Secara umum, pengertian
geografi adalah suatu bidang ilmu yang khusus mempelajari mengenai lokasi
serta persamaan dan perbedaan keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di
atas permukaan bumi.
Lokasi
Lokasi mengandung pengertian kedudukan suatu obyek di permukaan
bumi. Secara umum, lokasi suatu obyek dilihat dari lokasi absolut
(yang didasarkan atas koordinat geografis/astronomis) dan lokasi
relatif (yang didasarkan pada letak keruangan geografis) contohnya
adalah letak astronomis Indonesia pada 6°LU-11°LS dan 95°BT-
141°BT serta lokasi geografis negara Indonesia yang terletak di antara
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta Benua Asia dan Benua
Australia.
ADVERTISEMENT
2. Jarak
Jarak berkaitan erat dengan kehidupan sosial, ekonomi, dan
pertahanan suatu negara. Misalnya harga suatu produk pertanian
akan semakin mahal jika jaraknya semakin jauh dari pusat produksi
pertanian tersebut.
3. Keterjangkauan
Konsep ini berkaitan dengan ada tidaknya aksesibilitas, baik jalan,
maupun sarana yang menjangkau suatu daerah. Misalnya daerah
pedalaman akan sulit berkembang apabila sulit dijangkau karena
tidak adanya jalan dan sarana angkutan.
4. Pola
Konsep ini mengacu pada susunan atau penyebaran fenomena ruang
muka bumi, misalnya pola pemukiman penduduk di daerah pesisir
pantai.
5. Morfologi
Konsep ini menggambarkan perwujudan dari daratan di muka bumi,
yang merupakan hasil proses pengangkatan atau penurunan wilayah
melalui proses geologi. Contohnya adalah pulau-pulau, dataran yang
luas, pegunungan, dan lembah.
ADVERTISEMENT
6. Aglomerasi
Konsep ini berawal dari pemilihan suatu tempat yang paling
menguntungkan dan akan mengarah kepada persamaan jenis.
Misalnya orang-orang golongan ekonomi menengah ke atas akan
mengelompok pada perumahan tertentu.
7. Nilai kegunaan
Ada perbedaan kepentingan dan nilai guna dari suatu barang, antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain, maupun antara orang yang
satu dengan orang yang lain.
8. Interaksi/independensi
Adanya perbedaan akan menciptakan terjadinya suatu hubungan atau
interaksi yang mengakibatkan adanya saling ketergantungan antara
wilayah satu dengan wilayah yang lain. Misalnya daerah pedesaan
penghasil pertanian sedangkan derah kota penghasil barang industry
akan saling membutuhkan.
9. Diferensiasi areal
Ada fenomena yang berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain. Walaupun suatu tempat seolah terlihat serupa, namun pasti
ada perbedaannya baik dilihat dari penduduknya atau keadaan
alamnya.
ADVERTISEMENT
2. Aspek Topologi
Aspek topologi meliputi unsur luas, batasan suatu wilayah, letak dan morfologi
suatu wilayah.
3. Aspek Nonbiotik
Aspek nonbiotik meliputi unsur pertanahan, unsur-unsur iklim dan unsur
hidrologi.
4. Aspek Biotik
Aspek biotik meliputi unsur tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
5. Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi unsur lembaga sosial masyarakat, komunitas, adat
istiadat dan tradisi.
6. Aspek Budaya
Aspek budaya meliputi unsur kesenian, bahasa, agama dan pendidikan.
7. Aspek Politik
Aspek poitik meliputi unsur-unsur pemerintahan dan partai.
Komponen lingkungan geografi terdiri dari lingkungan fisikal dan nonfisik.
Lingkungan fisikal berarti hanya membahas unsur-unsur geosfer yang bersifat
fisik yaitu meliputi tanah, air dan iklim dengan segala proses alamiahnya
sedangkan lingkungan nonfisik akan membahas tentang manusia dengan
berbagai gejalanya sebagai objek studi pokok, seperti aspek kependudukan,
aktivitas ekonomi, aspek sosial, aspek budaya dan aspek politiknya.
Lingkungan fisikal meliputi beberapa aspek geografi fisik yaitu aspek biotik,
nonbioti dan topologi sedangkan lingkungan nonfisik meliputi beberapa aspek
geografi nonfisik yaitu politik, sosial, budaya dan ekonomi.
Semua komponen lingkungan geografi ini baik lingkungan fisikal dan nonfisik
sangat mempengaruhi bentuk kehidupan manusia di bumi dan keduanya
bukan terpisah melainkan saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
Misalnya kegiatan ekonomi masyarakat di daerah pedesaan pada umumnya
adalah bertani, hal ini dikarenakan adanya lahan pertanian yang masih alami
dan tersedia banyak debit air.
Jenis dari pendekatan inilah yang nantinya akan membedakan geografi bersama
berbagai ilmu yang lain.
Misalnya:
Sebagai contohnya keadaan morfologi terkait dengan longsor, banjir, dan air
tanah.
Hal tersebut sangat dibutuhkan sebab kondisi fisik lokasi mampu mempengaruhi
tingkat adaptasi manusia yang nantinya akan menempatinya.
Contoh lainnya juga dapat dilihat dari peta sebaran COVID-19 pada suatu
kabupaten.
Pada organisme hidup, manusia menjadi salah satu satu komponen yang sangat
penting di dalam proses interaksi.
Maka dari itu, muncullah istilah ekologi manusia yang nantinya akan mempelajari
interaksi antar manusia dan antara manusia bersama lingkungan.
Di dalam tahap satu ini, manusia belum mempunyai kebudayaan yang cukup.
Sehingga guna dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia hanya akan
mengandalkan dari apa yang terdapat di alam.
Maka dari itu, konsekuensi nya ketika alam tidak lagi menyediakan
kebutuhannya, maka manusia nantinya akan pindah menuju tempat yang lain.
Dengan kemampuan serta teknologi nya, manusia ini secara besar – besaran bisa
memanfaatkan alam yang ada.
Di mana dalam tahap satu ini, manusia akan memanfaatkan alam secara
berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan alam, sehingga lingkungan akan
menjadi rusak.
Di dalam tahap satu ini, manusia sadar jika tanpa alam yang lestari manusia tak
bisa hidup dengan lebih panjang.
Manusia yang tinggal di kawasan pantai akan mempunyai kegiatan yang berbeda
dengan manusia yang tinggal di kawasan pegunungan.
Perbedaan satu ini juga akan mengakibatkan munculnya interaksi antara sebuah
wilayah bersama wilayah lainnya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya.
Misalnya:
Unsur-unsur Peta
Perbesar
9. Simbol Peta
Simbol peta merupakan tanda-tanda yang umum digunakan untuk
mewakili keadaan yang sebenarnya dan terletak di dalam peta. Jenis
simbol peta bermacam-macam, ada yang berbentuk garis atau titik.
Warna yang menunjukkan kenampakan alam dalam peta juga
termasuk dalam simbol. Misalnya, laut digambarkan dengan warna
biru, jalan raya ditandai dengan garis merah, dan semacamnya.
(ADS)
Peta Dunia, yakni peta yang menggambarkan bentuk, letak dan wilayah negara-negara di
dunia.
Peta Korografi, yakni peta yang menjelaskan seluruh atau sebagian permukaan dengan
skala kecil.
Peta Topografi, yakni peta yang menjelaskan permukaan relief bumi dengan garis-garis
kontur sebagai penjelasanya, seperti jalan, sunga, dan sebagainya.
2. Peta Khusus
Selanjutnya juga ada peta khusus atau peta tematik. Jenis peta ini menggambarkan dan
menjelaskan tentang suatu aspek atau gejala khusus pada permukaan bumi di wilayah tertentu.
Contoh peta khusus ini misalnya peta persebaran flora dan fauna di Indonesia, peta kepadatan
penduduk, peta curah hujan di suatu daerah, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Skala
Berdasarkan skalanya, terdapat 5 jenis peta yaitu peta kadaster, peta berskala kecil, peta berskala
menengan, peta berskala besar, dan peta geografis. Berikut ini macam-macam peta menurut
skalanya beserta contoh dan penjelasannya.
1. Peta Kadaster
Peta kadaster adalah jenis peta yang menunjukkan wilayah peta tanah atau peta yang ada di
dalam sertifikat tanah. Ukuran peta kadaster atau peta teknik ini skalanya antara 1:100 sampai
1:5000.
1. Peta Datar
Peta datar merupakan jenis peta yang dibuat pada bidang datar, bisa berupa kertas, kain, kanvas,
papan, dan sebagainya. Jenis peta ini paling sering ditemui dan digunakan. Seperti peta pada
umumnya, terdapat berbagai macam simbol yang digambarkan dengan bentuk dan warna yang
berbeda-beda.
2. Peta Timbul
Peta timbul merupakan jenis peta yang dibuat secara 3 dimensi sehingga terlihat mirip dengan
bentuk permukaan bumi yang sebenarnya. Karena itulah, permukaan timbul seperti gunung dan
dataran tinggi terlihat menonjol, begitu pula pada kedalaman laut akan tampak perbedaannya.
3. Peta Digital
Peta digital merupakan jenis peta yang dibuat menggunakan bantuan komputer secara digital.
Jenis peta ini tidak nyata dan bisa dilihat lewat perangkat teknologi seperti hp atau komputer.
Contoh peta digital misalnya Google Maps yang kini sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
1. Peta Dinamik
Peta dinamik merupakan jenis peta yang menggambarkan keadaan yang tidak stabil dan berubah-
ubah pada suatu wilayah. Contoh peta dinamik misalnya adalah peta perpindahan penduduk, peta
aliran sungai, peta perluasan wilayah, dan lain-lain.
2. Peta Stasioner
Peta stasioner merupakan jenis peta yang menggambarkan keadaan yang stabil atau tetap pada
suatu wilayah. Contoh peta stasioner misalnya adalah peta tanah, peta wilayah tertentu, peta
geologis, dan lain-lain.
1. Peta Induk
Peta induk merupakan jenis peta yang dihasilkan dari kegiatan survei langsung di lapangan.
Umumnya jenis peta ini digunakan sebagai dasar pembuatan peta topografi. Peta induk pun
digunakan sebagai referensi untuk peta-peta lainnya.
2. Peta Turunan
Peta turunan merupakan jenis peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada. Oleh
karena itu, pembuatan peta turunan tidak memerlukan kegiatan survei secara langsung ke
lapangan.
Nah itulah referensi jenis-jenis peta beserta contoh dan penjelasannya. Macam-macam peta bisa
dibedakan berdasarkan isinya, bentuknya, skalanya, keadaan objek, sumber datanya, dan
statistiknya. Semoga bisa menjadi tambahan referensi dan pengetahuan geografis.
peta dalam kehidupan kita. Banyak hal yang bisa diselesaikan dengan mengambil sumber data pada peta.
Data-data sejarah geografis pun sering dapat dilihat melalui peta. Bahkan, sengketa perebutan Pulau
Sipadan- Ligitan antara Indonesia-Malaysia pun menyangkut peta dan sengketa Blok Ambalat yang sempat
memanas.
Nah, dalam konteks batas dua negara, ternyata persoalannya tidak hanya menyangkut tanda batas secara
fisik yang harus ada dan dipasang di lapangan. Masalah yang jauh lebih penting adalah diperlukannya upaya
bagaimana merepresentasikan batas Negara tersebut di atas media informasi yang dapat berbentuk peta
dalam format hardcopy atau dalam format softcopy ataupun digital yang lebih fleksibel dalam
penggunaannya. Dalam proses pemetaan ini, SIG baik konvensional maupun digital sangat dibutuhkan.
Di depan, kamu telah mempelajari SIG secara modern. Dari apa yang telah kamu pelajari itu, kamu dapat
menarik kesimpulan bahwa untuk mengoperasikan SIG secara modern dibutuhkan hardware dan software
yang cukup mahal. Apakah ada cara lain untuk mengoperasikan SIG dengan sarana yang lebih murah?
Sebelum SIG berkembang seperti sekarang ini, SIG berawal dari sebuah gagasan menampilkan beberapa
informasi di peta. Gagasan tersebut dilakukan dengan overlay dua peta, kemudian semakin banyak peta
yang akan dipadukan. Dalam proses ini mulai ditemukan kesulitan apabila terlalu banyak peta yang
dipadukan. Nah, pemikiran ini mendasari terkembangnya SIG modern. Software SIG yang ada sekarang
SIG modern atau digital selalu menggunakan seperangkat alat komputer dalam analisisnya, sedangkan
analisis dalam SIG konvensional dilakukan dengan cara manual, seperti proses buffering pada gambar.
Tidak hanya proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara manual dan
semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar
berikut.
1. Pemasukan Data
Masih ingatkah kamu, pekerjaan apa saja yang terdapat pada proses pemasukan data dalam SIG? Ya benar,
pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain digitasi, editing, pembangunan topologi, transformasi proyeksi,
konversi format data, pemberian atribut, dan sebagainya. Bagaimanakah SIG konvensional melakukan
pekerjaan-pekerjaan dalam proses pemasukan data? Apakah sama dengan SIG digital? Jika kita
menerapkan SIG yang benar-benar konvensional, semua pekerjaan tersebut kita lakukan secara manual
sebuah media kertas. Berbeda jika kita menerapkan SIG dengan cara memadukan antara digital dan
konvensional. Semua pekerjaan dalam pemasukan data sama dengan SIG modern, yaitu digitasi, editing,
pembangunan topologi, dan sebagainya. Perbedaannya terletak pada proses analisisnya yang tetap saja
Contoh nyatanya seperti pada saat kita melakukan analisis data berupa buffering atau overlay. Jika peta-
peta dasar yang telah berbentuk digital hendak kita buffer maupun overlay, kita harus mencetak peta-peta
tersebut menggunakan printer. Kemudian baru kita buffer dan overlay secara manual.
2. Pengelolaan Data
Pengelolaan data dalam SIG konvensional sama dengan SIG yang lebih modern. Pekerjaan-pekerjaan dalam
subsistem pengelolaan data meliputi operasi penyimpanan, pengaktifan, dan penyimpanan kembali serta
pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Dalam subsistem ini yang membedakan antara
SIG yang konvensional dan SIG yang lebih modern sering dibedakan dengan
pula sistem manajemen basis data yang efisien. Berkembangnya berbagai perangkat lunak atau software
dalam SIG yang mempunyai kemampuan lebih, bisa saja menjadikan SIG yang dahulu modern menjadi
konvensional.
Sebagai contoh, suatu proses digitasi pada peta bentuk lahan akan menghasilkan peta digital bentuk lahan
dan tabel penyerta yang berisi nomor urut satuan pemetaan yang pada data raster, diwakili dengan nilai
piksel; nama satuan pemetaan; luas setiap satuan pemetaan; keliling atau parameter setiap satuan
pemetaan.
Nah, pada perangkat lunak SIG yang lebih canggih proses penamaan satuan pemetaan, perhitungan luas
total satuan pemetaan, dan sebagainya dapat dilakukan secara langsung serta lebih mudah. Berbeda
dengan perangkat lunak yang lebih kuno, pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa saja dilakukan, hanya saja
Subsistem inilah yang membedakan SIG konvensional dengan SIG modern. Esensi dari SIG adalah analisis
secara digital. Meskipun terkonsep dengan SIG konvensional, tetapi beberapa ahli kartografi menganggap
bahwa SIG konvensional merupakan perkembangan dari ilmu Kartografi. Tentunya kamu telah mengetahui,
Coba sebutkan. Tumpang susun (overlay) peta merupakan proses yang paling banyak dilakukan dalam
pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas computer dan perangkat lunak SIG belum tersedia, para surveyor
pemetaan, perencanaan dan praktisi lain yang banyak memanfaatkan peta dalam pekerjaannya menghadapi
Misalkan masing-masing peta disajikan pada suatu lembar transparan seperti plastik atau kertas kalkir,
maka penumpangsusunan empat peta sekaligus dengan tujuan menyajikan satuan-satuan pemetaan baru,
memberikan gambaran yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali. Inilah inti dari SIG konvensional. SIG
yang lebih modern menyediakan fasilitas overlay (tumpang susun) secara cepat untuk menghasilkan satuan
pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang dibuat. Prinsip overlay dapat kamu cermati pada gambar di
bawah.
Nah, gambar di samping merupakan gambaran prinsip overlay yang menghasilkan satuan pemetaan baru.
Bisa kamu bayangkan apabila banyak peta di-overlay secara manual, betapa rumitnya bukan? Jika kamu
melakukan overlay secara manual hanya peta baru yang akan kita hasilkan. Berbeda jika kita melakukan
overlay dengan digital, selain peta kita akan memperoleh data atribut yang disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil overlay secara manual ini kemudian didigitasi sehingga menjadi peta digital. Meskipun dalam format
digital, tetapi peta tersebut tidak bisa dikatakan produk dari SIG modern karena analisisnya masih dilakukan
secara manual. SIG yang benar-benar modern menyerahkan semua analisisnya terhadap komputer
meskipun manusia tetap berperan sebagai brainware yang mengendalikan seluruh sistem pada seperangkat
komputer.
4. Keluaran Data
Keluaran utama dalam SIG baik yang modern maupun digital adalah informasi spasial baru. Informasi ini
perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy) supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional.
Perangkat lunak pada SIG yang lebih modern mempunyai kemampuan yang lebih canggih dan lebih mudah
dipahami oleh pengguna, terutama dalam proses layout. Sedangkan SIG yang semi konvensional
menyediakan fasilitas layout tetapi dengan proses yang relatif lebih rumit. Dalam SIG yang sangat
konvensional, proses layout dilakukan secara manual seperti halnya kita melakukan layout biasa. Tentunya
kamu bisa membayangkan bagaimana perbedaan SIG modern dan SIG konvensional dalam proses ini.
Jenis Penelitian:
Penelitian eksploratif Penelitian eksploratif adalah penelitian dengan mencari penyebab sebuah
gejala yang sedang terjadi. Penelitian ini memerlukan penjajakan yaitu harus melakukan eksplorasi
terhadap obyek penelitian. Contohnya dengan wawancara. Jika dikaitkan dengan penelitian
geografi, penelitian eksploratif juga mencari tahu penyebab peristiwa geosfer. Caranya dengan
melakukan wawancara warga masyarakat, mengamati obyek penelitian, dan lainnya. Penelitian
deskriptif Penelitian deskriptof mengkaji bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Penelitian ini mencari
tahu proses terjadinya sebuah peristiwa secara rinci dan akurat. Dalam penelitian ini umumnya
menggunakan vaiabel yang berkaitan dengan obyek penelitian. Penelitiak deskriptif pada ilmu
geografi berisi penjelasan proses terjadinya peristiwa geosfer. Selain itu juga menjelaskan penyebab
peristiwa geosfer terjadi. Baca juga: Penelitian Geografi: Pengertian, Sifat, Jenis dan Contoh
Judulnya Penelitian eksplanatif Jenis penelitian yang menjelaskan alasan sebuah peristiwa terjadi.
Penelitian eksplanatif menggunakan variabel yang berkaitan dengan obyek penelitian untuk
menjelaskan peristiwa yang terjadi. Penelitian eksplanatif dalam ilmu geografi umumnya
menjelaskan alasan peristiwa geosfer terjadi dan mencari penyebab di balik terjadinya peristiwa
tersebut.
Pada tahun 1991, ada 2 orang ilmuwan bernama James H. Jeans dan Harold
Jeffers yang menyampaikan teori Pasang Surut atau Tidal. Menurut teori pasang
surut ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari
dan kemudian menghilang. Pada saat kejadian itu separuh bagian dari matahari
tertarik dan lepas. Dari bagian matahari yang terlepas inilah yang kemudian
membentuk planet-planet.
Sedangkan pada teori asal usul tata surya menurut Jeans dan Jeffreys, bintang
raksasa yang mendekati matahari massanya sama dengan massa matahari.
Sehingga ketika bintang tersebut mendekat, pada permukaan matahari terbentuk
gunung-gunung gelombang yang besar sekali. Gunung-gunung tersebut memiliki
ketinggian yang luar biasa dan berbentuk seperti lidah pijar raksasa. Lidah pijar
yang menjulur dari matahari sampai ke bintang raksasa.
Lidah tersebut sangat panas dan mempunyai rongga-rongga yang nantinya akan
pecah menjadi planet-planet. Bintang raksasa itu terus bergerak menjauhi
matahari sehingga lama kelamaan pengaruhnya akan hilang. Selanjutnya planet-
planet tersebut mengalami pendinginan dan bergerak memutari matahari. Pada
planet-planet besar, proses pendinginan berlangsung lebih lambat daripada
planet-planet kecil seperti Merkurius dan Bumi.
Selama proses pendinginan, planet-planet memutari matahari dengan orbit
berbentuk elips. Sehingga pada suatu saat memungkinkan jarak planet-planet itu
menjadi lebih pendek dari biasanya. Pada saat itu terjadi pasang surut pada
permukaan planet-planet dan menyebabkan sejumlah materi terlontar keluar dan
membentuk satelit-satelit planet.
Pada teori pasang surut ini juga dijelaskan bahwa planet-planet tersebut berasal
dari pecahan gas matahari yang berbentuk seperti cerutu. Sehingga ukuran
planet-planet menjadi berbeda-beda, akibatnya planet-planet dibagian tengah
seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus memiliki ukuran yang besar.
Sedangkan pada bagian ujung planet-planetnya berukuran lebih kecil.
Teori Planetesimal pada dasarnya hampir sama dengan teori pasang surut. Teori
ini pertama kali disampaikan oleh seorang astronom bernama Forest R. Moulton
(1878-1952) dan ahli kebumian yang bernama Thomas C. Chamberlin (1834-
1928). Planetesimal sendiri berarti planet kecil yang memutari sebuah inti yang
berbentuk gas.
Matahari telah ada sebagai salah satu dari sekian banyak bintang, pada suatu
waktu ada sebuah bintang yang melintas di kejauhan yang tidak terlalu jauh,
sehingga terjadi pasang naik antara bintang dan matahari. Pada saat bintang itu
berada jauh dari massa matahari jatuh ke permukaan matahari dan sebagian
tersebar di sekitar matahari, maka ini disebut planetisimal yang dikenal sebagai
planet yang berada di orbitnya dan di sekitar matahari.
Teori bintang kembar adalah salah satu dari banyaknya teori tentang
pembentukan dan evolusi tata surya. Teori ini diusulkan oleh astronom Inggris
R.A. Lyttleton, pada tahun 1956. Menurut teori ini tata surya awalnya terbentuk
dari 2 buah bintang kembar raksasa.
Kemudian, salah satu bintang dari bintang kembar itu meledak sehingga
menghasilkan puing-puing dan debu. Hingga akhirnya berevolusi mengelilingi
mengelilingi bintang yang satunya (matahari) dan membentuk planet-planet
beserta benda-benda langit lainnya.
Karena bintang yang tidak hilang masih memiliki gravitasi yang kuat, puing-puing
tersebut tidak tertarik masuk ke dalam matahari melainkan bergerak
mengelilinginya. Hingga akhirnya serpihan-serpihan debu dari ledakan tadi
menyatu dan memilin hingga akhirnya membentuk planet.
Baca Juga : Hukum, Tata Cara Mandi Wajib yang Benar dalam Islam Beserta Dalil
Sedangkan batuan-batuan dari puing-puing bintang yang meledak berputar dan
membentuk orbit asteroid. Teori ini mengacu pada hasil penelitian yang
membuktikan bahwa pada sistem tata surya lainnya terdapat bintang kembar.
Sehingga Lyttelton meyakini bahwa asal usul tata surya kita adalah dari hasil
ledakan 2 buah bintang kembar. Dimana salah satu bintang meledak dan
membentuk anggota tata surya. Sedangkan yang tidak hancur menjadi pusat
tata surya.
Big Bang adalah kata yang mewakili peristiwa ledakan yang sangat besar.
Beberapa ilmuwan, sistem tata surya kita percaya bahwa asal usul tata surya
adalah dari bintang yang berukuran sangat besar. Dalam beberapa juta tahun,
usia bintang itu naik, dan akhirnya meledak.
Ledakan yang sangat kuat timbul karena ukuran dan energi yang dimiliki bintang
sangatlah besar. Ledakan ini setara dengan 5 × 1025 kali intensitas ledakan
senjata nuklir. Partikel yang dipancarkan oleh ledakan, meleleh dan dipadatkan
oleh gravitasi dan energi dari ledakan ledakan tersebut. Sehingga, terbentuklah
benda-benda langit seperti sekarang ini.
6.Teori Keadaan Tetap atau Steady-State
(Bondi, Gold, dan Hoyle)
Menurut teori ini, yaitu teori steady state (teori keadaan tetap) bahwa alam
semesta belum memiliki awal dan tidak akan berakhir. Alam semesta dari dulu
selalu tampak sama seperti sekarang, tidak ada yang berubah.
Semua materi di alam semesta terus berekspansi dan bergerak menjauhi kita.
Teori keadaan tetap disampaikan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Foil dari
Universitas Cambridge pada tahun 1948. Teori mengacu kepada prinsip
kosmologi sempurna, yaitu pernyataan bahwa alam semesta dimanapun dan
kapan pun akan tetap sama.
Pernyataan ini di dukung oleh hasil penemuan galaksi baru yang mempunyai
massa yang sebanding dengan galaksi lama. Sehingga beranggapan bawah
alam semesta termasuk tata surya memiliki luas dan umur yang tak terhingga.
Teori keadaan tetap benar-benar bertentangan dengan teori Big Bang. Dalam
teori asal usul tata surya ini, ketika galaksi bergerak menjauh satu sama lain,
maka akan tercipta ruang kosong. Dalam teori steady state, ruang angkasa terus
menghasilkan materi baru guna mengisi ruang kosong galaksi.
Sehingga galaksi baru akan terbentuk untuk menggantikan galaksi yang
bergerak menjauh. Orang-orang akan setuju bahwa zat baru itu adalah
Hedrogen. Zat Itu adalah sumber asal usul tata surya, bintang, dan galaksi.