V. DASAR TEORI :
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
2 yang akan dianalisis (Charles W Keenan,1980 : 422). Titrasi merupakan metode
analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari reaktan. Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu
kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi
kimia pada titrasi dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak
diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan
konsentrasinya". Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai
“titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik
titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Ketika larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka
akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan
titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam
lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7.
Prinsip Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa adalah titrasi yang bertujuan
menentukan kadar larutan asam atau kadar larutan basa. Asam (yang sering diwakili
dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”. 3 Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer
maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 1)
Asam kuat - Basa kuat 2) Asam kuat - Basa lemah 3) Asam lemah - Basa kuat 4) Asam
kuat - Garam dari asam lemah 5) Basa kuat - Garam dari basa lemah (Raymond Chang,
2005: 136).
Analisis volumetri, analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari volume larutan
pereaksi atau volume suatu hasil reaksi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut : (1) Reaksinya harus berlangsung
sangat cepat. (2) Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif / stokiometrik. (3) Harus ada perubahan yang terlihat pada saat
titik ekivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika. (4) Harus ada indicator
jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Dalam volumetri dibedakan;
(1) Gasometri, yaitu analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas atau terpakai
pereaksi berbentuk gas, dan jumlah zat/komponen yang dicari dihitung dari volume gas
tersebut. (2) Titrimetri, yaitu analat direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui
atau dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut berupa larutan,
maka konsentrasinya harus diketahui dengan teliti dan larutan ini dinamakan larutan
baku.
Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan (titran) ditambahkan dari
buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat yang direaksikan tepat ekuivalen satu sama
lain. Titik ekuivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan teapt saling menghabiskan,
sehingga tidak ada yang sisa. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekuivalen,
maka penambahan titran harus dihentikan, dan saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Pada
titik akhir titrsi terjadi prubahan warna oleh indikator .
Titrasi Asidimetri-Alkalimetri adalah salah satu macam titrasi, yaitu titrasi yang
menyangkut asam dan/atau basa. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang
menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith,
1997). Dalam titrasi ini, perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan
cara perhitungan ialah perubahan pH titrat. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini
ialah:
- Asam dengan basa (reaksi penetralan); agar kuantitatif, maka asam dan/atau basa
yang bersangkutan harus kuat. Contohnya seperti asam kuat dengan basa kuat, asam
kuat dengan basa lemah, dan asam lemah dengan basa kuat.
- Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah); agar kuantitatif, asam harus
kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
- Basa dengan garam; agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk dari
basa lemah sekali; jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut.
Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik
asam-basa adalah sebagai berikut : Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan
dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH - →A- + H2O Jika BOH
merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah :
BOH + H+ → B+ + H2O Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H + + OH- → H2O dan terdiri
dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat,
asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa
lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam
analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis
kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan
bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986).
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua
macam cara, yaitu :
Indikator ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna
yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua
bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut. Titik akhir
titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna
pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat
asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apakah mereka kuat atau
lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat
menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (Chang, Raymond. 2004).
Indikator yang digunakan dalam titrasi antara asam lemah dengan basa kuat yaitu
Phenolphtalein dengan trayek pH 8,3 - 10.
Phenophtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenophtalein
akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day,
1981).
Alat :
- Statif dan klem 1 set
- Buret 50 mL 1 buah
- Corong 1 buah
- Spatula 1 buah
- Piknometer 25 mL 1 buah
Bahan :
- NaOH secukupnya
- C2H2O4. 2H2O 0,6323 gram
- Accu Zuur 25 mL
- Aquades secukupnya
±0,6323 gr
C2H2O4.2H2O
Larutan C2H2O4
Konsentrasi NaOH
2. Aplikasi pada Aki Zuur
Accu zuur
Diambil 0,7 mL dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100mL
yang telah diisi aquades
Ditambah air sampai tanda batas
Dikocok sampai homogen
Biarkan sampai mencapai suhu kamar
Kadar H2SO4
XI. JAWABAN PERTANYAAN
a. Titrasi Penetralan
1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?
Pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan karena
reaksi logam alkali (Na) bersifat Eksoterm dan sangat reaktif juga jika bereaksi
dengan air yang akan menimbulkan ledakan jika bereaksi. Oleh karena itu, untuk
menghindari ledakan tersebut maka digunakan air yang sudah mendidih. Selain itu,
air yang sudah mendidih juga melindungi larutan NaOH agar tidak menyerap gas CO2
dari udara.
2. Apa beda antara:
a. Larutan baku dan larutan standar?
Larutan baku ialah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui tanpa harus
melalui proses standarisasi dan dapat juga digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain. Larutan standar ialah larutan yang konsentrasinya telah
ditetapkan dengan akurat dan pembuatan konsentrasinya dilakukan melalui proses
standarisasi.
b. Asidimetri dan alkalimetri?
Asidimetri: titrasi penetralan yang melibatkan basa dengan asam yang diketahui
konsentrasinya.
Alkalimetri: titrasi penetralan yang melibatkan asam dengan basa yang diketahui
konsentrasinya.
Asidimetri : penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam;
Alkalimetri : penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
1. 1,2 gram sampel NaOH dan Na 2CO3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5 N HCl dengan
indikator pp. Setelah penambahan 30 mL HCl larutan menjadi tidak berwarna. Kemudian
indikator metal jingga ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5
mL HCl larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na2CO3 dan NaOH dalam sampel?
2. Pada pH berapa terjadi perubahan warna indikator pp?
Jawab :
V HCl sampai PP = 30 mL
= 10 mL
= 25 mL
Kadar Na2CO3
Na2CO3 = 0,5 mmol/ml x 1 mmol Na2CO3 / 2 mmol HCl x (2 x 5 ml)
= 0,5 mmol/ml x 5 ml
= 2,5 mmol
Kadar NaOH
Mmol NaOH = M (V1 - V2)
= 0,5mmol/ml (30 ml - 5ml)
= 0,5mmol/ml x 25ml
= 12,5 mmol
2. Perubahan warna indikator pp terjadi pada rentang pH 8,3 - 10,0 dari tidak berwarna
menjadi merah muda.
XII. Daftar Pustaka
Basset, J.et.al. 1978. Vogel’s Textbook of Quatitative Inorganic Analysis ed.4. London:
Longman Group Limited
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar konsep-konsep inti edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Halaman 111 – 114
Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta
Day, R.A.,Underwood,A.L. 1986. Quantative Analysis fifth ed. New York : Prentice Hall.
(terjemahan oleh A.Handayana P. 1989.Analisis Kimia Kuantitatif ed ke-5. Jakarta:
Erlangga
Harjadi,W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia.
Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.
Keenan, Charles W, dkk.1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Soebagio, Budiasih, E., Ibnu, M.S., Widarti, H. R., & Munzil. 2003. Kimia Analitik II.
Malang: UM PRESS