Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESLING BENCANA

(BENCANA LONGSOR)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. DINDA NIM: 2216.13251.482

2. MEILANI A NOVISTA NIM: 2216.13251.456

3. NITA MELINA WATI NIM: 2216.13251.474

4. THESA ANGGELA NIM: 2216.13251.457

5. WINDI OKTARINI NIM: 2216.13251.484

ALIH JENJANG S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKKES WIDYAGAMA HUSADA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena segala nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan , baik ide maupun materi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


bisa menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu, besar harapan kami agar
makalah ini dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, tentu masih


banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran  yang benar-benar membangun dari para
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
C. TUJUAN...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LONGSOR....................................................................................
B. PROSES TERJADINYA TANAH LONGSOR....................................................
C. JENIS –JENIS TANAH LONGSOR.....................................................................
D. PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR..............................................
E. DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI TANAH LONGSOR......................
F. STATEGI UNTUK MENANGGULANGI TANAH LONGSOR........................
G. MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR......................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari luar
bumi (eksogen) dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi manusia.
Bencana-bencana tersebut diantaranya merupakan tanah longsor. Tanah longsor
merupakan satu peristiwa dikarenakan adanya gerakan tanah. Dampak dari
bencana-bencana tersebut dapat menimbulkan berbagai kerugian dan dampak
bagi aktivitas manusia di berbagai wilayah muka bumi. Di banyak negara-negara
di dunia yang daerahnya bergunung-gunung atau berbukit- bukit seperti di
Indonesia, Jepang, Norwegia, Swiss, Yugoslavia dan lain-lainnya, longsoran
sering terjadi dan merupakan problem yang serius yang harus ditangani. Di
Indonesia, semenjak tahun 2000 banyak tempat di daerah yang berbukit-bukit
mengalami longsoran, terutama pada musim hujan (Hardiyatmo, 2006: 1).
Tanah longsor yang terjadi perlu diperhatikan oleh masyarakat luas terlebih
lagi
tentang dampak yang dapat ditimbulkan, usaha mencegah bencana tanah longsor
dan mitigasi bencana tanah longsor. Tanah longsor dapat memakan korban jiwa
yang banyak dan proses evakuasi yang berjalan dengan lama. Bencana tersebut
menganggu aktvitas manusia dan menimbulkan banyak kerugian bagi manusia.
Kejadian tanah longsor perlu diwaspadai mengingat Indonesia merupakan
wilayah yang memiliki rawan longsor dan berbagai bencana lainnya. Masyarakat
luas perlu mewaspadai adanya bahaya longsor dengan terus memperhatikan
keseimbangan alam dan menjaga alam supaya bahaya bencana tersebut tidak
terjadi.
Berdasarkan catatan, bencana geologi yang terjadi di berbagai belahan
dunia
meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan skala kejadiannya dan
berdasarkan statistik jumlah korban jiwa dan harta benda juga meningkat.

1
2

Ketidakpastian dalam menghadapi bencana, pencegahan dan mitigasi bencana


merupakan isu-isu yang sangat penting pada saat ini. (Djauhari, 2006: 105).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanah longsor?
2. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
3. Apa penyebab terjadinya tanah longsor?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor?
5. Bagaimana usaha menanggulangi tanah longsor?
6. Bagaimana mitigasi bencana tanah longsor ?

C.Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor
3. Mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor
5. Mengetahui usaha-usaha menanggulangi tanah longsor
6. Mengetahui mitigasi bencana tanah longsor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di
daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya
gravitasi dan kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong terjadinya
tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya
reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya
massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat
gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa
tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau
batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (Noor, 2006: 106).
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat
(kohesi)
tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari
ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada
disekitarnya membentuk masa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat
disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas)
tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah
terdiri dari
berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan
kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan
lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.

3
4

B. Proses Terjadinya Tanah Longsor


Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh
air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat) seteluh
jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3
keadaan berikut:
1. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau
meluncur kebawah
2. Adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan
lunak, yang akan menjadi bidang luncur
3. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas
kedap air tersebut menjadi jenuh
Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah liat
tinggi, atau dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay shale)
(Arsyad dalam Suripin, 2011:39).

C. Jenis-jenis Tanah Longsor


Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang
besar di sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak ke
bawah material pembentuk lereng berupa tanah, batu, timbunan buatan atau
campuran dari material lain.
Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam (Hary C Hardiyatmo, 2006:15),
karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima macam
antara lain;
1. Jatuhan (falls)
2. Robohan (topples)
3. Longsoran (slides)
4. Sebaran (spreads)
5. Aliran (flows)
5

Gambar 1: Jenis-jenis gerakan massa

1. Jatuhan (falls)
Jatuhan (falls) merupakan gerakan jatuh material pembentuk lereng
(tanah atau batuan) di udara dengan tanpa adanya interaksi antara bagian-
bagian material yang longsor. Jatuhan terjadi tanpa adanya bidang longsor dan
banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang terdiri dari batuan yang
mempunyai bidang-bidang menerus (diskontinuitas). Jatuhan pada tanah
biasanya terjadi apabila material mudah tererosi terletak di atas tanah yang
lebih tahan erosi, contohnya di lapisan pasir bersih atau danau berada di atas
lapisan lempung.
2. Robohan (topples)
Robohan (topples) merupakan gerakan material roboh dan biasanya
terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai
6

bidang-bidang ketidakmenerusan yang relatif vertikal. Tipe gerakan hampir


sama dengan jatuhan, hanya gerakan batuan longsor merupakan mengguling
hingga roboh yang berakibat batuan lepas dari permukaan lerengnya. Faktor
utama yang menyebabkan robohan yaitu air yang mengisi retakan.
3. Longsoran (slides)
Longsoran (slidses) merupakan gerakan material pembentuk lereng yang
diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih
bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-pecah.
Perpindahan Material total sebelum longsoran bergantung pada besarnya
regangan untuk mencapai kuat geser puncaknya dan pada tebal zona
longsornya. Perpindahan total lebih kecil pada lempeng kaku overconsolidated.
Zaruba dan Menci (1969) dalam (Hary C Hardiyatmo, 2006:19).
4. Sebaran (spread)
Sebaran yang termasuk longsoran translasional disebut sebaran lateral
(lateral spreading) merupakan kombinasi dari meluasnya massa tanah dan
turunnya massa batuan terpecah- pecah ke dalam material lunak di bawahnya
(Cruden dan Varnes, 1992 dalam (Hary C Hardiyatmo, 2006:27). Longsoran
tipe sebaran lateral terjadi pada saat hujan lebat di Algeria, berupa blok-blok
batu gamping (limestone) yang melesak ke dalam lapisan marl yang berbeda di
bawahnya. Lapisan marl ini menjadi lemah oleh pengaruh pelapukan (Drouhin
etal, 1948 dalam Hary C Hardiyatmo, 2006:27)
5. Aliran (flows)
Aliran (flows) merupakan gerakan hancuran material ke bawah lereng
dan mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser
relatif sempit. Material yang terbawa oleh aliran dapat terdiri dari berbagai
macam partikel tanah (termasuk batu-batu besar), kayu-kayuan, rating dan
lain-lain.

D.Penyebab terjadinya tanah longsor


Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai dengan
munculnya retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah tebing. Tanah
7

longsor biasanya terjadi setelah hujan, karena banyak muncul mata air baru secara
tiba-tiba, tebing menjadi rapuh, dan banyak kerikil yang mulai berjatuhan.
Disamping faktor penyebab secara umum tersebut, faktor-faktor lainnya yaitu :
1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong,
sehingga apabila sudut lereng tersebut mencapai 180o maka akan sangat rawan
terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut memiliki potensi
untuk terjadinya tanah longsor, apabila terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena lembek terkena air dan pecah
akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila terdapat
pada daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan di daerah perladangan, penyebab longsor adalah akar pohon tidak
mampu menembus bidang longsoran yang dalam dan biasanya terjadi di
daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus, getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka dapat
menyebabkan gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
8

kemiringannya 220o sehingga mudah terjadi longsor dan penurunan tanah


yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada lereng dan
kendaraan,
maka akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
daerah tikungan jalan di daerah lembah. Akibatnya aka nada penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank arena
adanya penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga
mengakibatkan tebing menjadi terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman, umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum menjadi sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Dengan demikian, apabila terjadi hujan maka akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat dan sesudah
terjadi patahan kulit bumi.
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan bidang-
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena pengikatan
air tanah sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
9

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam


jumlah yang banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran air hujan.

E. Dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor


1. Dampak Positif :
a. Ketika terjadi bencana seperti tanah longsor ini bisa meningkatkan
kesadaran diri supaya tidak terjadi lagi penebangan hutan dan memperluas
lahan.
b. Meningkatkan kepedulian terhadap korban bencana dan kepedulian
terhadap sesama secara umumnya.
c. Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi masyarakat yang tinggal di
daerah yang rawan tehadap tanah longsor.
d. Bisa menjadikan motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi apa yang
bisa menyebabkan tanah longsor terjadi.
2. Dampak Negatif :
a. Mengakibatkan rumah-rumah masyarakat yang tinggal di area tanah longsor
kehilangan tempat tinggal.
b. Mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
c. Memutus jalur transportasi ketika tanah longsor menimbun jalanan utama.
d. Mengakibatkan perekonomian tersendat di daerah yang terjadi tanah
longsor.
e. Kerugian bagi Negara karena infrastuktur yang tertimbun oleh tanah
longsor.

F. Stategi Untuk Menanggulangi Tanah Longsor


1. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke
luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau
meresapkan air ke dalam tanah
10

2. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras -
teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
3. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa
di minimalisir.

G. Mitigasi bencana tanah longsor


Tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor (Nandi, 2007)
1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah/kota dan
provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar
terhindar dari bencana.
2. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perncanaan penanggulangan bencana dan rencana
penggembangan wilayah.
3. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggat di daerah tersebut.
5. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau
masyarakat
umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditibulkannya.
Sosialisasi
11

dilakukan dengan berbagai cara antara lain mengirimkan poster, booklet dan
leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat
pemerintah.

6. Pemeriksaan bencana longsor


Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata
cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah


longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering
melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa,
umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang getaran
atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang
berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang
bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau
batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah
diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri
dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat) setelah jenuh air akan
bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan
berikut: adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat
bergerak atau meluncur kebawah. adanya lapisan dibawah permukaan
massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan menjadi bidang
luncur dan adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah
tepat diatas kedap air tersebut menjadi jenuh. Karakteristik gerakan massa
pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima macam antara lain : jatuhan
(falls), Robohan (topples), longsoran (slides), sebaran (spreads), aliran
(flows).
Upaya mitigasi yang dapat dilakukan : pemetaan, penyelidikan,
pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, dan pemeriksaan bencana longsor.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/51533/3/Bab%20I.pdf
https://www.academia.edu/33781115/Makalah_Tanah_Longsor
https://repo.undiksha.ac.id/2420/3/1704081019-BAB%20I
%20PENDAHULUAN.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai