TANAH LONGSOR
Mata Kuliah : Keperawatan Bencana
Dosen Koordinator : Ns. Kiki Hardiansyah S,M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun oleh :
Kelompok 4
Ellen Retno Sari 16.0367.702,01
Erna Fazirah 16.0370.705.01
Irena Christine 16.0379.714.01
Heri Saputra 16.0378.713.01
Muhammad Derianto 16.0388.723.01
Ridha Amelia Noor Aini 16.0409.744.01
Salmah Assegaf 16.0367.702.01
Vivin Sumarni 16.0424.759.01
Zumiatullah Al Utari 16.0426.761.01
Puji syukur penulis ucapakan kepada tuhan yang Maha Esaa yang telah
melimpahkaan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyususn dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ’Tanah Longsor”
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah yang diakibatkan oleh peristiwa serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007. Bencana alam pada dasarnya adalah
gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan
keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh proses alam itu sendiri
ataupun akibat ulah manusia dala memanfaatkan sumber daya alam.
Bencana alam adalah gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya
alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh
proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia dala memanfaatkan
sumber daya alam. Untuk mengidentifikasi bencana alam yang mungkin
terjadi tersebut berkenan dengan peristiwa peristiwa alam yang pernah (dalam
sejarah kebencanaan) dan mungkin akan di masa yang ayang akan datang,
maka pada tahap pertama adalah dilakukan Kajian Geologis, Hidrogeologis
dan Geomorfologis wilayah dengan menggunakan data Geologi berupa peta
Geologi, Peta Lereng, Peta Hidrologi, Peta Penggunaan Lahan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana
hidrometeorologi, yaitu bencana yang disebabkan karena perubahan iklim dan
cuaca. Nugroho (2016) menyampaikan bahwa telah terjadi 1.681 bencana
yang menyebabkan korban jiwa sebanyak 259 orang, yang sebagian besar
merupakan korban bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan banyaknya
wilayah Indonesia yang termasuk daerah rentan terhadap longsor. Terdapat
918 lokasi rentan longsor yang tersebar di berbagai wilayah, diantaranya Jawa
Tengah 327 lokasi, Jawa Barat 276 lokasi, Sumatera Barat 100 lokasi,
Sumatera Utara 53 lokasi, Yogyakarta 30 lokasi, Kalimantan Barat 23 lokasi,
sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur
(BNPB, 2012).
Kerentanan tanah longsor menurut Paimin, Sukresno, & Pramono
(2009) terjadi pada kondisi: 1) lereng curam, 2) adanya bidang luncur (kedap
air) di lapisan bawah permukaan tanah, dan 3) terdapat air tanah diatas lapisan
kedap jenuh air. Selain itu, Paimin et al., (2009) juga menambahkan terdapat 2
variabel/ faktor penentu kerentanan longsor, yaitu: faktor alami dan faktor
manajemen. Faktor alami diantaranya: 1) curah hujan harian kumulatif 3 hari
berturutan, 2) kemiringan lahan, 3) geologi/ batuan, 4) keberadaan sesar/
patahan/ gawir, 5) kedalaman tanah sampai lapisan kedap; sedangkan dari
faktor manajemen diantaranya: 1) penggunaan lahan, 2) infrastruktur, 3)
kepadatan permukiman. Rahman, Purwanto, & Suprihatin (2014)
menyampaikan bahwa selain iklim dan geotektonik, faktor manusia yaitu
aktivitas manusia di atas lahan yang membebani lereng juga berkontribusi
dalam terjadinya tanah longsor.
Secara umum, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2015)
menyampaikan bahwa tanah longsor memiliki beberapa gejala yang dapat
diamati secara visual diantaranya: terjadi setelah hujan, timbul retakan-retakan
pada lereng yang sejajar dengan arah tebing, bangunan yang mulai retak,
pohon atau tiang listrik yang miring, serta muncul mata air baru. Meskipun
indikasi kerentanan longsor dapat diamati, namun jarang dapat diantisipasi
dengan tepat, sehingga korban jiwa masih terjadi.
Mitigasi bencana harus dilakukan dengan tepat karena banyaknya
kerugian yang ditimbulkan. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana menerangkan bahwa mitigasi merupakan suatu
upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui upaya fisik maupun
sosial yang meliputi kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana
alam.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian tanah longsor?
2. Mengetahui tanda dan gejala tanah longsor?
3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
4. Mengetahui apa penyebab terjadinya tanah longsor?
5. Mengetahui bagaimana usaha menanggulangi tanah longsor?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
tentang Bencana Tanah Longsor.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada
pembaca mengenai bencana tanah longsor. Dan bagi kelompok, makalah ini
dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan bagaimana bencana
tanah longsor itu terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Longsoran Translasi
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar
yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan
ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah
danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempatbisa
sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai disekitar gunungapi.
Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
"Semua ada empat rumah yang roboh," ujarnya. Empat rumah tersebut tak lain milik
tetangganya.
Budin menuturkan, rumah yang roboh adalah milik Mahyudi, Bain, dan Rapingi
Yudin Nur. Rumah pertama yang roboh adalah milik Bain, diikuti dua buah rumah
rumah milik Mahyudi, kemudian milik Rapingi. Rumah para korban di RT 4 Dusun
Margasari, Desa Jembayan, Loa Kulu, Kukar.
Pergeseran tanah telah diketahui para empunya rumah sejak Minggu dini hari, sekitar
pukul 02.30 Wita. Yang pertama kali merasakan ada pergeseran tanah adalah Bain.
Kepada kaltimkece.id, Bain menuturkan, dia segera memindahkan perabotan ke
bagian depan rumah. "Semua saya taruh di ruang tamu," tuturnya.
Melihat tanah terus bergerak, Bain segera memberi tahu Mahyudi. Mahyudi pun
berbuat sama. Ia mengeluarkan barang-barang dari rumah. "Saya khawatir longsor
sebentar lagi," ujarnya. Pasalnya, tanah di sekitar tempat tinggalnya terus bergerak.
Kekhawatirannya sempat reda, sekitar pukul 03.30 Wita pergerakan tanah berhenti.
Namun saat dia mengeluarkan barang-barang, tanah longsor datang lewat tengah hari.
Ketika hujan deras mengguyur Samarinda dan beberapa wilayah di Kukar.
Peristiwa serupa sebenarnya pernah terjadi pada Agustus 2019 lalu. Lokasinya tak
lebih dari 100 meter dari lokasi yang sekarang. Dari olah tempat kejadian perkara dan
wawancara warga, total kerugian yang dialami warga mencapai Rp 600 juta.
Longsor juga membuat akses jalan poros Loa Kulu-Tenggarong hanya bisa dilewati
kendaraan roda dua. Sementara untuk roda empat ke atas, mesti memutar melalui
jalan milik perusahaan. "Sudah terjadi retakan-retakan di jalan makanya kendaraan
bertonase menengah hingga tinggi dilarang melintas," kuncinya. (*)
Editor: Fel GM
Analisa Kasus
Kasus diatas kejadian bencana alam Tanah Longsor di daerah, Loa Kulu. Pada
tanggal 29 September 2019 pada pukul 13:00 WITA. Tidak terjadi korban jiwa
dibencana tersebut hanya terjadi 4 kerusakan rumah warga. Warga menyelamatkan
barang-barang mereka menggunakan gerobak dan mobil pick up. Dan tidak ada
penyakit yang terjadi didaerah tersebut.
Bapak Budin mengatakan Tanah longsor tersebut terjadi akibat pergeseran tanah serta
diguyurnya hujan. Melihat tanah terus bergerak bapak bain segera memberi tahu
bapak mahyudi. Ketika hujan deras mengguyur samarinda dan wilayah dikukar.
Tanah longsor datang lewat tengah hari. Tanah longsor ini disebabkan, Aliran Bahan
Rombakan, jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan tanah, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang rumah warga dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat di terangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jenis tanah longsor juga memiliki beberapa jenis serta dampak yang
dapat di timbulkan juga sangat beragam seperti kerugian tempat tinggal dan
sebagainya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://kaltimkece.id/warta/terkini/longsor-lagi-di-loa-kulu-empat-
rumah-roboh-dan-jalan-yang-nyaris-putus