PROPOSAL
Oleh :
Tingkat 3A
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Manajemen Bencana Alam”. Proposal ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Keperawatan D3 Keperawatan Kampus
Lumajang Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Arista Maisyaroh, S. Kep. Ners., M. Kes., selaku dosen
matakuliah Manajemen Bencana Alam D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang
yang telah memberi tugas proposal tentang “Manajemen Keperawatan Penerimaan Pasien Baru”
dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan proposal ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis juga menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata diharapkan semoga proposal tentang “Manajemen Bencana Alam” ini, dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
Menurut United National Development Program (UNDP), bencana adalah suatu kejadian
yang ekstrim dalam lingkungan alam atau manusia yang merugikan dan mempengaruhi
kehidupan manusia, harta benda, aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana.
Pengertian lain tentang bencana dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007,
menyebutkan bahwa bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Salah
satu bencana yang sering terjadi di Indonesia salah satunya tanah longsor.
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah atau material campuran tersebut. Material-material tersebut bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali dengan meresapnya air ke dalam
tanah yang kemudian akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Bencana tanah longsor ini
dapatterjadi jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya pendorong
diakibatkan oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Di Indonesia, terjadinya tanah longsor telah mengakibatkan kerugian yang sangat besar,
misalnya kehilangan jiwa manusia, kerusakan harta benda, dan terganggunya ekosistem alam.
Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) mencatat dalam periode 2010
hingga 2018 telah terjadi bencana tanah longsor sebanyak 3.753 kali. Sebanyak 1.661 orang
meninggal dunia akibat tanah longsor. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa longsor merupakan
bencana alam yang mengancam dan penting untuk diperhatikan setelah banjir, karena frekwensi
kejadian dan jumlah korban jiwa yang yang ditimbulkan cukup signifikan.
Untuk mengurangi risiko bencana dapat dilakukan manajemen risiko bencana yang dititik
beratkan pada pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Salah satu bentuk
manajemen bencana yang dapat dilakukan adalah rekayasa vegetative untuk mengurangi longsor,
terutama di Kecamatan Gucialit.
BAB II. STUDI PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng atau
sering disebut dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanahFaktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng
yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang
laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
b. Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
c. Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
d. Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
e. Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
f. Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis longsor yang paling
sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah longsor yang
paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.
a. Longsor Translasi
Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsor Rotasi
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.
d. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah
dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang terjal sampai
menggantung, terutama di daerah pantai.
e. Rayapan Tanah
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan,
posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring kebawah.
f. Aliran Bahan Rombakan
Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang
lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada kemiringan lereng,
volume air, tekanan air dan jenis materialnya.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan
pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan
manusia:
a. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
1. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisa batu lempung, struktur
sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung_api.
2. Iklim: curah hujan yang tinggi.
3. Keadaan topografi: lereng yang curam.
4. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam,
pelarutan dan tekanan hidrostatika.
5. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
a. Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
2.1.7 Hal – Hal Yang di Lakukan Selama dan Sesudah Terjadi Bencana
a. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
b. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya
supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
c. Rekonstruksi
Secara geografis sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berada
pada kawasan rawan bencana alam, dan salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah tanah
longsor.
Prinsip pencegahan longsor adalah mencegah air supaya tidak terkonsentrasi di bidang
luncur, mengikat massa tanah agar tidak meluncur dengan cara merembeskan air ke dalam tanah
yang lebih dalam dari lapisan kedap air (bidang luncur).
Bencana itu dapat dicegah dengan menjaga pepohonan di lereng. Tumbuhan akan
menyerap air dan akarnya mengikat tanah. Tanah gundul di lereng harus dijauhkan. Lereng terjal
yang berpotensi longsor sebaiknya dihindari dengan tidak membangun rumah di kaki lereng.
Tebing terjal dekat jalan dan pemukiman sebaiknya dilandaikan untuk mencegah runtuh.
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati suatu
ekosistem. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, vegetasi didefinisikan sebagai suatu bentuk
kehidupan yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan atau tanaman-tanaman. Istilah vegetasi
dalam ekologi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut komunitas tumbuh-tumbuhan yang
hidup di dalam suatu ekosistem.
Vegetasi dapat juga di definisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan bumi. Vegetasi
seperti ini dapat berbeda berdasarkan lokasi dan waktu serta bergantung pada komposisi
penyusunnya. Vegetasi yang ada di suatu tempat akan berubah seiring dengan perubahan iklim.
Berdasarkan lokasi dan keluasannya vegetasi dapat dibedakan kedalam banyak formasi. Masing-
masing formasi vegetasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan,
contohnya formasi vegetasi taiga, savanna, tundra dll.
Tanaman dengan tipologinya yaitu tentang tajuk dan perakaran mempunyai peran yang penting
dalam mencegah kejadian longsor. Vegetasi dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan
komposisinya yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia antara lain sebagai pengendali longsor lahan. Peran tersebut antaralain terhadap intersepsi,
evapotranspirasi, infiltrasi, lengas tanah dll. Peran tersebut diilustrasikan yang menggambarkan
mekanisme secara hidrologi maupun mekanisme secara mekanik dari tanaman.
b. Peran kedua adalah morfologi akar. Berbagai jenis vegetasi memiliki ciri khas sistem
perakaran yang beragam. Pada lahan-lahan yang miring diperlukan vegetasi dengan jenis
perakaran yang dalam dan akar serabut yang banyak. Hal ini akan meningkatkan daya cengkram
tanah oleh akar dan akan mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pergerakan tanah.
c. Peran ketiga adalah evapotranspirasi. Pada kawasan yang memiliki intensitas hujan yang
tinggi, proses evapotranspirasi berperan mengurangi kejenuhan tanah agar tidak terjadi
akkumulasi air di lapisan impermeable yang justru akan menjadi bahan gelincir dalam kejadian
longsor dangkal.
BAB III
I. LETAK GEOGRAFIS
Kecamatan Gucialit merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Lumajang.
Luas kecamatan Gucialit mencapai 72,83 Km2 atau sekitar 4,07 persen dari luas kabupaten
Lumajang. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2016 tercatat jumlah penduduk
kecamatan Gucialit sebesar 27.957 jiwa yang tersebar pada 9 desa. Sehingga kepadatan
penduduknya mencapai 387 jiwa/Km2 . Berdasarkan jenis tanahnya di kecamatan Gucialit
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tanah sawah, tanah kering, dan lainnya. Diantara ketiga
jenis tersebut tanah kering memiliki area terluas, yaitu 4.157,63 hektar atau 57,08 persen dari luas
keseluruhan.Wilayah Kecamatan Gucialit seluas 72,83 km2 pada ketinggian 500-4000 meter
dari permukaan laut dan terletak pada 113o 03' 38'' 113o11' 58'' BT dan 7o 58' 03''- 8o 05' 22'' LS.
Dengan jumlah penduduk 26.998 jiwa. Secara administratif batas-batas Kecamatan Gucialit
adalah :
Luas Jumlah
Nama Kepala
No Desa/Kelurahan Masa Kerja Desa Penduduk Dusun/RW/RT
Desa/Kelurahan
(Km2) (jiwa)
1 Wonokerto IMMA SAROH 2013 s/d 2019 6,73 3.620 0/0/0
2 Pakel SAMPURNO 2013 s/d 2019 5,53 1.799 0/0/0
20-12-2006 s/d 20-
3 Kenongo Warjoyo 3,38 1.360 0/0/0
12-2012
4 Dadapan Hardi Kusumah 2015 s/d 2021 9,46 4.808 0/0/0
5 Kertowono SUTIYO 2013 s/d 2019 16,13 4.972 0/0/0
6 Tunjung SLAMET 2013 s/d 2019 6,65 1.924 0/0/0
7 Jeruk ATMO 2013 s/d 2019 8,34 2.378 0/0/0
03-04-2007 s/d 03-
8 Sombo Samad 5,23 1.048 0/0/0
04-2013
9 Gucialit SUWONO 2013 s/d 2019 11,38 5.089 0/0/0
https://lumajangkab.go.id/profil/kecgcl.php
https://id.wikipedia.org/wiki/Gucialit,_Lumajang
https://lumajangkab.go.id/profil/BPS%202017/KCA/KCA%20Gucialit.pdf