Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI ASAM BASA

Disusun oleh :

1. M. HAFIZD ALI SUFI ADI SURYANATA


2. NAMEIRA MELATI PUTERI
3. NAZWA SYAVIRA DESYANA

SMA NEGERI 4 BANJARBARU


Tahun ajaran
2022/2023
DASAR TEORI
Titrasi adalah prosedur menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi,
larutan yang volumenya terukur direaksikan secara bertahap dengan larutan
lain yang telah diketahui kadarnya (larutan standar). Berdasarkan jenis reaksi
yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi titrasi asam basa, titrasi pengendapan,
dan titrasi redoks.
Apa yang dimaksud dengan titrasi asam basa? Titrasi asam basa adalah
penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang diketahui
kadarnya. Atau sebaliknya, penentuan kadar suatu larutan asam dengan
larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, yaitu keadaan saat
asam dan basa tepat habis bereaksi secara stoikiometri. Titik ekivalen
umumnya dapat ditandai dengan perubahan warna dari indikator. Sementara
itu, keadaan saat titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator
menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi.

Untuk memperoleh hasil titrasi yang tepat, maka selisih antara titik akhir
titrasi dengan titik ekivalen harus diusahakan seminimal mungkin. Hal ini
dapat diupayakan dengan memilih indikator yang tepat pada saat titrasi,
yakni indikator yang mengalami perubahan warna atau trayek pH di sekitar
titik ekivalen.

Sebagai contoh, pada label botol cuka makan umumnya terdapat informasi
kadar cuka. Jika pada suatu botol cuka tertulis 25% asam cuka, bagaimana
cara memastikan kebenaran kadar yang tertera tersebut?

Nah, penentuan kadar asam cuka dapat dilakukan dengan prosedur


eksperimen menggunakan metode titrasi asam basa, Sobat Pintar.
Prosedur titrasi asam basa

1. Asam yang akan dititrasi dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian


ditetesi indikator asam-basa yang sesuai dengan trayek pH.

2. Masukkan pentiter basa dimasukkan ke dalam buret, dan ditambahkan


dalam erlenmeyer setetes demi setetes sambil menghitung berapa volume
yang dibutuhkan.
3. Ketika warna indikator berubah, hentikan titrasi (titik akhir titrasi).

• Perubahan pH pada Titrasi Asam Basa

Pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan akan turun.
Sebaliknya, jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan
akan naik. Jika pH larutan asam atau basa diplotkan sebagai fungsi dari
volum larutan basa atau asam yang diteteskan, maka akan diperoleh suatu
grafik yang disebut kurva titrasi.

Kurva titrasi asam basa menunjukkan perubahan pH larutan selama proses


titrasi asam dengan basa, atau sebaliknya. Bentuk kurva titrasi memiliki
karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan konsentrasi asam
dan basa yang bereaksi.

• Mengenal Macam-Macam Kurva Titrasi Asam Basa

a. Titrasi asam kuat dengan basa kuat


I. Zat pentiter adalah basa kuat.
II. Daerah perubahan pH drastis 4 – 10.
III. pH titik ekuivalen 7.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah, bromtimol biru,
dan fenolftalein (lebih tajam).
V. Contoh : HCl dengan NaOH.

b. Titrasi basa kuat dengan asam kuat

I. Zat pentiter adalah asam kuat.


II. Daerah perubahan pH drastis 4 – 10.
III. pH titik ekuivalen 7.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah, bromtimol biru,
dan fenolftalein (lebih tajam).
V. Contoh: NaOH dengan HCl.

c. Titrasi asam kuat dengan basa lemah

I. Zat pentiter adalah basa lemah.


II. Daerah perubahan pH drastis 4 – 7.
III. pH titik ekuivalen 5 – 6.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah.
V. Contoh: HCl dengan NH4OH.

d. Titrasi basa lemah dengan asam kuat

I. Zat pentiter adalah asam kuat.


II. Daerah perubahan pH drastis 4 – 7.
III. pH titik ekuivalen 5 – 6.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah.
V. Contoh: NH4OH dengan HCl.

e. Titrasi basa kuat dengan asam lemah

I. Zat pentiter adalah asam lemah.


II. Daerah perubahan pH drastis 7 – 10.
III. pH titik ekuivalen 8 – 9.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein.
V. Contoh: NaOH dengan CH3COOH.
f. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

I. Zat pentiter adalah basa kuat.


II. Daerah perubahan pH drastis 7 – 10.
III. pH titik ekuivalen 8 – 9.
IV. Indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein.
V. Contoh: CH3COOH dengan NaOH.

Titrasi asam lemah menggunakan basa lemah dan sebaliknya tidak


dilakukan karena:

1. Perubahan drastis pH terjadi sangat singkat.

2. Tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati perubahan.

3. Reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas.

• Rumus Titrasi Asam Basa

Rumus titrasi asam basa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi


asam/basa adalah sebagai berikut:

- Titrasi asam basa monovalen (valensi 1)

Jika larutan asam basa bukan merupakan monovalen atau polivalen (valensi
lebih dari 1), gunakan rumus sebagai berikut:
- Titrasi asam basa polivalen

Keterangan :

a = valensi asam (jumlah ion H+)

Va = volume larutan asam

Ma = konsentrasi larutan asam

b = valensi basa (jumlah ion OH–)

Vb = volume larutan basa

Mb = konsentrasi larutan basa

TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui konsentrasi asam atau basa jika salah satu konsentrasi
larutan diketahui.

PRAKTIKUM YANG DILAKUKAN


Titrasi Asam Basa

ALAT DAN BAHAN


1) Statif
2) Klem
3) Buret 50ml
4) Cororng
5) Erlenmeyer
6) Kertas putih polos
7) Labu erlenmeyer 100ml dua buah
8) Gelas ukur 50ml
9) HCL X M
10) Indicator PP

LANGKAH-LANGKAH KERJA
1) Bilas buret dengan sedikit larutan NaOH
2) Pasangkan buret pada klem, pastikan terpasang kuat dan atur tingginya
3) Letakkan kertas putih pada dasar statif
4) Masukkan 10ml HCL X M ke dalam labu erlenmeyer 1 dan 2.
5) Periksa kran buret dalam keadaan tertutup dan masukkan NaOH 1 M
ke dalam buret hingga angka mol menggunakan corong
6) Tambahkan 3 tetes indicator PP kedalam Erlenmeyer 1 dulu
7) Lakukan titrasi pada Erlenmeyer 1 sampai berubah warna dan warna
tidak berubah lagi (permanen), titrasi dihentikan.
8) Catat volume NaOH yang digunakan
9) Singkirkan Erlenmeyer 1 dan letakkan Erlenmeyer 2 di atas krtas putih,
selanjtnya kerjakan mulai langkah 6 sampai 8.
10) Catat volume NaOH yang digunakan

DATA PENGAMATAN
PERCOBAAN VOLUME NaOH YANG VOLUME RATA-RATA
DIGUNAKAN (ml) NaOH (ml)
1 2,8 mL 2,5 mL
2 2,2 mL

PERTANYAAN
1. Dalam praktik ini larutan apa yang berfungsi sebagai titran?
Larutan yang berfungsi sebagai titran adalah larutan NaOH yakni
yang memiliki konsentrasi sebesar 1 M dan juga berperan sebagai
Molaritas basa (Mb)
2. Dalam praktik ini larutan apa yang berfungsi sebagai titrat?
Larutan yang berperan sebagai titrat adalah larutan HCL, karena
konsentrasinya belum diketahui.
3. Dalam praktik ini mengapa menggunakan indikator PP?
Karena titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, yaitu
keadaan saat asam dan basa tepat habis bereaksi secara stoikiometri.
Titik ekivalen umumnya dapat ditandai dengan perubahan warna dari
indikator. Indikator pp dipilih karena biasanya basa yang digunakan
sebagai larutan standartnya, dan asam adalah larutan yang dititrasi.
Jadi ketika larutan yang dititrasi masih bersifat asam dan netral, dia
tidak akan berubah warna. Dan ketika larutan sudah mencapai titik
akhir titrasi akan memberikan mulai warna merah muda.
4. Berdasarkan hasil titrasi ini, hitunglah molaritas HCL.
Diketahui :
Mb = 1 M
2,8 𝑚𝐿+2,2 𝑚𝐿 5𝑚𝐿
Vb = = = 2,5 ML
2 2
b=1
Va = 10ML
a=1
Ditanya : Ma?
JAWAB
Ma x Va x a = Mb x Vb x b
Ma x 10ml x 1 = 1M x 2,5ml x 1
Ma x 10ml = 1M x 2,5ml
1𝑀 ×2,5𝑚𝑙 1𝑀 ×2,5 1𝑀
Ma = = = = 0,25 𝑀
10𝑚𝑙 10 4

Jadi, molaritas HCL atau Ma adalah 0,25M.

KESIMPULAN
Titrasi asam basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan
asam yang diketahui kadarnya. Atau sebaliknya, penentuan kadar suatu
larutan asam dengan larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada
reaksi netralisasi. Setelah itu, kita dapat mengetahui bawhawa konsentrasi
larutan dapat diketahui melalui titrasi jika salah satu konsentrasi larutan
lainnya diketahui, seperti yang kita lakukan tadi.

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh bahwa konsentrasi


HCl yang digunakan pada praktikum titrasi asam basa sama dengan 0,25 M.
Pada awalnya, larutan NaOH dan larutan HCl yang telah ditambahkan
indikator dalam kondisi bening. Pada awal proses titrasi belum terjadi
perubahan warna pada HCl dalam labu erlenmeyer. Setelah penambahan
NaOH 0,5 M mencapai sejumlah 2,5 mL mulai terlihat adanya perubahan
warna larutan HCl dalam labu erlenmeyer menjadi merah muda. Kesimpulan
yang dapat diambil adalah titik ekuivalen pada proses titrasi yang dilakukan
terdapat pada saat penambahan 2,5 mL NaOH. Kondisi tersebut merupakan
titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna larutan HCl
dalam labu erlenmeyer. Pada kondisi tersebut, saat ion asam dan basa tepat
habis bereaksi atau saat mol asam sama dengan mol basa.

LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN

PENUTUP
Alhamdulillah, laporan hasil praktikum kimia ini telah selesai. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang titrasi. Serta kami dari kelompok 6
mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing kami Ibu Wahyuni S.Pd yang telah
mengajarkan dan membimbing kami.

Anda mungkin juga menyukai