Anda di halaman 1dari 16

I.

JUDUL : Titrasi Penetralan ( Asidi – Alkalimetri ) dan Aplikasinya

II. TUJUAN : 1. Menentukan Standarisasi Larutan Basa

2. Menentukan Kadar H2SO4 dalam Accu Zuur

III. TANGGAL PERCOBAAN : 5 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB

IV. TANGGAL SELESAI : 5 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB

V. DASAR TEORI :
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
2 yang akan dianalisis (Charles W Keenan,1980 : 422). Titrasi merupakan metode
analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari reaktan. Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu
kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi
kimia pada titrasi dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak
diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan
konsentrasinya". Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai
“titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik
titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Ketika larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka
akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan
titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam
lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7.

Prinsip Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa adalah titrasi yang bertujuan
menentukan kadar larutan asam atau kadar larutan basa. Asam (yang sering diwakili
dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”. 3 Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer
maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 1)
Asam kuat - Basa kuat 2) Asam kuat - Basa lemah 3) Asam lemah - Basa kuat 4) Asam
kuat - Garam dari asam lemah 5) Basa kuat - Garam dari basa lemah (Raymond Chang,
2005: 136).

Analisis volumetri, analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari volume larutan
pereaksi atau volume suatu hasil reaksi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut : (1) Reaksinya harus berlangsung
sangat cepat. (2) Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif / stokiometrik. (3) Harus ada perubahan yang terlihat pada saat
titik ekivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika. (4) Harus ada indicator
jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Dalam volumetri dibedakan;
(1) Gasometri, yaitu analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas atau terpakai
pereaksi berbentuk gas, dan jumlah zat/komponen yang dicari dihitung dari volume gas
tersebut. (2) Titrimetri, yaitu analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui
atau dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut berupa larutan,
maka konsentrasinya harus diketahui dengan teliti dan larutan ini dinamakan larutan
baku.

Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan (titran) ditambahkan dari
buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat yang direaksikan tepat ekuivalen satu sama
lain. Titik ekuivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan teapt saling menghabiskan,
sehingga tidak ada yang sisa. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekuivalen,
maka penambahan titran harus dihentikan, dan saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Pada
titik akhir titrsi terjadi prubahan warna oleh indikator .

Untuk memperoleh larutan standar, perlu dilakukan proses standarisasi sebelum


melakukan analisa konsentrasi larutan yang ingin dianalisa. Secara umum, larutan standar
ada dua jenis. Pertama, larutan standar primer yang menjadi acuan dalam proses
standarisasi. Larutan Baku primer adalah larutan dimana dapat diketahui kadarnya dan
stabil pada proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan. Syarat larutan baku primer
adalah harus mempunyai kemurnian yang tinggi, memiliki sifat stabil jika disimpan
dalam waktu yang lama, misalnya saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak
mudah berubah. Kedua, larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan
distandarisasi dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel.
Standarisasi perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak
stabil jika disimpan dalam waktu yang lama. Larutan Standar Tersier adalah larutan yang
konseentrasinya diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan standar sekunder yang
terlebih dahulu telah distandarisasi dengan larutan standar primer.

Titrasi Asidimetri-Alkalimetri adalah salah satu macam titrasi, yaitu titrasi yang
menyangkut asam dan/atau basa. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang
menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith,
1997). Dalam titrasi ini, perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan
cara perhitungan ialah perubahan pH titrat. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini
ialah:

- Asam dengan basa (reaksi penetralan); agar kuantitatif, maka asam dan/atau basa
yang bersangkutan harus kuat. Contohnya seperti asam kuat dengan basa kuat, asam
kuat dengan basa lemah, dan asam lemah dengan basa kuat.
- Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah); agar kuantitatif, asam harus
kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
- Basa dengan garam; agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk dari
basa lemah sekali; jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut.
Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik
asam-basa adalah sebagai berikut : Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan
dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH - →A- + H2O Jika BOH
merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah :
BOH + H+ → B+ + H2O Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H + + OH- → H2O dan terdiri
dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat,
asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa
lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam
analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis
kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan
bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986).

Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua
macam cara, yaitu :

1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek)


asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa. Diketahui :
grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N), Maka pada titik
ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau V1 x N1 = V2 x N 2
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan
molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan
basa berasam dua 1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya untuk
reaksi : 2NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O(COOH)2 = 2NaOH Jika M1
adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah
molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :
V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2
Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH) x 2

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH.


Misalnnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah
dan selama titrasi terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH meter)
pada awal titrasi, dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH
larutan dialurkan lawan volume titran, kita akan memperoleh grafik yang disebut kurva
titrasi.

Indikator ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna
yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua
bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut. Titik akhir
titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna
pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat
asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apakah mereka kuat atau
lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat
menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (Chang, Raymond. 2004).
Indikator yang digunakan dalam titrasi antara asam lemah dengan basa kuat yaitu
Phenolphtalein dengan trayek pH 8,3 - 10.

Phenophtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenophtalein
akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day,
1981).

Perubahan Warna dengan Rentang


Indikator
Meningkatnya pH pH
Asam pikrat Tidak berwarna ke kuning 0,1 - 0,8
Timol biru Merah ke kuning 1,2 - 2,8
2,6-Dinitro fenol Kuning ke biru 2,0 - 4,0
Metil kuning Merah ke kuning 2,9 - 4,0
Brom fenol biru Kuning ke biru 3,0 - 4,6
Metil oranye Merah ke kuning 3,1 - 4,4
Brom kresol hijau Merah ke biru 3,8 - 5,4
Metil merah Merah ke kuning 4,2 - 6,2
Litmus Merah ke biru 5,0 - 8,0
Metil ungu Ungu ke hijau 4,8 - 5,4
p-Nitrofenol Tidak berwarna ke kuning 5,6 - 7,6
Brom kresol ungu Kuning ke ungu 5,2 - 6,8
Brom timol biru Kuning ke biru 6,0 - 7,6
Netral merah Merah ke kuning 6,8 - 8,0
Fenol merah Kuning ke biru 6,8 - 8,4
p-a-Naftolftalein Kuning ke biru 7,0 - 9,0
Fenolftalein Tidak berwarna ke merah muda 8,0 - 9,6
Timolftalein Tidak berwarna ke biru 9,3 - 10,6
Alizarian kuning R Kuning ke violet 10,1 - 12,0
1,3,5-Trinitro benzena Tidak berwarna ke oranye 12,0 - 14,0
Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi,
maka (1) indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekuivalen dengan
titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik
ekuivalen). Untuk memenuhinya, maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada
titik ekuivalen, atau sangan mendekatinya; (2) perubahan warna itu harus terjadi dengan
mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Untuk
memenuhinya, trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva.

1. Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat


Seperti pada titrasi ini mentitrasi asam oksalat dengan natrium hidroksida larutan
garamnya memiliki nilai pH >7 karena garam tersebut terbentuk dari asam lemah dan
basa kuat, serta terhidrolisis, sehingga kurva titrasinya :

Reaksi yang terjadi : H2C2O4(aq) + 2NaOH(l)  Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)


Dengan menghitung pH dapat menggunakan rumus :
¿
1
pOH = (14− pK a + pC g)
2
Dapat dilihat bahwa pada titrasi asam lemah dan basa kuat dapat digunakan indikator
yang terdapat pada kurva dekat dengan titik ekuivalen dan ada di bagian yang curam,
yang paling memungkinkan adalah fenolftalein. Titrasi dihentikan ketika baru saja
timbul warna merah.
Aplikasi Pada Aki Zuur Dalam keadaan murni, cairan asam sulfat (H2SO4)
tidak berwarna dan memiliki viskositas tinggi (Housecroft dan Sharpe, 2005: 459).
Didalam air, asam sulfat (H2SO4) merupakan asam kuat menurut persamaan reaksi
(1). Didalam larutan encer, asam sulfat (H2SO4) dapat mengalami reaksi netralisasi
dengan basa (contoh: KOH), sesuai dengan persamaan (2)

H 2SO 4 (aq) + H 2O(l) [H3O]+(aq) + [HSO 4-](aq) (1)


H2SO4(aq) + 2KOH(aq) K2SO 4(aq) + 2H2O(l) (2)
( Housecroft dan Sharpe, 2005: 460 )
Asam sulfat (H2SO4) merupakan jenis asam kuat yang umum digunakan dalam
produk kimia rumah tangga . Produk rumah tangga yang mengandung asam sulfat antara
lain pembersih toilet, pembersih logam, cairan baterai pada automotif, amunisi dan
pupuk, serta air aki pada automotif. Salah satu produk yang mengandung asam sulfat
(H2SO4) adalah aki Zuur.
Aki Zuur berisi cairan asam sulfat (H2SO4). Konsentrasi asam sulfat dalam air aki
Zuur ini dalam keadaan encer dan kandungannya di pasaran berbeda-beda. Umumnya,
konsentrasi asam sulfat dalam aki Zuur adalah sebesar 30% dengan berat jenis sebesar
1,28 Kg/L dan pelarut 100% air murni. Asam sulfat bersifat korosif, jika kontak dengan
kulit akan menyebabkan gatal-gatal, jika kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi
mata, serta gangguan lain pada tubuh. Bahaya H2SO4 terhadap kesehatan tergantung pada
konsentrasi larutannya, < 10% bersifat iritan dan >10% bersifat korosif (Anonim, 2010).
Penentuan konsentrasi asam sulfat (H2SO4) dalam aki Zuur dilakukan dengan
metode titrimetri yang merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip
stoikiometri reaksi kimia (Ibnu, 2005:90). Metode titrimetri yang dilakukan, didasarkan
pada prinsip netralisasi yaitu asidi-alkalimetri. Pada praktikum yang dilakukan, terjadi
reaksi netralisasi antara analit (titer) asam sulfat (H2SO4) yang dititrasi dengan titran
NaOH yang telah diketahui konsentrasinya menurut persamaan (3) berikut:
H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
3)
Penentuan titik akhir titrasi atau titik ekivalen dilakukan dengan penambahan
indikator, metode titrasi potensiometri, dan metode titrasi konduktometri. Titik akhir
titrasi yang dilakukan dengan penambahan indikator (konvensional) ditentukan saat
warna indikator asam-basa mengalami perubahan warna. Titik akhir titrasi yang
dilakukan dengan metode titrasi potensiometri ditentukan pada titik saat terjadi perubahan
harga E dan pH yang menyolok. Titik akhir titrasi yang dilakukan dengan metode titrasi
konduktometri ditentukan saat terjadi perubahan konduktivitas yang relatif besar yaitu
setelah terjadi penurunan konduktivitas, kemudian terjadi kenaikan kembali (Soebagio,
2003: 149-164). Dari titik akhir titrasi yang telah diketahui, dapat ditentukan konsentrasi
H2SO4 dalam aki Zuur.

VI. ALAT DAN BAHAN :

Alat :
- Statif dan klem 1 set

- Buret 50 mL 1 buah

- Erlenmeyer 250 mL 3 buah

- Gelas kimia 100 mL 1 buah

- Corong 1 buah

- Pipet gondok 1 buah

- Pipet volume 10 mL 1 buah

- Spatula 1 buah

- Piknometer 25 mL 1 buah

- Labu ukur 100 mL 1 buah

Bahan :

- NaOH secukupnya
- C2H2O4. 2H2O 0,6323 gram

- Accu Zuur 25 mL

- Phenolptalein beberapa tetes

- Aquades secukupnya

VII. ALUR PERCOBAAN :


1. Standarisasi larutan NaOH

±0,6323 gr
C2H2O4.2H2O

Ditimbang dengan teliti menggunakan


neraca anlitik
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dilarutkan dengan aquades
Diencerkan sampai tanda batas
Dikocok smapai homogen

Larutan C2H2O4

Diambil 10 mL menggunakan pipet


gondok
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
Ditambahkan 3 tetes indikator pp
Larutan tak berwarna
Dititrasi dengan NaOH

Larutan berwarna merah mudaa


Baca dan catat volumNaOHpada buret
Diulangi titrasi 3 kali dengan volume asam
oksalat 10 mL
Dihitung konsentrasi rata-rata NaOH

Konsentrasi NaOH
2. Aplikasi pada Aki Zuur
Accu zuur
Diambil 0,7 mL dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100mL
yang telah diisi aquades
Ditambah air sampai tanda batas
Dikocok sampai homogen
Biarkan sampai mencapai suhu kamar

Larutan accu zuur


Diambil 10 mL dengan pipet volum
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Tambahkan 3 tetes indikator pp

Larutan tidak berwarna


Dititrasi dengan NaOH yang telah di
standarisasi

Larutan berwarna merah muda


Dicatat volume yang dihabiskan
Diulangi 3 kali titrasi

Kadar H2SO4
XI. JAWABAN PERTANYAAN

a. Titrasi Penetralan

1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?
Pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan karena
reaksi logam alkali (Na) bersifat Eksoterm dan sangat reaktif juga jika bereaksi
dengan air yang akan menimbulkan ledakan jika bereaksi. Oleh karena itu, untuk
menghindari ledakan tersebut maka digunakan air yang sudah mendidih. Selain itu,
air yang sudah mendidih juga melindungi larutan NaOH agar tidak menyerap gas CO2
dari udara.
2. Apa beda antara:
a. Larutan baku dan larutan standar?
Larutan baku ialah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui tanpa harus
melalui proses standarisasi dan dapat juga digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain. Larutan standar ialah larutan yang konsentrasinya telah
ditetapkan dengan akurat dan pembuatan konsentrasinya dilakukan melalui proses
standarisasi.
b. Asidimetri dan alkalimetri?
Asidimetri: titrasi penetralan yang melibatkan basa dengan asam yang diketahui
konsentrasinya.
Alkalimetri: titrasi penetralan yang melibatkan asam dengan basa yang diketahui
konsentrasinya.
Asidimetri : penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam;
Alkalimetri : penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa.

3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas!


Pada percobaan ini dalam menentukan konsentrasi NaOH yang menggunakan
titrasi antara NaOH dengan Asam Oksalat ini kita menggunakan indikator
Phenolptalein (PP) yang mempunyai trayek pH 8,3 - 10,0. Indikator Phenolptalein
(PP) ini tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaaan tidak terionisasi tetapi
dalam basa indikator Phenolptalein (PP) ini akan terionisasi lebih banyak dan akan
mengalami perubahan warna merah muda yang lebih mudah untuk diamati.
Perubahan warna tersebut juga digunakan untuk memperjelas titik akhir titrasi yang
terjadi pada pH tertentu.

b. Aplikasi Titrasi Penetralan

1. 1,2 gram sampel NaOH dan Na 2CO3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5 N HCl dengan
indikator pp. Setelah penambahan 30 mL HCl larutan menjadi tidak berwarna. Kemudian
indikator metal jingga ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5
mL HCl larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na2CO3 dan NaOH dalam sampel?
2. Pada pH berapa terjadi perubahan warna indikator pp?
Jawab :

1. Larutan mengandung NaOH dan ½ Na2CO3

massa sampel NaOH dan Na2CO3 = 1,2 gram = 1200 mg

N HCl = n.M maka M HCl = N/n = 0,5/1 = 0,5 N

Reaksi yang terjadi :

I. Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl


NaHCO3 + HCl → NaCl + H2O + CO2
Na2CO3 + 2 HCl →2 NaCl + H2O + CO2
II. NaOH + HCl → NaCl + H2O

V HCl sampai PP = 30 mL

V HCl untuk Na2CO3 = 2 x 5 mL

= 10 mL

V HCl untuk NaOH = 30 mL – 5 mL

= 25 mL
Kadar Na2CO3
Na2CO3 = 0,5 mmol/ml x 1 mmol Na2CO3 / 2 mmol HCl x (2 x 5 ml)
= 0,5 mmol/ml x 5 ml
= 2,5 mmol

m Na2CO3 = 2,5 mmol x 106 mg/mmol = 265 mg = 0,265 g


% Na2CO3 = g Na2CO3/ g sampel x 100
= 0,265 g / 1,2 g x 100 = 22,083 %

Kadar NaOH
Mmol NaOH = M (V1 - V2)
= 0,5mmol/ml (30 ml - 5ml)
= 0,5mmol/ml x 25ml
= 12,5 mmol

m NaOH = 12,5 mmol x 40 mg/mmol = 500 mg = 0,5 g


% NaOH = g NaOH / g sampel x 100 = 0,5 g/1,2 g x 100 = 41,67 %

2. Perubahan warna indikator pp terjadi pada rentang pH 8,3 - 10,0 dari tidak berwarna
menjadi merah muda.
XII. Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Asam Kuat Dalam Rumah Tangga_edit.doc, (online),


(http://ik.pom.go,id/wp-content/uploads/2011/11/asamkuatdalamrumahtangga.pdf,
diakses 30 september 2017)

Basset, J.et.al. 1978. Vogel’s Textbook of Quatitative Inorganic Analysis ed.4. London:
Longman Group Limited

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar konsep-konsep inti edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Halaman 111 – 114
Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

Day, R.A.,Underwood,A.L. 1986. Quantative Analysis fifth ed. New York : Prentice Hall.
(terjemahan oleh A.Handayana P. 1989.Analisis Kimia Kuantitatif ed ke-5. Jakarta:
Erlangga

Harjadi,W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia.

Housecraft, C. E, Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2 Edition. Gosport : Ashford


Colour Press Ltd.

Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.

Keenan, Charles W, dkk.1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Soebagio, Budiasih, E., Ibnu, M.S., Widarti, H. R., & Munzil. 2003. Kimia Analitik II.
Malang: UM PRESS

Anda mungkin juga menyukai