DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. ALYA PUTRI SEPTIANINGSIH
2. CITRA
3. ENGGAR ADITYA MARTIN
4. FIRDAH AULIAH
5. SHAVALAH ANAHAR
6. SUGI RIZKI
XI MIPA – 4
N x V asam = N x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
n x M x V asam = n x V x M basa
keterangan : N
= Normalitas
V = Volume M = Molaritas n = jumlah ion H⁺ (pada
asam) atau OH⁻ (pada basa)
Jenis jenis Titrasi
Jenis-Jenis Titrasi Jenis-jenis titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terjadi. Beberapa
jenis titrasi diantaranya adalah :
1. Titrasi asam basa : titik akhir titrasi adalah titik pada saat pH reaktan = 7 dan biasanya
ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftaelin
(contoh).
2. Titrasi konduktometri : konduktivitas larutan bergantung pada beberapa faktor, yaitu
konsentrasi, derajat disosiasi, ion valensi, temperatur, dan mobilitas ion suatu larutan. Titik
akhir titrasi dicapai ketika nilai konduktansi reaktans berada pada posisi paling rendah,
karena penanbahan larutan titrant akan menaikkan nilai konduktansi lagi. Grafik yang
terbentuk berbentuk V.
3. Titrasi argentometri : pembentukan endapan dengan ion Ag+. Larutan analit yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar (titrant) yang digunakan sehingga ion Ag+ tepat
diendapkan, kadar garam larutan analir dapat ditentukan.
4. Titrasi redoks : suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi
redoks dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
5. Titrasi kompleksimetri, titrasi khusus, dll.Cara Menentukan Konsentrasi Larutan Dalam
menentukan konsentrasi suatu larutan, sesuaikanlah dengan jenis reaksinya.Titrasi
netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa.
H₃O⁺ + OH⁻ ⇔ 2 H₂O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan :
jumlah ekivalen asam (H₃O⁺) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH⁻).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena
zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam
atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H₂SO₄ atau HclO₄,
sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan
yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang
mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai
volume tertentu. Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih
dahulu dengan pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku Primer : Na₂CO₃, Na₂B₄O₇, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H₂C₂O₄
Baku sekunder : HCl, H₂SO₄, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; basa lemah dengan
basa/asam kuat seperti:
NH₄OH + H₃O⁺ ⇔ NH₄⁺ + 2H₂O (basa lemah dengan asam kuat)
CH₃COOH + OH⁻ ⇔ CH₃COO⁻ + H₂O (asam lemah dengan basa kuat)
CH₃COO⁻ + H₃O⁺ ⇔ CH₃COOH + H₂O (garam dengan asam kuat)
NH₄⁺ + OH⁻ ⇔ NH₃ + H₂O (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam
tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan yang bersifat asam atau basa. Apakah
garam-garam ini dititrasi dengan asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai
Ka>Kb (larutan lebihbersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa,bila
sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam.Titik ekivalendicapai pada pH
larutan CH₃COOH atau NH₄OH.
Titik akhir titrasi dan pemilihan indikator
Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik
ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na₂CO₃ dengan larutan HCl, titik ekivalen
pertama terjadi pada [H₃O⁺] = √K1K2 nilai pH sekitar 8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan
adalah fenolftalein (8,1 – 10) yang berubah dari merah menjadi tidak berwarna. Pada titik
ekivalen kedua, [H₃O⁺] = √Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil.
Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki
pengamatan pada titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO₂
keluar dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi
dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan indikator metil jingga. Pada
pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang
diisikan dalam buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl
dipakai sebagai titran, larutan analit bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang
ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah indikator terjadi pada pH
8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah terjadi
sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan trayek perubahan
warna pada sebelum atau sekitar pH 7,0.
PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA
1. Tujuan
a. Menentukan konstentrasi asam maupun basa dengan menggunakan metode titrasi asam
basa
b. Menggambarkan grafik titrasi asam basa
2. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan
Larutan HCL 0,1M 10 mL
Labu erlemeyer 250 mL 3 buah
Larutan NaOH 0,1M 10 mL
Buret 1 buah
Phenoftalein 0,1 mL
3. Langkah Kerja
1) Buka aplikasi ChemCollective dengan link http://asperlabs.tcchem.blog/wp/chemistry-
experiment-1/
2) Sediakan alat dan bahan yang diperlukan dari stockroom;
3) Masukkan larutan NaOH ke dalam biuret sampai volume 50 mL;
5) Setelah itu, tambahkan 0.1 mL indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer yang sudah
berisi larutan HCl tersebut. lalu duplikasi hingga 3 labu erlenmeyer.
6) Lakukan titrasi dengan meneteskan larutan NaOH dari buret secara perlahan (set di 0,1
mL lalu berubah menjadi 0,05 mL saat mendekati volume 10 mL) sampai larutan
berubah warna menjadi merah muda (pink). Catat setiap penambahan NaOH dan
perubahan pH nya.
7) Setelah berubah menjadi warna pink, hentikan titrasi dan catat volume larutan NaOH
dalam buret.
8) Lanjutkan penambahan NaOH sampai volumenya 20 mL.
9) Ulangi prosedur diatas sebanyak 3 kali.
10) Kemudian hitung konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan rumus V1 x M1 = V2
x M2
4. Hasil Pengamatan Tabel 1.
1 10 9
2 10 9,3
3 10 9,5
Tabel 2.
5. Pertanyaan
1) Pada pH berapa titik ekivalen terjadi ? Jelaskan
Umumnya titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6. Lonjakan perubahan
pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga
pH ±4. Pada percobaan, titik ekuivalen terjadi pada pH 7. Karena mula-mula pH
mengalami kenaikan sedikit demi sedikit, hingga perubahan pH secara drastis
terjadi di sekitar titik ekuivalen.
2) Berapa konsentrasi HCl yang diperoleh ? Jelaskan dengan menggunakan perhitungan !
Konsentrasi HCl yang diperoleh yaitu 0.04. Adapun penjelasannya yaitu
menggunakan rumus: Dik: - V1: 10
-M1: 0.1
- V2: 24 Dit:
M2: ?
Jawab: V1.M1=V2.M2
10×0.1=24×M2
1/24=M2
M2=0.04 M
Jadi, konsentrasi HCl yang diperoleh yaitu 0.04 M
3) Dapatkah indikator metil merah digunakan dalam titrasi asam basa pada percobaan
diatas? Mengapa?
Ya, metil merah dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam basa, karena metil merah
adalah indikator warna yang berubah menjadi merah dalam larutan asam. Namun,
ternyata perubahan warna pada titik ekuivalen indikator fenolftalen ternyata
lebih tajam daripada metil merah, sehingga digunakanlah indikator fenolftalen
yang lebih efisien dan akurasinya tajam.
6. Kesimpulan
Titrasi adalah prosedur untuk menentukan kadar (konsentrasi) suatu larutan
berdasarkan reaksi asam basa dengan larutan yang sudah diketahui kadarnya.
Kadar HCl yang kami dapat dari percobaan ini adalah 0,04 M, hanya berbeda sedikit
dengan kadar sebenarnya 0,1 M. Pada awal titrasi, pH mengalami perubahan secara
perlahan, namun meningkat. Namun, setelah titrasi berada pada titik ekuivalen
dengan pH 7 titrasi mengalami perubahan pH yang sangat drastis. Kemudian setelah
titrasi habis bereaksi pH mengalami perubahan secara perlahan kembali.