Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

“PELESTARIAN LINGKUNGAN dan TANAH LONGSOR di


BANJARNEGARA”

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu


Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang diampu oleh : Eko Juliyanto,
S. Pd, M. Pd.

Disusun oleh:

1. Dwi Nur Octafia (1810303053)

2. Lusida Kiswari (1810303074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan masalah ini dengan judul “Pelestarian Lingkungan
dan Tanah Longsor di Banjarnegara.”

Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi


Muhammad SAW yang selalu kita nanti – nantikan syafaatnya di
yaumul akhir nanti. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Kurang lebihnya kami mohon


maaf.

Magelang, 8 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelestarian Lingkungan
B. Tanah Longsor
C. Jenis Tanah Longsor
D. Faktor Penyebab
E. Pencegahan Tanah Longsor
BAB III PEMBAHASAN
A. Kronologi terjadinya Tanah Longsor di Banjarnegara
B. Analisis Tanah Longsor di Banjarnegara
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1. Latar Belakang

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling
menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan tersebut adalah terbentuknya jalur
gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunung api ini menyebabkan pada
beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan
kemiringan lereng landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia
memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Indonesia merupakan salah satu negara rawan terhadap bencana alam, hal ini
dapat dilihat dari kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak gugusan
kepulauan mempunyai potensi bencana dan memiliki tingkatan yang bervariasi.
Selain kondisi geografis Indonesia berupa gugusan kepulauan, iklim di Indonesia
yang merupakan daerah beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Dapat mengakibatkan perubahan cuaca yang
ekstrim sehingga dapat menimbulkan beberapa akibat buruk seperti terjadinya
bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor .

Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun banyak tersebar di seluruh daerah di
Indonesia. Dalam jangka waktu lama, bencana tanah longsor menyebabkan lebih
banyak kerugian dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian tanah longsor
semakin meningkat memasuki musim penghujan terutama di daerah-daerah
perbukitan terjal.

Salah satu daerah yang mengalami kejadian bencana tersebut yaitu wilayah
Kabupaten Banjarnegara. Wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah
yang rawan terhadap bencana, hal ini dikarenakan kondisi geografisnya yang
berada pada dataran tinggi serta dikelilingi oleh pegunungan serta perbukitan yang
masuk kedalam daerah rawan bencana yang sangat berpengaruh terhadap
fenomena alam yaitu tanah longsor. Bencana alam yang mengintai Kabupaten
Banjarnegara antara lain tanah longsor, banjir, gempa, angin kencang hingga
erupsi Gunung Dieng. Tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara
salah satunya di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar pada
Desember 2014.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana analisis terjadinya tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang,


Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara?
3. Tujuan

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Pelestarian Lingkungan

Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat


dipisahkan, manusia memerlukan lingkungan sebagai tempat untuk hidup
dan melangsungkan kehidupannya, begitu juga lingkungan membutuhkan
manusia agar kelestarian lingkungan dapat terjaga dengan utuh. Pelestarian
lingkungan merupakan kewajiban bagi seluruh manusia. Baik atau
buruknya lingkungan tergantung kepada tanggung jawab setiap individu
terhadap tindakan memlihara lingkungan. Rasa tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap individu untuk memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan perlu untuk dikembangkan. Tangung jawab yang tinggi
terhadap pemeliharaan lingkungan merupakan nilai yang harus dilestarikan
dan dimiliki oleh setiap individu.

Masyarakat Indonesia harus kelestarian lingkungan guna menjaga,


merawat, dan terhindar dari bencana alam sebab Indonesia merupakan
daerah rawan bencana salah satunya yaitu tanah longsor.

B. Tanah Longsor
Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, tanah longsor
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor yaitu sebagai berikut: air
yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Kemudian air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang
gelincir sehingga tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan
bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
C. Jenis Tanah Longsor

1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan


batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang
bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebut juga longsoran translasi
blok batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan
atau material lain bergerak ke bawah dengan cara
jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang
terjal hingga meng- gantung terutama di daerah
pantai.

5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang
bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama
longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran
tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah mampu mencapai
ratusan meter jauh. Di beberapa tempat seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunungapi bisa
sampai ribuan meter. Aliran tanah ini dapat
menelan korban cukup banyak.

D. Faktor Penyebab
1. Hujan
Ancaman tanah longsor yang pertama yaitu meningkatnya intensitas curah hujan.
Pada awalnya musim kemarau dapat menyebabkan terjadinya penguapan air di
permukaan tanah dalam jumlah besar dan membentuk rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan. Hal ini dapat menyebabkan longsor
melalui tanah yang merekah dan air hujan akan masuk sehingga terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.

2. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
angin secara terus – menerus. Sudut 180o pada lereng dapat menyebabkan longsor
apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal


Jenis tanah yang kurang padat atau tanah liat yang mempunyai ketebalan lebih
dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220o memiliki potensi terjadinya tanah
longsor terutama bila terjadi hujan.

4. Batuan yang kurang kuat


Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung pada umumnya kurang kuat. Batuan tersebut
mudah menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan dan rentan terhadap
tanah longsor bila berada pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan


Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang
dalam.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalulintas kendaraan yang menimbulkan retaknya tanah, badan
jalan, dan dinding rumah.

7. Susut muka air danau atau bendungan


Susutnya muka air di danau menjadikan gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran yang diikuti oleh
retakan.

8. Adanya beban tambahan


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
menyebabkan terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.

9. Pengikisan/erosi
Pengikisan oleh air sungai ke arah tebing dan penggundulan hutan dapat membuat
tebing menjadi terjal sehingga mudah longsor.

10. Adanya material timbunan pada tebing


Tanah timbunan pada lembah untuk lahan pemukiman belum terpadatkan
sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Apabila hujan dapat terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama


Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang terjal atau pada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri: Adanya tebing terjal yang
panjang melengkung membentuk tapal kuda, umumnya dijumpai mata air,
pepohonan yang tebal karena tanahnya gembur dan subur, daerah badan longsor
bagian atas umumnya relatif landau, dijumpai longsoran kecil terutama pada
tebing lembah yang membentuk tebing terjal, alur lembah dan cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri: bidang perlapisan batuan, bidang
kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar, batuan yang retak-retak dengan
batuan yang kuat, batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air), tanah yang lembek dengan tanah yang padat yang
merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah
longsor.

13. Penggundulan hutan


Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang gundul dimana pengikatan
air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah


Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan.

E. Pencegahan Tanah Longsor


• Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap).
• Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan).
• Vegetasi kembali lereng-lereng.
• Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kronologi terjadinya tanah longsor Banjarnegara


Lokasi terjadinya tanah longsor adalah Dusun Jemblung, Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi
Jawa Tengah. Lokasi bencana tersebut terletak pada RT 05 RW 01 di
Dusun Jemblung.
Menurut informasi warga, hujan deras telah terjadi sejak Rabu
(10/12/2014) sampai Jumat (12/12/2014) sebelum kejadian longsor. Pada
saat kejadian tanah longsor, justru cuaca pada saat itu cukup cerah. Tidak
diduga sama sekali oleh warga yang tinggal di sekitar areal tersebut
sebelumnya, ternyata secara mendadak pada pukul 17.30 WIB material
dari tebing tersebut runtuh, dan meluluh lantahkan permukiman yang
berada di bawahnya. Tidak sampai lima menit longsoran tanah berbelok
arah ke arah pemukiman dan menghancurkan seluruh rumah warga di
Dusun Jemblung. Sumber tanah longsor berasal dari Bukit Telagagede
yang berada di atas Dusun Jemblung dengan ketinggian sekitar 990-1.010
meter.Luas area terdampak bencana longsor ini ±12 ha.
B. Analisis penyebab terjadinya tanah longsor Banjarnegara
Morfologi
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor:
Kemiringan lereng yang diamati pada daerah bukit Telagalele yang
merupakan tebing sangat terjal bagian selatan (daerah awal terjadinya
longsor) sekitar 75° dari puncak mahkota longsor. Kemiringan lereng di
bawahnya lebih landai lagi yang digunakan untuk permukiman,
persawahan dan perladangan. Ketinggian mahkota longsor adalah 990–
1.010 meter di atas permukaan laut (dpal). Jarak antara mahkota longsor
dengan titik akhir terpanjang ke arah barat laut sekitar 600 meter. Arah
dari posisi tengah mahkota longsor adalah N 190° E.
Batuan
Menurut peta geologi dari Condon et al (1975), batuan yang
terdapat di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar dan
sekitarnya terbentuk oleh Satuan Qiya, Qjm, Qjma, Qjo merupakan lava
andesit dan batuan klastika gunungapi dari gunungapi yang tersayat dari
Pegunungan Jembangan, terutama andesithiperstenaugit; setempat-
setempat mengandung hornblende dan setempat-setempat basal olivin.
Qiya dan Qjma merupakan lahar dan endapan aluvium yang terdiri dari
bahan rombakan gunungapi, serta aliran lava dan breksi aliran dalam
jumlah yang tidak begitu banyak. Satuan Qjm dan Qjo merupakan aliran
lava, breksi aliran, breksi piroklastika, lahan dan endapan alluvium.
Curah hujan
Kondisi curah hujan yang sangat ekstrim menjadi salah satu
pemicu bencana tanah longsor di Dusun Jemblung. Curah hujan harian
yang terjadi sebelum terjadi longsor sudah mencapai di atas 100 mm.
Menurut informasi warga setempat, hujan lebat tersebut telah terjadi mulai
dari hari Rabu sampai Jumat (10–12 Desember 2014) secara berturutturut.
Rekahan Batuan
Sebelum kejadian longsor biasanya didahului dengan terbentuknya
rekahan/retakan batuan yang terjadi di bagian atas mahkota longsor.
Dijumpai adanya rekahan di atas bukit yang longsor sebagai pertanda
terjadinya ketidakstabilan lereng. Rekahan ini menyebabkan air hujan
yang jatuh dapat lebih mudah untuk meresap ke dalam tanah dan
mempermudah terjadinya kejenuhan tanah.
Pola Budidaya Pertanaman/Vegetasi Meskipun merupakan
perbukitan dengan kelerengan yang tergolong curam hingga sangat
curam, perbukitan di sekitar lokasi kejadian bencana longsor telah
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman. Dari segi aspek konservasi tanah,
lahan dengan kelerengan > 45% (sangat curam) tidak cocok untuk
budidaya tanaman dan harus merupakan kawasan konservasi/lindung.
Namun apabila dilihat dari areal terdampak longsor morfologi lahan pada
kaki bukit relatif mempunyai
kemiringan lereng kurang dari 45%. Pada lahan ini dimanfaatkan
untuk persawahan padi sawah pada kaki bukit hingga pertengahan dan
pada kawasan yang lebih atas (upland), lahan dimanfaatkan untuk
pertanian tegalan dan pola pertanian agroforestry. Pola pertanaman
tegalan yaitu dengan tanaman jagung, kacang panjang, singkong, rumput
gajah dan tanaman kobis. (Soewandita, 2015).
Ketidakseimbangan tanah akibat salah pengelolaan budidaya
manusia yang secara kumulatif dapat memicu terjadi longsor. Kepala
keluarga yang tertimbun longsor mempunyai mata pencaharian bertani.
Mulai dari padi sawah, jagung, sengon, rumput gajah, kopi, bambu, dan
lain-lain. Mereka bertani di sekitar rumahnya dan rata-rata bukan petani
penggarap melainkan mereka bertani di lahan milik mereka sendiri.
Aktivitas bertani mereka juga bukan tanpa ilmu yang tidak
mempertimbangkan konservasi air dan tanah. Terlihat dari pembuatan
sengkedan/ terasering pada lahan miring, adanya irigasi, dan pembuatan
DAM.
2. Analisis kejadian tanah longsor
2.1 Tipologi tanah longsor
Berdasarkan analisis yang dilakukan, tipologi tanah longsor yang
terjadi di Dusun Jemblung adalah tipe rotasi, yaitu bergeraknya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung atau tapal
kuda, kemudian ke arah bawah yang berkembang menjadi suatu aliran
air sungai dengan konsentrasi sedimen yang tinggi pada sungai dengan
kemiringan yang sangat curam. Aliran sungai ini diakibatkan oleh
material longsoran yang bercampur dengan massa air yang sangat
jenuh.
3. Faktor Utama yang Mempengaruhi Terjadinya Tanah Longsor
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor di
Banjarnegara ada tiga (3), yaitu:
• Hujan deras/ekstrim selama 3 hari berturutturut pada hari Rabu
sampai Jumat dengan curah hujan harian > 100 mm.
• Morfologi pada sumber terbentuknya tanah longsor mempunyai
kelerengan curam (75o).
• Batuan breksi vulkanik yang mudah lapuk yang membentuk soil hasil
pelapukan sangat tebal (lebih dari 5 meter), mempunyai sifat menyerap
air sangat tinggi sehingga mudah jenuh dan membuat ketidakstabilan
lereng.
4. Mekanisme Terjadinya Tanah Longsor
Berdasarkan informasi yang didapat mekanisme terjadinya longsor
yaitu:
• Lokasi longsor berada di cerukan yang sisi-sisinya berupa tebing
curam. Dengan kondisi seperti itu tempat tinggal Dusun Jemblung
berada di daerah rawan longsor.
• Kondisi lapangan tersusun oleh batuan breksi vulkanik yang
membentuk perbuktian yang sangat curam. Batuan tersebut telah
membentuk tanah batuan yang sangat tebal. Adanya rekahan/retakan di
atas bukit yang longsor sebagai pertanda ketidakstabilan lereng.
• Pada bagian atas dan samping mahkota longsor kelihatan rekayasa
terasering untuk pemanfaatan lahan, yang seharusnya bisa dijadikan
hutan dengan akar yang kuat. Air hujan yang masuk melalui rekahan
maupun melalui proses infiltrasi biasa kemudian menjenuhkan tanah
penutup hingga ke batuan breksi vulkanik. Di dasar longsor terlihat
jelas jenis batuannya yaitu breksi vulkanik yang masih keras. Karena
curah hujan tinggi, tanah mudah menjadi jenuh dan breksi tersebut
semakin jenuh dengan air dan air tidak dapat terinfiltrasi lebih jauh
karena keras dan bidang batas tersebut berfungsi sebagai bidang
gelincir.
• Pemicu utama dari kejadian bencana tanah longsor tersebut adalah
curah hujan ekstrim yang telah terjadi selama tiga hari berturut-turut.
Dari data BMKG diketahui bahwa jumlah hari hujan pada tiga hari
terakhir sebelum terjadinya tanah longsor sangat tinggi, yaitu rata-rata
lebih dari 100 mm/hari dan curah hujan tertinggi di Banjarnegara
tercatat di Sigaluh pada hari Jumat, yaitu 153 mm.
• Mataair muncul di bagian tubuh longsor atau di bagian atas dan
tengah, akibat curah hujan yang tinggi maka air yang berasal dari
mataair tersebut masuk ke dalam batuan. Debit mata air tersebut
menjadi semakin besar dengan semakin tingginya curah hujan yang
terjadi, sehingga munculnya mataair ini sangat mempengaruhi
terhadap peningkatan kejenuhan soil yang dilaluinya.
• Tanah yang mengandung air menjadi semakin jenuh oleh karenanya
demikian pula semakin berat massanya. Tekanan hidrostatis
diperkirakan timbul pada batas antara lapisan soil yang jenuh air
dengan lapisan breksi vulkanik yang relatif kedap air. Sehingga
terdapat gaya angkat terhadap massa batuan breksi dan tanah penutup
yang jenuh tersebut.
• Hujan yang menerus mengakibatkan sebagian air tertahan di bagian
atas dan tengah tubuh longsor dan membentuk kejenuhan yang luar
biasa pada tanah (soil). Air semakin lancar masuk ke dalam pori-pori
tanah sampai batas kontak dengan batuan dasarnya. Pada saat beban
massa tanah sudah lewat maka kestabilan lereng terganggu dan longsor
dahsyat terjadi sekitar pada tanggal 12 Desember 2014 jam 17.30
WIB.
• Kondisi ketidakstabilan lereng kemudian terjadi pada lokasi lereng di
bagian puncak bukit, jatuh secara slumping dengan cepat dari
ketinggian 990–1.010 meter di atas permukaan laut (dpal), materialnya
terlihat menghantam pohon budidaya masyarakat di tebing terbelah
menjadi dua di sebelah timur laut dan barat laut. Material yang
meluncur ke arah vertikal ke bawah yang karena tertahan oleh fragmen
batuan yang sangat keras (fragmen boulder dari breksi vulkanik) dan
membentuk undakan pada ketinggian 375 meter dpal. Hantaman ke
arah selatan yang merupakan garis tegak lurus arah longsoran ternyata
mengenai material yang keras sehingga berbelok ke lereng kanan dan
kirinya, kemudian material longsoran berbelok ke arah barat laut dan
timur laut yang kemudian ke segala arah yang mempunyai morfologi
rendah menghancurkan 43 rumah warga dalam waktu lima menit.
Sementara bagian bawah vertikal justru aman dari material longsor dan
dijumpai 1 rumah dalam kondisi aman.
C. Dampak yang ditimbulkan pasca tanah longsor
Dari hasil pencarian korban oleh Tim Gabungan di lokasi longsor
dengan menggunakan alat sederhana hingga alat berat berhasil
mengevakuasi 19 jenazah. Saat ini yang paling dibutuhkan adalah
peralatan evakuasi, seperti sepatu boot, jas hujan, cangkul, sekop dan alat
lain. Dengan segala kerja keras tim Gabungan berhasil menemukan 19
jenazah. Jadi total jenazah yang telah dievakuasi sejak Jumat (12/12)
hingga kini menjadi 83 jenazah.
Hingga hari Pengungsi Bertambah, jumlah pengungsi di
Kecamatan Karangkobar berdasarkan data yang terpampang di papan
informasi terus meningkat. Terakhir, pengungsi mencapai 2.031 jiwa.
Jumlah itu terbagi dalam 47 titik pengungsian, baik dalam gedung instansi
pemerintah maupun yang mengungsi di rumah warga setempat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tanah longsor adalah perpindahan massa tanah/batu pada arah tegak,


mendatar atau miring dari kedudukan semula.Kasus tanah longsor Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara,
Provinsi Jawa Tengah merupakan jenis tanah longsor rotasi yaitu bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Bencana
tanah longsor tersebut memakan korban sebanyak 83 jenazah.

B. SARAN
1. Semua pihak ikut menjaga kelestarian lingkungan guna meminimalisir
terjadinya tanah longsor terutama di daerah rawan longsor seperti
perbukitan, pegunungan, dan lembah – lembah yang curam.
2. Pemerintah sebaiknya menjalakan fungsinya dengan baik dan benar
sebagai aparat yang mengawasi dan menegakkan hukum yang berlaku,
jangan sampai malah menjadi pelanggar (pelaku) dari aturan yang
telah dibuat tentang pelestarian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Naryanto, Heru Sri. 2017. Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor Tanggal 12
Desember 2014 di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karang Kobar,
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.Tangerang Selatan. Vol 1, No 1

Taufiq, Ahmas. 2014. Upaya Pemeliharaan Lingkungan Oleh MAsyarakat di Kampung


Sukadaya, Kabupaten Subang. Universitas Pendidikan Indonesia. Vol 14, no 2

Setiadi, Tedy. 2013. Perancangan Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan
Tanah Longsor, Mitigasi dan Manajemen Bencana di Kabupaten Banjarnegara. Vo 7 no 1

Anda mungkin juga menyukai