Anda di halaman 1dari 4

Istilah dalam Genetika / Pewarisan Sifat

 Parental: induk atau orang tua atau tetua. Parental disingkat P.


 Filial: keturunan yang diperoleh sebagai hasil dari perkawinan parental. Keturunan pertama disingkat F1,
keturunan kedua disingkat F2, keturunan ketiga disingkat F3, dan seterusnya.
 Dominan: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini dapat
mengalahkan sifat pasangannya.
 Gen dominan: gen yang dapat mengalahkan atau menutupi gen lain yang merupakan pasangan alelnya dan
memakai simbol huruf besar.
 Resesif: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini dapat dikalahkan
oleh sifat pasangannya.
 Gen resesif: gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang merupakan pasangan alelnya dan memakai
simbol huruf kecil.
 Genotip: susunan genetik suatu sifat yang dikandung suatu individu yang menyebabkan munculnya sifat-
sifat pada fenotip.
 Fenotip: sifat lahiriah yang merupakan bentuk luar yang dapat dilihat atau diamati.
 Alel: anggota pasangan gen yang mempunyai sifat alternatif sesamanya. Gen-gen ini terletak pada lokus
yang bersesuaian dari suatu kromosom yang homolog.
 Homozigot: pasangan alel dengan gen yang sama, keduanya gen dominan atau resesif.
 Heterozigot: pasangan alel dengan gen yang tidak sama, yang satu gen dominan dan lainnya gen resesif.
 Pembastaran: perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda.

Pola Hereditas Hukum Mendel

Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) adalah pernyataan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet
pada individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas. Persilangan monohibrid membuktikan hukum Mendel
I. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda. Untuk mengetahui keadaan genotip
F1 dapat dilaksanakan:

 Testcross (uji silang): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah satu induknya yang homozigot
resesif. Tujuan uji silang ini untuk mengetahui keadaan genotip suatu individu, apakah homozigot atau
heterozigot.
 Backcross (silang balik): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah satu induk, baik induk
homozigot dominan ataupun resesif. Tujuan backcross adalah untuk mengetahui genotip induknya.
 Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak mampu menutupi sifat resesif
sehingga muncul sifat diantara keduanya.
Hukum Mendel II adalah pernyataan yang menyatakan bahwa pada saat penentuan gamet, gen-gen sealel
akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas pula. Persilangan dihibrid merupakan bukti
berlakunya hukum Mendel II. Mendel melanjutkan persilangan, dengan menyilangkan tanaman yang memiliki
dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk kacang ercis. Dia menyilangkan kacang ercis biji bulat (B)
warna kuning (K) dengan kacang ercis biji kisut (b) warna hijau (k). Hasilnya F1 memiliki fenotip kacang
ercis biji bulat warna kuning (100%). Setelah F1 disilangkan dengan sesamanya menghasilkan keturunan F2
dengan rasio fenotip 9 (bulat kuning) : 3 (bulat hijau) : 3 (kisut kuning) : 1 (kisut hijau).

Interaksi –interaksi di dalam tubuh makhluk hidup dapat menyebabkan adanya penyimpangan semu hukum
mendel. Ada 2 jenis penyimpangan, yaitu penyimpangan karena interaksi alel dan penyimpangan karena
reaksi genetic. Penyimpangan karena interaksi alel adalah :

1.Dominasi tidak sempurna (incomplete dominance) : alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif
sepenuhnya. Akibatnya individu heterozigot bersifat setengah dominan dan setengah resesif. Contoh :
tanaman bunga Snapdragon. Hasilnya berupa perbandingan 1 : 2 : 1
2.Kodominan : dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi
oleh alel yang lain. Contoh : ayam berbulu blue Andalusia.Hasilnya berupa perbandingan 1 : 2 : 1.
3.Alel ganda : adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen yang terjadi sebagai akibat dari mutasi. Contoh : warna
rambut kelinci. Pertambahan jumlah anggota alel ganda menyebabkan bertambahnya kemunkinan genotip
bagi masing-masing fenotip (polimorfisme)
4.Alel letal : alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang memilikinya pada saat masih menjadi
embrio awal atau beberapa saat setelah kelahiran.
 Alel letal resesif : alel yang dalam keadaan homozihot resesif dapar menyebabkan kematian. Contoh : albino
( 1 dari 4 keturunan akan mati)
 Alel letal dominan : alel yag dalam keadaan homozigot dominan dapat menyebabkan kematian. Contoh :
ayam jambul (1 dari 4 keturunan akan mati)

Selain interaksi antar alel, terdapat juga interaksi genetic yaitu adalah suatu keadaan dimana dua atau lebih
gen mengekspresikan protein enzim yang mengkatalis langkah-langkah dalam suatu jalur yang sama. Interaksi
genetic ini menyebabkan :

1. Atavisme : munculnya suatu sifat baru karena adanya interaksi dari beberapa gen. contoh : jengger ayam
(persilangan antara rose dan pea menghasilkan walnut 100%, lalu disilangkan lagi sesama walnut)
Perbandingan hasilnya adalah 9 : 3 : 3 : 1 (walnut : rose : pea : single)

2. Polimeri : bentuk interaksi gen yang kumulatif atau salin menambah sebagai akibat dari interaksi dua gen
atau lebih, atau bisa disebut sebagai gen ganda. Contoh : percobaan H. Nillson-Ehle pada biji gandum
(persilangan antara gandum berbiji merah gelap dengan putih menghasilkan merah sedang 100%, lalu
disilangkan lagi sesama merah sedang) Perbandingan hasilnya 15 : 1 (merah : putih)
3. Kriptomeri : sifat gen dominan yang tersembunyi jika gen tersebut berdiri sendiri, namun setelah
berinteraksi dengan gen dominan lainnya akan muncul sifat yang tersembunyi itu. Contoh : bunga Linaria
maroccana (persilangan anatar bunga merah dan putih yang menghasilkan keturunan ungu 100%, kemudian
disilangkan sesama ungu) Perbandingan hasilnya adalah 9 : 3 : 4 (ungu : merah : putih)

4. Epistasis dan Hipostasis : gen yang menutupi dan yang ditutupi

 Epistasis dominan : gen dengan alel dominan yang menutupi kerja gen lain. Contoh : labu putih disilangkan
dengan labu hijau akan menghasilkan labu putih 100%, bila disilangkan lagi maka akan menghasilkan
keturunan dengan perbandingan 12 : 3 : 1 (putih : kuning : hijau)
 Epistasis resesif : gen dengan alel homozigot resesif yang mempengaruhi gen lain. Contoh : warna rambut
tikus hitam dengan tikus putih akan menghasilkan tikus abu-abu agouti, bila disilangkan lagi akan
menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 4 (abu-abu : hitam : putih)
 Epistasis dominan rangkap : peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu
fenotip tunggal. Contoh : persilangan biji segitiga dengan biji membulat menghasilkan 100% biji segitiga yang
bila disilangkan lagi akan menghasilkan perbandingan 15 : 1 antara segitiga dan membulat
 Komplementer / epistasis resesif rangkap : interkasi beberapa gen yang slaing melengkapi. Contoh :
bunga Lathyrus odoratus. (perbadingan akhirnya 9 : 7 (ungu : putih)

Tautan dan Pindah Silang, Selain karena adanya interaksi genetic dan alel, penyimpangan dalam hukum
mendel juga bisa berasal dari adanya tautan dan pindah silang. Hal ini menyebabkan terjadinya rekombinasi
di antara gen-gen pada sepasang kromosom. Tautan sendiri dibagi menjadi :

1. Tautan autosomal : gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama tidak dapat bersegregasi secara bebas
dan cenderung diturunkan bersama. Penelitian ini dilakukan oleh Thomas Hunt Morgan dengan menggunakan
lalat buah yang dikembang biakkan dan akhirnya menemukan satu variasi baru berupa lalat bermata putih
yang Ia sebut sebagai lalat mutan, karena berasal dari alel tipe normal yang mengalami perubahan atau mutasi.

2. Tautan kelamin : percobaan pertama Morgan dilanjutkan dengan mengawinkan lalat buah bermata putih
jantan dengan lalat buah betina bermata merah. Hasilnya seperti persilangan pada umumnya yaitu 3 : 1, hanya
saja perbedaan yang muncul adalah keturunan bermata putih hanya ada paa jantan, dan ternyata warna mata
pada lalat adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Sehingga diambil kesimpulan bahwa gen yang membawa
mata putih hanya terdapat pada kromosom X. gen tertaut kelamin adalah gen yang terletak pada kromosom
kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama dengan jenis kelamin. Gen
tertaut ini terbagi 2 menjadi sempurna yang terletak dibagian homolog dan tidak sempurna di bagian yang
tidak sempurna.

 Gen tertaut kromosom X : gen yang terdapat pada kromosom X, ini disebut gen tertaut kelamin yang tidak
sempurna.
 Gen tertaut kromosom Y : gen yang tertaut kelamin sempurna.
Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-sama pada saat pembentukan
gamet melalui pembelahan meiosis, gen ini dapat mengalami pindah silang. Pindah silang adalah peristiwa
pertukaran gen-gen suatu kromatid dengn gen-gen kkromatid homolognya, yang diikuti oleh patah dan
melekatnya kromatid sewaktu profase dalam pembelahan meiosis.

Golongan Darah Manusia, Sistem penggolongan darah yang sering kita kenal adalah ABO, namun ada juga
cara-cara lain yang juga dapat digunakan sebagai penentu golongan darah seseorang :

Sistem ABO : berdasarkan adanya dua macam antigen (A dan B) dan antibody (a dan b). antigen adalah
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darah mera, sedangkan antibody adalah molekul protein yang
dihasilkan oleh sel-B untuk merespon adanya antigen dan terdapat pada serum atau cairan darah .

Sistem MN : penggolongan yang didasarkan adanya salah satu jenis antigen glikoprotein, yang disebut
glikoforin A yang didapat dari reaksi antigen-antibodi. Terdapat 2 macam antigen glikoforin yaitu M dan N.
reaksi dari keduanya dengan anti serum menghasilkan fenotip dan genotip golongan darah system MN.

Sistem Rh : system yang terakhir adalah dengan menggunakan factor Rh atau rhesus yang berasal dari
percobaan pada eritrosit kera rhesus. Antigen rhesus ini berupa glikoprotein tertentu pada membrane plasma
sel-sel darah merah dan membagi golongan darah manusia menjadi 2 kelompok berdasarkan reaksi
penggumpalan antara antigen sel darah merah dengan anti serum Rh, yaitu positif dan negative.

Anda mungkin juga menyukai