KIMIA
N x V asam = N x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
n x M x V asam = n x V x M basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
-Jenis jenis Titrasi
Jenis-Jenis Titrasi Jenis-jenis titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terjadi.
Beberapa jenis titrasi diantaranya adalah :
1.Titrasi asam basa : titik akhir titrasi adalah titik pada saat pH reaktan = 7 dan biasanya
ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftaelin
(contoh).
2.Titrasi konduktometri : konduktivitas larutan bergantung pada beberapa faktor, yaitu
konsentrasi, derajat disosiasi, ion valensi, temperatur, dan mobilitas ion suatu larutan. Titik
akhir titrasi dicapai ketika nilai konduktansi reaktans berada pada posisi paling rendah,
karena penanbahan larutan titrant akan menaikkan nilai konduktansi lagi. Grafik yang
terbentuk berbentuk V.
3.Titrasi argentometri : pembentukan endapan dengan ion Ag+. Larutan analit yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar (titrant) yang digunakan sehingga ion Ag+ tepat
diendapkan, kadar garam larutan analir dapat ditentukan.
4.Titrasi redoks : suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi
redoks dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
5.Titrasi kompleksimetri, titrasi khusus, dll.Cara Menentukan Konsentrasi Larutan Dalam
menentukan konsentrasi suatu larutan, sesuaikanlah dengan jenis reaksinya.Titrasi
netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa.
1. Buret
4. Gelas ukur
5. Pipet volume
6. Erlenmeyer
7. Pipet tetes
2. Bahan
E. Prosedur kerja
1. Masukkan larutan NaOH ke dalam biuret dengan menggunakan corong sampai
volume melebihi skala nol buret. Kemudian atur larutan NaOH pada buret tepat pada
skala nol.
2. Ambil 10 ml HCl dengan menggunakan pipet gondok/ pipet volume dan masukkan
ke dalam erlenmeyer.
3. Setelah itu, tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer yang
sudah berisi larutan HCl tersebut.
4. Lakukan titrasi dengan meneteskan larutan NaOH dari buret secara perrlahan sampai
larutan berubah warna menjadi merah muda (pink)
5. Setelah berubah menjadi warna pink, hentikan titrasi dan catat volume larutan NaOH
dalam buret.
6. Ulangi prosedur diatas sebanyak 3 kali.
7. Kemudian hitung konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan rumus
V1 x N1 = V2 x N2
F. Hasil pengamatan
(HCl-NaOH)
2 10 ml 12
3 10 ml 12,5
G. Jawablah pertanyaan!
Pertanyaan
1. Pada pH berapa titik ekivalen terjadi ? Jelaskan
2. Berapa konsentrasi HCl yang diperoleh ? Jelaskan dengan menggunakan
perhitungan !
3. Dapatkah indikator metil merah digunakan dalam titrasi asam basa pada
percobaan diatas? Mengapa?
- Jawaban
1. Pada pH 7 karena HCl asam kuat dan NaOH basa kuat dan tidak ada
kelebihan OH- dan H+ sehingga bersifat netral.
13+12+12,5 37,5
2. Konsentrasi HCl vol. total = = = 12,5
3 3
Dik : HCL V1 = 10 ml NaOH M2 = 0,1 M
NaOH V2 = 12,5
V1 x N1 = V2 x N2 10 x N1 = 12,5 x 0,1
12,5 x 0,1
N1 = = 0,13
10
3. Tidak bisa karena indikator metil merah memiliki harga pH 4,2 – 6,3
H. Pembahasan
Dalam percobaan kali ini yaitu mengenai titrasi asam basa dengan tujuan supaya
siswa bisa menentukan konsentrasi baik asam maupun basa dengan menggunakan metode
titrasi asam basa. Serta supaya siswa juga bisa menggambarkan grafik dari titrasi asam basa
tersebut.
Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu kita menghitung konsentrasi HCl yang
telah kita praktekkan sebelumnya sesuai dengan prosedur kerja. Untuk menghitung
konsentrasi HCl kita menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2 .
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 12,5 x 0,1
12,5 x 0,1
N1 = = 0,13
10
Kemudian setelah mengetahui konsentrasi dari HCl kita diminta untuk membuat
grafik titrasi asam basa antara NaOH dan HCl. Namun sebelum membuat grafik, kita harus
mencari terlebih dahulu pH dari HCl. Untuk mengetahui hal itu kita dapat mencarinya
sebagai berikut.
Diketahui:
M = 0,13 M
Mol HCL = 10 mL X 0,13 M = 1,3 mmol
1. Sebelum penambahan NaOH (0 mL)
HCL = H+ . M
= 1. 0,13
= 1,3 x 10-1
pH = -log H+
= 1 - log 1,3
= 1 – 0,11
= 0,89.
2. Penambahan 2mL NaOH (mol 2 mL NaOH = 2 mL x 0,1 = 0,2mmol )
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 0,2 mmol, sisa HCl 1,1 mmol, 1,1/12 = 0,09 = 9 x 10-2
pH = - log H+
= - log 9 x 10-2
= 2 – log 9
= 2 – 0,95 = 1,05
3. Penambahan 4 mL (mol 4 mL NaOH = 4 mL x 0,1 = 0,4mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,4mmol, sisa HCl 0,9/14 = 0,064 = 6,4 x 10-2
pH = - log H+
= - log 6,4 x 10-2
= 2 – log 6,4
= 2 – 0,80
= 1,20
4. Penambahan 6 mL NaOH (mol 6 mL NaOH = 6 mL x 0,1 = 0,6mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,6mmol, M = 0,7/16 = 0,043 = 4,3 X 10-2
pH = - log H+
= - log 4,3 X 10-2
= 2 – log 4,3
= 2 – 0,63
= 1,37
5. Penambahan 8 mL NaOH (mol 8 mL NaOH = 8 mL x 0,1 = 0,8 mmol)
HCl = 1,3mmol, NaOH = 0,8mmol, M = 0,5/18 = 0,027 = 2,7 x 10-2
pH = - log H+
= - log 2,7 x 10-2
= 2 – log 2,7
= 2 – 0,43
= 1,57
6. Penambahan 10mL NaOH (mol 10mL NaOH = 10 x 0,1 = 1mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1 mol, M = 0,3/ 20 = 0,015 = 1,5 x 10-2
pH = - log H+
= - log 1,5 x 10-2
= 2 – log 1,5
= 2 – 0,17 = 1,83
7. Penambahan 12 mL NaOH (mol 12 mL NaOH = 1,2mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,2mmol, M = 0,1/ 22 = 0,0045 = 4,5 x 10-3
pH = - log H+
= - log 4,5 x 10-3
= 3 – log 4,5
= 3 – 0,65
= 2,35
8. Penambahan 13mL NaOH (mol 13 mL NaOH = 1,3mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,3mmol , (TITIK EKIVALEN)
pH =7
9. Penambahan 14mL NaOH (mol 14mL NaOH = 1,4mmol)
HCl = 1,3 mmol, NaOH = 1,4mmol, Sisa NaOH = 0,1mmol, M = 0,1/24 = 0,0041 =
4,1 x 10-3
pOH = - log [OH-]
= - log 4,1 x 10-3
= 3 – log 4,1
= 3 – 0,61 = 2,39
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,39 = 11,61
pH pada
Volume NaOH 0,1 M yang ditambahkan
HCL 0,13 M
2 0,89
4 1,1
6 1,2
8 1,37
10 1,57
12 1,83
13 7
14 11,61
16 12,06
18 12,25
20 12,36