berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam
berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die
erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi.
Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi,
dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan
pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi
juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan
tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu
pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah
dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode,
prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan
Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita

konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita
nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra,
menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak
khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan
waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan,
bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati
permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia
dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan
studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan
bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu :(1) adanya hubungan timbal balik
antara unsur alam dan manusia (reciprocal).(2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif,
interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya.(3) cara memadang hubungan itu berisifat
keruangan.
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa,
kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya)
untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi
selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman
itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan
batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:Keberadaan geografi lingkungan tak
terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk,
konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya
yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat
konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks. Geografi lingkungan
cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam
memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan
holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin

tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi
sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut
kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia
(sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia
untuk campur tangan pada siklus itu.Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa
geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi
keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental
geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and
human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu
tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi
materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang)
yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat
memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama. Obyek material ilmu geografi adalah
fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek
materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi,
biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau
batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain
dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa
pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks
itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain.
Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain
pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan
kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex
approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu
fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar
dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan
yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan
keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.Setiap bidang ilmu memiliki prinsip

sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki
kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama
sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip
interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
1.

Prinsip

Penyebaran

Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi.
Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak
dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai
disemua sungai atau laut.
2.

Prinsip

Interelasi

Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam
dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena
manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di
bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku
manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3.

Prinsip

Deskripsi

Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam
(lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta,
gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta,
grafik, diagram, dll.
4.

Prinsip

Korologi

Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan
deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan
interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan
gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang
ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak
abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu
konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
1.

bumi sebagai planet

2.

variasi cara hidup

3.

variasi wilayah alamiah

4.

makna wilayah bagi manusia

5.

pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia


Dalam

mengungkapkan

konsep

geografi

itu

harus

selalu

dihubungkan

dengan

penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya.


Sebagai contoh ungkapan konsep variasi cara hidup setidaknya harus terabstraksikan mata
pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata
pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu,
dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1.

wilayah atau regional

2.

lapisan hidup atau biosfer

3.

manusia sebagai faktor ekologi dominan

4.

globalisme atau bumi sebagai planet

5.

interaksi keruangan

6.

hubungan areal

7.

persamaan areal

8.

perbedaan areal

9.

keunikan areal

10.

persebaran areal

11.

lokasi relatif

12.

keunggulan komparatif

13.

perubahan yang terus menerus

14.

sumberdaya dibatasi secara budaya

15.

bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta


Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan
berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan
memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala
dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu
abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang
dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya.
Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya,
maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu

dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut
generalisasi.
5. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan
analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut.
(1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspekaspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi.
(2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian
studi perbedaan area.
(3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek
alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu
ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya
prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan
lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam
ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan
karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya
region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengungkapkan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan
pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan
fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan
peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya
peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksiintegrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan
how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi
gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
6. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat
geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal
manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang
memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.

Selain itu konsep tempat tinggal manusia tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang
ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh
manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat
dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya
dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya,
perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara
keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan
dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala interelasi- interaksi
integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya
selalu menggunakan pertanyaan geografi.
7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena
alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian
luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam
terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai
berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
1.

Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam

2.

Pitogeografi yang mempelajari tanaman

3.

Zoogeografi yang mempelajarai hewan

4.

Antropogeografi yang mempelajari manusia.


Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:

1.

Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi,
klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna
lahan

2.

Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan
geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi)
geografi politik

3.

Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.

1.

Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di


permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya.
Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi
lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat
dipisahkan dengan mansuia.

2.

1.

Geografi Manusia
Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya
keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan,
aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan
aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi
dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi
permukiman dan geografi sosial.

2.

Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya


keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis
kelamin penduduk dari suatu wilayah.

3.

Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang


kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek
keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam
ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk.
Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan,
geografi transportasi dan komunikasi.

4.

Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya


adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan
internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik,
lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan.
Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek
hubungan regional, dan internasional.

5.

Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan


dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas
adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa
yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.

3.

Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan
aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara
aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik
mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu
ruang. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik
geografi. Geografi akan kehilangan jati dirinya jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi
regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara
manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
8. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi

merupakan

pengetahuan

yang

mempelajarai

fenomena

geosfer

dengan

menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan


definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1.

obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi
litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan

2.

pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab,
disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu
lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga
pendekatan, yaitu:

1.

pendekatan keruangan,

2.

pendekatan kelingkungan, dan

3.

pendekatan kompleks wilayah


Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi
dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial
processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan
proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan
titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal
features).

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan
elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1.

What? Struktur ruang apa itu?

2.

Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

3.

When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?

4.

Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

5.

How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

6.

Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur


Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak
positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan
manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena
titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun
eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern,
random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan
titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat
(rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus
shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari
beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam
setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang. Oleh
karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan
(temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan
sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
.belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu
sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan
menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan
masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut.

1.

Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu
sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto.

2.

Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan
kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan
kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar.

3.

Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang
tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya.

4.

Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi
dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya
tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai
Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya,
ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan
untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis
tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara
kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam
pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk
hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment)
dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua
aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek
penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasangagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam
kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam
manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena
alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia
sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses
organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri
khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai
setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk
mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai
berikut.
(1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam
identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah,
tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam
di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
(cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk
memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami
secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan
secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu.
Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah
tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal.
Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis
yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan
pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang

pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat
multivariate, maka kajian bersifat horisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan
analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal
menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan
wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan
pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu
merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota.
Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1.

menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama

2.

menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan


kedua

3.

menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota


9. Paradigma dalam Geografi
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan
yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang
diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan
ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan
(konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga
suatu komunitas tertentu.
Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian
yaitu:

1.

Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara


global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja
yang sebenarnya (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi
petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) agar
menemukan apa-apa yang sebenarnya menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada
ilmuwan apa yang dapat diharapkan untuk ditemukan jika ia mendapatkan dan menyelidiki
apa-apa yang sebenarnya menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini mencakup
wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah
penelitian.

2.

Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang


konkret yang mendapat pengakuan secara universal.

3.

Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang
dapat berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen
ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam
lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan
Metaparadigm.
Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode
perkembangannya. Masing-masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi
terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.
Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :

1.

Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel

2.

Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma
regional yang dikembangkan oleh Vidal

3.

Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan


yang dikembangkan oleh Saver

4.

Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne

5.

Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut


positivisme ilmu
Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan
berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan
yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu
pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.
10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional
Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara
garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:

1.

Paradigma Eksplorasi

2.

Paradigma Environmentalisme

3.

Paradigma Regionalisme
Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang
merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan
perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.
a. Paradigma eksplorasi

Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada geographical thought yang pernah
dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan,
penggambaran-penggambaran tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan
pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat
baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berhubungan
dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau
gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi
yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik
berupa tulisan maupun peta-petanya.
Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat
barat mulai bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa
deskriptif dan klasifikasi daerah baru beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang
mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitianpenelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa
untuk menyebut perkembangan geographical thought atau pikiran/ gagasan secara
geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari
pengaturan (ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.
b. Paradigma Environmentalisme
Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya
sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk
melakukan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen
lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat
pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari
lingkungan fisik terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu
lantang (geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ideide ini masih terasa gemanya.
Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan.
Dalam beberapa hal morphometric analysis pada taraf mula ini berakar pada cognitive
descriptiondimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang
dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang lebih lengkap, akurat
dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.
Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya,
merupakan salah satu contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan
untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter

Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya
fenomena-fenomena tertentu, khususnya human phenomena oleh elemen-elemen
lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang
analisis hubungan antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.
Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan
lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia
pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia
mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya
di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).
c. Paradigma Regionalisme
Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme.
Disini nampak unsur fact finding tradition of exploration di satu sisi dan upaya
memunculkan sistesis hubungan manusia dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai
paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang
lebih detail.
Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi
hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari
segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions)
adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya
paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu temporal analysis
sebagai salah satu bentuk causal analysis berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960;
Harvey, 1969).
12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer
Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan
model building. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai
periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981)
mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya
sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya
kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal
ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian
terpisah atau salah satu sama lain sehingga hubungan intelektualnya pudar.
Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para
pakar mengenai pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya
spatial system approach. Untuk sampai ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar

mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional
analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan
dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).
Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar.
Hal ini memang wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpanganpenyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama
perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan pertama kali
dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu regional
synthesis. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan
harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang
mengungkapkan apa yang disebut sebagai wholeness. Ide pendekatan sistem memang tidak
dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.
Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang
berjudul Geography : A Modern Synthesis. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa
pendekatan terdahulu sampai saat ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai
dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.
13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka
diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang
digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek
kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain:
pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
1.

Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang


dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat
atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line)
meliputi jalan dan sungai.

2.

Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu


permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik
dengan aspek manusia dalam suatu ruang.

3.

Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan

perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan
antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut
pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi
terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif
pemecahan masalah.
14. Tantangan Geografi Ke Depan
a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet
Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense
(1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000an, yaitu:
1.

masyarakat informasi menjadi masyarakat industri

2.

teknologi pasca menjadi high tech

3.

ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia

4.

jangka pendek menjadi jangka panjang

5.

sentralisasi menjadi desentralisasi

6.

bantuan institusional menjadi bantuan diri

7.

demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif

8.

hirarki menjadi jaringan

9.

utara menjadi selatan

10.

salah satu menjadi pilihan ganda


Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa dewasa ini terjadi perubahan dari masyarakat industri
menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi bagian penting bagi individu,
masyarakat dan negara. Informasi merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari
untuk pengambilan keputusan.
Keberadaan masyarakat informasi dewasa ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi
komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi
dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi
komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar
warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).

Teknologi itu telah mampu membuktikan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data
menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah mampu digunakan sebagai
infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.
Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk
mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil
prosesing itu dibutuhkan oleh berbagai bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi
sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.
Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi menggunakan pendekatan keruangan. Dalam
pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus dapat dipelajari dengan baik dan
cepat.
Untuk mempelajari aspek keruangan seperti itu teknologi komputer telah menyediakan
program-program analisis keruangan yang makin praktis dan mudah dioperasikan. Dengan
kemudahan itu informasi geografi dapat lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan.
Dengan teknolgi internet informasi dapat dengan mudah dan cepat dikirim keseluruh penjuru
dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk
memberikan paradigma baru dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan.
Sebagaimana permasalahan lingkungan dewasa ini yang paling serius adalah mewujudkan
keberlanjutannya.
Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan
integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat
(Sutanto, 2000). Oleh karena itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini peran teknologi
informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang
penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan
teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi
(SIG). SIG dewasa ini telah berkembang dengan pesat karena didukung dengan teknologi
pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).

Anda mungkin juga menyukai