Anda di halaman 1dari 24

VOLUMETRI/TITRIM

ETRI
NAMA ANGOTA
KELOMPOK 2 :
1. Erna Sari
2. Ikhwal Ramadhan
3. Maya Kristin Manuela
4. Mona Agustin
5. Nabila Azizah
TITRIMETRI
Pengertian
Volumetri atau titrimetri merupakan suatu
metode analisis kuantitatif didasarkan pada
pengukuran volume titran yang bereaksi
sempurna dengan analit.

VOLUMETRI/
TITRIMETRI
Metode Titrimetri /
Volumetri

 Larutan titran : larutan yang digunakan untuk


mentitrasi, biasanya digunakan suatu larutan
standar
 Larutan standar: larutan yang telah diketahui
konsentrasinya
 Titrasi dilakukan dengan menambahkan sedikit
demi sedikit titran ke dalam analit
Persyaratan Titrasi

Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-


reaksi kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Reaksi harus berlangsung cepat
2. Tidak terdapat reaksi samping
3. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan
produk serta perbandingan mol / koefisien reaksinya
4. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi
harus dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator
Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan dalam Analisis
Volumetri

1. Menimbang
2. Memindahkan secara kuantitatif
3. Membilas, mengisi dan menggunakan buret
4. Membilas dan menggunakan pipet volume
5. Titrasi
6. Mengamati titik akhir titrasi.
Standar Primer

Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya


kita harus memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer
dibuat dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standar primer)
yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui
dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka perlu
distandardisasi dengan standar primer.
Persyaratan Standar Primer

1. Kemurnian tinggi
2. Stabil terhadap udara
3. Bukan kelompok hidrat
4. Tersedia dengan mudah
5. Cukup mudah larut
6. Berat molekul cukup besar
Larutan Standar Ideal
untuk Titrasi

1. Cukup stabil sehingga penentuan konsentrasi cukup


dilakukan sekali
2. Bereaksi cepat dengan analit sehingga waktu titrasi
dapat dipersingkat
3. Bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir
yang memuaskan dapat dicapai
4. Melangsungkan reaksi selektif dengan analit
Titrasi Balik dan Titer

Titrasi balik (back-titration)

Terkadang suatu reaksi berlangsung


lambat dan tidak dapat diperoleh titik Titer
akhir yang tegas. Untuk itu metoda titrasi
balik dapat digunakan untuk Untuk titrasi yang bersifat rutin,
mengatasinya. Caranya dengan lebih disukai untuk menghitung
menambahkan titran secara berlebih, titer dari titran. Titer adalah berat
setelah reaksi dengan analit berjalan analit yang ekuivalen dengan 1 mL
sempurna, kelebihan titran ditentukan titran, biasanya dinyatakan dalam
dengan menitrasi dengan larutan standar mgram. Satuannya= mg analit/mL
lainnya. Dengan mengetahui mmol titran titran
dan menghitung mmol yang tak bereaksi,
akan diperoleh mmol titran yang bereaksi
dengan analit.
Molaritas

M= mol A
Liter Larutan

Perhitungan
Volumetri

Normalitas

N= ek A
Liter Larutan
Titrasi Asam Basa
Prinsip

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai


penitran/titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri
titran dan titer tepat habis bereaksi ). Keadaan ini disebut sebagai
”titik ekuivalen”.
Pada saat ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan ,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaah tersebut, dengan menggunakan data volume
titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung
kadar titran.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Ada dua cara umum untuk mengetahui titik ekuivalen pada titrasi
asam basa :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan. Kemudian membuat plot antara pH dengan volume
penitran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva
titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada
sampel sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika mendekati titik ekuivalen terjadi yang kita
sebut titik akhir titrasi, pada saat inilah titrasi kita hentikan .
Indikator Asam-Basa

Indikator adalah zat yang ditambahkan ke dalam larutan analit untuk


mengetahui titik akhir titrasi.
Indikator asam-basa adalah suatu zat yang dapat berubah warnanya apabila
pH lingkungannya berubah.
Contoh Brom timol biru mempunyai trayek indikator (atau trayek pH) antara
pH 6.0 dan 7.6 maka warna asam (kuning) adalah warnanya bila pH larutan
kurang dari 6.0 dan warna biru nampak bila pH larutan lebih dari 7.6.
Berapapun pH-nya warna akan biru asal pH > 7.6; tidak ada beda warna antara
pH 8 dan 11 atau 13.5 demikian pula pada pH 0 atau 3.5 atau 5.9 tidak tampak
perbedaan warna; warna selalu kuning selama pH < 6.0.
Perubahan Warna pada Biru
Bromtimol
Fenolftalein

 Dalam suasana asam tidak


berwarna.
 Dalam suasana basa pp
terdeprotonasi melepaskan
dua ion H+ sehingga terjadi
delokalisasi elektron yang
lebih panjang dan pp
berwarna merah jambu.
Metil orange

• Metil oranye, jika pH larutan dibawah 3,1 akan


berwarna merah. Jika pH larutan diatas 4,4 akan
berwarna kuning. Konsentrasi ion Hidronium
berpengaruh pada struktur dan warnanya.
Perubahan Warna pada Merah
Metil

Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3


Pemilihan Indikator Asam
Basa

 Indikator asam basa yang dipilih harus


disesuaikan dengan senyawa yang
bertindak sebagai sampel dan penitrasi.
 Prinsip pemilihan Indikator adalah :
apabila perubahan warna indikator
sesuai dengan pH larutan saat titik
ekivalen.
 Untuk mengetahui titik ekivalen secara
teoritis dapat dihitung dari pH
garamnya. Ada 3 jenis sifat garam
yaitu garam asam, garam netral dan
garam basa.
Jenis Volumetri Asam Basa

 Dalam reaksi netralisasi asam dan basa,


konsentrasi [H+], atau pH, larutan bervariasi.
 Perhitungan ini dapat dilakukan dengan membagi
jumlah mol asam (atau basa) yang tinggal dengan
volume larutannya.
 Perhitungannya akan lebih rumit bila kombinasi
asam lemah dan basa kuat, atau yang melibatkan
asam kuat dan basa lemah. [H+] akan bergantung
tidak hanya pada asam atau basa yang tinggal,
tetapi juga hidrolisis garam yang terbentuk.
Ada 4 jenis
 Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang
berasal dari asam kuat dan basa kuat.
Misal : HCl + NaOH —> NaCl + H2O
 Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang
berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Misal : Asam asetat dengan NaOH
CH3COOH + NaOH —> CH3COONa +
H2O
 Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi yang terbentuk garam
yang berasal basa lemah dan asam kuat.
Misal : NH4OH dan HCl
NH4OH + HCl —> NH4Cl + H2O
 Titrasi asam lemah dan basa lemah

Pada akhir titrasi akan terbentuk garam


yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Misal : Asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH —>
CH3COONH4 + H2O
 PH larutan tergantung dari harga Ka dan Kb
 Bila Ka > Kb larutan bersifat asam
 Bila Kb > Ka larutan bersifat basa
SEKIAN DAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai