Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NITA MELINA WATI

NIM : 2216.13251.474

1. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I memiliki nama lain yakni hukum segregasi. Dalam hukum segregasi ini
menyatakan bahwa “Pada pembentukan gamet (sel kelamin) pada kedua gen yang
merupakan pasangan, akan dipisahkan dalam dua sel anak. Hukum Mendel I atau hukum
segregasi ini berlaku untuk persilangan monohibrid atau persilangan dengan satu sifat
beda.
Hukum Mendel I mencakup beberapa hal, yakni:
a. Alel (variasi gen) terhadap variasi sifat yang diwariskan. Contoh: warna dua bunga
bervariasi yang dinamakan dengan alel, akan menempati lokus yang sesuai dengan
pasangan homolog.
b. Dua alel terhadap suatu karakter akan terpisah ketika gamet (sel kelamin) dihasilkan.
Contoh: hasil persilangan yang mengandung satu alel warna bunga induknya (ungu atau
putih)
c. Setiap karakter pada setiap organisme, akan mewarisi dua alel yang masing-masingnya
berasal dari induk. Contoh: hasil persilangan yang kemungkinan akan menghasilkan 1
alel warna putih dan 1 alel warna ungu.
d. Apabila terdapat dua alel berbeda, maka salah satunya dapat bersifat dominan,
sementara yang lainnya akan bersifat resesif. Contoh: terdapat perkawinan bunga
berwarna ungu dengan bunga warna putih, maka akan menghasilkan keturunan warna
ungu.
Contoh :
a. Persilangan Monohibrid
Mendel membuat percobaan dengan menyilangkan dua individu dari kacang kapri yang
memiliki sifat berbeda, yaitu antara kacang kapri berbatang tinggi dengan kacang kapri
berbatang rendah. Sedangkan sifat ‘tinggi’ dominan terhadap sifat ‘rendah’, sehingga
akan menghasilkan:
Jika melihat lagi teori pada Hukum Mendel I yang menyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet (sel kelamin) itu pasangan alel akan memisah secara bebas. Nah,
peristiwa pemisahan tersebut akan terlihat ketika pembentukan gamet individu yang
memiliki genotif heterozigot, sehingga setiap gamet (sel kelamin) akan mengandung
salah satu alel tersebut.
b. Backcross dan Testcross
Backcross adalah proses menyilangkan atau mengawinkan individu hasil hibrida
(F1) dengan salah satu induknya. Tujuannya adalah supaya dapat mengetahui genotip
dari induknya (parental). Perhatikan contoh berikut dengan mengandalkan sifat ‘tinggi’
pada kacang kapri.

Sementara testcross adalah proses menyilangkan individu F1 dengan salah satu


induknya yang homozigot resesif. Tujuannya adalah supaya dapat mengetahui apakah
individu F1 itu memiliki homozigot atau heterozigot.

2. Hukum Mendel II
Pada Hukum Mendel II atau yang juga dikenal sebagai Hukum Independent
Assortment atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas, menyatakan bahwa “bila dua
individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka akan
diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya”.
Keberadaan Hukum Mendel II ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dengan dua sifat
yang berbeda). Pada persilangan dihibrid, misalnya terdapat suatu individu dengan genotip
AaBb, maka A dan a serta B dan b akan memisah yang kemudian pasangan tersebut akan
bergabung secara bebas. Melalui hal tersebut, maka kemungkinan gamet (sel kelamin)
yang terbentuk akan memiliki sifat AB, Ab, aB, dan ab.
Contoh :
Persilangan Dihibrid
Melalui percobaan persilangan Dihibrid ini, Mendel mencoba melibatkan dua sifat
sekaligus dan menyimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet (sel kelamin),
maka setiap pasang alel dalam satu lokus akan bersegregasi secara bebas dengan pasangan
alel lokus lainnya, dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya.
Singkatnya, monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat berbeda, sementara dihibrid adalah
hibrid dengan 2 sifat berbeda.

Singkatnya, melalui Hukum Mendel II ini menyatakan bahwa alel (variasi gen)
dengan gen yang sifatnya berbeda itu tidak saling mempengaruhi. Hal ini juga
menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman, warna tanaman, itu tidak saling
berpengaruh.

3. Alel Ganda
Alel ganda merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen,
umumnya satu gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat
mutasi (perubahan pada struktur molekul DNA yang sifatnya diwariskan pada
keturunannya). Mutasi akan menghasilkan bayak variasi alel. Misalnya gen A bermutasi
menjadi a1,a2, dan a3. Yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berbeda. Dengan
demikian mutasi gen A dapat menghasilkan empat macam varian, yaitu A,a1,a2, dan a3.
4. Penyimpangan hukum mendel
Dalam Hukum Mendel baik I dan II akan terdapat penyimpangan semu, yang
merupakan bentuk persilangan dengan menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan
dasar dihibrid. Meskipun tampak berbeda, tetapi sebenarnya rasio fenotip tersebut
merupakan bentuk modifikasi dari penjumlahan rasio fenotip yang didasarkan pada semua
Hukum Mendel.
Misalnya pada perkawinan antara 2 individu dengan 2 sifat beda, ternyata ratio fenotip F2
tidak selalu 9 : 3 : 3 : 1. Namun, akan sering dijumpai perbandingan-perbandingan yang
berbeda, tetapi merupakan penggabungan angka-angka perbandingan Mendel yang ditulis
9: 3: 3: 1 yaitu :
a. 9:7=9:(3+3+1)
b. 12 :3:1=(9+3):3:1
c. 15 : 1 = ( 9 + 3 + 3 ) : 1
d. 9 :3:4=9:3:(3+1)
Apabila didasarkan pada Hukum Mendel II, maka alel satu tidak akan saling
mempengaruhi segregasi pasangan alel lainnya dalam penentuan sifat yang berbeda. Gen-
gen tersebut akan secara bebas berpasangan dan memunculkan sifat tertentu pada individu.
Nah, itulah yang dinamakan dengan ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’. Disebut
“semu” karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, dan disebabkan oleh gen-gen yang
membawa sifat dalam penentuan ciri tertentu tersebut. Berikut ini ciri-ciri Penyimpangan
Semu Hukum Mendel:
a. Ratio fenotip yang dihasilkan berbeda dengan Hukum Mendel.
b. Adanya sifat-sifat tertentu pada gen yang menyebabkan perbedaan hasil pada filial 2.
c. Adanya interaksi antar gen.
Jenis-Jenis Penyimpangan Semu Hukum Mendel
a. Atavisme
Atavisme adalah proses interaksi antar gen yang menghasilkan filial atau
keturunan dengan fenotip berbeda dari induknya. Contoh: atavisme pada jengger
ayam yang memiliki empat tipe yaitu rose (R-pp), pea (rrP-), walnut (R-P-), dan
bilang (rrpp). Maka akan menjadi hal berikut:
Ayam jantan berjengger rose homozigot disilangkan dengan ayam betina
berjengger pea homozigot. Dari hasil persilangan tersebut, ternyata diperoleh bahwa
seluruh F1 berjengger walnut. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, kemungkinan
perbandingan F2- nya adalah 9:3:3:1.
b. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya gen dominan, terutama jika tidak
berpasangan dengan gen dominan lainnya. Jadi, apabila gen dominan tersebut berdiri
sendiri, maka sifatnya akan menjadi tersembunyi alias kriptos. Contoh: kriptomeri
pada persilangan bunga Linaria Maroccana yang memiliki 4 gen, yaitu:
 A = terbentuk pigmen antosianin
 B = tidak terbentuk pigmen antosianin
 C = protoplasma basa
 D = protoplasma asam
Maka melalui 4 gen tersebut akan membentuk:

c. Polimeri
Polimeri adalah proses interaksi antar gen yang bersifat kumulatif atau saling
menambah. Jadi, gen-gen tersebut nantinya akan saling berinteraksi untuk
mempengaruhi dan menghasilkan keturunan yang sama. Contoh: polimeri pada
gandum berbiji merah dengan 2 gen yaitu M1 dan M2, sehingga apabila kedua gen
tersebut bertemu maka ekspresi warna yang didapatkan juga akan semakin kuat.
d. Epistatis dan Hipostatis
Epistasis-Hipostasis adalah suatu peristiwa ketika gen yang bersifat dominan
akan menutupi pengaruh dari gen dominan lainnya yang bukan alelnya. Gen yang
menutupi itu disebut dengan epistasis, sementara gen yang ditutupi disebut dengan
hipostatis. Contoh epistatis-hipostatis ini dapat ditemukan pada persilangan labu
kuning dan labu putih.

e. Gen-Gen Komplementer
Komplementer adalah proses interaksi antar gen dominan, dengan sifat yang berbeda
tetapi saling melengkapi, sehingga akan memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah
satu gen itu tidak muncul, maka sifat yang dimaksud juga tidak akan muncul. Contoh
gen-gen yang berkomplementer ini dapat ditemukan pada persilangan bunga Lathyrus
Odoratus yang memiliki 4 gen berupa:
 C = membentuk pigmen warna.
 c = tidak membentuk pigmen warna.
 P = membentuk enzim pengaktif.
 p = tidak mementuk enzim pengaktif.
Referensi :
1. https://www.gramedia.com/literasi/hukum-mendel/
2. https://www.slideshare.net/revinasriutami/alel-ganda-dan-gen-ganda

Anda mungkin juga menyukai