Anda di halaman 1dari 6

PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL

Riadatul Jannah (K1A018068)

PENDAHULUAN

Produk-produk makanan, minuman, kosmetik, dan obat merupakan produk yang paling sering
digunakan oleh masyarakat. Keamanan produk-produk tersebut bagi kesehatan masyarakat
sepatutnya perlu dijaga. Untuk mengetahui apakah produk tersebut layak pakai maka diperlukan uji
mikrobiologi angka lempeng total. Melalui uji angka lempeng total (ALT/ Plate count), kita dapat
mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang terkandung dalam produk tersebut. Uji angka
lempeng total (ALT) merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya bakteri
yang terdapat dalam sediaan yang diperiksa. Uji  angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua
teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya
dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada
media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah
inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah
koloni bakteri antara 30-300. Titik angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil
perhitungan dikalikan dengan faktor pengenceran. Jumlah angka lempeng total memenuhi aturan
Departemen Kesehatan RI jika kurang dari 106  (Jawetz, 2009).
Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam bahan pangan
terdiri dari metode hitungan cawan, “Most Propable Number” (MPN), dan metode hitungan
mikroskopik lansung. Dari metode-metode tersebut, metode hitungan cawan paling banyak di
gunakan. Merode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu
larutan adalah metode turbidimetri (kekeruhan) menggunakan spektrofotometer. Tetapi metode ini
sukar diterapkan pada bahan pangan karena medium yang di ukur harus bening, sedangkan ekstrak
bahan pagan, misalnya sari buah, biasanya megandung komponen- komponen yang menyebabkan
kekeruhan, sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat
didalamnya (Irianto,2012).
Pada praktikum ini, cara dan prinsip yang digunakan adalah ALT (Angka Lempeng Total) yang
bertujuan untuk menetapkan cemaran bakteri yang terdapat dalam sediaan makanan, minuman,
kosmetika, obat, atau obat tradisional. Praktikum ALT ini, di mana bahan pangan atau sampel yang
digunakan adalah jamu dan hanya menghitung pertumbuhan koloni yang dapat dihitung secara
manual tanpa menggunakan mikroskop. Oleh karena itu, praktikum ini sangat penting dilakukan, agar
dapat menentukan mutu dan daya tahan suatu sampel, uji kualitatif bakteri patogen untuk
menentukan tingkat keamananya dan uji  bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi pada
jamu tersebut.
MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM

Praktikum angka lempeng total terdiri dari beberapa alat dan bahan yang digunakan. Alat –
alat praktikum yang digunakan yaitu timbangan analitik, tabung reaksi, vortex, mikropipet, blue tip,
bunsen, petridish, inkubator, dan LAF (Laminar Air Flow), di mana alat – alat ini sudah disediakan di
ruang laboratorium dan alat lainnya yaitu bolpoin yang digunakan untuk menandai koloni bakteri pada
petri, serta lembar pengamatan untuk menulis hasil pengamatan. Sedangkan, bahan – bahan
praktikum yang digunakan yaitu serbuk jamu Sekalor 0,5000 gram, kertas perkamen, media PCA
(Plate Count Agar), dan PDF (Pepton Dilution Fluid).
Metode pada praktikum angka lempeng total dilakukan dengan menimbang 0,5 gram sampel
serbuk jamu Sekalor dan melarutkannya dalam 10 mL PDF. Larutan stok dilakukan pengenceran
bertingkat sebanyak 5 tingkat (sampai 10-5) dengan penambahkan 0,5 mL larutan setiap tabung
reaksi. Menuang sebanyak 1 mL masing-masing hasil pengenceran dalam setiap petridish yang
mengandung PCA yang dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow) dan diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Kemudian, dilakukan proses perhitungan ALT pada koloni bakteri yang tumbuh pada
petri dengan bantuan bolpoin untuk menandai koloni bakteri pada petri, di mana petri yang dipilih
untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni bakteri.

PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Hasil

A B C

D E
Keterangann A: Koloni bakteri pada tingkat pengenceran 10-1

B: Koloni bakteri pada tingkat pengenceran 10-2


C: Koloni bakteri pada tingkat pengenceran 10-3

D: Koloni bakteri pada tingkat pengenceran 10-4

E: Koloni bakteri pada tingkat pengenceran 10-5

Analasis Data

Diketahui : Berat sampel = 0,5 gram


Volume PDF = 5 mL

Ditanyakan : Konsentrasi sampel (serbuk jamu) pada masing-masing tabung reaksi dan
angka lempeng total = …?

Jawab :

Rumus pengenceran bertingkat pada sampel (serbuk jamu) :

V1.M1 = V2.M2

Tabung Stok
0,5 gram
Konsentrasi (M1) =
5 ml

= 0,1 g/ml

 Tabung 1
M1 .V1 = M2 .V2

10-1g/ml × 0,5 ml = M2 × 5 ml

M2 = 10-2 g/ml

 Tabung 2

M2 .V2 = M3 .V3

10-2 g/ml × 0,5 ml = M2 × 5 ml

M3 = 10-3 g/ml

 Tabung 3

M3 .V3 = M4 .V4

10-3 g/ml × 0,5 ml = M3 × 5 ml

M4 = 10-4 g/ml

 Tabung 4
M4 .V4 = M5 .V5

10-4 g/ml × 0,5 ml = M2 × 5 ml

M5 = 10-5 g/ml

 Tabung 5

M5 .V5 = M6 .V6

10-5 g/ml × 0,5 ml = M5 × 5 ml

M5 = 10-6 g/ml

 Jumlah Koloni
1. Petri I : 157
2. Petri II : 136
3. Petri III : 123
4. Petri IV : 30
5. Petri V : 27

 Perhitungan Angka Lempeng Total (ALT) pada koloni 30-300

Petri I = Jumlah koloni x faktor pengenceran1


= 157 x 10
= 1.570 CFU/g

Petri II = Jumlah koloni x faktor pengenceran2


= 136 x 100
= 13.600 CFU/g

Petri III = Jumlah koloni x faktor pengenceran3


= 123 x 1000
= 123.000 CFU/g

Petri IV = Jumlah koloni x faktor pengenceran4


= 30 x 10.000
= 300.000 CFU/g

1.570+13.600+123.000+30 0.000
ALT =
4
= 109.542 CFU/g
Pembahasan
Penetapan angka lempeng total merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk
memeriksa ada atau tidaknya cemaran bakteri pada suatu sediian. Praktikum Penentapan Angka
Lempeng Total ini bertujuan untuk menetapkan cemaran bakteri yang terdapat dalam sediaan
makanan,minuman,kosmetika,obat,atau obat tradisional. Pada percobaan ini sediaan yang diujikan
adalah sampel jamu yang dapat dibeli secara bebas di pasaran. Menurut (Tivani,2018),Jamu tidak
memerlukan ijin usaha industry tetapi tetap harus aman,sehingga perlu adanya parameter keamanan.
Parameter keamanan meliputi uji cemaran mikroba,salah satunya uji lempeng total.Hal petama yang
dilakukan dalam praktikum ini adalah menimbang sebanyak 0,5 gram sampel jamu yang ekmudian
dilarutkan didalam PDF. Pepton dilution Fluid (PDF) merupakan suatu cairan yang berfugsi sebgai
pelarut atau solvent untuk jamu. Jamu yang telah diencerkan selanjutnya dihomogenkan
menggunakan vortex dengan tujuan agar larutan tercampur sempurna. Larutan sampel yang telah
homogen selanjut dilakukan pengencerang lima tingkat mulai dari 10 -1, 10-2,10-3 , 10-4 hingga 10-5.
Dalam percobaan ini juga dilakukan pengenceran untuk menipiskan konsentrasi mikroorganisme
yang terdapat dalam suatu sample sehingga pertumbuhan koloni tidak terlalu rapat satu sama lain,
sehingga mempermudah pengamatan pada waktu perhitungan ALT bakteri.
Selanjutnya masing-masing sampel dengan tingkat pengenceran yang berbeda diambil
sebanyak 1 mL dengan menggunakan mikropipet dan dituangkan pada cawan petri yang berisi media
Plate Count Agar (PCA). PCA adalah suatu medium yang mengandung sumber karbohidrat dalam
jumlah cukup, yaitu terdiri dari 20% ekstrak kental dan 2% glukosa, sehingga baik untuk pertumbuhan
kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, karena beberapa
bakteri juga menfermentasi karbohidrat dan menggunakannya sebagai sumber energy, maka
beberapa bakteri masih mungkin tumbuh pada PCA ( Fardiaz, 2011). Penempatan sampel dalam
media PCA ini diharapkan agar bakteri mampu tumbuh dan berkembang sehingga dapat
diamati.Sebelum sampel dituangkan,terlebih dahulu diberikan label sebagai penanda tingkat
pengenceran yang digunakan. Metode penuangan cawan dibedakan atas dua cara, yakni metode
tuang (pour plate), dan metode permukaan (surface / spread plate). Pada metode tuang , sejumlah
sampel (1ml atau 0,1ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan kecawan petri, kemudian
ditambah agar-agar cair steril yang didinginkan (47-500 C) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan
supaya sampelnya menyebar. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat
agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar-
agar tersebur. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril (Dwidjoseputro,
2005). Setelah sampel dituangkan kedalam cawan petri berisi media,selanjutnya media diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 370 C. Suhu ini dianggap suhu yang optimal untuk pertumbuhan bakteri.
Dari hasil percobaan yang telah dihitung menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran
semakin rendah jumlah koloni yang tumbuh dalam medium, namun ada beberapa yang tidak
memenuhi persyaratan jumlah koloni umumnya yang berkisar antara 30-300 koloni, yaitu pada
pengenceran 10-5 menunjukan hasil koloni sebanyak 27 koloni, sehingga tidak dilakukan perhitungan
ALT pada koloni tingkat pengenceran 10-5.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa rerata nilai Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri
pada sediaan jamu serbuk yaitu 109.542 cfu/g. Banyaknya jumlah pertumbuhan bakteri tersebut
kemungkinan didapatkan dari proses pembuatan jamu yang kurang steril, dan terdapat kontak pula
dengan sediaan lain dilingkungan sekitar atau tercemar dengan bakteri yang ada disekitar.
Berdasarkan ketetapan dari BPOM, batas maksimal cemaran bakteri kontaminan pada sediaan jamu
serbuk yaitu ≤104 cfu/g (Depkes RI, 1995). Hal ini menunjukan bahwa jamu Simbatren belum
memenuhi persyaratan mutu kualitas mikrobiologis karena melampaui batas maksimal cemaran
bakteri yang ditetapkan oleh BPOM. Banyaknya jumlah pertumbuhan bakteri tersebut kemungkinan
didapatkan dari proses pembuatan jamu. Pada proses pembuatan jamu, pemanasan tidak dilakukan
hingga mendidih, karena dengan alas an apabila dilakukan pemanasan hingga mendidih maka
khasiat jamu akan hilang atau berkurang

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari praktikum yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa penetapan
cemaran bakteri yang terdapat dalam sediaan obat tradisional yaitu digunakan sampel jamu serbuk
Simbatren dengan diperoleh Angka Lempeng Total rata-rata sebesar 109.542 cfu/g. Hal ini
menunjukan bahwa jamu Simbatren belum memenuhi persyaratan mutu kualitas mikrobiologis karena
melampaui batas maksimal cemaran bakteri yang ditetapkan oleh BPOM.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K. 2012. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung : Yrama Widya.

Jawetz, E.,dkk.2009. Mikrobiologi Kedokteran, edisi keduapuluh, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai