Anda di halaman 1dari 33

Apa yang dimaksud dengan geografi (geography)?

Secara umum, pengertian
geografi adalah suatu bidang ilmu yang khusus mempelajari mengenai lokasi
serta persamaan dan perbedaan keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di
atas permukaan bumi.

Posibilis/ posibilisme adalah teori yang dikemukakan Vidal de la Blache, mengungkapkan


bahwa manusialah yang menentukan kehidupannya. Determinis/determinisme adalah teori
yang mengungkapkan bahwa alam (fisik) bumi yang menentukan kehidupan manusia,
dikemukakan Fredrich Ratzel. 

Lokasi
Lokasi mengandung pengertian kedudukan suatu obyek di permukaan
bumi. Secara umum, lokasi suatu obyek dilihat dari lokasi absolut
(yang didasarkan atas koordinat geografis/astronomis) dan lokasi
relatif (yang didasarkan pada letak keruangan geografis) contohnya
adalah letak astronomis Indonesia pada 6°LU-11°LS dan 95°BT-
141°BT serta lokasi geografis negara Indonesia yang terletak di antara
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta Benua Asia dan Benua
Australia.
ADVERTISEMENT

2. Jarak
Jarak berkaitan erat dengan kehidupan sosial, ekonomi, dan
pertahanan suatu negara. Misalnya harga suatu produk pertanian
akan semakin mahal jika jaraknya semakin jauh dari pusat produksi
pertanian tersebut.
3. Keterjangkauan
Konsep ini berkaitan dengan ada tidaknya aksesibilitas, baik jalan,
maupun sarana yang menjangkau suatu daerah. Misalnya daerah
pedalaman akan sulit berkembang apabila sulit dijangkau karena
tidak adanya jalan dan sarana angkutan.
4. Pola
Konsep ini mengacu pada susunan atau penyebaran fenomena ruang
muka bumi, misalnya pola pemukiman penduduk di daerah pesisir
pantai.
5. Morfologi
Konsep ini menggambarkan perwujudan dari daratan di muka bumi,
yang merupakan hasil proses pengangkatan atau penurunan wilayah
melalui proses geologi. Contohnya adalah pulau-pulau, dataran yang
luas, pegunungan, dan lembah.
ADVERTISEMENT

6. Aglomerasi
Konsep ini berawal dari pemilihan suatu tempat yang paling
menguntungkan dan akan mengarah kepada persamaan jenis.
Misalnya orang-orang golongan ekonomi menengah ke atas akan
mengelompok pada perumahan tertentu.
7. Nilai kegunaan
Ada perbedaan kepentingan dan nilai guna dari suatu barang, antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain, maupun antara orang yang
satu dengan orang yang lain.
8. Interaksi/independensi
Adanya perbedaan akan menciptakan terjadinya suatu hubungan atau
interaksi yang mengakibatkan adanya saling ketergantungan antara
wilayah satu dengan wilayah yang lain. Misalnya daerah pedesaan
penghasil pertanian sedangkan derah kota penghasil barang industry
akan saling membutuhkan.
9. Diferensiasi areal
Ada fenomena yang berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain. Walaupun suatu tempat seolah terlihat serupa, namun pasti
ada perbedaannya baik dilihat dari penduduknya atau keadaan
alamnya.
ADVERTISEMENT

10. Keterkaitan keruangan


Adanya suatu fenomena pasti berkaitan erat dengan fenomena yang
lain. Pusat perbelanjaan hampir pasti dibangun di daerah yang dekat
dengan daerah berpenduduk padat.
Demikian pembahasan mengenai konsep geografi yang harus kita
pahami sebelum belajar geografi lebih lanjut, semoga informasi ini
bermanfaat untuk kita semua. (WWN)
·
Macam-Macam Aspek Geografi
1. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi meliputi unsur perkebunan, pertambangan, pertanian,
peternakan, perikanan, pasar dan transportasi.

2. Aspek Topologi
Aspek topologi meliputi unsur luas, batasan suatu wilayah, letak dan morfologi
suatu wilayah.

3. Aspek Nonbiotik
Aspek nonbiotik meliputi unsur pertanahan, unsur-unsur iklim dan unsur
hidrologi.

4. Aspek Biotik
Aspek biotik meliputi unsur tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.

5. Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi unsur lembaga sosial masyarakat, komunitas, adat
istiadat dan tradisi.

6. Aspek Budaya
Aspek budaya meliputi unsur kesenian, bahasa, agama dan pendidikan.

7. Aspek Politik
Aspek poitik meliputi unsur-unsur pemerintahan dan partai.
Komponen lingkungan geografi terdiri dari lingkungan fisikal dan nonfisik.
Lingkungan fisikal berarti hanya membahas unsur-unsur geosfer yang bersifat
fisik yaitu meliputi tanah, air dan iklim dengan segala proses alamiahnya
sedangkan lingkungan nonfisik akan membahas tentang manusia dengan
berbagai gejalanya sebagai objek studi pokok, seperti aspek kependudukan,
aktivitas ekonomi, aspek sosial, aspek budaya dan aspek politiknya.
Lingkungan fisikal meliputi beberapa aspek geografi fisik yaitu aspek biotik,
nonbioti dan topologi sedangkan lingkungan nonfisik meliputi beberapa aspek
geografi nonfisik yaitu politik, sosial, budaya dan ekonomi.
Semua komponen lingkungan geografi ini baik lingkungan fisikal dan nonfisik
sangat mempengaruhi bentuk kehidupan manusia di bumi dan keduanya
bukan terpisah melainkan saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
Misalnya kegiatan ekonomi masyarakat di daerah pedesaan pada umumnya
adalah bertani, hal ini dikarenakan adanya lahan pertanian yang masih alami
dan tersedia banyak debit air.

Ilmu Yang Menunjang Lingkungan Geografi Fisik


Ilmu-ilmu yang menunjang lingkungan geografi fisik yakni sebagai berikut:
a. Meteorologi dan Klimatologi, mempelajari gejala cuaca dan iklim.
b. Oseanografi, mempelajari eksplorasi mengenai lautan (termasuk dengan
yang terkandung di dalamnya).
c. Hidrologi dan hidrografi. Hidrologi mempelajari gerakan dan distribusi air di
bumi sedangkan Hidrografi mempelajari penelitian dan pemetaan air di
permukaan bumi.
d. Geologi dan Geomorfologi. Geologi mempelajari perubahan bentuk bumi
sedangkan geomorfologi mempelajari bentuk permukaan lahan dan sejarah
pembentukannya.
e. Ilmu Tanah dan Geografi Tanah. Ilmu tanah mempelajari tentang sifat
tanah sedangkan geografi tanah mempelajari tentang sifat tanah, poka
penyebaran tanah dan fungsi tanah untuk menunjang kehidupan manusia.
f. Biologi dan Biogeografi. Biologi mempelajari tentang tumbuhan dan hewan
sedangkan biogeografi mempelajari tentang penyebaran organisme dalam
ruang dan waktu.
Contoh Prinsip Persebaran (Distribusi) Adanya fenomena sumber air tertentu yang tidak dapat
dijumpai di semua tempat. Contohnya permasalahan pencemaran air tidak dijumpai di semua
sungai atau laut. Contoh lainnya yaitu timah di pulau Bangka dan pohon bakau di pantai. Contoh
Prinsip Interelasi Kerusakan hutan di bagian hulu menyebabkan banjir di wilayah hilir. Kerusakan
hutan ini terjadi akibat perilaku manusia yang suka menebang pohon sembarangan, serta
rendahnya kesadaran fungsi hutan. Contoh lainnya yaitu hutan menjadi gundul akibat penebangan
liar dan hutan yang mudah terbakar. Contoh Prinsip Deskripsi Deskripsi bisa dilakukan dengan
mencari fakta, gejala, masalah, sebab akibat, data kualitatif dan kuantitatif. Selain itu bisa memakai
bantuan grafik, diagram, dan peta. Contoh Prinsip Korologi ontoh prinsip korologi yaitu padi hidup
subur di dataran rendah.

Pendekatan keruangan merupakan suatu usaha dalam mengkaji rangkaian


persamaan dari perbedaan fenomena geosfer di dalam suatu ruang.

Jenis dari pendekatan inilah yang nantinya akan membedakan geografi bersama
berbagai ilmu yang lain.

Misalnya:

Di dalam perencanaan pembukaan lahan pada kawasan permukiman yang baru,


maka hal yang harus diperhatikan ialah seluruh aspek yang berhubungan dengan
wilayah yang nantinya akan dipakai.

Sebagai contohnya keadaan morfologi terkait dengan longsor, banjir, dan air
tanah.

Hal tersebut sangat dibutuhkan sebab kondisi fisik lokasi mampu mempengaruhi
tingkat adaptasi manusia yang nantinya akan menempatinya.

Contoh lainnya juga dapat dilihat dari peta sebaran COVID-19 pada suatu
kabupaten.

2. Pendekatan Analisis Ekologi


Pendekatan ekologi merupakan suatu usaha untuk mengkaji fenomena geosfer
pada interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya.

Pada organisme hidup, manusia menjadi salah satu satu komponen yang sangat
penting di dalam proses interaksi.

Maka dari itu, muncullah istilah ekologi manusia yang nantinya akan mempelajari
interaksi antar manusia dan antara manusia bersama lingkungan.

Kegiatan manusia di dalam kaitan interaksinya bersama lingkungannya


mengalami beberapa tahapanan sebagai berikut:

a. Manusia tergantung pada alam

Di dalam tahap satu ini, manusia belum mempunyai kebudayaan yang cukup.
Sehingga guna dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia hanya akan
mengandalkan dari apa yang terdapat di alam.

Maka dari itu, konsekuensi nya ketika alam tidak lagi menyediakan
kebutuhannya, maka manusia nantinya akan pindah menuju tempat yang lain.

b. Manusia menguasai alam

Dengan kemampuan serta teknologi nya, manusia ini secara besar – besaran bisa
memanfaatkan alam yang ada.

Sebagai contohnya lewat pemakaian mesin – mesin.

Di mana dalam tahap satu ini, manusia akan memanfaatkan alam secara
berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan alam, sehingga lingkungan akan
menjadi rusak.

c. Manusia dengan alam yang saling mempengaruhi

Di dalam tahap satu ini, manusia sadar jika tanpa alam yang lestari manusia tak
bisa hidup dengan lebih panjang.

Kesadaran tersebut yang akan mendorong manusia untuk melakukan pelestarian


alam.

Contoh pendekatan ekologi:

Kemampuan manusia di dalam memanfaatkan lingkungan guna beraktivitas


merupakan salah satu contohnya.

Manusia yang tinggal di kawasan pantai akan mempunyai kegiatan yang berbeda
dengan manusia yang tinggal di kawasan pegunungan.

Baca juga: Prinsip Geografi

3. Pendekatan Analisis Kompleks Wilayah


Pendekatan satu ini akan mengkaji jika fenomena geografi yang terjadi pada
setiap wilayah berbeda – beda, sehingga dapat membentuk karakteristik dalam
suatu wilayah.

Perbedaan satu ini juga akan mengakibatkan munculnya interaksi antara sebuah
wilayah bersama wilayah lainnya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya.

Misalnya:

 Perbedaan komoditas serta kebutuhan antarwilayah yang akan melahirkan


kegiatan perdagangan.
 Kawasan pedesaan akan mengerjakan interaksi bersama wilayah perkotaan
untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Sebaliknya, perkotaan
nantinya akan berinteraksi bersama pedesaan untuk memenuhi kebutuhan
pangan serta tenaga kerja.
iGeografi

Dalam ilmu geografi, peta merupakan gambaran keadaan muka bumi


ke dalam bidang datar. Sedangkan, yang dimaksud dengan pemetaan
adalah proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah
awal dalam pembuatan peta.
ADVERTISEMENT

Pemetaan juga dapat diartikan sebagai pengelompokkan wilayah yang


berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah. Meliputi dataran
tinggi, pegunungan, sumber daya, dan potensi penduduk yang
berpengaruh terhadap sosial kultural dan memiliki ciri khusus dalam
penggunaan skala yang tepat.
Mengutip jurnal Penerapan K-Means untuk Pemetaan Gugus Depan
Kepramukaan Kwartir Ranting Kecamatan Gemolong oleh Febri
Saputro (2017), pemetaan dilakukan dengan menggambarkan
penyebaran kondisi alamiah tertentu secara meruang dan
memindahkan keadaan sesungguhnya ke dalam peta dasar yang
dinyatakan dengan penggunaan skala peta.
Secara umum, proses pemetaan meliputi beberapa tahapan dari
pencarian dan pengumpulan data hingga sebuah peta dapat
digunakan. Proses pemetaan tersebut harus dilakukan dengan urut
dan runtut agar peta yang dihasilkan baik dan benar sehingga bisa
dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT

Adapun fungsi peta dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

 Memberi informasi kepada pembaca mengenai letak relatif atau


absolut suatu daerah terhadap daerah lainnya.
 Menyajikan data tentang potensi suatu daerah.
 Memberi informasi mengenai kondisi fisik dan non fisik suatu daerah,
misalnya mengenai kepadatan, jumlah penduduk, dan persebaran
penduduknya.
 Sebagai alat bantu dalam penelitian lapangan, operasi militer,
perencanaan wilayah, jelajah alam, dan sebagainya.
 Memperhatikan ukuran dengan peta sehingga dapat diukur luas
wilayah dan jarak di permukaan bumi.

Unsur-unsur Peta
Perbesar

Peta Indonesia. Foto: iStock


Mengutip Modul Geografi: Pengetahuan Dasar Perpetaan dan
Penginderaan Jauh yang diterbitkan Kemendikbud, suatu peta yang
baik hendaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Judul Peta
Judul merupakan aspek penting yang mencerminkan isi sebuah peta.
Judul memberi petunjuk bagi pembaca peta tentang isi atau data yang
tergambar, letak, hingga fungsi peta. Misalnya, peta berjudul Jawa,
maka isinya juga berkaitan dengan wilayah Jawa.
ADVERTISEMENT

2. Lettering atau Penulisan


Merupakan penguatan terhadap sebuah simbol peta. Huruf yang
digunakan dalam peta memiliki aturan-aturan yang spesifik, meliputi:

 Huruf tegak digunakan untuk kenampakan-kenampakan daratan,


nama sebuah peta, dan judul peta.
 Huruf miring digunakan untuk kenampakan hidrografi atau perairan.
Misalnya, sungai, laut, danau, dan rawa.
 Huruf tebal menggambarkan kenampakan-kenampakan yang pokok
atau utama. Misalnya, nama benua, nama region, atau nama negara.

3. Orientasi atau Penunjuk Arah


Penunjuk arah ini memegang peranan penting untuk mengetahui arah
utara, selatan, barat, dan timur. Dalam perpetaan dikenal tiga arah
utara, yaitu utara geografis, utara magnetis, dan utara meridian.
4. Skala Peta
ADVERTISEMENT

Merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di


lapangan. Skala peta dapat dibedakan menjadi:

 Skala angka, skala numerik, skala perbandingan, skala pecahan, yaitu


skala yang menggunakan angka-angka. Contohnya, 1 : 25.000, 1 :
50.000, dan lain-lain.
 Skala grafik, skala batang, skala garis, yaitu skala yang menggunakan
garis dengan ukuran perbandingan. Jika peta diperbesar atau
diperkecil, skala ini dapat berubah dengan sendirinya tanpa konversi
angka.
 Skala verbal, skala pernyataan, skala kalimat, yaitu skala yang
menggunakan kata-kata di dalam representasi ukuran jarak peta.
5. Inset
Yang dimaksud dengan inset adalah peta sisipan, yaitu peta yang
disisipkan dalam peta utama. Tujuannya untuk memberi kejelasan
hubungan antarwilayah.
6. Garis-garis Astronomis
ADVERTISEMENT

Merupakan garis khayal yang terdapat di atas permukaan bumi. Garis


astronomis hanya terlihat pada sebuah globe atau peta. Garis
astronomis akan membentuk sebuah sistem koordinat yang dibagi
menjadi dua. Pertama, garis lintang, latitude, dan garis paralel. Kedua,
garis bujur, longitude, dan garis meridian.
7. Legenda
Legenda adalah keterangan simbol-simbol yang digunakan dalam
peta. Simbol sebaiknya digambar dengan tepat, disesuaikan dengan
ukuran dan penggambarannya. Itu karena legenda berfungsi
membantu pembaca supaya tidak salah dalam menafsirkan isi peta.
8. Tahun pembuatan peta dan pembuat peta
Dicantumkannya tahun pembuatan peta bertujuan untuk mengetahui
kapan peta tersebut dibuat dan apa saja perubahan-perubahan isi peta
di masa yang akan datang. Sementara itu, nama pembuat perlu
dicantumkan untuk mengetahui keabsahan sebuah peta.
ADVERTISEMENT

9. Simbol Peta
Simbol peta merupakan tanda-tanda yang umum digunakan untuk
mewakili keadaan yang sebenarnya dan terletak di dalam peta. Jenis
simbol peta bermacam-macam, ada yang berbentuk garis atau titik.
Warna yang menunjukkan kenampakan alam dalam peta juga
termasuk dalam simbol. Misalnya, laut digambarkan dengan warna
biru, jalan raya ditandai dengan garis merah, dan semacamnya.
(ADS)
 Peta Dunia, yakni peta yang menggambarkan bentuk, letak dan wilayah negara-negara di
dunia.
 Peta Korografi, yakni peta yang menjelaskan seluruh atau sebagian permukaan dengan
skala kecil.
 Peta Topografi, yakni peta yang menjelaskan permukaan relief bumi dengan garis-garis
kontur sebagai penjelasanya, seperti jalan, sunga, dan sebagainya.
2. Peta Khusus
Selanjutnya juga ada peta khusus atau peta tematik. Jenis peta ini menggambarkan dan
menjelaskan tentang suatu aspek atau gejala khusus pada permukaan bumi di wilayah tertentu.

Contoh peta khusus ini misalnya peta persebaran flora dan fauna di Indonesia, peta kepadatan
penduduk, peta curah hujan di suatu daerah, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Skala
Berdasarkan skalanya, terdapat 5 jenis peta yaitu peta kadaster, peta berskala kecil, peta berskala
menengan, peta berskala besar, dan peta geografis. Berikut ini macam-macam peta menurut
skalanya beserta contoh dan penjelasannya.

1. Peta Kadaster
Peta kadaster adalah jenis peta yang menunjukkan wilayah peta tanah atau peta yang ada di
dalam sertifikat tanah. Ukuran peta kadaster atau peta teknik ini skalanya antara 1:100 sampai
1:5000.

2. Peta Berskala Besar


Peta berskala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang kecil seperti kelurahan, desa,
atau kecamatan. Ukuran peta berskala kecil ini skalanya antara 1:5000 sampai 1:250000.

3. Peta Berskala Menengah


Peta berskala menengah digunakan untuk menggambarkan wilayah yang luas medium seperti
kabupaten, kota, atau provinsi di Indonesia. Ukuran peta berskala menengah ini skalanya antara
1:250000 sampai 1:500000.
4. Peta Berskala Kecil
Peta berskala kecil digunakan untuk menggambarkan wilayah yang paling luas seperti negara,
benua, atau bahkan seluruh dunia. Ukuran peta berskala kecil ini skalanya lebih dari 1:500000.

Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya, terdapat 3 jenis peta yaitu peta datar, peta timbul, dan peta digital.
Berikut ini macam-macam peta menurut bentuknya beserta contoh dan penjelasannya.

1. Peta Datar
Peta datar merupakan jenis peta yang dibuat pada bidang datar, bisa berupa kertas, kain, kanvas,
papan, dan sebagainya. Jenis peta ini paling sering ditemui dan digunakan. Seperti peta pada
umumnya, terdapat berbagai macam simbol yang digambarkan dengan bentuk dan warna yang
berbeda-beda.
2. Peta Timbul
Peta timbul merupakan jenis peta yang dibuat secara 3 dimensi sehingga terlihat mirip dengan
bentuk permukaan bumi yang sebenarnya. Karena itulah, permukaan timbul seperti gunung dan
dataran tinggi terlihat menonjol, begitu pula pada kedalaman laut akan tampak perbedaannya.

3. Peta Digital
Peta digital merupakan jenis peta yang dibuat menggunakan bantuan komputer secara digital.
Jenis peta ini tidak nyata dan bisa dilihat lewat perangkat teknologi seperti hp atau komputer.
Contoh peta digital misalnya Google Maps yang kini sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.

Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek


Berdasarkan keadaan objeknya, terdapat 2 jenis peta yaitu peta dinamik dan peta stasioner.
Berikut ini macam-macam peta menurut keadaan objeknya beserta contoh dan penjelasannya.

1. Peta Dinamik
Peta dinamik merupakan jenis peta yang menggambarkan keadaan yang tidak stabil dan berubah-
ubah pada suatu wilayah. Contoh peta dinamik misalnya adalah peta perpindahan penduduk, peta
aliran sungai, peta perluasan wilayah, dan lain-lain.

2. Peta Stasioner
Peta stasioner merupakan jenis peta yang menggambarkan keadaan yang stabil atau tetap pada
suatu wilayah. Contoh peta stasioner misalnya adalah peta tanah, peta wilayah tertentu, peta
geologis, dan lain-lain.

Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Sumber Data


Berdasarkan sumber datanya, terdapat 2 jenis peta yaitu peta induk dan peta turunan. Berikut ini
macam-macam peta menurut sumber datanya beserta contoh dan penjelasannya.

1. Peta Induk
Peta induk merupakan jenis peta yang dihasilkan dari kegiatan survei langsung di lapangan.
Umumnya jenis peta ini digunakan sebagai dasar pembuatan peta topografi. Peta induk pun
digunakan sebagai referensi untuk peta-peta lainnya.

2. Peta Turunan
Peta turunan merupakan jenis peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada. Oleh
karena itu, pembuatan peta turunan tidak memerlukan kegiatan survei secara langsung ke
lapangan.

Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Statistiknya


Berdasarkan statistiknya, terdapat 2 jenis peta yaitu peta statistik distribusi kualitatif dan peta
statistik distribusi kuantitatif. Berikut ini macam-macam peta menurut statistiknya beserta contoh
dan penjelasannya.

1. Peta Statistik Distribusi Kualitatif


Peta statistik distribusi kualitatif merupakan jenis peta yang menggambarkan kevariasian jenis
data, tanpa memperhitungkan jumlahnya. Contoh jenis peta ini adalah peta tanah, peta budaya,
peta agama, dan lain-lain.

2. Peta Statistik Distribusi Kuantitatif


Peta statistik distribusi kualitatif merupakan jenis peta yang menggambarkan jumlah data, yang
biasanya berdasarkan perhitungan persentase. Contoh jenis peta ini adalah peta penduduk, peta
curah hujan, peta penghasilan penduduk, dan lain-lain.

Nah itulah referensi jenis-jenis peta beserta contoh dan penjelasannya. Macam-macam peta bisa
dibedakan berdasarkan isinya, bentuknya, skalanya, keadaan objek, sumber datanya, dan
statistiknya. Semoga bisa menjadi tambahan referensi dan pengetahuan geografis.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memanfaatkan citra


penginderaan jauh untuk mengetahui lokasi terdampak bencana dan
membuat peta kawasan rawan bencana. Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) merupakan lembaga yang salah satu tugasnya
berada pada bidang penginderaan jauh. Oleh sebab itu, jawaban yang tepat
adalah E.

erikut merupakan jenis-jenis citra foto berdasarkan spektrum


elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut
liputan kamera, jenis kamera yang digunakan, warna yang
digunakan, dan sistem wahananya.

1. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan


Berdasakan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto
dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut.

 Foto ultraviolet, merupakan foto yang dibuat menggunakan


spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29
mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat
disadap, tetapi untuk beberapa objek dari foto ini mudah
pengenalannya karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat
baik untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan
atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, dan batuan
kapur.
 Foto ortokromatik, merupakan foto yang dibuat
menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga
sebagian hijau (0,4-0,56 mikrometer. Cirinya tidak banyak
informasi yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi
pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah
permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 m. Baik
untuk survei vegetasi karena daun hijau tergambar dengan
kontras.
 Foto pankromatik, merupakan citra foto dari udara yang
dibuat menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai
dari warna merah hingga ungu. Foto udara ini sering disebut
foto udara konvensional. Ciri foto pankromatik adalah pada
warna objek sama dengan kesamaan mata manusia sehingga
baik untuk mendeteksi pencernaan air, kerusakan banjir,
penyebab air tanah, dan air permukaan.
 Foto inframerah asli (true infrared photo), merupakan foto
yang dibuat menggunakan spektrum inframerah dekat hingga
panjang gelombang 0,9-1,2 mikrometer yang dibuat secara
khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun sehingga
rona pada foto inframerah tidak ditentukan oleh warna daun,
tetapi oleh sifat jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai
jenis tanaman termasuk tanaman yang sehat atau yang sakit.
 Foto inframerah modifikasi, merupakan foto yang dibuat
dengan inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak
pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto ini
objek tidak segelap dengan film inframerah sebenarnya
sehingga dapat dibedakan dengan air.
2. Berdasarkan Sumbu Kamera
Ciri foto dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke
permukaan bumi yaitu sebagai berikut.

 Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto


yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap
permukaan bumi.
 Foto condong atau foto miring (oblique photograph) yaitu
foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap
garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya
sebesar 10° atau lebih besar. Akan tetapi, bila sudut
condongnya masih berkisar antara 1-4°, foto yang dihasilkan
masih digolongkan sebagai foto vetikal. Foto condong masih
dibedakan menjadi dua, yaitu foto agak condong (low oblique
photograph) dan foto sangat condong (high oblique
photograph).

3. Berdasarkan Sudut Liputan Kamera


Citra foto berdasarkan sudut liputan kamera dibedakan menjadi
empat, yaitu sudut kecil bila sudut liputannya kurang dari 60°, sudut
normal bila sudut liputannya antara 60-75°, sudut besar bila sudut
liputannya antara 75-100°, dan sudut sangat besar bila sudut
liputannya lebih dari 100°.

4. Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan


Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

 Foto tunggal adalah foto yang dibuat dengan kamera tunggal.


Tiap daerah liputan foto hanya bergambar oleh satu foto.
 Foto jamak, adalah beberapa foto yang dibuat pada saat yang
sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Adapun
pembuatannya ada tiga cara yaitu menggunakan multikamera,
multilensa, dan kamera tunggal berlensa tunggal dengan
pengurai warna.

5. Berdasarkan Warna yang Digunakan


Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi
sebagai berikut.

 Foto warna asli (true color) merupakan foto pankromatik


berwarna.
 Foto berwarna semua (false color) atau foto inframerah
berwarna. Pada foto berwarna semua, warna objek tidak sama
dengan warna foto, misalnya vegetasi yang berwarna hijau
dan banyak memantulkan spektrum inframerah, tampak
merah pada foto.

6. Berdasarkan Sistem Wahana


Berdasarkan sistem wahana yang digunakan, citra foto dibedakan
menjadi dua yaitu sebagai berikut.

 Foto udara, merupakan foto yang dibuat dari pesawat atau


balon udara.
 Foto satelit atau foto orbital, merupakan foto yang dibuat dari
satelit.

Baca juga: 7 Keunggulan SIG (Sistem Informasi Geografis)

Nah, itulah pengertian mengenai citra foto, beserta jenis-jenisnya


yaitu Spektrum Elektromagnetik, Sumbu Kamera, Sudut Liputan
Kamera, Jenis Kamera, Warna, dan Sistem Wahana. Demikian artikel
yang dapat saya bagikan mengenai citra foto dan semoga
bermanfaat.

SIG adalah software yang relatif mahal.


2. Membutuhkan jumlah data yang banyak dan seringkali eror.
3. Resolusi gambar kadang buram.
4. Dapat merusak privasi seseorang.
5. Biaya perawatan SIG sangat mahal

 Membutuhkan penyimpanan yang lebih besar
 Menyulitkan dalam pengambilan informasi keruangan akibat ukuran grid yang lebih
besar
 Sulit digabung dengan data atribut lainnya dikarenakan hanya mempunyai satu
tematik
 Perbubahan letak koordinat grid susah dilakukan
 Resolusi tampilan data raster yang lumayan terbatas (Seperti EpEp :v)
Sistem Informasi Geografi SIG Konfensional. Saat ini kita harus mulai menyadari betapa pentingnya

peta dalam kehidupan kita. Banyak hal yang bisa diselesaikan dengan mengambil sumber data pada peta.

Data-data sejarah geografis pun sering dapat dilihat melalui peta. Bahkan, sengketa perebutan Pulau

Sipadan- Ligitan antara Indonesia-Malaysia pun menyangkut peta dan sengketa Blok Ambalat yang sempat

memanas.

Nah, dalam konteks batas dua negara, ternyata persoalannya tidak hanya menyangkut tanda batas secara

fisik yang harus ada dan dipasang di lapangan. Masalah yang jauh lebih penting adalah diperlukannya upaya

bagaimana merepresentasikan batas Negara tersebut di atas media informasi yang dapat berbentuk peta

dalam format hardcopy atau dalam format softcopy ataupun digital yang lebih fleksibel dalam

penggunaannya. Dalam proses pemetaan ini, SIG baik konvensional maupun digital sangat dibutuhkan.

Di depan, kamu telah mempelajari SIG secara modern. Dari apa yang telah kamu pelajari itu, kamu dapat

menarik kesimpulan bahwa untuk mengoperasikan SIG secara modern dibutuhkan hardware dan software

yang cukup mahal. Apakah ada cara lain untuk mengoperasikan SIG dengan sarana yang lebih murah?

Jawabannya ada yaitu pengoperasian SIG secara konvensional.

Sebelum SIG berkembang seperti sekarang ini, SIG berawal dari sebuah gagasan menampilkan beberapa

informasi di peta. Gagasan tersebut dilakukan dengan overlay dua peta, kemudian semakin banyak peta

yang akan dipadukan. Dalam proses ini mulai ditemukan kesulitan apabila terlalu banyak peta yang

dipadukan. Nah, pemikiran ini mendasari terkembangnya SIG modern. Software SIG yang ada sekarang

juga melalui tahap perkembangan kecanggihan.


Perbedaan yang mendasar antara SIG modern atau SIG digital dengan SIG konvensional terdapat pada alat.

SIG modern atau digital selalu menggunakan seperangkat alat komputer dalam analisisnya, sedangkan

analisis dalam SIG konvensional dilakukan dengan cara manual, seperti proses buffering pada gambar.

Tidak hanya proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara manual dan

semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar

berikut.

1. Pemasukan Data

Masih ingatkah kamu, pekerjaan apa saja yang terdapat pada proses pemasukan data dalam SIG? Ya benar,

pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain digitasi, editing, pembangunan topologi, transformasi proyeksi,

konversi format data, pemberian atribut, dan sebagainya. Bagaimanakah SIG konvensional melakukan

pekerjaan-pekerjaan dalam proses pemasukan data? Apakah sama dengan SIG digital? Jika kita

menerapkan SIG yang benar-benar konvensional, semua pekerjaan tersebut kita lakukan secara manual

dan hal ini merupakan bagian dari kartografi.


Proses digitasi, editing, dan sebagainya kita lakukan secara langsung dengan menggambarkannya pada

sebuah media kertas. Berbeda jika kita menerapkan SIG dengan cara memadukan antara digital dan

konvensional. Semua pekerjaan dalam pemasukan data sama dengan SIG modern, yaitu digitasi, editing,

pembangunan topologi, dan sebagainya. Perbedaannya terletak pada proses analisisnya yang tetap saja

dilakukan secara manual.

Contoh nyatanya seperti pada saat kita melakukan analisis data berupa buffering atau overlay. Jika peta-

peta dasar yang telah berbentuk digital hendak kita buffer maupun overlay, kita harus mencetak peta-peta

tersebut menggunakan printer. Kemudian baru kita buffer dan overlay secara manual.

2. Pengelolaan Data

Pengelolaan data dalam SIG konvensional sama dengan SIG yang lebih modern. Pekerjaan-pekerjaan dalam

subsistem pengelolaan data meliputi operasi penyimpanan, pengaktifan, dan penyimpanan kembali serta

pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Dalam subsistem ini yang membedakan antara

SIG yang konvensional dan SIG yang lebih modern sering dibedakan dengan

perkembangan sistem komputerisasi. Karena dengan berkembangnya sistem komputerisasi, berkembang

pula sistem manajemen basis data yang efisien. Berkembangnya berbagai perangkat lunak atau software

dalam SIG yang mempunyai kemampuan lebih, bisa saja menjadikan SIG yang dahulu modern menjadi

konvensional.

Sebagai contoh, suatu proses digitasi pada peta bentuk lahan akan menghasilkan peta digital bentuk lahan

dan tabel penyerta yang berisi nomor urut satuan pemetaan yang pada data raster, diwakili dengan nilai

piksel; nama satuan pemetaan; luas setiap satuan pemetaan; keliling atau parameter setiap satuan

pemetaan.
Nah, pada perangkat lunak SIG yang lebih canggih proses penamaan satuan pemetaan, perhitungan luas

total satuan pemetaan, dan sebagainya dapat dilakukan secara langsung serta lebih mudah. Berbeda

dengan perangkat lunak yang lebih kuno, pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa saja dilakukan, hanya saja

harus menggunakan formula yang lebih rumit.

3. Manipulasi dan Analisis Data

Subsistem inilah yang membedakan SIG konvensional dengan SIG modern. Esensi dari SIG adalah analisis

secara digital. Meskipun terkonsep dengan SIG konvensional, tetapi beberapa ahli kartografi menganggap

bahwa SIG konvensional merupakan perkembangan dari ilmu Kartografi. Tentunya kamu telah mengetahui,

pekerjaan-pekerjaan apa saja yang termasuk dalam subsistem ini.

Coba sebutkan. Tumpang susun (overlay) peta merupakan proses yang paling banyak dilakukan dalam

pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas computer dan perangkat lunak SIG belum tersedia, para surveyor

pemetaan, perencanaan dan praktisi lain yang banyak memanfaatkan peta dalam pekerjaannya menghadapi

kendala untuk menumpangsusunkan peta yang berjumlah lebih dari 4 lembar.

Misalkan masing-masing peta disajikan pada suatu lembar transparan seperti plastik atau kertas kalkir,

maka penumpangsusunan empat peta sekaligus dengan tujuan menyajikan satuan-satuan pemetaan baru,

memberikan gambaran yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali. Inilah inti dari SIG konvensional. SIG

yang lebih modern menyediakan fasilitas overlay (tumpang susun) secara cepat untuk menghasilkan satuan

pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang dibuat. Prinsip overlay dapat kamu cermati pada gambar di

bawah.
Nah, gambar di samping merupakan gambaran prinsip overlay yang menghasilkan satuan pemetaan baru.

Bisa kamu bayangkan apabila banyak peta di-overlay secara manual, betapa rumitnya bukan? Jika kamu

melakukan overlay secara manual hanya peta baru yang akan kita hasilkan. Berbeda jika kita melakukan

overlay dengan digital, selain peta kita akan memperoleh data atribut yang disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil overlay secara manual ini kemudian didigitasi sehingga menjadi peta digital. Meskipun dalam format

digital, tetapi peta tersebut tidak bisa dikatakan produk dari SIG modern karena analisisnya masih dilakukan

secara manual. SIG yang benar-benar modern menyerahkan semua analisisnya terhadap komputer

meskipun manusia tetap berperan sebagai brainware yang mengendalikan seluruh sistem pada seperangkat

komputer.

4. Keluaran Data
Keluaran utama dalam SIG baik yang modern maupun digital adalah informasi spasial baru. Informasi ini

perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy) supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional.

Perangkat lunak pada SIG yang lebih modern mempunyai kemampuan yang lebih canggih dan lebih mudah

dipahami oleh pengguna, terutama dalam proses layout. Sedangkan SIG yang semi konvensional

menyediakan fasilitas layout tetapi dengan proses yang relatif lebih rumit. Dalam SIG yang sangat

konvensional, proses layout dilakukan secara manual seperti halnya kita melakukan layout biasa. Tentunya

kamu bisa membayangkan bagaimana perbedaan SIG modern dan SIG konvensional dalam proses ini.

Jenis Penelitian:

Penelitian eksploratif  Penelitian eksploratif adalah penelitian dengan mencari penyebab sebuah
gejala yang sedang terjadi. Penelitian ini memerlukan penjajakan yaitu harus melakukan eksplorasi
terhadap obyek penelitian. Contohnya dengan wawancara.  Jika dikaitkan dengan penelitian
geografi, penelitian eksploratif juga mencari tahu penyebab peristiwa geosfer. Caranya dengan
melakukan wawancara warga masyarakat, mengamati obyek penelitian, dan lainnya.  Penelitian
deskriptif  Penelitian deskriptof mengkaji bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Penelitian ini mencari
tahu proses terjadinya sebuah peristiwa secara rinci dan akurat. Dalam penelitian ini umumnya
menggunakan vaiabel yang berkaitan dengan obyek penelitian.  Penelitiak deskriptif pada ilmu
geografi berisi penjelasan proses terjadinya peristiwa geosfer. Selain itu juga menjelaskan penyebab
peristiwa geosfer terjadi.  Baca juga: Penelitian Geografi: Pengertian, Sifat, Jenis dan Contoh
Judulnya Penelitian eksplanatif  Jenis penelitian yang menjelaskan alasan sebuah peristiwa terjadi.
Penelitian eksplanatif menggunakan variabel yang berkaitan dengan obyek penelitian untuk
menjelaskan peristiwa yang terjadi.  Penelitian eksplanatif dalam ilmu geografi umumnya
menjelaskan alasan peristiwa geosfer terjadi dan mencari penyebab di balik terjadinya peristiwa
tersebut.   

Sifat penelitian geografi

1. Ilmiah: menggunakan metode berpikir ilmiah dan menerapkan ilmu pengetahuan


sebagai landasan teori.
2. Berbasis penemuan: berawal dari penemuan masalah di lingkungan geosfer.
3. Berbasis pengembangan: memperluas kajian terhadap geosfer dengan analisis secara
mendalam.
4. Menguji kebenaran: semua penelitian harus diuji kebenarannya guna mendapat hasil
yang lebih akurat agar bisa dijadikan dasar penelitian selanjutnya.
5. Memecahkan masalah: bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan geosfer.
pertama kali disampaikan oleh Emmanuel Swendenborg (1688-1772) pada
tahun 1734. Teori ini kemudian disempurnakan kembali oleh Immanuel Kant
(1724-1804) pada tahun 1775. Teori serupa juga dikemukakan oleh Piere
Marquis de Laplace pada tahun 1796. Sehingga teori ini juga dikenal dengan
teori Nebula Kant-Laplace.
Pada teori ini dinyatakan bahwa pada tahap awal, tata surya masih berupa
kumpulan kabut raksasa. Kabut yang merupakan asal usul tata surya ini
tersusun dari debu, es, dan gas dengan kandungan hidrogen tinggi. Kabut ini
disebut sebagai nebula. Kemudian kabut mengalami penyusutan karena gaya
gravitasi yang dimilikinya. Selama proses penyusutan kabut tersebut berputar
sehingga akhirnya memanas dan berubah menjadi bintang raksasa.
Bintang raksasa tersebut adalah matahari. Ukuran dari matahari raksasa
tersebut terus menyusut dan berputar semakin cepat. Sehingga cincin-cincin gas
dan es terlempar keluar ke sekeliling matahari. Pada akhirnya akibat adanya
gaya tarik gravitasi dan penurunan temperatur, gas dan es tersebut memadat
dan membentuk planet-planet.
Menurut Laplace asal usul tata surya memiliki orbit atau garis edar planet yang
berbentuk elips adalah akibat dari proses terbentuknya galaksi itu sendiri.
Hipotesa Nebula juga berhasil menjelaskan bahwa tata surya berbentuk datar
dan orbit elips planet-planet yang memutari matahari bentuknya hampir datar.

2. Teori Pasang Surut atau Tidal (Jeans dan


Jeffreys)
Teori Pasang Surut (informazone.com)

Pada tahun 1991, ada 2 orang ilmuwan bernama James H. Jeans dan Harold
Jeffers yang menyampaikan teori Pasang Surut atau Tidal. Menurut teori pasang
surut ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari
dan kemudian menghilang. Pada saat kejadian itu separuh bagian dari matahari
tertarik dan lepas. Dari bagian matahari yang terlepas inilah yang kemudian
membentuk planet-planet.

Ratusan juta tahun yang lalu sebuah bintang bergerak mendekati


matahari dan kemudian menghilang. Pada saat kejadian itu separuh
bagian dari matahari tertarik dan lepas. Dari bagian matahari yang
terlepas inilah yang kemudian membentuk planet-planet.
Kejadian tersebut hampir sama seperti pasang surut air laut yang ada di muka
bumi yang diakibatkan oleh gaya tarik gravitasi bulan. Bedanya pasang surut air
laut ukurannya lebih kecil dibandingkan teori pasang surut tata surya. Hal
tersebut bisa terjadi dikarenakan kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak antara
bulan dan bumi (60 kali jari-jari bumi).
Baca Juga :  Rumus Lingkaran Luas dan Keliling Beserta Contoh Soal + Pembahasan

Sedangkan pada teori asal usul tata surya menurut Jeans dan Jeffreys, bintang
raksasa yang mendekati matahari massanya sama dengan massa matahari.
Sehingga ketika bintang tersebut mendekat, pada permukaan matahari terbentuk
gunung-gunung gelombang yang besar sekali. Gunung-gunung tersebut memiliki
ketinggian yang luar biasa dan berbentuk seperti lidah pijar raksasa. Lidah pijar
yang menjulur dari matahari sampai ke bintang raksasa.
Lidah tersebut sangat panas dan mempunyai rongga-rongga yang nantinya akan
pecah menjadi planet-planet. Bintang raksasa itu terus bergerak menjauhi
matahari sehingga lama kelamaan pengaruhnya akan hilang. Selanjutnya planet-
planet tersebut mengalami pendinginan dan bergerak memutari matahari. Pada
planet-planet besar, proses pendinginan berlangsung lebih lambat daripada
planet-planet kecil seperti Merkurius dan Bumi.
Selama proses pendinginan, planet-planet memutari matahari dengan orbit
berbentuk elips. Sehingga pada suatu saat memungkinkan jarak planet-planet itu
menjadi lebih pendek dari biasanya. Pada saat itu terjadi pasang surut pada
permukaan planet-planet dan menyebabkan sejumlah materi terlontar keluar dan
membentuk satelit-satelit planet.
Pada teori pasang surut ini juga dijelaskan bahwa planet-planet tersebut berasal
dari pecahan gas matahari yang berbentuk seperti cerutu. Sehingga ukuran
planet-planet menjadi berbeda-beda, akibatnya planet-planet dibagian tengah
seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus memiliki ukuran yang besar.
Sedangkan pada bagian ujung planet-planetnya berukuran lebih kecil.

3. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)


Teori Planetesimal (pages.uoregon.edu)

Teori Planetesimal pada dasarnya hampir sama dengan teori pasang surut. Teori
ini pertama kali disampaikan oleh seorang astronom bernama Forest R. Moulton
(1878-1952)  dan ahli kebumian yang bernama Thomas C. Chamberlin (1834-
1928). Planetesimal sendiri berarti planet kecil yang memutari sebuah inti yang
berbentuk gas.
Matahari telah ada sebagai salah satu dari sekian banyak bintang, pada suatu
waktu ada sebuah bintang yang melintas di kejauhan yang tidak terlalu jauh,
sehingga terjadi pasang naik antara bintang dan matahari. Pada saat bintang itu
berada jauh dari massa matahari jatuh ke permukaan matahari dan sebagian
tersebar di sekitar matahari, maka ini disebut planetisimal yang dikenal sebagai
planet yang berada di orbitnya dan di sekitar matahari.

4. Teori Bintang Kembar (Fred Hoyle)


Teori Bintang Kembar (informazone.com)

Teori bintang kembar adalah salah satu dari banyaknya teori tentang
pembentukan dan evolusi tata surya. Teori ini diusulkan oleh astronom Inggris
R.A. Lyttleton, pada tahun 1956. Menurut teori ini tata surya awalnya terbentuk
dari 2 buah bintang kembar raksasa.
Kemudian, salah satu bintang dari bintang kembar itu meledak sehingga
menghasilkan puing-puing dan debu. Hingga akhirnya berevolusi mengelilingi
mengelilingi bintang yang satunya (matahari) dan membentuk planet-planet
beserta benda-benda langit lainnya.
Karena bintang yang tidak hilang masih memiliki gravitasi yang kuat, puing-puing
tersebut tidak tertarik masuk ke dalam matahari melainkan bergerak
mengelilinginya. Hingga akhirnya serpihan-serpihan debu dari ledakan tadi
menyatu dan memilin hingga akhirnya membentuk planet.

Baca Juga :  Hukum, Tata Cara Mandi Wajib yang Benar dalam Islam Beserta Dalil
Sedangkan batuan-batuan dari puing-puing bintang yang meledak berputar dan
membentuk orbit asteroid. Teori ini mengacu pada hasil penelitian yang
membuktikan bahwa pada sistem tata surya lainnya terdapat bintang kembar.
Sehingga Lyttelton meyakini bahwa asal usul tata surya kita adalah dari hasil
ledakan 2 buah bintang kembar. Dimana salah satu bintang meledak dan
membentuk anggota tata surya. Sedangkan yang tidak hancur menjadi pusat
tata surya.

5. Teori Big Bang (George Lemaitre)

Teori Big Bang (universetoday.com)

Big Bang adalah kata yang mewakili peristiwa ledakan yang sangat besar.
Beberapa ilmuwan, sistem tata surya kita percaya bahwa asal usul tata surya
adalah dari bintang yang berukuran sangat besar. Dalam beberapa juta tahun,
usia bintang itu naik, dan akhirnya meledak.
Ledakan yang sangat kuat timbul karena ukuran dan energi yang dimiliki bintang
sangatlah besar. Ledakan ini setara dengan 5 × 1025 kali intensitas ledakan
senjata nuklir. Partikel yang dipancarkan oleh ledakan, meleleh dan dipadatkan
oleh gravitasi dan energi dari ledakan ledakan tersebut. Sehingga, terbentuklah
benda-benda langit seperti sekarang ini.
6.Teori Keadaan Tetap atau Steady-State
(Bondi, Gold, dan Hoyle)

Galaksi Andromeda (thoughtco.com)

Menurut teori ini, yaitu teori steady state (teori keadaan tetap) bahwa alam
semesta belum memiliki awal dan tidak akan berakhir. Alam semesta dari dulu
selalu tampak sama seperti sekarang, tidak ada yang berubah.
Semua materi di alam semesta terus berekspansi dan bergerak menjauhi kita.
Teori keadaan tetap disampaikan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Foil dari
Universitas Cambridge pada tahun 1948. Teori mengacu kepada prinsip
kosmologi sempurna, yaitu pernyataan bahwa alam semesta dimanapun dan
kapan pun akan tetap sama.
Pernyataan ini di dukung oleh hasil penemuan galaksi baru yang mempunyai
massa yang sebanding dengan galaksi lama. Sehingga beranggapan bawah
alam semesta termasuk tata surya memiliki luas dan umur yang tak terhingga.
Teori keadaan tetap benar-benar bertentangan dengan teori Big Bang. Dalam
teori asal usul tata surya ini, ketika galaksi bergerak menjauh satu sama lain,
maka akan tercipta ruang kosong. Dalam teori steady state, ruang angkasa terus
menghasilkan materi baru guna mengisi ruang kosong galaksi.
Sehingga galaksi baru akan terbentuk untuk menggantikan galaksi yang
bergerak menjauh. Orang-orang akan setuju bahwa zat baru itu adalah
Hedrogen. Zat Itu adalah sumber asal usul tata surya, bintang, dan galaksi.

7. Teori Awan Kabut atau Proto Planet (Von


Weizsaecker)

Teori Awan Debu (amaze.com)


Teori asal usul tata surya selanjutnya  adalah teori awan kabut atau proto planet,
yang diajukan oleh Carl von Weizsaecker dan disempurnakan oleh Gerard P.
Kuiper sekitar tahun 1950. Teori awan kabut menyatakan bahwa sistem tata
surya terbentuk oleh sejumlah awan gas yang sangat banyak.
Gumpalan awan gas tersebut menyusut dan menarik partikel-partikel debu
hingga berbentuk bola. Kemudian semuanya memilin sehingga gumpalan bola
itu berubah menjadi seperti piringan cakram. Pada bagian tengah cakram
perputarannya lambat sehingga tekanan dan panasnya meningkat. Bagian tegah
tersebut berubah menjadi matahari.
Pada bagian pinggir cakram, perputaran terjadi dengan cepat. Sehingga
terbentuk gumpalan-gumpulan dengan ukuran yang lebih kecil. Gumpalan itu
kemudian berubah menjadi planet-planet, asteroid, meteor atau meteorid, komet,
dan satelit-satelit alami yang mengiringi planet.
Sekian artikel mengenai asal usul tata surya. Dari semua teori di atas, tidak ada
teori pembentukan tata surya yang bisa dipastikan kebenarannya. Mengingat
terbatasnya akal manusia serta kemampuan manusia dalam menjelajahi ruang
angkasa.
Semua teori pembentukan tata surya tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Dikarenakan semuanya hanya perkiraan yang
digunakan manusia untuk mendekati kebenaran yang sesungguhnya. Salam.
KategoriEdukasi, Fisika

Anda mungkin juga menyukai