Anda di halaman 1dari 5

1.

Proses Terjadinya Pewarisan Sifat Makhluk Hidup

Jadi, setiap makhluk hidup termasuk kamu, itu berasal dari zigot. Zigot ini terbentuk ketika ada peleburan
antara sel sperma dari ayah kamu, dan sel telur dari ibu kamu.
Nah, di dalam sel telur dan sel sperma tersebut, terdapat inti sel atau nukleus yang mengandung
kromosom, berupa struktur, seperti kumpulan benang-benang halus yang tersusun atas banyak gen. Gen
sendiri merupakan substansi kimia yang berperan sebagai faktor pembawa sifat. Karena itu, gen dan
kromosom itu berperan penting untuk mengendalikan pewarisan sifat.

Karena sel telur dan sel sperma masing-masing membawa gen atau kromosom sendiri-sendiri, maka ketika
sel telur dan sel sperma orang tua kamu melebur, zigot yang terbentuk akan mengandung gabungan gen-
gen dan kromosom dari ayah maupun ibu kamu. Inilah bagaimana sifat kedua orang tua kamu bisa
diwariskan ke kamu.

2. Peran Kromosom dalam Pewarisan Sifat


Seperti yang udah dijelaskan sebelumnya ya, kromosom itu merupakan struktur berbentuk seperti
kumpulan benang-benang halus yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetik dari induk kepada
keturunannya. Sel tubuh kita punya 23 pasang atau 46 buah kromosom.
Nah, dari 23 pasang atau 46 kromosom yang ada di sel tubuh kita itu, bisa dibedakan menjadi kromosom
tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (gonosom).
Setiap sel di tubuh kita akan memiliki kromosom yang berpasangan, disebut sebagai pasangan kromosom
homolog, sehingga sel tubuh kita bersifat diploid (2n). Tapi, untuk sel kelamin atau gamet, kromosomnya
nggak berpasangan, sehingga bersifat haploid (n).
a) Kromosom Tubuh
Kromosom tubuh (autosom) itu berfungsi untuk mengontrol sifat-sifat tubuh suatu organisme, tapi tidak
ikut menentukan jenis kelamin. Kromosom tubuh dilambangkan dengan simbol A yang berasal dari kata
autosom. Jumlahnya ada 22 pasang atau 44 buah, sehingga sering dituliskan sebagai 22AA atau 44A.
b) Kromosom Kelamin
Kromosom kelamin (gonosom) berfungsi untuk menentukan jenis kelamin suatu organisme dan
beberapa sifat tertentu. Gonosom berjumlah 1 pasang atau 2 buah. Kalau pada laki-laki, gonosomnya
terdiri dari kromosom X dan Y ya, sehingga sering dituliskan sebagai XY.
Sementara pada perempuan, gonosomnya terdiri dari sepasang kromosom X, sehingga ditulis sebagai
XX., gonosom ini juga ada di sel tubuh kita, bukan hanya di sel kelamin atau gamet saja.
Makanya secara lengkap rumus kromosom sel-sel tubuh kita itu pasti mengandung autosom dan
gonosom. Detailnya bisa dilihat di tabel berikut ini.
3. Peran Gen dalam Pewarisan Sifat
Gen merupakan substansi kimia yang mengontrol pewarisan sifat. Jumlah gen yang ada di tubuh kita bisa
mencapai puluhan bahkan ratusan ribu, loh. Masing-masingnya akan mengkode sifat yang berbeda dan
juga memiliki rumah sendiri-sendiri di kromosom. Nah, rumah gen ini disebut sebagai lokus.
Setiap gen yang mengkode karakter tertentu sebenarnya masih punya beberapa variasi yang disebut
sebagai alel. Misalnya, gen pengkode warna bunga, akan memiliki dua macam alel atau dua macam
variasi, yaitu:
1. Alel yang mengkode warna bunga merah, dan
2. Alel yang mengkode warna bunga putih.
Jadi, tiap pasangan alel ini akan terletak pada lokus pasangan kromosom homolog yang bersesuaian, ya.
Lalu, tiap pasagan alel ini juga akan membentuk kombinasi genetik atau genotipe. Bersama dengan faktor
lingkungan, genotipe kemudian akan memunculkan fenotipe atau sifat yang tampak.
Pada umumnya, suatu gen dapat disimbolkan dengan huruf. Tepatnya, huruf kapital digunakan untuk
menyimbolkan alel atau variasi gen yang bersifat dominan, misalnya M (merah), sedangkan huruf kecil
menyatakan alel resesif, misalnya m (putih).
Karena suatu individu itu memiliki sepasang alel, maka jika suatu gen punya dua macam alel, genotipe
yang bisa terbentuk jadi ada 3 macam, yaitu MM, Mm dan mm. Tepatnya begini:
a. Jika alel M berpasangan alel M juga, maka akan membentuk genotipe MM atau disebut homozigot
dominan. Fenotipe yang muncul dari genotipe ini adalah warna merah, karena alel yang dimiliki sama-
sama dominan.
b. Kemudian, jika alel M berpasangan dengan alel m, akan membentuk genotipe Mm atau heterozigot.
Nah, fenotipe yang muncul dari genotipe ini adalah merah juga, karena alel M bersifat dominan
terhadap alel m.
c. Terakhir, jika alel m berpasangan dengan alel m, akan membentuk genotipe mm atau homozigot
resesif. Nah, fenotipe yang muncul dari genotipe ini adalah warna putih karena alel yang dimiliki sama-
sama resesif.

4. Hukum Mendel
Hukum I Mendel: “Setiap alel dari gen yang sama akan berpisah atau bersegregasi secara bebas pada
saat pembentukan gamet.”
Hukum II Mendel: “Setiap alel dari gen yang berbeda akan bergabung atau berasortasi secara acak pada
saat pembentukan gamet.”
Perlu diketahui, Hukum I Mendel disebut juga dengan hukum segregasi bebas. Kenapa? Karena pada
hukum ini, alel-alel di dalam gen yang sama mengalami pemisahan (segregasi) secara bebas saat
pembentukan gamet. Alel itu sendiri adalah variasi atau bentuk alternatif dari suatu gen yang terletak di
lokus yang sama pada kromosom homolog.
Di sisi lain, Hukum II Mendel disebut juga dengan hukum asortasi bebas karena alel-alel dari gen yang
berbeda akan mengalami penggabungan (asortasi) secara bebas saat pembentukan gamet. So, jangan
sampai tertukar ya. Nah, Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel ini diterapkan pada proses persilangan
yang akan kita bahas pada artikel kali ini. Yuk, langsung saja kita simak!

a) Istilah-Istilah dalam Persilangan


Sebelum kita masuk ke inti dari pembahasan kita, ada istilah-istilah dalam persilangan yang perlu
diketahui yaitu

setelah tahu apa saja simbol dan istilah-istilah dalam persilangan itu, yang harus kalian ketahui adalah
bagaimana cara dalam menentukan gamet. Gamet yang akan kita ketahui adalah berapa jumlahnya
serta apa jenisnya.

b) Cara Menentukan Gamet

c) Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda. Maksudnya adalah pada
persilangan ini, kita hanya memperhatikan satu sifat saja, seperti warna bunga (merah, putih, dsb) atau
bentuk buah (bulat, lonjong, dsb).
Pada persilangan monohibrid berlaku Hukum Mendel I karena pada saat pembentukan gamet , alel-alel
yang sebelumnya berpasangan akan mengalami pemisahan secara bebas dalam dua sel gamet.
Secara bebas di sini maksudnya adalah pemisahan kedua alel tersebut tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi pasangan alel yang lainnya.
Mendel melakukan persilangan monohibrid dengan satu sifat beda yang menunjukkan sifat dominansi
yang muncul secara penuh dan sifat dominansi yang tidak muncul secara penuh (intermediet).
 Kasus dominansi penuh
Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat alel yang satu dapat menutupi
sifat alel yang lainnya. Akibatnya, sifat alel yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat alel yang
lemah. Dalam hal ini, alel yang memiliki sifat yang menutupi disebut alel dominan dan alel yang
memiliki sifat yang ditutupi disebut alel resesif.
Perhatikan contoh di bawah ini,
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm) dengan alel M
bersifat dominan penuh terhadap m. Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
Penyelesaian:
Berdasarkan persilangan di atas, kita bisa mengetahui perbandingan fenotipe dan genotipenya.
Perlu diingat kalau fenotipe adalah sifat yang tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita bisa tahu
kalau perbandingan fenotipenya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk
perbandingan genotipenya diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.

 Kasus dominansi tidak penuh (Intermediet)


Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari salah satu alel tidak dapat menutupi
sifat alel lain secara penuh. Akibatnya, individu heterozigot memiliki fenotipe intermediet (di antara)
sifat kedua induknya.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm) dengan M bersifat
dominansi tidak sempurna terhadap m. Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
Penyelesaian:

d.
d) Persilangan Dihibrid
Jika pada persilangan monohibrid kita hanya memperhatikan satu sifat beda saja, maka pada
persilangan dihibrid kita akan memperhatikan dua sifat beda. Misalnya warna buah dan bentuk buah,
warna buah dan rasa buah, dsb.
Pada persilangan dihibrid berlaku Hukum II Mendel karena pada saat pembentukan F2, alel-alel dari
gen yang berbeda akan bergabung (mengelompok) secara bebas saat pembentukan gamet.
Penggabungan secara bebas ini maksudnya adalah alelyang satu dapat secara bebas bergabung
dengan alel dari gen yang lainnya tanpa adanya syarat tertentu.
Perhatikan contoh berikut ini.
Persilangan antara biji bulat kuning (BBKK) dengan biji kisut hijau (bbkk). Biji bulat (B) dominan
terhadap biji kisut (b) dan warna kuning (K) dominan terhadap warna hijau (k). Lakukan persilangan
sampai mendapat F2!
Penyelesaian:

Sehingga, akan diperoleh F2 = bulat kuning (B_K_), bulat hijau (B_kk), kisut kuning (bbK_), kisut hijau
(bbkk).
Untuk perbandingan fenotipnya adalah sebagai berikut:
Perbandingan fenotip = bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau = 9 : 3 : 3 : 1.

Latihan Soal Monohibrid dan Dihibrid


Nah, kalau kamu cuma baca doang tanpa latihan soal, kan nggak afdol tuh. Oleh karena itu, di bawah
ini ada latihan soal nih. Langsung dicoba, ya!

Anda mungkin juga menyukai