Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA

Nama : Sultan Mufti R. A.


Kelas : XI MS 4
Kelompok : 4
Hari/Tanggal : Senin, 11 April 2016
Judul Titrasi Asam Basa
:
Percobaan

SMA NEGERI 1 CURUP


KABUPATEN REJANG LEBONG
PROVINSI BENGKULU
2016
A. Judul
Titrasi Asam Basa
B. Tujuan Percobaan
-Menentukan konstentrasi asam maupun basa dengan menggunakan metode titrasi asam
basa
-Menggambarkan grafik titrasi asam basa
C. Pendahuluan
-Pengertian
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis
reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa
maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan. Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut
terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Larutan yang belum diketahui
konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi
perubahan warna indikator.
Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga
dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama
dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-
reaksi kimia. Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi
(larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk
menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir.
Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya
indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi di mana volum dari peniter yang
ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam
titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir
mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena
adanya indikator pH fenolftalein..
-Prinsip titrasi asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
-Cara mengetahui titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.
-Rumus umum titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:

N x V asam = N x V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

n x M x V asam = n x V x M basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
-Jenis jenis Titrasi
Jenis-Jenis Titrasi Jenis-jenis titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terjadi.
Beberapa jenis titrasi diantaranya adalah :
1.Titrasi asam basa : titik akhir titrasi adalah titik pada saat pH reaktan = 7 dan biasanya
ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftaelin
(contoh).
2.Titrasi konduktometri : konduktivitas larutan bergantung pada beberapa faktor, yaitu
konsentrasi, derajat disosiasi, ion valensi, temperatur, dan mobilitas ion suatu larutan. Titik
akhir titrasi dicapai ketika nilai konduktansi reaktans berada pada posisi paling rendah,
karena penanbahan larutan titrant akan menaikkan nilai konduktansi lagi. Grafik yang
terbentuk berbentuk V.
3.Titrasi argentometri : pembentukan endapan dengan ion Ag+. Larutan analit yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar (titrant) yang digunakan sehingga ion Ag+ tepat
diendapkan, kadar garam larutan analir dapat ditentukan.
4.Titrasi redoks : suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi
redoks dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
5.Titrasi kompleksimetri, titrasi khusus, dll.Cara Menentukan Konsentrasi Larutan Dalam
menentukan konsentrasi suatu larutan, sesuaikanlah dengan jenis reaksinya.Titrasi
netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa.

H3O+ + OH– ⇔ 2 H2O


Dalam titrasi ini berlaku hubungan :
jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH–). Larutan
baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena
zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika
dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl,
H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH.
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan
perhitungan langsung dari berat zat yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan
bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan
larutan baku sekunder, konsentrasinyaharus ditentukan terlebih dahulu dengan
pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:

Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP),


H2C2O4
Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat;
asam basa lemah dengan basa/asam kuat seperti:

NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O (basa lemah dengan asam kuat)


CH3COOH + OH– ⇔ CH3COO– + H2O (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO– + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH– ⇔ NH3 + H2O (garam dengan asam kuat)

Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional.


Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan
yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam atau
basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebihbersifat
asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa,bila sebaliknya (Ka<Kb),
garam tersebut dapat dititrasi dengan asam.Titik ekivalendicapai pada pH larutan
CH3COOH atau NH4OH.

- Titik akhir titrasi dan pemilihan indikator


Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah
sekitar titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan
HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = √K1K2 nilai pH sekitar 8,35.
Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 – 10) yang berubah
dari merah menjadi tidak berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = √Ka1 nilai
pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil. Dengan indikator ini
perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada
titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2keluar
dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam
dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan indikator metil
jingga.Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan
sebagai titran (yang diisikan dalam buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit bersifat basa,
maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah.
Hilangnya warna merah indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen
titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah terjadi sebelum titik
ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan
warna pada sebelum atau sekitar pH 7,0.

D. Alat dan bahan


1. Alat
No. Nama alat Gambar Ukuran Jumlah

1. Buret

2. Statip dan klem


3. Corong

4. Gelas ukur

5. Pipet volume

6. Erlenmeyer

7. Pipet tetes

2. Bahan

No. Nama Bahan Ukuran Jumlah


1 Larutan NaOH 0,1 M Secukupnya
2 Larutan HCl Yang dicari Secukupnya
3 Indikator Fenolftalein - Secukupnya
4 Akuades - Secukupnya
5 Kertas Putih - Secukupnya

E. Prosedur kerja
1. Masukkan larutan NaOH ke dalam biuret dengan menggunakan corong sampai
volume melebihi skala nol buret. Kemudian atur larutan NaOH pada buret tepat pada
skala nol.
2. Ambil 10 ml HCl dengan menggunakan pipet gondok/ pipet volume dan masukkan
ke dalam erlenmeyer.
3. Setelah itu, tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer yang
sudah berisi larutan HCl tersebut.
4. Lakukan titrasi dengan meneteskan larutan NaOH dari buret secara perrlahan sampai
larutan berubah warna menjadi merah muda (pink)
5. Setelah berubah menjadi warna pink, hentikan titrasi dan catat volume larutan NaOH
dalam buret.
6. Ulangi prosedur diatas sebanyak 3 kali.
7. Kemudian hitung konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan rumus
V1 x N1 = V2 x N2

F. Hasil pengamatan
(HCl-NaOH)

Volume NaOH yang akan


Percobaan Volume HCl yang dititrasi
digunakan
1 10 ml 13

2 10 ml 12

3 10 ml 12,5
G. Jawablah pertanyaan!
Pertanyaan
1. Pada pH berapa titik ekivalen terjadi ? Jelaskan
2. Berapa konsentrasi HCl yang diperoleh ? Jelaskan dengan menggunakan
perhitungan !
3. Dapatkah indikator metil merah digunakan dalam titrasi asam basa pada
percobaan diatas? Mengapa?
- Jawaban
1. Pada pH 7 karena HCl asam kuat dan NaOH basa kuat dan tidak ada
kelebihan OH- dan H+ sehingga bersifat netral.
13+12+12,5 37,5
2. Konsentrasi HCl vol. total = = = 12,5
3 3
Dik : HCL V1 = 10 ml NaOH M2 = 0,1 M
NaOH V2 = 12,5
V1 x N1 = V2 x N2 10 x N1 = 12,5 x 0,1
12,5 x 0,1
N1 = = 0,13
10
3. Tidak bisa karena indikator metil merah memiliki harga pH 4,2 – 6,3
H. Pembahasan

Dalam percobaan kali ini yaitu mengenai titrasi asam basa dengan tujuan supaya
siswa bisa menentukan konsentrasi baik asam maupun basa dengan menggunakan metode
titrasi asam basa. Serta supaya siswa juga bisa menggambarkan grafik dari titrasi asam basa
tersebut.

Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu kita menghitung konsentrasi HCl yang
telah kita praktekkan sebelumnya sesuai dengan prosedur kerja. Untuk menghitung
konsentrasi HCl kita menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2 .
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 12,5 x 0,1
12,5 x 0,1
N1 = = 0,13
10
Kemudian setelah mengetahui konsentrasi dari HCl kita diminta untuk membuat
grafik titrasi asam basa antara NaOH dan HCl. Namun sebelum membuat grafik, kita harus
mencari terlebih dahulu pH dari HCl. Untuk mengetahui hal itu kita dapat mencarinya
sebagai berikut.

Diketahui:
 M = 0,13 M
 Mol HCL = 10 mL X 0,13 M = 1,3 mmol
1. Sebelum penambahan NaOH (0 mL)
HCL = H+ . M
= 1. 0,13
= 1,3 x 10-1
pH = -log H+
= 1 - log 1,3
= 1 – 0,11
= 0,89.
2. Penambahan 2mL NaOH (mol 2 mL NaOH = 2 mL x 0,1 = 0,2mmol )
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 0,2 mmol, sisa HCl 1,1 mmol, 1,1/12 = 0,09 = 9 x 10-2
pH = - log H+
= - log 9 x 10-2
= 2 – log 9
= 2 – 0,95 = 1,05
3. Penambahan 4 mL (mol 4 mL NaOH = 4 mL x 0,1 = 0,4mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,4mmol, sisa HCl 0,9/14 = 0,064 = 6,4 x 10-2
pH = - log H+
= - log 6,4 x 10-2
= 2 – log 6,4
= 2 – 0,80
= 1,20
4. Penambahan 6 mL NaOH (mol 6 mL NaOH = 6 mL x 0,1 = 0,6mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,6mmol, M = 0,7/16 = 0,043 = 4,3 X 10-2
pH = - log H+
= - log 4,3 X 10-2
= 2 – log 4,3
= 2 – 0,63
= 1,37
5. Penambahan 8 mL NaOH (mol 8 mL NaOH = 8 mL x 0,1 = 0,8 mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,8mmol, M = 0,5/18 = 0,027 = 2,7 x 10-2
pH = - log H+
= - log 2,7 x 10-2
= 2 – log 2,7
= 2 – 0,43
= 1,57
6. Penambahan 10mL NaOH (mol 10mL NaOH = 10 x 0,1 = 1mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1 mol, M = 0,3/ 20 = 0,015 = 1,5 x 10-2
pH = - log H+
= - log 1,5 x 10-2
= 2 – log 1,5
= 2 – 0,17 = 1,83
7. Penambahan 12 mL NaOH (mol 12 mL NaOH = 1,2mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,2mmol, M = 0,1/ 22 = 0,0045 = 4,5 x 10-3
pH = - log H+
= - log 4,5 x 10-3
= 3 – log 4,5
= 3 – 0,65
= 2,35
8. Penambahan 13mL NaOH (mol 13 mL NaOH = 1,3mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,3mmol , (TITIK EKIVALEN)
pH =7
9. Penambahan 14mL NaOH (mol 14mL NaOH = 1,4mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,4mmol, Sisa NaOH = 0,1mmol, M = 0,1/24 = 0,0041 =
4,1 x 10-3
pOH = - log [OH-]
= - log 4,1 x 10-3
= 3 – log 4,1
= 3 – 0,61 = 2,39
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,39 = 11,61

10. Penambahan 16 mL NaOH (mol 16mL NaOH = 1,6mmol)


HCl = 1,3mmol, NaOH = 1,6mmol, sisa NaOH 0,3 mmol, M = 0,3/26 = 0,0115 =
11,5 x 10-3
pOH = - log [OH-]
= - log 11,5 x 10-3
= 3 - log 11,5
= 3 – 1,06 = 1,94
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,94 = 12,06
11. Penambahan 18 mL NaOH (mol 18 mL NaOH = 1,8mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 1,8mmol, Sisa NaOH = 0,5mmol, M = 0,5/28 = ,0178 =
17,8 x 10-3
pOH = - log [OH-]
= - log 17,8 x 10-3
= 3 – log 17,8
= 3 – 1,25 = 1,75
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,75 = 12,25
12. Penambahan 20mL NaOH (mol 20mL NaOH = 2mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 2 mmol, Sisa NaOH = 0,7mmol, M = 0,7/30 = 0,023 =
2,3 x 10-2
pOH = - log [OH-]
= - log 2,3 x 10-2
= 2 – log 2,3
= 2 – 0,36 = 1,64
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,64 = 12,36
I. Kesimpulan
Bahwa titik ekuivalen dari titrasi HCl dengan NaOH adalah 7 dan perubahan warna pada
HCl sedikit tapi tetap sudah mengindikasi bahwa larutan HCl sudah sudah tertitrasi oleh
NaOH
J. Daftar pustaka
-https://ecs7.tokopedia.net/img/product-1/2015/10/23/5150224/5150224_ef37a586-8448-
4cdd-af89-a40714199f16.jpg
-http://www.humboldtmfg.com/product-images/H-4917.250_lg.jpg
-http://1.bp.blogspot.com/-IdG-
c8avZsM/VgysBC7THAI/AAAAAAAACkI/nMnctZgvEdA/s1600/gelas%2Bukur.PNG
-https://ecs7.tokopedia.net/img/cache/300/product-1/2015/6/7/467951/467951_69ad5706-
0cc0-11e5-9c6d-7ea049bc7260.jpg
http://4.bp.blogspot.com/baNTutRfg5U/UfdUAIVLoDI/AAAAAAAAAGk/wgaTxmRrda
Q/s1600/statif.jpg
-http://static.coleparmer.com/large_images/63100_55.jpg
-https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
-https://bisakimia.com/2014/09/05/titrasi-asam-basa-netralisasi/
Lampiran
 Tabel dan Grafik Titrasi Asam Basa

pH pada
Volume NaOH 0,1 M yang ditambahkan
HCL 0,13 M

2 0,89
4 1,1
6 1,2
8 1,37
10 1,57
12 1,83
13 7
14 11,61
16 12,06
18 12,25
20 12,36

Grafik Titrasi HCl 0,13 M dengan NaOH 0,1 M


14
13
12
11
10
9
8
pH 7
6 pH
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Penambahan NaOH 0,1 M
Foto kegiatan

Anda mungkin juga menyukai