PENDAHULUAN
1.3 Hipotesis
1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar
tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin
diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Dari percobaaan yang telah
dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan teknik tirasi yang benar
untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
1
2. Dengan menggunakan teknik titrasi yang benar, kita dapat menstandarisasi
larutan yang di uji. Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang
distandarisasi yaitu larutan NaOH dan HCl.
1.4 Variabel
Macam-macam variabel dalam percobaan :
Variabel bebas : Titrasi
Variabel terikat : Larutan
Variabel kontrol : Analisis titrasi pada larutan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Titrasi
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan
ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan
sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Adi Gunawan :
2004)
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut. (Umi L Baroroh :2004 )
Gambar 2.1
Set Alat Titrasi
3
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik
ekuivalen dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang
berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah
sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator
merupakan hal terpenting. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam
maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun
titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan
asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat
diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik
ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau
secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai
setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik
ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin
menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang
dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus
dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk
itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar
titik akhir teoritis. (Sukardjo, 1984)
4
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun
tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna
yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein. (J.E. Bredy : 1999)
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”. ( Adi Gunawan : 2004)
5
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus
diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam)
atau OH – (pada basa)
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator
fenolftalein. Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
Ph <0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0
Kondisi Sangat asam Asam atau Basa Sangat basa
mendekati netral
Warna Jingga Tidak berwarna pink keunguan Tidak berwarna
Gamba
r
6
BAB III
METODE PERCOBAAN
7
Mengulangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan III.
Menghitung molaritas (M) NaOH.
2. Penentuan konsentrasi HCl
Mencuci 3 erlenmeyer, memipetkan 10 ml larutan HCl 0,1 M dan
memasukan kedalam setiap erlenmeyer.
Menambahkan kedalam masing-masing erlenmeyer 3 tetes indikator
penolphetelein (pp).
Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila menggoyangkan
gelas erlenmeyer.
Mencatat volume NaOH yang terpakai.
Mengulangi dengan cara yang sama untuk erlenmeyer ke II dan ke III.
Menghitung molaritas (M) HCl.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam literatur atau titrasi yang sudah umum dilakukan , Volume NaOH
terpakai untuk titrasi asam basa dalam standarisasi larutan NaOH dengan
larutan H2C2O4 ialah 7-16 mL.
Tabel 4.2
Standarisasi HCl dengan larutan NaOH
No Prosedur Ulangan Rata-Rata
I II III
1 Volume larutan HCl 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml
2 Volume NaOH terpakai 9,5 ml 9,2 ml 9,3 ml 9,3 ml
3 Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasil percobaan di 0,108 ml
atas
4 Molaritas (M) larutan 0,100 ml
HCl
Dalam literatur atau titrasi yang sudah umum dilakukan , Volume NaOH
terpakai untuk titrasi asam basa dalam standarisasi larutan NaOH dengan
larutan HCl ialah 9-10mL.
9
4.2 Pembahasan
1. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
Mencari molaritas NaOH
Ulangan 1 M NaOH x V NaOH = M H2C2O4 x V H2C2O4
M NaOH x 7,2 ml = 0,1 x 10 ml
M NaOH x 7,2 = 1
1
M NaOH =
7,2
= 0,139 M
10
2. Standarisasi NaOH dalam HCl
Mencari molaritas HCl
Ulangan 1 M HCl x V HCl = M NaOH x V NaOH
M HCl x 10 ml = 0,108 x 9,5
M HCl x 10 ml = 1,026
1,026
M HCl =
10
M HCl = 0,1026 M
11
dengan percobaan pertama. perbedaan ini terjadi karena di sebab kan oleh
berbagai macam sebab antara lain:
a. Ketidaksterilan pada alat-alat dan bahan.
b. Penggunaan indikator pp yang ada kesalahan
c. Kekurangtelitian dalam praktikum
d. Jumlah larutan yang berbeda dengan ketentuan
Sedangkan pada percobaan standarisasi HCl dengan larutan NaOH,
volume NaOH yang terpakai untuk menstandarisasi HCl memiliki selisih yang
tidak terlalu jauh berbeda, yaitu berkisar antara 0,1-0,3 ml saja. Hal tersebut
menghasilkan Molaritas (M) larutan HCL 0,100 M. Dalam praktikum ini ada juga
yang namanya pp (penolphetalein), pp digunakan dalam praktikum ini sebagai
indikator. Indikator dapat memberitahu titik titrasi pada percobaan titrasi ini.
Indikator yang tepat, dapat timbul perubahan warna, indikator dengan rentang
indikator yang sempit. Penolphtalein adalah indikator titrasi yang sering
digunakan, dan penolphtalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar
tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin
diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Dari percobaaan yang telah
dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan teknik tirasi yang benar
untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
2. Dengan menggunakan teknik titrasi yang benar, kita dapat menstandarisasi
larutan yang di uji. Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang
distandarisasi yaitu larutan NaOH dan HCl.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan tentang titrasi asam basa harus
di perhatikan sungguh-sungguh saat ko ass menjelaskan tentang cara
melakukan percobaan tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan serta alat yang
akan digunakan dalam percobaan ini harus dikeringkan terlebih dahulu, sebab
jika tidak maka akan mempengaruhi konsentrasi dari suatu larutan.
13