Anda di halaman 1dari 17

Pola Hereditas, Pengertian Hereditas & Hukum

Mendel

Pengertian Hereditas
Hereditas adalah pewarisan sifat sifat fisik, biomkia dan perilaku dari
suatu mahkluk hidup kepada keturunannya. Sifat-sifat menurun ini
kemudian dikendalikan oleh substansi genetika yang disebut DNA
(deoxyribo nucleic acid = asam dioksiribo nukleat), yang terdapat
dalam gen.

Gen terkandung dalam kromosom, yang terletak dalam inti sel. Hereditas sebagai penurunan sifat
dari induk kepada keturunannya. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu
mempunyai perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti pola tertentu. Aturan-aturan
dalam pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas.

Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan pada
1865 oleh Gregor Johann Mendel, seorang biarawan dan juga ilmuwan yang mendirikan ilmu
baru dalam ilmu genetika. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai
varietas kacang kapri (Pisum sativum).

Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul Experiments on Plant Hybridization.
Dari situ ia mengusulkan 3 hukum pewarisan Mendel diantaranya Hukum Segregasi dimana
Pada pembentukan gamet, setiap gen induk (parent) akan berpisah agar gamet (anaknya)
mendapatkan gen dari kedua induk. Hukum Asortasi Bebas dimana Gamet akan bertemu secara
acak. Hukum Dominasi dimana terdapat sifat (alel) yang mempunyai kemungkinan diturunkan
lebih dari sifat yang satunya. Sifat yang satunya lagi itu resesif.

Why? Heredity & Type of Blood – Hereditas dan Golongan Darah

Pola Hereditas Menurut Hukum Mendel


Dalam mempelajari genetika, teori mendel sangat penting bahkan dijadikan dasar dalam
memahami genetika dan digunakan untuk analisis atas pola-pola pewarisan genetik. Hukum
Mendel adalah hukum yang menerapkan bagaimana pola dan mekanisme pewarisan sifat.
Hukum Mendel terdiri dari Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
Hukum Mendel I
(Hukum Segregasi) adalah pernyataan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada
individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas. Persilangan monohibrid membuktikan hukum
Mendel I. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda. Untuk
mengetahui keadaan genotip F1 dapat dilaksanakan:

 Testcross (uji silang): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah satu induknya
yang homozigot resesif. Tujuan uji silang ini untuk mengetahui keadaan genotip suatu
individu, apakah homozigot atau heterozigot.
 Backcross (silang balik): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah satu induk,
baik induk homozigot dominan ataupun Tujuan backcross adalah untuk mengetahui genotip
induknya.
 Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak mampu
menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat diantara keduanya.
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II adalah pernyataan yang menyatakan bahwa pada saat penentuan gamet, gen-
gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas pula. Persilangan dihibrid
merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II. Mendel melanjutkan persilangan, dengan
menyilangkan tanaman yang memiliki dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk kacang
ercis. Dia menyilangkan kacang ercis biji bulat (B) warna kuning (K) dengan kacang ercis biji
kisut (b) warna hijau (k). Hasilnya F1 memiliki fenotip kacang ercis biji bulat warna kuning
(100%). Setelah F1 disilangkan dengan sesamanya menghasilkan keturunan F2 dengan rasio
fenotip 9 (bulat kuning) : 3 (bulat hijau) : 3 (kisut kuning) : 1 (kisut hijau).

Hasil Penelitian Mendel


Hasil penelitian mendel, yaitu persilangan kacang ercis berbiji bulat dan berbiji keriput dipetakan
dalam suatu skema. Dari penelitiannya, Mendel membuat hipotesis sebagai berikut:

 Tiap sifat menurun mahkluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturuan (faktor ini
sekarang disebut gen), yaitu satu dari induk jantan dan satu dari induk betina.
 Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan sifat alternatif pasangannya (kedua bentuk
alternatif ini sekarang disebut pasangan Alel). Bila kedua bentuk faktor berbeda, maka
hanya faktor yang dominan (lebih kuat) yang akan terlihat, dan faktor resesif (lebih lemah)
tidak. Misalnya bila suatu tanaman kacang memiliki satu faktor dominan tangkai tinggi dan
satu faktor resesif tangkai pendek, maka hanya sifat tangkai tinggi yang terlihat.
 Pada pembentukan gemet atau sel kelamin, kedua alel dari masing masing pasangan akan
berpisah (bersegregasi), ini lah yang disebut sebagai hukum mendel 1 (prinsip segregasi
atau pemisahan). Jadi bila sautu tanaman kacang memiliki faktor yang terdiri dari 1 alel
tangkai panjang dan 1 alel tangkai pendek, maka akan dihasilkan sel gamet yang masing
masing hanya memiliki 1 alel tangkai panjang atau 1 alel tangkai pendek.
 Perkawinan atau penggabungan dua sel gamet jantan dan betina akan mengembalikan
keadaan diopoid (2n kromosom) pada zigot sehingga zigot akan memiliki lagi pasangan
faktor keturunan untuk tiap sifat menurun, karena terjadi penggabungan alel secara acak
(tidak harus berasal dari pasangan faktor sebelum bersegregasi). Ini dikenal sebagai hukum
mendel 2 (prinsip berpasangan secara bebas).
 

Jenis-Jenis Persilangan
Persilangan artinya proses perkawinan antar mahkluk hidup satu jenis atau spesies dengan sifat
yang berbeda. Jenis persilangan Ada dua jenis persilangan yaitu persilangan monohibrida dan
persilangan dihibrida. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

Persilangan Monohibrida
Persilangan monohibrida ada 2 macam, yaitu pesilangan monohibrida dominan penuh dan
persilangan monohibrida tak penuh (kodominan). Persilangan monohibrida dominan penuh
terjadi antara dua individu yang mempunyai sifat dominan penuh (AA) dengan lain yang bersifat
resesif (aa) Hasil F1 seragam, dengan genotip (Aa) dan fenotip semua keturunan F1 sama,
umumnya mengiikuti fenotip induk yang dominan

Apabila persilangan dilanjutkan dengan menyilangkan individu sesama F1 akan dihasilkan


keturunan ke-2 (F2), dengan tiga macam genotip (AA, Aa, aa) dan ada dua macam fenotip
dengan perbandingan 3:1 Misalnya, pada kacang ercis (pisum sativum) berbatang tinggi (AA)
disilangkan dengan yang berbatang pendek (aa). Maka keturunannya adalah kacang ercis dengan
genotip Aa dan berfonetip batang tinggi, karena batang tinggi adalah sifat dominan.

Persilangan monohibroda dominan tak penuh (kodominan), persilangan ini terjadi antara dua
individu dengan sifat yang tidak dominan tetapi juga tidak resesif terhadap sesamanya.Pada
individu F1 merupakan perpaduan sifat kedua induknya, sedangkan pada F2 dihasilkan
keturunan perbandingan genotip dan fenotip 1: 2 : 1 Misalnya bunga pukul empat (mirabilis
jalapa) dengan warna merah (MM) disilangkan dengan warna putih (mm). Hasil persilangan
adalah F1 dengan genotip Mm dan fenotip berwarna merah muda, yaitu campuran warna merah
dan putih.

Persilangan Dihibrida
Persilangan dihibrida adalah persilangan antara dua individu dengan memperhatikan dua yang
sifat yang berbeda. Persilangan ini menghailkan individu F1 yang seragam, yaitu semua
keturunannya terdiri dari satu macam genotip dan satu macam fenotip. Tapi pada keturunan
kedua, perbandingan fenotip F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1 dan jumlah kombinasi F2 sebanyak 16 buah.
Misalnya pada persilangan antara galur murni kacang ercis berbiji bulat kuning (BBKK) dengan
galur murni yang berbiji keriput warna hijau (bbkk). Ketutunan pertamanya (F1) adalah kacang
ercis berbiji bulat berwarna kuning (BbKk). Berarti sifat biji bulat dan warna kuning dominan
terhadap sifat bji keriput dan warna hijau.

Bila dilakukan persilangan antar F1, di dapatlah keturunan kedua (F2) sebagai berikut: Ada 9
genotip F2, yaitu BBKK, BBKk, BBKk, BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, bbkk, Perbadingan
fenotip F2 yaitu Bulat kuning Bulat hijau Keriput kuning Keriput hijau 9 : 3 : 3 : 1.

Istilah dalam Genetika atau Pewarisan Sifat


Pada manusia, terdapat beberapa pola penurunan sifat yang akan diturunkan. Pada dasarnya,
banyak hal bisa diturunkan induk kepada anaknya atau dari orang tua ke anak-anaknya.

 Parental: Induk atau orang tua atau tetua. Parental disingkat P.


 Filial: Keturunan yang diperoleh sebagai hasil dari perkawinan parental. Keturunan pertama
disingkat F1, keturunan kedua disingkat F2, keturunan ketiga disingkat F3, dan seterusnya.
 Dominan: Sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini
dapat mengalahkan sifat pasangannya.
 Gen: Bagian kromosom atau satu kesatuan kimia (DNA) dalam kromosom, yaitu dalam
lokus yang mengendalikan ciri genetis sautu makhluk hidup. Gen diwariskan oleh satu
individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi. Dengan demikian, informasi
yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga. Gen
terdapat berpasangan dalam satu lokus pada kromosom homolog. Masing masing gen dalam
pasangan itu disebut alel. Kedua alel dapat membawa ciri sifat yang sama atau berbeda,
misalnya sifat tangkai panjang dan tangkai pendek
 Kromosom: Pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom terdiri dari
DNA (asam deoksiribo nukleat), RNA (asam ribo nukliat), dan protein. Kromosom homolog
(2n) adalah kromosom (kromosom homolog) disebut sel diploid. Bila tidak berpasangan,
kromosom diberi simbol n Sel dengan n kromosom adalah sel haploid, misalnya sel kelamin
jantan saja atau sel kelamin betina saja.
 Gen Dominan: gen yang dapat mengalahkan atau menutupi gen lain yang merupakan
pasangan alelnya dan memakai simbol huruf besar.
 Resesif: Sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini
dapat dikalahkan oleh sifat pasangannya.
 Gen Resesif: Gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang merupakan pasangan
alelnya dan memakai simbol huruf kecil.
 Genotip: Merupakan komposisi gen yang menentukan sifat menurun, biasanya disimbolkan
dengan sepasang huruf. Contohnya NN dan Genotip yang tersusun dari sifat dominan saja
(NN) atau resesif saja (nn) disebut homozigot. Sedangkan genotip yang tersusun dari sifat
dominan dan resesif (Nn), disebut heterozigot.
 Fenotip: Sifat makhluk hidup yang tampak sehingga bisa diamati. Misalnya, rasa buah
manis, rambut lurus, bentuk buah bulat, dan tinggi rendahnya badan. Fenotip ditentukan
oleh faktor genotip dan lingkungan, misalnya keadaan air, sifat asam/basah tanah, dan
nutrisi
 Alel: Anggota pasangan gen yang mempunyai sifat alternatif sesamanya. Gen-gen ini
terletak pada lokus yang bersesuaian dari suatu kromosom yang homolog.
 Homozigot: Pasangan alel yang sifatnya sama. Contohnya AA, aa, BB, bb, CC dan cc.
Pasangan gen dengan alel alel dominan disebut homozigot dominan (AA, BB), sedangkan
pasangan gen dengan alel alel resesif disebut homozigot resesif (aa, bb)
 Heterozigot: Pasangan alel dengan gen yang tidak sama, yang satu gen dominan dan
lainnya gen resesif.
 Pembastaran: Perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda.
 Sifat intermediate merupakan sifat gabungan antara sifat dominan dan resesif, berupa sift
campuran. Seperti yang telah dilakukan oleh mendel terhadap tanaman Antirrhinum majus
berbunga merah galur murni (MM) disilangkan dengan antirhinum majus bewarna putih
galur murni (mm). Hasil keturunannya berfenotip warna merah muda, bukan berwarna
merah meskipun genotipnya Mm.

Pola-pola Hereditas pada Manusia


Contoh sederhana yang umum terjadi adalah penurunan penyakit yang diakibatkan oleh adanya
gen. Gen ini terletak pada autosom atau juga bisa dipicu oleh gen pada kromosom seks yang
disebut sebagai gonosom. Meskipun demikian, penyakit menurun ini bukanlah penyakit yang
bisa menular.

Akan tetapi, memang sulit untuk disembuhkannya dan dapat diupayakan agar tidak menular ke
keturunan selanjutnya. Biasanya kasus ini dapat terjadi karena adanya gen resesif. Dengan kata
lain, tidak termasuk ke dalam gen dominan pada induknya ataupun keturunannya.

Sifat-sifat dimiliki oleh induk yang diturunkan pada anaknya dapat terjadi karena melalui pola
pewarisan sifat. Metode tersebut dikenal dengan metode asal usul atau silsilah di dalam bentuk
pedigree. Berikut inilah pola hereditas pada manusia.Penurunan sifat pada manusia ini dapat
dipelajari dengan sebuah metode. Pola hereditas pada golongan darah manusia terdiri dari:

Golongan Darah
Salah satu bentuk hereditas manusia adalah golongan darah. Seperti yang sudah kita ketahui
bahwa golongan darah ini memiliki sifat menurun. Pada umumnya, golongan darah pada
manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis golongan darah yang berbeda. Sistem golongan
darah ABO, sistem golongan darah rhesus, dan sistem golongan darah MN, berikut
penjelasannya:

 Sistem golongan darah ABO merupakan sistem yang ditentukan oleh tiga macam alel.
Terdiri dari IA, IB, dan kemudian adalah IO.
 Sistem Rhesus, sistem yang akan ditentukan oleh gen Rh dan juga gen rh. Gen Rh untuk
jenis rhesus positif (+), dan hen rh untuk rhesus negativ (-). Alel Rh ini memiliki sifat
dominan terhadap rh.
 Sistem MN, sistem golongan darah MN. Dimana sistem yang satu ini akan ditentukan oleh
dua macam alel, takni alel LM, serta alel LN.
Cacat dan Penyakit Menurun pada Manusia
Penyakit menurun pada manusia tidak bisa atau bahkan sulit untuk disembuhkan. Hal tersebut
dikarenakan adanya kelainan di dalam gen (substansi hereditas). Secara umum dikendalikan oleh
gen resisif. Terakhir, hanya bisa muncul pada orang yang mempunyai homozigot resesif.

Cacat dan penyakit menurun ini dapat disebabkan oleh dua faktor. Melalui autosom atau terpaut
kromosom di dalam tubuh dan melalui gonosom atau terpaut kromosom seks. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjutnya. Ciri-ciri penyakit menurun adalah Tidak menular pada orang lain,

Tidak dapat disembuhkan, karena ada kelainan dalam substansi hereditas (gen), Umumnya
dikendalikan oleh gen resesif dan hanya muncul pada seseorang yang homozigot resesif. Jenis
penyakitnya, diantaranya:

Albino
Albino merupakan salah satu hereditas pada manusia yang disebabkan karena cacat menurun.
Albino sendiri merupakan cacat menurun yang disebabkan karena adanya kelainan tubuh.
Dimana tubuh tidak mampu memproduksi enzim yang bertugas mengubah tirosin menjadi
pigmen melanin.

Pigmen melanin ini dikendalikan oleh gen resesif a.Albino merupakan salah satu hereditas pada
manusia yang disebabkan karena cacat menurun. Albino sendiri merupakan cacat menurun yang
disebabkan karena adanya kelainan tubuh. Dimana tubuh tidak mampu memproduksi enzim yang
bertugas mengubah tirosin menjadi pigmen melanin.

Pigmen melanin ini dikendalikan oleh gen resesif a. Pada tubuh manusia normal, terdapat
genotip AA serta normal dengan carier Aa. Sedangkan keadaan semacam ini berbeda dengan
orang yang menderita albino. Sebab, mereka terlahir dari pasangan yang keduanya merupakan
carier.

Terpaut Kromosom Seks


Pola hereditas pada manusia melalui cacat dan penyakit menurun juga disebabkan karena terpaut
kromosom seks. Pada kasus ini kita akan mengambil beberapa contoh penyakit yang umum
dijumpai. Satu diantaranya adalah webbed toes.
Webbed toes adalah salah satu kelainan sifat, dimana di antara jari-jari kaki terdapat
pertumbuhan selaput seperti kaki bebek. Kelainan ini terjadi karena dikendalikan oleh gen resesif
(wt), akan tetapi pada gen dominan (Wt) memiliki keadaan yang normal. Selain webbed toes,
ada juga hyserix gravior. Hyserif gravior adalah kelainan yang mana ada pertumbuhan rambut
panjang dan kasar, sehingga menyerupai seperti duri landak. Munculnya sifat ini yang
menandakan hereditas pada manusia karena dikendalikan oleh adanya gen resesif (hg)

. Pautan Gen (Gene Linkage)

Pola pewarisan sifat yang pertama adalah pautan gen. Setiap kromosom mengandung
gen yang tersimpan di tempat khusus yang disebut lokus. Gen-gen ini dapat berada
pada kromosom yang sama atau kromosom yang berbeda. Nah, gen-gen yang berada
dalam satu kromosom homolog yang sama dan letaknya saling berdekatan ini
yang disebut sebagai pautan gen (gene linkage). Berikut ini merupakan contoh gen yang
mengalami pautan dan gen yang tidak mengalami pautan.
Akibat letaknya yang saling berdekatan, gen-gen tersebut akan tetap bersama sampai
saat pembentukan gamet (sel kelamin). Pautan dari dua macam gen atau lebih
akan menghasilkan jumlah gamet yang lebih sedikit dibandingkan dengan gen-gen
yang tidak berpautan. Oleh karena itu, keturunan yang dihasilkan akan memiliki
perbandingan fenotip dan genotip yang lebih sedikit pula. Contoh kasus pautan gen
dapat kamu temui pada persilangan tanaman ercis pada gambar di bawah ini.   
Persilangan ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) dengan ercis bunga merah pollen
bulat (ppll) akan menghasilkan keturunan pertamanya (F1) yaitu ercis bunga ungu
pollen lonjong (PpLl). Ketika dilakukan persilangan kembali pada antar sesama F1, maka
akan menghasilkan keturunan (F2) dengan perbandingan fenotip 3 : 1. Hal ini
disebabkan karena adanya pautan antara gen P dengan gen L, serta alelnya yaitu gen p
dengan gen l. Akibatnya, pada F2 hanya terbentuk dua macam gamet, yaitu PL dan pl. 

2. Pindah Silang (Crossing Over)

Pola pewarisan sifat yang kedua adalah pindah silang. Pindah silang (crossing over)
adalah peristiwa pertukaran segmen kromatid yang bukan saudaranya (non-sister
chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang terjadi saat
pembelahan meiosis I, yaitu pada akhir profase I atau awal metafase I. Pada saat itu,
satu buah kromatid akan membelah menjadi dua. Peristiwa pindah silang umumnya
terjadi pada organisme seperti manusia, tumbuhan, dan juga hewan.
Peristiwa pindah silang akan menghasilkan keturunan dengan sifat yang baru. Hal ini
disebabkan karena adanya rekombinasi gen, yaitu penggabungan dari sebagian gen
induk jantan dengan sebagian gen induk betina pada saat proses fertilisasi
(pembuahan), sehingga menghasilkan susunan pasangan gen yang berbeda dari gen-
gen induknya. Nah, kamu tahu nggak, ternyata kita bisa menghitung nilai persentase
rekombinasi dari hasil terjadinya pindah silang, lho! Caranya, dengan menggunakan
rumus di bawah ini, nih.
Sekarang, ayo kita coba kerjakan bersama-sama contoh soal di bawah ini, ya.

Contoh soal:

Hasil persilangan antara mangga besar manis (BbMm) dengan mangga kecil asam
(bbmm) memperoleh hasil sebagai berikut:

Besar asam = 150

Besar manis = 750

Kecil manis = 100

Kecil asam = 500

Tentukan nilai pindah silangnya?

Pembahasan:

Diketahui bahwa mangga besar manis dan mangga kecil asam adalah parental,
sedangkan mangga besar asam dan mangga kecil manis merupakan rekombinan. Jadi,
nilai pindah silangnya adalah

3. Gagal Berpisah (Non Disjunction)

Selanjutnya adalah gagal berpisah. Pada pembelahan meiosis, kromosom-kromosom


yang telah mengganda akan ditarik menuju kutub sel oleh benang-benang spindel yang
menempel pada sentromer. Dalam keadaan normal, kromosom-kromosom tersebut
akan berpisah dan menuju ke kutub sel yang berlawanan. Akan tetapi, terdapat suatu
kasus di mana kromosom mengalami gagal berpisah, sehingga semua kromosom hanya
akan tertarik ke salah satu kutub sel saja. Akibatnya, gamet yang terbentuk akan
mengalami penambahan atau pengurangan jumlah kromosom.
Berikut ini merupakan contoh kelainan jumlah kromosom yang diakibatkan oleh
peristiwa gagal berpisah, yaitu:

 Aneuploidi

Aneuploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang hanya terjadi pada


pasangan kromosom tertentu. Perubahan jumlah kromosom ini dapat berupa
penambahan jumlah kromosom atau pengurangan jumlah kromosom. Aneuploidi
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan perubahan jumlah kromosomnya, di
antaranya monosomi (2n-1), nulisomi (2n-2), trisomi (2n+1), dan tetrasomi (2n+2).
Contoh aneuploidi yang umum terjadi pada manusia adalah kasus trisomi 13 atau
sindrom Patau.

 Euploidi

Euploidi adalah peristiwa perubahan jumlah kromosom yang terjadi pada seluruh


pasangan kromosom. Hal ini menyebabkan jumlah kromosom individu dengan kasus
euploidi akan senilai dengan kelipatan kromosom haploidnya. Berdasarkan jumlah
kelipatan kromosomnya, euploidi dibedakan menjadi triploid (3n), tetraploid (4n),
pentaploid (5n), dan seterusnya.

4. Gen Letal

Pola pewarisan sifat yang terakhir adalah gen letal. Gen letal adalah gen
yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan homozigot, sedangkan dalam
keadaan heterozigot, seorang individu dapat bersifat normal atau subletal.
Terdapat dua macam gen letal yang perlu kamu ketahui, yaitu:

 Gen letal dominan

Gen letal dominan merupakan gen yang menyebabkan kematian individu dalam


keadaan homozigot dominan. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, seorang
individu dapat bersifat subletal yang mengakibatkan terjadinya kelainan. Contoh kasus
gen letal dominan adalah gen yang menyebabkan kaki dan sayap pendek (redep) pada
ayam, gen warna rambut kuning pada tikus, gen Huntington’s Disease, dan gen yang
menyebabkan pemendekan ruas-ruas tulang jari (brakidaktili) pada manusia.
Ayam redep (sumber: jpnn.com)

 Gen letal resesif

Sementara itu, gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kematian individu
dalam keadaan homozigot resesif. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, seorang
individu dapat bersifat carrier (pembawa sifat) yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Contoh kasus gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kelainan
albino pada tanaman jagung.

Anda mungkin juga menyukai