KELOMPOK I
DISUSUN OLEH:
1. Anhar
2. Azaria Hkmah
3. Abyan Zhafran
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan
baik. Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisis
di semester satu
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik- baiknya.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi
penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami
terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan
dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam
kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan
titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik
ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya
diletakkan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada makalah kali ini akan di
jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah yang akan dibahas dalam makalah dengan judul Titrasi
Asam Basa yaitu sebagai berikut :
1. Maksud
Pembuatan laporan ini mempunyai maksud sebagai syarat memenuhi tugas Kimia
Analisis semester satu tahun ajaran 2017
2. Tujuan
BAB II
DASAR TEORI
Teori Arrhenius
Asam adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
H+, sedangkan basa adalah zat elektrolit yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH-. Contoh asam yaitu H2SO4, HClO2, H3PO4, dan HCl dan
contoh basa yaitu NaOH, KOH, Mg(OH)2, Al(OH)3.
Teori Bronsted-Lowry
Asam adalah spesi yang dapat memberikan proton (donor proton) sedangkan basa
adalah spesi yang dapat menerima proton (akseptor proton).
Contoh :
Teori Lewis
Walaupun sangat sedikit, air juga terionisasi menhasilkan ion H+ dan ion OH-
dengan konsentrasi masing-masing 10-7 M (pada suhu 25oC).
Skala pH
Tingkat keasaman suatu larutan digambarkan dengan skala pH. Skala pH yang
digunakan menggambarkan konsentrasi ion H+ dan konsentrasi ion OH- dalam
suatu larutan.
0 7 14
Pereaksi Asam-Basa
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor-faktor berikut
harus diperhatikan:
Asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk
merusak senyawa-senyawa organik yang digunakan seperti indikator.
BAB III
Asam kuat dan basa kuat terdisosiasi dengan lengkap dalam larutan air. Jadi pH
berbagai titik selama suatu titrasi dapat dihitung langsung dari kuantitas
stokiometrik asam dan basa yang telah dibiarkan bereaksi. Pada titik kesetaraan
pH ditetapkan oleh jauhnya air berdisosiasi pada 25C pH air murni adalah 7,00
Penetralan asam lemah basah kuat agak berbeda dengan penetralan asam kuat oleh
basa kuat. Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi asam lemah oleh basa kuat
adalah:
- pH awal lebih tinggi daripada kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat (karena
asam lemah hanya mengion sebagian).
- Terdapat peningkatan pH yang agak tajam pada awal titrasi. Ion asetat yang
dihasilkan dalam reaksi penetralan bertindak sebagai ion senama dan menekan
pengionan asam asetat
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan
basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi
asam lemah vs basa kuat sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1M NH4OH 25 ml
dengan 0,1 HCl 25 ml dimana reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
persamaan reaksi
Reaksi ionnya :
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini
disebut sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita
hentikan.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam
suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai
reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan
warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan
warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi
seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya
selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi .
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai
sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari
zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat
sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa,
titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau
basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume.
Bab iv
RUMUS NORMALITAS
RUMUS
TITRASI ASAM-BASA
Contoh soal
1. Data hasil titrasi antara 10 mL larutan H2SO4 dititrasi dengan larutan NaOH 0,2
M sebagai berikut.
5. Di laboratorium tersedia larutan baku H2SO4 sebanyak 100 mL. Larutan tersebut
digunakan untuk menitrasi 30 mL larutan Ca(OH)2 0,09 M hingga pH-nya
berubah menjadi 3 log 6. Jika laruan H2SO4 yang tersisa sebanyak 80 mL,
massa H2SO4 yang terlarut sebesar g. (Mr H2SO4 = 98 g/mol)
A. 0,29
B. 1,47
C. 2,94
D. 14,7
E. 29,4
> Penyelesaian:
6. Tersedia larutan KOH yang mempunyai pH = 11 + log 4. Larutan tersebut
digunakan untuk menitrasi 75 mL larutan H2SO4 dengan pH = 3 log 6. Setelah
penambahan 75 mL laruan KOH, pH larutan hasil titrasi adalah
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
> Penyelesaian:
7. Di laboratorium tersedia 50 mL larutan H2SO4 0,01 M. Apabila larutan tersebut
dicampur dengan 20 mL larutan NaOH 0,05 M, hasil campuran mempunyai pH
A. 4 log 5
B. 5 log 4
C. 7
D. 9 + log 4
E. 10 + log 5
> Penyelesaian:
8. Sebanyak 5,6 gram KOH dilarutkan dalam 250 mL air. Larutan KOH tersebut
kemudian diambil 25 mL dan dinetralkan dengan 40 mL larutan HCl. Konsentrasi
larutan HCl yang digunakan sebesar M. (Ar K = 39; O = 16; H = 1)
A. 0,1
B. 0,25
C. 0,5
D. 1
E. 2
> Penyelesaian:
9. Dina mempunyai 20 mL larutan asam klorida yang mempunyai pH = 2 log 2,5.
Dina bermaksud menetralkan larutan tersebut dengan menambahkan larutan
kalium hidroksida yang mempunyai pH = 12 + log 2. Volume basa yang
diperlukan Dina sebanyak mL
A. 5
B. 10
C. 15
D. 20
E. 25
> Penyelesaian:
10. Ke dalam 150 mL larutan HCl ditambahkan 1,11 gram Ca(OH)2 (Mr = 74 g/mol).
pH larutan akhir diperoleh sama dengan 7. Konsentrasi larutan HCl sebelumnya
adalah M
A. 0,05
B. 0,10
C. 0,15
D. 0,20
E. 0,25
> Penyelesaian:
11. Sebanyak 50 mL larutan Ca(OH)2 0,01 M dititrasi dengan larutan HCl 0,01 M.
Titrasi dihentikan ketika volume HCl yang ditambahkan sebanyak 50 mL. pH
larutan titrat sekarang sebesar
A. 4 log 5
B. 4 + log 5
C. 7 + log 5
D. 11 log 5
E. 11 + log 5
> Penyelesaian:
12. Penetralan larutan Ba(OH)2 dilakukan dengan larutan H2SO4 0,015 M. Sebanyak
30 mL larutan Ba(OH)2 ditambah 20 mL larutan H2SO4. Larutan hasil campuran
tersebut ternyaa masih bersifat basa. Larutan kemudian ditambah dengan larutan
HCl 0,04 M sebanyak 30 mL. Maka, konsentrasi Ba(OH)2 tersebut adalah M
A. 0,015
B. 0,02
C. 0,025
D. 0,03
E. 0,035
> Penyelesaian:
13. Suatu larutan gliserin (C3H5(OH)3)) dapat dinetalkan dengan larutan H2SO4
dengan pH 2 sebanyak 4 dm3. Apabila Ar C = 12; O = 16; H = 1; massa gliserin
dalam larutan sebesar . gram
A. 0,92
B. 1,84
C. 2,32
D. 3,68
E. 8,15
> Penyelesaian:
14. Larutan Ba(OH)2 0,05 M direaksikan dengan larutan H2SO4 0,1 M. Endapan
hasil reaksi diambil, dikeringkan, dan ditimbang. Hasil penimbangan
menunjukkan endapan mempunyai berat 1,165 gram. Perbandingan volume antara
Ba(OH)2 dengna H2SO4 adalah (Mr BaSO4 = 233 g/mol)
A. 1 : 1
B. 1 : 2
C. 2 : 1
D. 2 : 3
E. 3 : 2
> Penyelesaian:
http://rockychemistry.blogspot.co.id/2012/01/jenis-jenis-titrasi.html?m=1 15:49
https://amaldoft.wordpress.com/2016/11/06/perhitungan-titrasi-asam-basa-titrasi/
1552