TITRASI ASAM-BASA
oleh
Fadhillah Apriliyani
11
XI-2 MIPA
1718.10.076
CIREBON
2019
TITRASI ASAM-BASA
A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi
larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain
yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan
pada reaksi nertalisasi asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana
sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana
titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk
diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum
atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik
akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik
akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan
indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara
atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan
dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran
yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa
yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering
ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan
berhasil :
1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan
standar.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
3. Titik stoikiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen
yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus
diketahui setepat mungkin.
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri.
Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni
mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau
dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata
Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun
pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau
garam). (Harjadi, W. 1990)
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan
kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu
larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai
titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah
satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu
lagi dapat ditentukan. (Michael. 1997)
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan
naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH
larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan
asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi
berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Michael.
1997)
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik
ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi
asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan
perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara
drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari
satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai
H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi
asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak
langsung pada temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis
yaitu fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena
jika menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain,
maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen. (Harjadi, W. 1990)
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu (Susanti,1995) :
1. Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang
digunakan untuk menentukan basa. Asam yang biasa digunakan
adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
2. Alkalimetri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dari asidi-
alkalimetri karena larutan yang digunakan untuk menentukan asam
disini adalah basa.
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam
larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak
larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut
dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan
dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk
menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir
titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa
yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri,
spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 1990)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir
titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai
titik ekuivalen. (Esdi, 2011)
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N)
dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus
diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan:
N=Normalitas , M=Molaritas
V=Volume , n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
(artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung
kadar titrant.
2. Bahan
a. Larutan baku standar NaOH
b. 0,1 M Larutan CH3COOH 250 mL
c. Indikator fenolftaein/PP (8,3-10,0)
d. Aquades (H2O)
D. Prosedur Kerja
● Prosedur pengenceran cuka:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Ambilah x M CH3COOH sebanyak 10 mL menggunakan
pipet gondok
3. Pindahkan ke dalam labu ukur
4. Tambahkan aquades ke labu ukur hingga batas dengan
botol semprot
5. Kocok larutan hingga homogen
● Prosedur pembuatan NaOH (250 mL, 0,1 M):
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 1
M= → 0,1 M = → massa = 1 gram
𝑀𝑟 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 40 𝑥 0,25
2. Pengolahan Data
Pada percobaan di atas, kami menentukan konsentrasi NaOH
dengan cara mentitrasikannya dengan larutan CH3COOH hingga
berubah warna menjadi merah muda. pada pengulangan satu kami
mendapatkan volume NaOH sebesar 14 ml. Pada pengulangan dua
mendapatkan volume NaOH sebesar 14 ml. Pada pengulangan ketiga
kami juga mendapatkan volume NaOH sebesar 14mL. Dengan
menggunakan rumus:
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
V rata-rata = 3
n x V1 x M1 = n x V2 x M2
n x V1 x M1 = n x V2 x M2
1 x 10 mL x M1 = 1 x 14 mL x 0,1 M
10 M1 = 1,4
M1 = 0,14 M
*Larutan 1 = CH3COOH
Larutan 2 = NaOH
E. Kesimpulan
1. Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan
mencari volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk
menaikkan kadar atau konsentrasi CH3COOH.
2. Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan
dengan beberapa tetes indikator berubah warna dari bening hingga
menjadi merah muda. Volume NaOH yang digunakan akan
mempengaruhi hasil konsentrasi dari CH3COOH tersebut, sehingga
harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume
NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi CH3COOH (asam) bisa
dihitung.
3. Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan yang disertai
perubahan warna indikator.
4. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator.
5. Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan agar mengetahui
perubahan warna yang terjadi pada titik ekivalen.
6. Untuk menetralkan CH3COOH dibutuhkan NaOH 0,1M sebanyak ῡ
(volume rata rata titrasi) : 14 mL
Dari proses titrasi ternyata diperoleh bahwa [CH3COOH] sebanyak 0,14
M
[CH3COOH] didapat dari rumus umum titrasi:
n x V1 x M1 asam = n x V2 x M2 basa
Lalu dimasukkan ke dalam rumus menjadi:
n x V1 x M1 = n x V2 x M2
1 x 10 mL x M1 = 1 x 14 mL x 0,1 M
10 M1 = 1,4
M1 = 0,14 M
*Larutan 1 = CH3COOH
Larutan 2 = NaOH
F. Daftar Pustaka
Metry Septiany. 2015. Laporan Praktikum Kimia.Titrasi Asam Basa.
https://www.academia.edu/11800016/laporan_praktikum_titrasi_asam_bas
a
https://www.academia.edu/25067358/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA
_TITRASI_ASAM_BASA
https://www.kimiamath.com/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam-basa/
G. Dokumentasi