KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
limpahan rahmat serta karunianya sehingga Tugas makalah Pendidikan
Lingkungan Hidup ini dapat terselesaikan.
Daftar Isi
Kata Pengantar : 1
Daftar Isi ; 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang : 3
2. Rumusan Masalah : 3
3. Tujuan Penelitian : 3
4. Metode Penelitian : 4
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan : 18
B. Saran : 18
DAFTAR PUSTAKA : 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.. Latar Belakang
Bencana tanah longsor kerap terjadi di negeri ini, akhir-akhir ini banyak media
melaporkan tentang kejadian tanah longsor yang bukan hanya merusak fisik dan
bangunan, namun sampai merengutnya masyarakat. Kenapa hal itu bisa terjadi
berulang-ulang, yah bukan saja merupakan sebuah musibah namun tak kurang warga
yang bermukim di tempat-tempat rawan longsor. Pemerintah selalu menghimbau
kepada masyarakat untuk selalu waspada akan terjadinya bencana alam, baik itu
longsor, banjir, gunung meletus, dan gempa bumi bahkan pemerintah pun
mengintruksikan kepada pihak – pihak yang terkait seperti Satuan Koordinasi
Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) agar lebih meningkatkan
kewaspadaan dan antisipasi terhadap bencana tanah longsor, serta peran penting
masyarakat yang tanggap dengan bencana longsor pada titik-titik rawa longsor.
2. Rumusan Masalah
Dilihat dari materi diatas maka makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Longsor?
2. Apa Penyebab terjadinya Longsor?
3. Bagai Mana Tanda-tanda akan terjadinya Longsor?
4. Bagaimana Akibat dari bencana longsor?
5. Bagaimana cara menaggulangi bencana Longsor?
6. Bagaimana Cara untuk mencegah terjadinya korban longsor?
4 Manfaat Penelitian
1. Masyarakat lebih memahami dan mengerti akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan
hidup .
2. Masyarakat akan mengetahui tentang dampak/aibat yang di timbulkan apabila tidak menjag
BAB II
LANDASAN TEORI
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor
pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun
penyebab utama kejadian ini adalah gravitasiyang memengaruhi suatu lereng yang
curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan
bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-
lereng tersebut
Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu
Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan
bahkan petir
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di
indonesia jenis longsor yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor
rotasi. Sementara itu, jenis tanah longsor yang paling banyak memakan korban jiwa
adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsor Translasi
Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsor Rotasi
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak
kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang
terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai.
5. Rayapan Tanah
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan
halus. Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor
jenis rayapan, posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring
kebawah.
Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluarlereng.
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai factor alami dan manusia:
1. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung_api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam,
pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
2.Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan,
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah
longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
BAB III
METODOLOGI
Bencana alam tanah longsor biasanya terjadi ketika musim penghujan. Kapan terjadinya bencana
alam tanah longsor ini hampir bisa dipastikan kapan dan tempatnya di kawasan perbukitan terjal
dengan ketebalan lapisan tanah yang tebal. Kawasan-kawasan perbukitan terjal yang sudah gundul
karena penebangan pohon merupakan salah indikasi kawasan yang rawan bencana alam tanah
longsor. Dalam upaya pengurangan resiko bencana alam tanah longsor, berikut ini ada beberapa
metode dan hal yang harus dilakukan sebelum, ketika, dan sesudah bencana alam tanah longsor
terjadi.
A. Sebelum Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi
Sebelum bencana alam tanah longsor terjadi, lakukanlah hal-hal berikut ini:
1. Hindari membangun rumah, perkantoran, pabrik, dll di kawasan yang memiliki kemiringan lereng
terjal.
2. Rencanakan sarana komunikasi dengan sesama anggota keluarga baik itu menyedian HP, WT, HT
dan saranan komunikasi lainnya.
3. Tentukan tempat yang aman untuk berkumpul apabila bencana alam tanah longsor terjadi.
4. Siapkan perlengkapan darurat dalam Tas Siaga Bencana.
5. Melakukan Town Watching atau berkeliling tempat anda tinggal dan mengamati kawasan-
kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan yang aman apabilan bencana alam tanah longsor
terjadi.
6. Perkuat tebing di kawasan anda tinggal dengan retaining wall atau metode penguatan tebing
lainnya.
7. Kenali tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.
B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi
Apabila anda sudah melakukan beberapa tips di atas dan bencana alam tanah longsor tidak dapat
dihindari, maka ketika terjadi bencana alam tanah longsor, lakukan hal-hal berikut ini:
1. Ketika musim penghujan tiba, tetaplah terjaga karena banyak korban tanah longsor yang terjadi
pada malam hari karena mereka tertidur. Usahakan membuat jadwal piket selama musim
penghujan.
2. Dengarkan informasi terkini dari radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
longsor harus memiliki radio baterai.
3. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah anda rencanakan sebelumnya
C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi
Kita bisa menggunakan Ilmu mapping untuk mengatasi masalah ini, kita akan
menggunakan bantuan citra satelit untuk melakukan proses evakuasi. Tahapanya
dijelaskan sebagai berikut :
1. Dapatkan infromasi tentang jam bencana tanah longsor ini terjadi. Jika terjadinya pada
waktu malam hari maka metode ini akan sangat membantu. Jika terjadi bencana pada
waktu malam hari kemungkinan besar semua penduduk sedang berada di dalam rumah
sehingga akan lebih mudah diprediksi
2. Melakukan survey cepat dengan datang ke lokasi bencana dengan membawa GPS.
Ambil koordinat titik titik tertentu sebagai bahan analisis, misalnya titik bagian pinggir
pinggir lokasi dan titik tengah lokasi jika memungkinkan.
3. Kemudian kita input koordinat yang telah diambil dan kita lakukan analisis dengan
menggunakan citra satelit. Perhatikan gambar berikut !
Titik bulat berwarna kuning adalah koordinat yang kita dapatkan di lapangan, hanya
berfungsi untuk mencari tahu lokasi bencana di citra satelit. Kemudian mulai dilakukan
analisis singkat persebaran korban. Kita tidak akan mencari korban di titik A dan titik B
karena lokasi tersebut adalah tanah kosong. Kita akan mencari korban di sekitar titik D,
titik C dan titik E karena lokasi tersebut adalah perumahan padat yang memungkinkan
terdapat banyak orang disana. Dengan pergerakan longsoran tanah yang sangat cepat
kemungkinan besar korban tidak bergerak dari rumah terlalu jauh.
4. Kita lacak koordinat titik lokasi yang akan kita gali menggunakan software, kemudian
kita input ke dalam GPS. Tidak lupa kita cetak citra satelit tersebut untuk mempermudah
pencarian. Selanjutnya adalah melakukan pencarian menggunakan GPS dan peta Citra
tersebut. Dengan ketelitian GPS navigasi yang mencapai 5-10 meter saya rasa sudah
cukup untuk digunakan dalam situasi mendesak seperti ini.
Asalkan ada sebuah laptop dengan sambungan internet yang bagus. Analisis ini bisa
diselesaikan tidak lebih dari 1 jam, sudah termasuk input data GPS, menentukan lokasi
pencarian hingga input data koordinat pada GPS. Kita bisa memanfaatkan Citra satelit
yang disediakan di secara gratis di Internet. Dengan cara seperti ini kita bisa mencari
korban dengan lebih efisien. Jika pada lokasi yang kita perkirakan korban tidak
ditemukan baru dilakukan pencarian di lokasi yang lain.
Pengembangan :
Bisa juga kita lakukan metode pelacakan "per rumah". Kita cari satu persatu Koordinat
rumahnya kemudian kita gali lokasi perkiraan tersebut. Hal ini dilakukan jika bencana
terjadi di pemukiman jarang penduduk yang mungkin jarak antar satu rumah dengan
rumah lain berjauhan
Catatan : Metode ini hanya berlaku jika lokasi tersebut tertimbun oleh tanah yang longsor
dari tempat lain, seperti bukit, gunung dan tebing di sekitarnya dan tidak berlaku jika
lokasi tersebut menjadi objek longsoran sehingga lokasi tersebut hanyut dan berpindah
menuju tempat lain.
BAB IV
Istilah "Tanah Longsor" atau "Landslide", seperti yang didefinisikan oleh Cruden (1991) adalah
gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah yang menuruni sebuah lereng. Varnes (1978)
mendefinisikan tanah longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di
bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan massa dan Dikau dkk
(1996) mendefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan
media transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor tidak hanya sebatas "tanah"
dan "longsor". Penggunaan kata "tanah longsor" memiliki makna yang jauh lebih luas.
A. Tipe / Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978)
Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem klasifikasi
lainnya menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan dan air, udara, atau konten es.
Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat juga terjadi di
daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena faktor cut and fill, sebagai
contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan galian tambang
(terutama tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait dengan pertambangan
khususnya tambang terbuka.
2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang curam
atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan
dengan terjun bebas, mental dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan
mekanik, dan keberadaan air pada batuan.
3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan cara berputar kedepan
pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang disebabkan oleh gravitasi
dan kandungan air pada rekahan batuan.
Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini adalah merupakan jenis aliran debris
yang pergerakannya terjadi sangat cepat.
Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari material halus atau batuan yang
mengandung mineral lempung di lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu
depresi di bagian atasnya.
Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow) terdiri dari bahan yang cukup
basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara lambat dan stabil. Gerakan ini
disebabkan oleh shear stress, pada umumnya terdiri dari 3 jenis:
o Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi oleh perubahan kelembaban
dan suhu tanah yang terjadi secara musiman.
o Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi ketahanan material
longsoran.
o Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan massa. Creep
ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya
riak tanah kecil atau pegunungan.
5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau medan datar. Gerakan utamanya adalah
ekstensi lateral yang disertai dengan kekar geser atau kekar tarik. Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu proses
dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose, kohesi sedimen (biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat
ke keadaan cair.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan
lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk
palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
Dan sebagainya
Daftar Pustaka
http://yogacreation060301.blogspot.co.id/2016/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Jumat, 30 Oktober 2015
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
Gunung Berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
C. Dampak yang diakibatkan tanah longsor
Dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor adalah korban meninggal dan hancurnya rumah yang
tertimpa longsoran tanah. Dampak negative yang lain yaitu rusaknya lahan hutan dan pertanian yang berada dilokasi
tanah longsor. Akibat longsoran tanah kadang menutup badan jalan sehingga terhambatnya arus lalu lintas yang
menghubungkan ke wilayah yang lain.
D. Cara penanggulangan bencana tanah longsor
a. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
b. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
c. Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air tanah. Fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras
air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau
meresapkan air ke dalam tanah.
d. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
e. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi
jalan meresapkan air ke dalam tanah).
f. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk
lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu
rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam
rumput).
g. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
h. Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.
i. Pengenalan daerah rawan longsor.
j. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
k. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
l. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction.
m. Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
n. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Longsoran atau tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng. yang terjadi karena pergerakan masa batuanatau tanah dengan berbagai tipe dan
jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu
adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini
adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang
turut berpengaruh :
Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
Gunung Berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
3.2. Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab
yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Saran-saran, saya sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar.
1. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena sebagian
bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
2. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak terjadi korban dan kerugian
yang besar.
3. Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik ( radio, TV dan Internet )
maupun Media Cetak ( buku literature, surat kabar, majalah ) tentang bencana-bencana yang terjadi dan
bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam
3. http://rovicky.wordpress.com/2010/10/18/banjir-bandang-bagaimana-terjadinya/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor