Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI NETRALISASI

KELOMPOK 4

ANGKATAN 2020

ASISTEN : NURISRAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam –

basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam yang merupakan

senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+dan suatu anion selain

OH-atau O2- (Qashdi, 2016).

Titrasi adalah suatu cara untuk menentu-kan konsentrasi asam atau basa

dengan meng-gunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau

basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam

diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa

diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen

asam sama dengan basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami perubahan

selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai

(Pratama Yosi dkk, 2015).

Titrasi asam basa sering sekali disebut sebagai itrasi netralisasi. Reaksi

netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dngan ion hidroksida sebagai

basa dan membentuk air yang bersifat netral. Pada prinsipnya reaksi yang terjadi

adalah reaksi netralisasi. Telah diketahui bahwa air adalah elektrolit yang sangat

lemah dengan pKw = 14. Itulah sebabnya asamdan basa selalu bereaksi menjadi

garam dan air. Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi

larutan asam atau basa, caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan

basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan
penetesan dihentikan pada saat jumlah mol H+setara dengan mol OH- (Rahayu,

2019).

Titik ekuivalen adalah saat jumlah mol H+ sama dengan mol OH-, biasanya

ditunjukan dengan harga pH.Larutas asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH

larutan akan naik. Larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH-nya akan

turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa

dan sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbentuk S, yang pada titik

tengahnya merupakan titik ekuivalen. Artinya, pada titik ekuivalen tercapai maka

larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa (Astutik, 2017).

Titik akhir titrasi adalah saat titrasi dihentikan ketika campuran tepat berubah

warna. Perubahan warna indikator terjadi maka pelaksanaan titrasi diakhiri. Titrasi

yang baik maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat

larutan standar telah ekuivalen dengan larutan analit. Jumlah teoritis yang

ekuivalen sama dan saat jumlah larutan standar mencapai jumlah teoritis tersebut,

dinamakan titik ekuivalen (Astutik, 2017).

Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan

alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam

untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,

asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan

dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk

menentukan asam (Yurida dkk, 2013).


A. Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui

cara melakukan titrasi asam-basa.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan reaksi netralisasi ini adalah untuk menentukan

kadar dalam larutan, untuk menentukan kadar NaOH dalam larutan, dan

untuk menentukan pH larutan pada saat garam NaH , berdasarkan hasil titrasi.

C. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan dari praktikum kali ini adalah penentuan kadar

dan NaOH dalam larutan serta penentuan pH larutan pada saat garam

NaH , berdasarkan hasil titrasi dengan cara larutan dicampurkan dengan

larutan penunjuk kemudian dititrasi dan tambahkan HCl lalu dititrasi kembali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Definisi Reaksi Netralisasi

Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa.

Reaksi asam –basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan

garam yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation

selain H+ dan suatu anion selain OH-atau O2- : (Qashdi, 2016).

Asam + basa  garam + air

Semua garam merupakan elektrolit kuat, zat yang kita kenal

sebagai garam dapur –NaCl–merupakan contoh yang sudah dikenal baik.

Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam –basa berikut: (Qashdi,

2016).

HCl (aq)+ NaOH (aq)  NaCl (aq)+ H2O(l)

Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa adalah reaksi antara

asam dan basa atau reaksi netralisasi. Netralisasi dapat juga dikatakan

sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton

(basa). Jika zat yang ditentukan konsentrasinya adalah larutan asam

dengan menggunakan larutan standar basa disebut alkalimetri. Sebaliknya,

jika zat yang ditentukan konsentrasinya adalah larutan basa dengan

menggunakan larutan asam disebutasi dimetri. Reaksi terjadi ketika kedua

larutan bercampur. Reaksi akan sempurna pada saat titik ekivalen, yaitu

saat jumlah mol reaktan yang beraksi sesuai perbandingan koefisien


reaksinya . penambahan larutan standar dihentikan ketika reaksi telah

sempurna. Penghentian ini dilakukan pada titik akhir titrasi. Titik akhir

titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan. Jika larutan yang

direaksikan tidak menimbulkan perubahan warna maka digunakan

indikator (Syarifudin dkk, 2016).

Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi

proton (asam) dengan penerima proton (basa). Untuk dapat dilakukan

analisis volumetrik harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat. Kebanyakan reaksi

ion memenuhi syarat ini.

b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan

persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki bereaksi sempurna dengan

senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris.

c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen

tercapai,baik secara kimia atau fisika.

d. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator

juga dapat diamati dengan pengukuran daya hantar listrik

(titrasi potensiometri / konduktometri) (Viana, 2014).

2. Titrasi Asam Basa

Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan

menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam

hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti

(larutan standar), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang


konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan

tersebut berlangsung sempurna. Sebelum basa ditambahkan harga pH

adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa ditambahkan

sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada titik

ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen

terhadap jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh

larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan

(kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri (Achmad,

2016).

Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif

untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan.

Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja

indikator yang mampu menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator

merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai

penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis

volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa

jika dapat memberikan perubahan warna sampel seiring dengan terjadinya

perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH (Ratnasari dkk,

2016).

Titrasi asam-basa memanfaatkan perubahan besar dalam pH,untuk

menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan

basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak-terdisosiasinya

menunjukkan warna yang ber-lainan. Molekul-molekul semacam itu dapat


digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan

disebut indikator tampak (visual indicator) (Pratama Yosi, 2015).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai analit

ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan

larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan tetes demi tetes

sampai mencapai keadaan ekivalen (artinya secara stoikiometri titran

dan analit tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan

berubahnya warna indikator, keadaan ini disebut sebagai “titik

ekivalen” yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi

basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan

jumlah asam yang dinetralkan [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan

dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna

indikator disebut “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik

ekivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekivalen. Oleh

karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekivalen.

Pada saat titik ekivalen, maka proses titrasi dihentikan, kemudian dicatat

volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut (Viana,

2014).

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan kedalam

buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui

dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi

dimasukan kedalam gelas kimia (Erlemeyer) dengan mengukur volumenya

terlebih dahulu dengan memakai pipet volume. Untuk mengamati titik


ekuivalen digunakan indikator yang perubahan warnanya disekitar titik

ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir. Seharusnya

titik akhir berdempet dengan titik ekuivalen, tetapi hal ini sangat sukar

diperoleh, jadi, dalam titrasi yang dapat diamati adalah titik akhir dan

bukan titik ekuivalen (Rahayu, Puji Tampi, 2019).

3. Asam Kuat dan Basa Kuat

Dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat, terjadi perubahan nilai

pH secara tiba-tiba. Pada titik ekivalen, penambahan sedikit pentiter dapat

mengubah nilai pH beberapa unit, sehingga beberapa jenis indikator yang

mempunyai skala transisi pada titik ekivalen ini dapat dipergunakan

seperti fenolftalein, metil merah dan indikator lain. Konsentrasi pentiter

pada titrasi asam-basa umumnya dilakukan sekitar 0,1 – 0,5 M

(Situmorang, 2012).

Pada proses titrasi asam kuat dengan basa kuat dan

sebaliknya,kedua larutan dapat terionisasi dengan sempurna, hal ini

dikarenakan larutan asam kuat dan basa kuat termasuk kedalam larutan

elektrolit kuat yang dapat terionisasi secara sempurna didalam air.

Penambahan basa kuat ke dalam asam kuat (atau sebaliknya) adalah jenis

titrasi yang paling sederhana. Reaksi kimianya adalah netralisasi :

+  2

Asam dan basa kuat terurai sempurna dalam larutan berair, oleh karena itu,

pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah

stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi. Pada titik ekivalen,
pH ditentukan oleh tingkat terurainya air. Pada 25 C pH air murni adalah

7,00 (Viana, 2014).

4. Indikator Asam Basa

Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak

jelas dalam rentang pH yang sempit. Indikator titrasi asam basa merupakan

suatu zat yang digunakan sebagai penanda terjadinya titik ekivalen pada

analisis volumetrik khususnya metode titrasi asam basa. Suatu zat dapat

digunakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat merubah warna

suatu larutan seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen

atau perubahan pH. Biasanya indikator titrasi asam basa merupakan suatu

senyawa organik yang bersifat sebagai asam lemah dan dapat

mendonorkan ion hidrogen untuk molekul air membentuk basa konjugat.

Kondisi inilah yang dapat memberikan warna karakteristik pada setiap

penggunaan indikator titrasi asam basa (Viana, 2014).

Indikator berubah warna karena sistem kromfornya diubah oleh

reaksi asam-basa. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna

sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer

yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi

molekul indikator yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh

terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh

asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Viana, 2014).

Indikator asam-basa adalah senyawa asam atau basa lemah yang

berwarna dan memberikan warna yang kontras pada suasana asam atau
basa larutan. Dalam titrasi asam dengan NaOH indikator lebih lemah

dibanding terhadap asam dan disamping itu konsentrasi indikator di dalam

larutan biasanya sangat kecil sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap

titrasi. Misalkan indikator asam berwarna dan setelah dinetralisasi dengan

basa kuat indikator akan berubah yang memberikan perubahan warna dari

warna semula (dalam bentuk asam), dan biasanya masih susah

membedakan perubahan warna sebelumnya. Dengan melanjutkan titrasi

dengan basa kuat maka warna akan berubah (suasana basa) (Situmorang,

2012).

Titik ekivalen merupakan titik teoritis, tidak dapat ditentukan

berdasar eksperimen tetapi dapat diperkirakan melalui pengamatan sifat

fisik (perubahan warna, perubahan besar partikel, perubahan beda

potensial. Titik akhir titrasi adalah saat titrasi diakhiri (Padmaningrum,

2013).

Dalam titrasi asam basa, titik akhir titrasi dideteksi dengan

indicator asam basa. Indikator asam: indicator yang berubah warna pada

lingkungan bersifat asam (metal orange, metal merah, lakmus merah).

Indikator basa: indicator yang berubah warna pada lingkungan bersifat

basa (Phenolphthalein). Indikator universal: indicator yang dibuat dari

campuran beberapa indicator asambasa sehingga mempunyai trayek pH

lebar yaitu antara 2-14 skala pH (Padmaningrum, 2013).

Untuk mendapatkan hasil titrasi yang akurat dengan pengamatan

secara visual maka perlu dipertimbangkan jenis indikator yang dapat


memberikan perubahan warna indikator pada saat tercapai titik ekivalen

reaksi. Sebagai contoh, titrasi asam kuat dengan basa kuat yang sering

digunakan adalah indikator fenolftalein karena pada keadaan basa akan

memberikan warna merah jambu dan pada suasana asam tidak berwarna,

sehingga titik akhir titrasi akan diperoleh pada saat warna larutan berubah

dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu (Situmorang, 2012).

5. Teori Asam Basa

a. Teori Asam Basa Arrhenius

Teori asam-basa Arrhenius mendasari perhitungan kekuatan asam-

basa. Teori ini dikemukakan oleh ilmuwan Swedia, Svante Arrhenius

pada 1807. Menurut Arrhenius, senyawa asam adalah senyawa yang

jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+. Perhatikan contoh-

contoh persamaan reaksi berikut :

HCl(aq)→ H+(aq) + Cl-(aq)

HNO3(aq)→ H+(aq) + NO3-(aq)

HBr(aq)→ H+(aq) + Br-(aq)

H2SO4(aq)→ 2H+(aq) + SO42-(aq)

HF(aq)→ H+(aq) + F-(aq)

CH3COOH(aq)↔ CH3COO-(aq) + H+(aq)

(Mandasari, 2014).

Berdasarkan jumlah ion H+ yang dilepaskan , senyawa asam

dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu :


1) Asam monoprotik,yaitu senyawa asam yang melepaskan satuion H+.

Contoh : HCl(aq) , HBr(aq), HNO3(aq), HF(aq) dan CH3COOH(aq).

2) Asam diprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan dua ion

H+.Contoh: H2SO4(aq) dan H2CO3(aq).

3) Asam trioprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan tiga ion H+.

Contoh: H3PO4(aq) Asam diprotik dan triprotik dikenal juga dengan

istilah asampoliprotik, yaitu asam yang memiliki lebih dari satu atom

H (Mandasari, 2014).

Menurut Arrhenius, senyawa basa adalah senyawa yang jika

dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-. Perhatikan contoh-contoh

persamaan reaksi berikut :

NaOH(aq)→ Na+(aq)+ OH-(aq)

KOH(aq)→ K+(aq)+OH-(aq)

Ca(OH)2(aq)→ Ca2+(aq)+ 2OH-(aq)

Ba(OH)2(aq)→ Ba2+(aq)+ 2OH-(aq)

NH4OH(aq)→ NH4+(aq)+ OH-(aq)

(Mandasari, 2014).

Berdasarkan jumlah gugus OH-yang diikat, senyawa basa

dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:

1) Basa monohidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki satu gugus

OH- Contoh: NaOH(aq),KOH(aq),dan NH4OH(aq).

2) Basa dihidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki dua gugus

OH-. Contoh : Ca(OH)2(aq) dan Ba(OH)2(aq).


3) Basa trihidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus

OH. Contoh: Al(OH)3(aq) dan Fe(OH)3(aq) Basa dihidroksi dan

basa trihidroksi disebut juga basa polihidroksi, yaitu basa yang

memiliki lebih dari satu gugus OH (Mandasari, 2014).

b. Teori Asam Basa Bronsted Lowry

Teori asam basa Bronsted-Lowry, di samping keberhasilan dan

manfaatnya, teori Arrhenius mempunyai beberapa keterbatasan. Salah satu

diantaranya adalah teori ini tidak mengenal senyawa lain sebagai basa

kecuali yang menghasilkan OH-. Definisi yang lebih luas dikemukakan

oleh Fessenden & Fessenden (1986, hlm. 27) bahwa menurut konsep

Bronsted-Lowry, suatu asam adalah zat yang dapat memberikan ion

hidrogen yang bermuatan positif, atau proton (H+), sedangkan basa

didefinisikan sebagai zat yang dapat menerima H+ (Anggraeni, 2017).

c. Teori Asam Basa Lewis

Teori asam basa Lewis, G.N Lewis mengembangkan suatu pemikiran

lain tentang asam dan basa dari teori Arrhenius pada saat atau waktu yang

hampir bersamaan dengan Bronsted dan Lowry (1923). Teori Lewis

mempunyai beberapa kelebihan dari teori Bronsted-Lowry yaitu teori

tersebut memungkinkan penggolongan asam-basa digunakan dalam reaksi-

reaksi di mana baik H+ maupun OH- tidak ada. Di dalam teori Lewis,

asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah donor (pemberi)

pasangan elektron. Dari hal yang kita ketahui tentang ikatan kimia, asam

adalah zat yang mempunyai orbital yang belum penuh dan kekurangan
elektron. Basa adalah zat yang memiliki pasangan elektron yang dapat

digunakan bersama. Sebagai tambahan, reaksi asam-basa menuju ke arah

pembentukan ikatan kovalen antara asam dan basa (Anggraeni, 2017).

6. Metode Asidi-Alkalimetri

Volumetri adalah metode analisis kuantitatif berdasarkan

pengukuran volume larutan. Salah satu cara untuk menentukan kadar atau

konsentrasi asam basa dalam suatu larutan dapat menggunakan metode

volumetri dengan teknik titrasi asam basa (Syarifudin dkk, 2016).

Asidimetri dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas, atau

basa yang terbentuk karena hidrolisi garam yang berasal dari asam lemah,

dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam bebas, atau asam

yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan

suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan

bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air.

Reaksi pembentukan kompleks. Reaksi ini bergantung pada

bersenyawanya ion-ion, yang bukan ion hidrogen atau ion hidroksida,

untuk membentuk suatu ion atau senyawa yang dapat-larut, dan sedikit

terdisosiasi (Lubis, 2018).

Pada titrasi penetralan asam basa ada dua metode yang digunakan

yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah metode yang digunakan

untuk menetapkan kadar senyawa basa yang direkasikan dengan larutan

baku bersifat asam. Sedangkan alkalimetri adalah metode yang digunakan


untuk penatapan kadar senyawa asam yang direaksikan dengan larutan

baku bersifat basa (Elfia, 2018).


B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air suling

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : O

Rumus struktur : H─O─H

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai zat pelarut

2. Natrium Karbonat (Dirjen POM, 1979 : 400)

Nama resmi : Natrii Carbonas

Nama lain : Natrium karbonat

Berat molekul : 124,00

Rumus molekul : . O

Rumus struktur : Na─ O ─Ca─ O ─Na

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbk hablur

putih.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut

dalam air mendidih.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan; keratolitikum.


3. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 412)

Nama resmi : Natrii Hydroxydum

Nama lain : Natrium hidroksida

Berat molekul : 40,00

Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur : Na─ OH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan sususan hablur; putih, mudah

meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

etanol (95%) p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan.

4. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979 : 53)

Nama resmi : Acidum Hydrochloridum

Nama lain : Asam klorida

Berat molekul : 36,46

Rumus molekul : HCl

Pemerian : Cairan; tidak berwarna; bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap


dan bau hilang.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Zat tambahan.

5. Indikator Fenol Merah (Dirjen POM, 1979 : 704)

Nama resmi : Fenolsulfaktalein

Nama lain : Merah Fenol

Berat molekul : 354,38

Rumus molekul : S

Pemerian : Serbuk hablur bermacam- macam warna

dari merah tua sampai merah.

Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam

kloroform eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai indikator

6. Indikator Metil Merah (Dirjen POM, 1979 : 705)

Nama resmi : Benzoat Hidroksida

Nama lain : Metil Merah

Berat molekul : 305,76

Rumus molekul : .

Pemerian : Serbuk merah tua atau hablur lembayung

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; larut dalam

etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai indikator


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1) Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buret

50 ml, Erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 250 ml, pipet

volume, Ph meter, labu ukur 100 ml, corong dan statis.

2) Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

larutan Na2CO3 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, larutan HCL 0,1 M, petunjuk

fenol merah dan metil merah, kertas petunjuk universal.

B. Cara Kerja

Ambil larutan Na2CO3 0,1 M sebanyak 25 ml masukan kedalam labu takar

100 ml kemudian tambah 25 ml larutan NaOH 0,1 M dan tambah air suling

sampai tanda batas, kocok sampai rata. Pasang buret 50 ml dan isi HCL baku

0,1M sampai batas tanda 0 ml. pipet 25 ml larutan campuran (1) kedalam

erlenmeyer 100 ml dan tambah 3-4 tetes petunjuk fenol merah kemudian titrasi

dengan larutan HCL baku sambil digoyang sampai warna larutan berubah menjadi

kuning. Catat volume yang dipakai. Larutan (3) ditambah petunjuk metil merah

dan dititrasi kembali dengan larutan HCL baku sampai larutan menjadi jingga atau

merah muda. Catat volume HCL yang dipakai. Lakukan kerja 3,4,5 dua kali lagi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

Sampel Perubahan
Indikator Vt 1 Vt 2
warna

Na2CO3 & Fenol Merah Ungu-kuning 19,6 ml

NaOH Metil Merah Kuning-jingga 17,3 ml


B. Pembahasan

Pada percobaan kali ini, kita melakukan percobaan megenai reaksi

netralisasi. Pada dasarnya kita harus mengetahui terlebih dahulu maksud dari

Netralisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari kadar suatu

larutan menggunakan asam basa dengan cara titrasi. Titrasi terbagi atas dua yaitu

asidimetri dan alkalimetri. Reaksi netralisasi terdiri dari larutan asam dan basa

yang satunya bertindak sebagai larutan titer. Dan sebagai zat uji sehingga disebut

reaksi asam basa. Dalam metode volumetric diperlukan adanya zat uji dari larutan

titer baik berupa asam atau basa. Zat uji yang digunakan tepat sama dengan

jumlah larutan titer dinamakan dengan titik ekuivalen berdasarkan metode

volumetric.

Reaksi kimia terjadi apabila satu atau lebih zat baru dengan sifat-sifat yang

berbeda dalam reaksi suatu zat yang dihasilkan mempunyai susunan tertentu

walaupun zat-zat yang bereaksi dicampurkan dalam berbagai perbandingan. Cara

penulisannya berdasarkan hukum kekekalan massa yaitu jumlah atom tiap unsur

yang ditunjukkan disebelah kanan. Dalam persamaan reaksi zat-zat yang bereaksi,

hasil reaksi ditulis dalam bentuk molekulnya. Dalam persamaan kimia reaksi

netralisasi yaitu reaksi antara hydronium dengan ion hidroksida antara suatu asam

dengan basanya menghaslkan air.

Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa)

berdasarkan atas reaksi Asam-Basa. Ada empat macam perhitungan jika suatu

asam dititrasi dengan basa : 1. Titik awal, sebelum menambahkan basa; 2. Daerah

antara, Larutan kelebihan asam dan garamnya; 3. Titik ekivalensi, larutan


mengandung kelebihan garam dan basa. Masih ke warna awal larutan; 4. Titik

akhir ekivalen, titik dimana telah terjadi perubahan warna dan tidak kembali ke

warna semula.

Pada percobaan kali ini, kami menggunakan alat-alat alat-alat yang

digunakan pada praktikum kali ini adalah buret 50 ml, Erlenmeyer 250 ml, gelas

kimia 250 ml, gelas ukur 250 ml, pipet volume, Ph meter, labu ukur 100 ml,

corong dan statis. Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini

adalah larutan Na2CO3 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, larutan HCL 0,1 M, petunjuk

fenol merah dan metil merah, kertas petunjuk universal.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan Na2CO3 yang dipipet

sebanyak 25 ml dan ditambahkan dengan NaOH sebanyak 25 ml kemudian

dimasukkan kedalam labu ukur dan dicukupkan dengan aquadest sampai tanda

batas kemudian dipipet sebanyak 25 ml larutan tersebut dan ditambahkan dengan

indikator Fenol Merah sebanyak 3-4 tetes lalu dititrasi dengan HCl baku maka

diperoleh volume titrasi 19,6 ml. Kemudian ditambah lagi indikator Metil Merah

sebanyak 3-4 tetes dan dititrasi kembali dengan larutan baku HCl sehingga

diperoleh volume titran 17,3 ml. Indikator adalah zat atau bahan yang digunakan

untuk menentukan perubahan warna yang terjadi pada larutan saat proses titrasi.

Indikator yang digunakan pada praktikum ada dua yaitu, indikator Fenol Merah

yang digunakan untuk menentukan warna pada larutan asam, dan Metil Merah

digunakan untuk menentukan perubahan warna yang terjadi pada larutan basa.
BAB V

PENTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cara

melakukan titrasi asam basa dengan cara pertama mempersiapkan alat dan bahan

kemudian mengisi buret dengan larutan baku atau titran, mengambil larutan titrat

menggunakan gelas ukur dan dimasukkan dalam Erlenmeyer ,menambahkan

indikator, menitrasi dengan membuka kran buret kemudian digoyang, mencatat

volume titran yang dibutuhkan dan menghitung konsentrasi titrat.

B. SARAN

1. Laboratorium

Memperbaiki fasilitas ruangan praktikum agar terciptanya suasana

yang nyaman dan kondusif.

2. Asisten

Lebih tingkatkan lagi dalam penyampain materi atau arahan.

Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Dwiana Chandra, H. C. (2012). “Rancang Bangun Kontrol Ph Berbasis


Self Tuning pid melalui Metode Adaptive Control”. Jurnal Teknik Pomits,
Vol. 1, No. 1, 1-6 .

Anggraeni, Wiwiek. "Analisis Miskonsepsi Materi Asam-Basa Siswa SMA


Negeri di Kota Tanggerang dengan Menggunakan Instrumen Tes
Diagnostik Two-Tier." Skripsi, 2017: Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Astutik, Widia. "Keefektifan Pembelajaran di Laboratorium Berbasis Hands On


Teknik Challenge Exploration Activity Terhadap Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Siswa." Skripsi, 2017: Jurusan Kimia Universitas Negeri
Semarang.

Ditjen POM,1979 Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta: Dapartemen


Kesehatan RI.

Ditjen POM, 1995 Farmakope Indonesia, Edisi Ke-IV. Jakarta : Dapartemen


Kesehatan RI.

Mandasari, Silvia. "Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa Menggunakan


Model PAIKEM Berbasis Laboratorium dengan Model Pembelajaran
Konvensional di SMA Negeri 1 Padang Jaya Bengkulu Utara." Skripsi,
2014: Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Bengkulu.

Padmaningrum, R. T. (2013 , Agustus). "Titrasi Asam Lemah Dengan Basa


Kuat".

Pratama, Y. (2015). "Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati Sebagai Indikator Titrasi


Asam-Basa". Indonesian Journal Of Chemical Science, 4(2).

Qashdi, Auzan. "Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think


Pair Share (TPS) dengan Menggunakan Media Prezi Dekstop terhadap
Pemahaman Konsep Kimia Siswa SMA Negeri 1 KAMPAR." Skripsi,
2016: Universitas Islam Negeri Sultan Syarifkasim Riau Pekanbaru.

Rahayu, Puji Tampi. "Desain Dan Uji Coba Media Pembelajaran Level
Representasi Mikroskopik Berbasis Adobe Flash pada Materi Titrasi Asam
Basa." Skripsi, 2019: Pekanbaru Jurusan Pendidikan Kimia fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan universitas islam Negeri sultan Syarif Kasim riau.
Ratnasari, S. (2016, April ). "Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
Discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa". Chimica Et Naturaacta,
Vol.4(No.1), 39-46.

Situmorang, Minahar. Kimia Analitik I. Medan: Fakultas Matematika dan IPA


Universitas Negeri Medan, 2012.

Syarifudin, Ali dkk. "Analisis Kandungan Asam Laktat pada Susu Formula Merek
X Secara Volumetri." Jurnal Farmasetis Vol. 5 No. 2 (November 2016):
Hal 54-59.

Viana, Winda Okta. "Pembuatan Indikator Alami dari Ekstrak Bunga Asoka
(Saraca Indica) untuk Titrasi Asam Basa." Skripsi, 2014: Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau .

Yurida, Mutia dkk. "Asidi-Alkalimetri." Jurnal Teknik Kimia, April 2013: Vol. 19
No. 2.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Ambil larutan Na2CO3 25 ml

+25 ml NaOH

+ Aquadest

Masukan kedalam labu ukur 100 ml

Pasang buret dan isi larutan HCL

Pipet 25 ml larutan campuran

Masukan kedalam Erlenmeyer 100 ml

3-4 tetes penunjuk fenol merah

Titrasi dengan HCL hingga berubah warna kuning

Tambahkan 3-4 Penunjuk metil merah

Dititrasi kembali dengan HCL sampai larutan menjadi


jingga/merah muda
B. Perhitungan

1. Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH

Dik : M = 0,1 mol/L

BM = 40 g/mol

V = 25 mL

Dit : gram?

gr = M × V × BM

= 0,1 mol/L × 25 mL× 40 g/mol

= 0,1 L × 25 mL × 40 g

= 100 mg = 0,1 gram

2. Perhitungan Pembuatan Larutan Na2CO3

Dik : M = 0,1 mol/L

BM = 53 g/mol

V = 25 mL

Dit : gram?

gr = M × V × BM

= 0,1 mol/L × 25 mL × 53 g/mol

= 0,1 L × 25 mL × 53 g

= 132,5 mg

= 0,13 gram

3. Perhitungan NaOH

Dik : V NaOH = 25 mL = 0,025 L

V Total = 100 mL

Vt1 = 10 mL = 0,01 L
Vt2 = 5 mL =0.005 L

M =0,1 N

BM = 40

Penyelesaian :

NaOH = X 100%

Bobot Teori = V x N x BM

= 0.025 L x 0,1 N x 40

= 0.1 g

Bobot Praktek = x (Vt1 -Vt2) x N x BM

x (0.01 L - 0.005 L) x N x BM

= 0.25 x 0.005 x 0.1 x 40

= 0.005 g

NaOH = x 100 %

= x 100%

= 5%

4. Perhitungan Na2CO3

Dik : V Na2CO3 = 25 mL = 0.025 L

V Total = 100 mL

Vt1 = 5 mL = 0.005 L

M = 0.1 N

BM = 106

BM =
= x 106 = 53

Peneyelesaian ;

Na2CO3 = X 100%

Bobot Teori = V x N x BM

= 0.025 L x 0,1 N x 53

= 0,1325 g

Bobot Praktek = x (2V x vt1) x N x BM

x (2V x vt1) x 0,1 x 53

= 0.25 x (2 x 0,025 x 0,005) x 0.1 x 53

= 0.25 x 0,00025 x 5,3

= 0,0003 g

NaOH = x 100 %

= x 100%

= 0,002 %
C. Foto Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA DASAR LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Diambil larutan Na2CO3. Ket : Dimasukkan larutan Na2CO3 ke


dalam labu takar.

LABORATORIUM KIMIA DASAR LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Ditambahkan larutan NaOH. Ket : Disikan HCl pada buret sampai
batas tanda 0 ml.
LABORATORIUM KIMIA DASAR LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Dimasukkan larutan campuran Ket : Ditambahkan 3-4 tetes penunjuk


sebanyak 25 ml kedalam erlenmenyer 100 fenol merah.
ml.

LABORATORIUM KIMIA DASAR LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Dititrasi dengan larutan HCl baku Ket : Ditambah penunjuk metil merah
sambil digoyangkan sampai warna larutan pada larutan dan dititrasi sampai larutan
berubah menjadi kuning. menjadi jingga/merah muda.
D. Foto Kehadiran Zoom

No Nama Foto kehadiran Keterangan

1. Ardianus ngongo bili - Online

2. Benedikta evridayati
ta’a
Online

3. Imrah

Online

4. Nurhaeni

Online

5. Saliza Zahira

Online
6. Siska Almadani

Online

Anda mungkin juga menyukai