Anda di halaman 1dari 6

PROSES BIOLOGI DALAM SEL PROKARYOTIK & EUKARYOTIK

(PROSES REPLIKASI SEL)

Kelompok IV : Siska Almadani D1B120019

Shynar Ghebby Ulandari D1B120023

Moh. Tawakkal D1B120031

Dillah Ramadani D1B120032

Sintikhe Awi Pratama D. D1B120049

Nur Najmi D1B120051

Aryani E. E. Alyona D1B120052

Kelas : A 2020

Mata Kuliah : Biologi Sel

Dosen : apt. Nurul Inayah, M.Si.

Tanya Jawab

1. Kelompok I Kasmiati : Bagaimna mekanisme replikasi DNA pada bakteri?

Jawab :

Replikasi DNA kromosom prokariotik, khususnya bakteri, sangat

berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya,

berisi 4 buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing

panjangnya 9 pb. Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan

bakteri sehingga inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan

bakteri. Pada laju pertumbuhan sel yang sangat tinggi, DNA kromosom

prokariotik dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ori yang baru
terbentuk, sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir. Akibatnya, sel

sel Hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah

bereplikasi (Wulandari dkk, 2010:86).

2. Kelompok II Imrah : Berdasarkan struktur dinding selnya bakteri

dikelompokkan menjadi bakteri gram negatif dan gram positif. Jadi

pertanyaan saya jelaskan apa itu bakteri gram negatif dan gram positif?

Jawab :

Bakteri gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna

metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Sedangkan bakteri gram-negatif

adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode

pewarnaan Gram (Karmana, 2008:56).

3. Kelompok III Anggara Maulana Saputra : Setiap untai DNA terdiri atas dua

bagian. Salah satu bagian dari tiap untai terdiri atas satuan-satuan molekul

identik yang berulang, sedangkan untai satunya terdiri atas satuan-satuan

molekul yang berbeda. Apakah istilah yang tepat untuk menyebut kedua

bagian ini?

Jawab :

Kedua bagian tersebut diistilahkan sebagai nukleotida dan

polinukliotida (Kuchel dkk, 2006:45 & Sumardjo, 2009:318).

Baik DNA maupun RNA merupakan polinukleotida; yaitu merupakan

polimer yang mengandung nukleotida sebagai subunit-subunit yang berulang

titik nukleotida nukleotida bergabung satu sama lain melalui tautan

fosfodiester antara posisi 3'C dari satu nukleotida dengan posisi 5'C dari
nukleotida sambungannya. Tautan ini terbentuk berulang kali sehingga

membentuk struktur besar (rantai atau untai) yang mengandung ratusan

sampai jutaan nukleotida dalam satu molekul raksasa (Kuchel dkk, 2006:45).

Polinukleotida adalah polimer mononukleotida. Polinukleotida

mempunyai struktur tulang punggung yang terdiri atas gugus-gugus pentosa

dan asam fosfat secara bergantian, sedangkan gugus-gugus basa pirimidina

atau Puri nanya merupakan rantai samping dan terikat pada gugus pentosa

pada tulang punggung tersebut (Sumardjo, 2009:318).

4. Kelompok V Rukmawati : Jelaskan perbedaan autokatalitik dan

heterokatalitik DNA serta contohnya!

Jawab :

DNA bersifat autokatalitik karena dapat melakukan replikasi untuk

menghasilkan DNA baru, contohnya replikasi DNA pada bakteri E.Coli.

DNA bersifat heterokatalitik karena mampu membentuk RNA melalui

sintesis protein, contohnya pembuatan m-RNA oleh DNA pada E.Coli

(Baharuddin dkk, 2020:11).

5. Kelompok VI Aras Safitriani : Jelaskan bagaimana cara kerja dari DNA?

Jawab :

Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan makromolekul berupa

benang sangat panjang yang terbentuk dari sejumlah besar

deoksiribonukleotida, yang masing-masing tersusun dari satu basa, satu gula

dan satu gugus fosfat. Apabila kita ibaratkan suatu tubuh, maka DNA

diibaratkan sebagai otak yang dapat mengatur segala proses di dalam tubuh.
Di samping itu, DNA juga mempunyai peran penting dalam pewarisan sifat.

DNA merupakan suatu senyawa kimia yang penting pada makhluk hidup.

Tugas utamanya membawa materi genetik dari suatu generasi ke generasi

berikutnya. DNA juga merupakan senyawa polinukleotida yang membawa

sifat-sifat keturunan yang khas pada kromosom (Rosana dkk, 2019:3).

Model replikasi DNA secara semi konservatif menunjukkan bahwa

DNA anakan terdiri atas pasangan untaian DNA induk dan untaian DNA hasil

sintesis baru. Model ini memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk

akan berperan sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untaian DNA

baru. Seperti diketahui molekul DNA untai ganda terdiri atas dua untai

molekul DNA yang berpasangan secara komplementer yaitu antara bahas

nukleutida A dengan T, dan antara C dengan G oleh karena itu proses

replikasi DNA harus diwakili dengan pemutusan (denaturasi) ikatan antara

untaian DNA yang satu dengan untaian komplementernya. Hal ini

dimaksudkan agar masing-masing untai DNA tersebut dapat bertindak

sebagai cetakan, sebab jika masih dalam keadaan berikatan maka hal ini akan

mengalangi proses pemasangan nukleotida-nukleotida baru dengan

cetakannya. Dengan demikian salah satu bagian sangat penting dalam proses

replikasi DNA adalah denaturasi anatara untaian DNA yang satu dengan

untaian komplementernya (Yuwono, 2019:90).


Kesimpulan

Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA (autokatalisis) karena DNA

mampu mensintesis diri sendiri. Ada 3 hipotesis mengenai replikasi DNA yaitu

hipotesis replikasi secara konservatif, hipotesis replikasi secara semikonservatif,

dan hipotesis replikasi secara dispersif.

Replikasi DNA bersifat semikonservatif, yaitu ke dua untai tunggal DNA

bertindak sebagai cetakan untuk pembuatan untai-untai DNA baru, seluruh untai

tunggal cetakan dipertahankan dan untai yang baru dibuat dari nukleotida-

nukleotida.

Proses replikasi DNA berlangsung melalui beberapa tahap dasar. Dan

terdapat pula perbedaan replikasi DNA pada sel eukariotik dan prokariotik.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H. & Idrus, I. K. 2020. “Cetak Biru Makhluk Hidup”. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktora Jendral.

Karmana, O. & Nurdiansyah, A. 2008. “Biologi”. Bandung: Grafindo Media

Utama.

Kuchel, P. & Ralston, G. B. 2006. “Schaum’s Easy Outlines Biokimia”. Jakarta:

Erlangga.

Rosana, D. & Sumardi, Y. 2019. “Biofisika”. Bandung: Universitas Terbuka.

Sumardjo, D. 2009. “Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Biosakta”. Jakarta: EGC.

Wulandari, E. & Hendarmin, L. A. 2010. “Integrasi Biokimia dalam Modul

Kedokteran”. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Yuwono, T. 2019. “Bioteknologi Pertanian”. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Anda mungkin juga menyukai